Anda di halaman 1dari 61

1.

Pengertian

Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.

Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri, sedangkan motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase yang banyak digunakan terutama pada penggunaan untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah.

2. Prinsip Kerja Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada kumparan rotornya. Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi dan karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron.

a. Satu Fasa Pada dasarnya, prinsip kerja motor induksi 1-fasa sama dengan motor induksi 2fasa yang tidak simetris karena pada kumparan statornya dibuat dua kumparan (yaitu kumparan bantu dan kumparan utama) yang mempunyai perbedaan secara listrik dimana antara masing-masing kumparannya tidak mempunyai nilai impedansi yang sama dan umumnya motor bekerja dengan satu kumparan stator (kumparan utama). Khusus untuk motor kapasitor-start kapasitor-run, maka motor ini dapat dikatakan bekerja seperti halnya motor induksi 2-fasa yang simetris karena motor ini bekerja dengan kedua kumparannya (kumparan bantu dan kumparan utama) mulai dari start sampai saat running (jalan). Motor induksi 1-fase yang bekerja dengan satu kumparan stator pada saat running (jalan) dapat dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tetapi bekerja berdasarkan gabungan medan maju dan medan mundur. Bila salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan berputar mengikuti perputaran medan ini. Bentuk gambaran proses terjadinya medan maju dan medan mundur ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perputaran medan ganda. b. Sumber 3-fase Sumber 3-fase ini biasanya digunakan oleh motor induksi 3-fase. Motor induksi 3fase ini mempunyai kumparan 3-fase yang terpisah antar satu sama lainya sejarak 1200 listrik yang dialiri oleh arus listrik 3-fase yang berbeda fase 1200 listrik antar fasenya, sehingga keadaan ini akan menghasilkan resultan fluks magnet yang berputar seperti halnya kutup magnet aktual yang berputar secara mekanik. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stator.

3. Pengaturan Putaran Motor Induksi A. Metode Pengaturan frekuensi Telah dilakukan rancang bangun alat pengatur kecepatan motor induksi dengan mengubah frekuensi. Motor induksi mempunyai kecepatan yang hampir konstan, banyak digunakan di dalam industri yang kadang-kadang memerlukan perubahan kecepatan putar. Cara pengubahan kecepatan putar motor induksi yang paling baik adalah dengan mengubah frekuensi catu dayanya, walaupun sedikit sulit dan mahal. Dalam rancang bangun ini dilakukan dengan cara menyearahkan sumber tegangan PLN dengan frekuensi 50 Hz, lalu diubah menjadi tegangan bolak-balik kembali dengan frekuensi yang bisa diatur dan selanjutnya dipakai sebagai suplai ke motor ,Rangkaian alat terdiri dari komponen penyearah,penapis, inverter, osilator dan transformator. Dari pengujian diketahui bahwa peralatan dapat berfungsi dengan baik walaupun ditemukan beberapa kesulitan namun, arus ke motor cukup stabil meskipun kecepatan putar diubah-ubah. Putaran motor bisa diatur dengan mengubah frekuensi atau secara tidak langsung dengan tahanan basis RB pada osilator. Jangkau putaran yang dapat dicapai sangat lebar yaitu dari 133 rpm dengan frekuensi 12 Hz sampai dengan 2200 rpm pada frekuensi 70 Hz pada keadaan tanpa beban. Sedangkan perubahan putaran motor dapat halus, rata-rata 21,4 rpm/Hz B. Satu Fasa

1. Metodet Tegangan Input Pengendalian kecepatan putar motor induksi dapatdilakukan dengan beberapa metode/cara antara lain: dengan mengatur/mengubah frekuensi input, mengubah/ mengatur nilai tegangan input serta mengubah jumlah kutub motor induksi. Prinsip kerja dari motor induksi secara umum adalah adanya tegangan yang disuplai ke terminal motor induksi tersebut (stator bagian yang tidak bergerak) peristiwa tersebut akan menimbulkan induksi pada rotor (bagian yang bergerak) sehingga mampu berputar/ beroperasi, kecepatan putar motor induksi dapat dirumuskan :

Ns = (120 f) / p ( 1 )

Dimana: Ns = kecepatan putar dari medan putar stator (rpm) f = frekuensi (Hz) p = jumlah kutub Jika melihat dari persamaan (1) bahwa kecepatan medan putar stator berbanding lurus dengan nilai frekuensi artinya semakin besar nilai frekuensi maka akan diikuti kenaikan nilai kecepatan putar medan stator, tetapi nilai ini akan berbanding terbalik dengan nilai jumlah kutub dari motor induksi.

Gambar 1. Simbol Triac

Gambar 2. Rangkaian Pengendali 2. Metode Voltage Regulator Motor kapasitor merupakan salah satu jenis motor induksi yang paling banyak digunakan dalam industri. Konstruksinya sederhana dengan daya kecil dan bekerja dengan tegangan suplai PLN 220 V, oleh karena itu menjadikan motor kapasitor ini banyak dipakai dalam industri. Persoalan yang dihadapi oleh motor kapasitor itu sendiri yaitu kecepatan putar motor yang konstan. Hal ini menyebabkan pemakaian daya yang besar untuk beban lebih, sehingga kurang efektif dan disamping itu apabila proses produksi di industri tersebut memerlukan kondisi yang stabil dari awal sampai akhir produksi, maka hal tersebut sangat tidak menguntungkan untuk proses produksi. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengaturan nilai tegangan input karena dinilai lebih mudah dibanding dengan metode pengaturan frekuensi input, alat pengendali yang digunakan mengatur nilai tegangan menggunakan komponen elektronika daya jenis Triac dan Diac. Dari hasil analisis pengujian tegangan input mulai 10 Volt - 180 Volt, pada saat 10 40 Volt motor kapasitor masih berhenti, pada saat tegangan input 50 Volt motor kapasitor mulai berputar dengan kecepatan 410 Rpm, pada saat tegangan input 60 150 Volt kenaikan kecepatan putar motor kapasitor sangat signifikan, kecepatan putar motor kapasitor pada saat 160 keatas mulai menunjukkan kecilnya perubahan kecepatan putarKenaikan nilai tegangan input (dari tegangan yang diujikan) akan diikuti dengan kenaikan kecepatan putar motor induksi sehingga putaran motor kapasitor semakin cepat pula.

C. Tiga fasa 1. Metode Kontrol Vektor Pengendalian motor induksi tiga phasa dengan kontrol vektor adalah suatu cara yang digunakan untuk memperbaiki unjuk kerja motor. Unjuk kerja yang buruk menyebabkan penggunaan motor menjadi terbatas. Seperti diketahui motor induksi relatif murah, kokoh dan mudah perawatannya namun mempunyai masalah dalam pengaturan kecepatannya . Metoda kontrol vektor dilakukan dengan cara

mengestimasi fluks rotor dan posisi rotor , untuk mengendalikan fluks rotor dan kecepatan rotor digunakan pengendali PI. Hasil simulasi menunjukkan kontrol vektor dapat mengendalikan tanggapan kecepatan motor dengan baik, yaitu untuk putaran kecepatan 100 radial/detik (955.4 rpm) terjadi overshoot 1.75 % dan sistem menjadi tunak pada detik ke 0,.2 , Gangguan dilakukan dengan pembebanan yang berubahubah dapat diatasi oleh sistem, dimana keadaan tunak rata-rata dicapai 0.3 detik setelah gangguan. Kata kunci : kontrol vektor, fluks rotor, kecepatan rotor, pengendali PI. 2. Metode Tegangan Input Pengaturan kecepatan pada motor induksi tiga fasa dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah mengubah tegangan atau frekuensi input. Untuk perubahan tegangan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, namun untuk mengubah frekuensi input jelas lebih rumit karena frekuensi input dari jala-jala adalah konstan. Oleh sebab itu tujuan dari penelitian adalah merancang Voltage Source Inverter yang dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan dan arah putaran motor induksi terkendali mikrokontroler dengan mengubah frekuensi. Adapun metode yang digunakan adalah constant voltage frequency cvvf. Pada rancangan voltage Source Inverter terdiri atas tiga bagian yaitu rangkaian mikrokontroler AT89S51, rangkaian penggerak transistor dan rangkaian inverter. Dari penelitian ini diperoleh hasil rancangan yang dapat mengatur kecepatan melalui perubahan frekuensi, dimana terdapat 20 pilihan frekuensi dengan arah putaran Forward dan Reverse. Perubahan frekuensi dari 31 Hz sampai dengan 50 Hz menghasilkan kecepatan mulai dari 1852 rpm hingga 2988 rpm.

Motor Induksi
Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri, sedangkan motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase yang banyak digunakan terutama pada penggunaan untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah. 3.1 Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut. 1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya. 2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor. 3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor. Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut. 1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang. 2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon. 3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan stator). 4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga. Rangka stator motor induksi didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu: 1. Menutupi inti dan kumparannya. 2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka (cuaca luar). 3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan. 4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif. Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi dua jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1, yaitu. 1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage). 2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor) a) Rangka Stator b) Rotor Belitan c) Rotor Sangkar Gambar 3.1 Bentuk konstruksi dari motor induksi Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.

1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator. 2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor. 3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga. 4. Poros atau as. Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Bentuk gambaran sederhana penempatan stator dan rotor pada motor induksi diperlihatkan pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu kumparan stator dan satu kumparan rotor Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar 3.2 menunjukkan arah arus yang melewati kumparan masuk ke dalam kertas (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.) menunjukkan bahwa arah arus keluar dari kertas. Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns =, 120f/2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi. Bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun. 3.2. Prinsip Kerja Motor Induksi Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada kumparan rotornya. Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi dan karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator. Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan

berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut. wsink = 2pf (listrik, rad/dt) (3.1) = 2pf / P (mekanik, rad/dt) atau: Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) (3.2) yang mana : f = frekuensi sumber AC (Hz) P = jumlah pasang kutup Ns dan wsink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator Prinsip kerja motor induksi berdasarkan macam fase sumber tegangannya dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut dibawah ini. 1. Sumber 3-fase Sumber 3-fase ini biasanya digunakan oleh motor induksi 3-fase. Motor induksi 3-fase ini mempunyai kumparan 3-fase yang terpisah antar satu sama lainya sejarak 1200 listrik yang dialiri oleh arus listrik 3-fase yang berbeda fase 1200 listrik antar fasenya, sehingga keadaan ini akan menghasilkan resultan fluks magnet yang berputar seperti halnya kutup magnet aktual yang berputar secara mekanik. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stator diperlihatkan pada gambar 3.3. F1 S3 F2 F3 S1 S2 q Fm

F Gambar 3.4 Fluks yang terjadi pada motor induksi 3-fase dari gambar 3.3 Bila dimisalkan nilai fluks maksimum yang terjadi pada salah satu fasenya disebut fm , maka resultan fluks fr pada setiap saat diperoleh dengan melakukan penjumlah vektor dari masingmasing fluks f1 , f2 dan f3 akibat pengaruh 3-fasenya. Bila nilai fr dihitung setiap 1/6 perioda dari gambar 3.4a dengan mengambil titik-titik 0, 1, 2 dan 3 maka akan diperoleh bentuk gambaran perputaran fluks stator seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5. Bentuk perhitungan hingga terjadinya perputaran fluks magnet stator dari gambar 3.5 dapat diterangkan dengan memperhatikan kembali titik-titik 0, 1, 2 dan 3 pada gambar 3.4 sehingga didapatkan sebagai berikut. (i) Saat q = 00 pada gambar 3.4a akan diperoleh : f1 = 0, f2 = [()/2] x fm , f3 = [()/2] x fm Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(i) dengan perhitungan : fr = 2 x [()/2] x fm x cos (600/2) = x [()/2] x fm = (3/2) fm (ii) Saat q = 600 pada gambar 3.4a akan diperoleh : f1 = [()/2] x fm , f2 = [()/2] x fm , f3 = 0 Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(ii) dengan perhitungan : fr = 2 x [()/2] x fm x cos (600/2) = x [()/2] x fm = (3/2) fm Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap sebesar (3/2) fm dan berputar searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 60 0. 60 0 60 0 60 0 60 0 Fr = 1,5 Fm Fr = 1,5 Fm

Fr = 1,5 Fm Fr = 1,5 Fm F2 F3 -F2 F1 -F2 F1 -F3 -F3 (iv) q = 180 0 (i) q = 0 0 (iii) q = 120 0 (ii) q = 60 0 Gambar 3.5 Bentuk perputaran fluks stator dari gambar 3.4 (iii) Saat q = 1200 pada gambar 3.4a akan diperoleh : f1 = [()/2] x fm , f2 = 0 , f3 = [()/2] x fm Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4(iii) dengan perhitungan : fr = 2 x [()/2] x fm x cos (600/2) = x [()/2] x fm = (3/2) fm Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap lagi sebesar (3/2) fm dan berputar lagi searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 600 atau 1200 dari saat awal. (iv) Saat q = 1800 pada gambar 3.4a akan diperoleh : f1 = [()/2] x fm , f2 = [()/2] x fm , f3 = 0

Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(iv) dengan perhitungan : fr = 2 x [()/2] x fm x cos (600/2) = x [()/2] x fm = (3/2) fm Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap lagi sebesar (3/2) fm dan berputar lagi searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 600 atau 1800 dari saat awal. Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Resultan fluks yang dihasilkan konstan sebesar (3/2) fm yaitu 1,5 kali fluks maksimum yang terjadi dari setiap fasenya. 2. Resultan fluks yang terjadi berputar disekeliling stator dengan kecepatan konstan sebesar 60.f /P (telah dijabarkan sebelumnya). Besarnya fluks konstan yang terjadi pada motor induksi 3-fase juga dapat dibuktikan secara matematik. Dengan cara mengambil salah satu fase-1 sebagai referensi maka didapatkan sebagaiberikut. Misalkan fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a (fasa 1) pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat polar, yaitu : f1 = fa cos f (3.3) Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b (fasa 2) dan c-c (fasa 3) masing-masing adalah : f2 = fb cos (f 120) (3.4) f3 = fc cos (f 240) (3.5) Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitudo fa, fb dan fc dapat dituliskan: fa = fmaks cos wt (3.6) fb = fmaks cos (wt 120) (3.7) fc = fmaks cos (wt 240) (3.8) Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat (f) dan waktu (t). ft(f,t) = fm cos wt cos f + fm cos (f 120) cos (wt 120) + fm cos (f 240) cos (wt 240) Dengan memakai transformasi trigonometri dari :

cos a cos b = cos (a b) + cos (a + b) (3.9) didapat : ft(f,t) = fm cos (f wt) + fm cos (f + wt) + fm cos (f wt) + fm cos (f + wt 240) + fm cos (f wt) + fm cos (f + wt 480) Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka diperoleh: ft(f,t) = 1,5 fm cos (f wt) (3.10) 2. Sumber 2-fasa atau 1-fasa Pada dasarnya, prinsip kerja motor induksi 1-fasa sama dengan motor induksi 2-fasa yang tidak simetris karena pada kumparan statornya dibuat dua kumparan (yaitu kumparan bantu dan kumparan utama) yang mempunyai perbedaan secara listrik dimana antara masing-masing kumparannya tidak mempunyai nilai impedansi yang sama dan umumnya motor bekerja dengan satu kumparan stator (kumparan utama). Khusus untuk motor kapasitor-start kapasitor-run, maka motor ini dapat dikatakan bekerja seperti halnya motor induksi 2-fasa yang simetris karena motor ini bekerja dengan kedua kumparannya (kumparan bantu dan kumparan utama) mulai dari start sampai saat running (jalan). Motor induksi 1-fase yang bekerja dengan satu kumparan stator pada saat running (jalan) dapat dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tetapi bekerja berdasarkan gabungan medan maju dan medan mundur. Bila salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan berputar mengikuti perputaran medan ini. Bentuk gambaran proses terjadinya medan maju dan medan mundur ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perputaran medan ganda seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.6. -Fm +Fm Fm/2 Fm/2 Fm/2 Fm/2 Fm sin q +q

-q -q +q Gambar 3.6 Teori perputaran medan ganda pada motor induksi 1-fase Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa fluks sinusoidal bolak balik dapat ditampilkan sebagai dua fluks yang berputar, dimana masing-masing fluks bernilai setengah dari nilai fluks bolakbaliknya yang berputar dengan kecepatan sinkron dengan arah yang saling berlawanan. Gambar 3.6a memperlihatkan bahwa fluks total yang dihasilkan sebesar Fm adalah akibat pengaruh dari masing-masing komponen fluks A dan B yang mempunyai nilai sama sebesar Fm / 2 yang berputar dengan arah yang berlawanan. Setelah fluks A dan B berputar sebesar +q dan -q (pada gambar 3.6b) resultan fluks yang terjadi menjadi 2 x (Fm/2) sin (2q/2) = Fm sin q. Selanjutnya setelah seperempat lingkaran resultan fluks yang terjadi (gambar 3.6c) menjadi nol karena masing-masing fluks A dan B mempunyai harga yang saling menghilangkan. Setelah setengah lingkaran (gambar 3.6d) resultan fluks A dan b akan menghasilkan 2 x (Fm/2) = Fm (arah berlawanan dengan gambar 3.6a). Selanjutnya setelah tigaperempat lingkaran (gambar 3.6e) resultan fluks A dan B yang terjadi kembali nol karena masing-masing fluks yang saling menghilangkan. Proses pada gambar 3.6 ini akan terus berlangsung sehingga terlihat bahwa medan fluks yang terjadi adalah medan maju dan medan mundur karena pengaruh fluks magnet bolak balik yang dihasilkan oleh sumber arus bolak balik. 3.3 Slip Apabila rotor dari motor induksi berputar dengan kecepatan Nr, dan medan magnet stator berputar dengan kecepatan Ns, maka bila ditinjau perbedaan kecepatan relatif antara kecepatan medan magnet putar stator terhadap kecepatan rotor, ini disebut kecepatan slip yang besarnya sebagai berikut. Kec.slip = Ns Nr (3.11) Kemudian slip (s) adalah : S = (3.12) Frekuensi yang dibangkitkan pada belitan rotor adalah f2 dimana f2 = (3.13) dengan: p = jumlah kutup magnet stator. Sedangkan frekuensi medan putar stator adalah fl, di mana f1 = (3.14)

Dari persamaanpersamaan di atas akan diperoleh = f2 = sf1 (3.15) Apabila, slip = 0 (karena Ns=Nr) maka f2 = 0. Apabila rotor ditahan slip = 1 (karena Nr= 0) maka f2 = f1. Dari persamaan f2 = sf1, diketahui bahwa frekuensi rotor dipengaruhi oleh slip. Oleh karena GGL induksi dan reaktansi pada rotor merupakan fungsi frekuensi maka besarnya juga turut dipengaruhi oleh slip. Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan stator adalah : E1 = 4,44 f1 N1 fm (3.16) Selanjutnya, besarnya GGL induksi efektif pada kumparan rotor adalah : E2S = 4,44 f2 N2 fm (3.17) = 4,44 s f1 N2 fm = s.E2 dimana : E2 = GGL pada saat rotor diam (Nr = Ns) E2S = GGL pada saat rotor berputar. Selanjutnya karena kumparan rotor mempunyai reaktansi induktif yang dipengaruhi oleh frekuensi, maka dapat dibuatkan : X2S = 2p f2 L2 (3.18) = 2p s.f1 L2 = sX2 dengan : X2S = reaktansi pada saat rotor berputar. X2 = reaktansi pada saat rotor diam. (Nr = Ns). 3.4 Arus Rotor Lilitan rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan sumber, arusnya diinduksikan oleh fluks magnet bersama (f) antara stator dan rotor yang melewati celah udara, sehingga arus rotor ini bergantung kepada perubahan-perubahan yang terjadi pada stator.

Apabila tegangan sumber V1 diberikan pada stator, pada stator timbul tegangan E1 yang diinduksikan oleh fluks-fluks tersebut yang juga menimbulkan tegangan E pada rotor, (E2 = E1 pada saat rotor ditahan dan s E2 = E1 pada waktu motor berputar dengan slip s). Besarnya arus rotor I2 akan diimbangi dengan arus stator tapi dengan arah berlawanan agar fluks magnet bersama (fm) tetap konstan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.7. Gambar 3.7: Diagram vektor motor induksi dengan tinjauan sederhana Pada slip s, arus rotor ditentukan oleh s E2 (GGL rotor) dan Z2 (impedansi rotor), sehingga akan diperoleh: I1== I2 = (3.19) I1 ketinggalan sebesar j2 terhadap V1, dengan: j2 = arc tan (3.20) 3.5. Rangkaian Pengganti Motor Induksi 3-fasa Motor induksi 3-fasa mempunyai kumparan stator dan kumparan rotor. Rangkaian pengganti rotor motor induksi ideal digambarkan pada gambar 3.8. Gambar 3.8 Rangkaian pengganti rotor motor induksidengan tinjauan sederhana. GGL induksi pada rotor adalah sE2 = E1, jika dibuat El = E2 maka semua unsur yang ada di rotor harus dibagi dengan s, sehingga r2 menjadi dan s.X2 menjadi X2. Selanjutnya dapat juga dibuatkan : (3.21) dengann arus rotor I2 tetap sama dengan I2 sebelumnya. Bila dinamakan tahanan stator = r1 dan reaktansi induksi dari fluks bocor kumparan stator = X1, akan dapat dibuatkan rangkaian pengganti motor induksi 3-fasa perfasanya seperti gambar 3.9. Selanjutnya, bila rotor dilihat dari sisi stator akan diperoleh gambar 3.10 dengan rm (tahanan karena pengaruh rugi-rugi inti) dan Xm (reaktansi induktif magnet) pada inti. Gambar 3.10 merupakan gambar rangkaian pendekatan (ekivalen) motor induksi 3-fasa perfasa yang sudah merupakan standar untuk menganalisa rangkaian karena sisi rotor dilihat dari sisi stator. Gambar 3.9. Rangkaian pengganti motor induksi 3-fasa perfasa E2=E1 Gambar 3.10 Rangkaian pengganti dengan rotor disesuaikan terhadap stator. Gambar 3.10 memperlihatkan bahawa untuk menggabungkan rangkaian stator dan rangkaian rotor, rangkaian rotor harus disesuaikan dengan rangkaian stator. Apabila rangkaian rotor

disesuaikan terhadap rangkaian stator maka rangkaian rotor dianggap mempunyai nilai yang sama dengan bayangan dari rangkaian stator itu sendiri, sehingga E1 = E2. Selanjutnya untuk parameter-parameter yang lain pada sisi rotor juga diberik tanda ( ) seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.10. 3.6. Daya Motor Induksi Dengan memperhatikan gambar 3.8 sampai dengan gambar 3.10 dapat dibuatkan besarnya daya aktif makanik yang ditransfer dari stator melalui celah udar ke rotor (Pg) sebesar. Pg = I22 . = I22. () (3.22) = (I2)2 . = I22. () dan rugi-rugi daya aktif pada kumparan rotor (Pr2) sebesar: Pr2 = I22 r2 = (I2)2.r2 (3.23) Selanjutnya daya aktif mekanik yang bermanfaat untuk menggerakkan rotor (Pm) sebesar: Pm = I22 . = (I2)2 . (3.24) Bila dibuatkan perbandingan antara ketiga daya tersebut, dengan asumsi rugi-rugi putar diabaikan, maka dapat dibuatkan perbandingan sebagai berikut. Pm : Pr2 = (1-s) : s (3.25) Pg : Pm : Pr2 = 1: (1 - s) : s (3.26) Kemudian rugi-rugi daya aktif pada kumparan primer motor induksi 3-fasa perfasa (P1) dapat dibuatkan sebagai berikut. P1 = I12 r1 (3.27) Daya masukan motor induksi 3-fasa perfasa menjadi: Pin = P2 + Pg (3.28) Selanjutnya daya 3-fasanya dapat dibuatkan sebagai berikut. Pin (3ph) = 3. Pin(3ph) (3.29) Pin (3ph) = VL. IL. Cos (3.30) Dengan = perbedaan sudut antara VL dan IL.

3.7 Torsi Motor Induksi Torsi berhubungan dengan kemampuan motor untuk mesuplai beban mekanik. Oleh karena itu Torsi (T) secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut. T = (3.31) Dengan : wr = kecepatan sudut (mekanik) dari rotor. Dari persamaan (3.12) dapat dibuat bahwa Nr = Ns (1-s), sehingga diperoleh pula: wr = ws (1-s) (3.32) Bila dilihat torsi mekanik yang ditransfer pada rotornya (perhatikan gambar 3.10) akan diperoleh sebagai berikut. Tg = (3.33) Dimana: k= a= Ttorsi start yang dibutuhkan pada motor induksi dapat dihitung dengan memasukkan nilai s = 1 pada persamaan (3.33). Selanjutnya dengan memperhatikan persamaan 3.26, torsi mekanik yang bermanfaat untuk memutar rotor menjadi: Tm = (3.34) Torsi maksimum dicapai pada , maka dari persamaan (3.33), maka diperoleh: a (s2 + a2) s.a (2s) = 0 s2 + a2 2 s2 = 0 s2 = a2 s = a (3.35) Dari keadaan ini akan diperoleh torsi maksimum (Tmx) sebesar: Tmx = (3.36) Torsi maksimum (1/2k) tersebut dicapai pada slip positif (mesin bertindak sebagai motor induksi) dan pada slip negatif (mesin bertindak sebagai generator induksi).

Hubungan antara torsi dan slip dinyatakan pada gambar 3.11. Gambar 3.11 Hubungan antara torsi dan slip motor induksi Dengan memperhatikan gambar 3.11 dapat dilihat bahwa: - Pada kecepatan hipersinkron (kecepatan melebih kecepatan sinkron), slipnya negatif (biasanya kecil), mesin beroperasi sebagai generator induksi dengan torsi bekerja dengan arah yang berlawanan dengan putaran medan putar. - Saat mesin bekerja pada kecepatan di antara standstill dan kecepatan sinkron, dengan slip positif antara 1 dan 0: Mesin berputar pada keadaan tanpa beban sehingga slipnya kecil sekali, GGL rotor juga kecil sekali, Z2 (rotor circuit impedance) hampir R murni dan arus cukup untuk membangkitkan torsi dan memutar rotornya. - Selanjutna beban mekanik dipasang pada poros sehingga putaran rotor makin lambat, slip naik, GGL rotor naik (besar maupun frekuensinya), menghasilkan arus dan torsi yang lebih besar. - Jika motor induksi diputar berlawanan dengan arah putaran medan putar maka masih akan dihasilkan torsi yang bertindak sebagai rem dan terjadi penyerapan tenaga mekanik: Misalnya mesin dalam keadaan berputar dengan slip s, kemudian arah medan putar tiba-tiba di balik, maka akan terjadi rotor mempunyai slip (2 - s), kecepatan turun menuju nol dan dapat dibawa ke kondisi standstill. Cara ini adalah cara pengereman motor yang disebut dengan plugging. 3.8. Hubungan Antara Torsi dan Slip Dari persamaan (34) terlihat bahwa untuk s = 0, T = 0 sehingga kurva dimulai dari titik 0. Pada kecepatan normal (mendekati kecepatan sinkron, harga (s.X2) sangat kecil dibanding harga r2-nya, sehingga T = untuk r2 konstan. Gambar 3.12. Grafik T = f(s) untuk bermacam-macam nilai r2 pada motor induksi Apabila slip terus dinaikkan (dengan menambah beban motor) torsi (T) terus meningkat dan mencapai harga maksimum pada saat s = , torsi ini disebut pull - out atau break - down torque. Dengan bertambahnya beban, slip makin besar, putaran motor makin turun maka lama-lama X2 meningkat terus sehingga r2 dapat diabaikan bila dibandingkan terhadap (s.X2) sehingga bentuk kurva torsi - slip sesudah mencapai titik maksimum berobah dalam setiap penambahan beban motor dimana torsi yang dihasilkan motor akan terus merosot, akibatnya putaran semakin pelan dan akhirnya berhenti. Pada prinsipnya daerah kerja dari motor berada di antara slip, s = 0 dan s = saat mencapai torsi maksimum, perhatikan gambar 3.12. Dari gambar 3.12 terlihat bahwa nilai Tmaks tergantung dari r2, makin besar harga r2 makin besar pula nilai slip untuk mencapai Tmaks. 3.9 Membalik Arah Putaran Motor Induksi 3-fasa

Untuk membalik putaran motor dapat dilaksanakan dengan menukar dua di antara tiga kawat dari sumber tegangannya seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.13. Gambar 3.13 Cara membalik arah putaran motor induksi 3-fasa 3.10 Memilih Motor Listrik Setiap motor listrik sebagai alat penggerak sudah mempunyai klasifikasi tertentu sesuai dengan maksud penggunaannya menurut kebutuhan yang diinginkan. Klasifikasi tiap motor listrik bisa dibaca pada papan nama (name plate) yang dipasang padanya sehingga untuk berbagai keperluan bisa dipilih motor yang sesuai. Di dalam pemakaian sederhana, klasifikasi motor hanya dikenal menurut:: 1. Tenaga output motor (HP). 2. Sistem tegangan (searah, bolak-balik, ukurannya, fasenya). 3. Kecepatan motor (rendah, sedan, tinggi). Dalam pemakaian yang sederhana ini belum dicapai hal-hal lain yang sangat penting dalam memilih motor yang sesuai. Jadi dapat disimpulkan bahwa klasifikasi motor ini sangatlah luas mencakup dalam: 1. Hal-hal yang dibutuhkan oleh mesin-mesin yang digerakkan (driven machines) yang sesuai dengan: tenaga dan torsi yang dibutuhkan 2. Karakteristik beban dan macam-macam kerja yang diperlukan 3. Konstruksi mesin-mesin yang digerakkan Hal-hal yang demikian akan memberikan pula macam-macam variasi bentuk dari motor termasuk alat-alat perlengkapannya (alat-alat pengusutan dan pengaturan). 3.11 Motor Induksi 1-fasa Motor induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana, seperti kipas angin motor pompa dan lain sebagainya. Didasarkan pada cara kerjanya, maka motor ini dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Motor fase belah/fase bagi (split phase motor) 2. Motor kapasitor (capacitor motor) a. Kapasitor start (capacitor start motor)

b. Kapasitor start-kapasitor jalan (capacitor start-capacitor run motor) c. Kapasitor jalan (capacitor run motor) 3. Motor kutub bayangan (shaded pole motor) Penjelasan dari jenis-jenis motor ini dijabarkan sebagai berikut di bawah ini. 3.11.1 Motor fase belah/fase bagi Motor fase belah mempunyai kumparan utama dan kumparan bantu yang tersambung paralel dan mempunyai perbedaan fasa antara keduanya mendekati 90o listrik. Gambaran konstruksi dan bentuk rangkaian sederhana pemasangan kumparannya diperlihatkan pada gambar 3.14. c) b) a) Gambar 3.14 Bentuk konstruksi dan hubungan kumparan motor induksi fasa belah Gambar 3.14a memperlihatkan letak kumparan utama dan kumparan bantu yang diatur berjarak 90o listrik, gambar 3.14b memperlihatkan hubungan kumparan utama dan kumparan bantu dalam rangkaiannya dan gambar 3.14c memperlihatkan hubungan arus dan tegangan yang terjadi pada kumparan motor induksi fasa belah. Di dalam prakteknya diusahakan antara arus kumparan bantu dan kumparan utamanya berbeda fasa mendekati 90 o listrik. Dengan cara ini maka kumparan motor menjadi seolah-olah seperti motor induksi dua fase yang akan dapat menghasilkan medan magnet yang seolah-olah berputar sehingga motor induksi ini dapat berputar sendiri (self starting). Pada motor fase boleh, kumparan utama mempunyai tahanan murni rendah dan reaktansi tinggi, sebaliknya kumparan bantu mempunyai tahanan murni yang tinggi tetapi reaktansinya rendah. Tahanan murni kumparan bantu dapat dipertinggi dengan menambah R yang disambung secara seri dengannya (disebut motor resistor) atau dengan menggunakan kumparan kawat yang diameternya sangat kecil. Bila pada kumparan bantuk diberik kapasitor, maka motor ini disebut motor kapasitor (capacitor motor). Motor fase belah ini biasanya sering disebut motor resistor saja, sedangkan untuk motor kapasitor jarang disebut sebagai motor fase belah karena walaupun prinsipnya adalah membagi dua fasa tetapi nilai perbedaan fasanya hampir mendekati 90o, sehingga kerjanya mirip dengan motor induksi 2-fasa dan umum disebut sebagai motor kapasitor saja. Untuk memutuskan arus, kumparan Bantu dilengkapi dengan saklar pemutus S yang dihubungkan seri terhadap kumparan bantu. Alat ini secara otomatis akan memutuskan setelah motor mencapai kecepatan 75% dari kecepatan penuh. Pada motor fase belah yang dilengkapi saklar pemutus kumparan bantu biasanya yang dipakai adalah saklar sentrifugal. Khusus untuk penerapan motor fase belah ini pada lemari es biasanya digunakan rele.

3.11.2 Motor kapasitor Motor kapasitor merupakan bagian dari motor fasa belah, namun yang membedakan kedua motor tersebut adalah pada saat kondisi start motor. Motor kapasitor ini menggunakan kapasitor pada saat startnya yang dipasang secara seri terhadap kumparan bantu. Motor kapasitor ini umumnya digunakan pada kipas angin, kompresor pada kulkas (lemari es), motor pompa air, dan sebagainya. Pada lemari es umumnya memakai rele sebagai saklar sentrifugalnya. Berdasarkan penggunaan kapasitor pada motor kapasitor, maka motor kapasitor ini dapat dibagi dalam hal sebagai berikut di bawah ini. 1. Motor kapasitor start (capacitor start motor) Pada motor kapasitor, pergeseran fase antara arus kumparan utama (Iu) dan arus kumparan bantu (Ib) didapatkan dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang seri terhadap kumparan bantunya seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.15. Gambar 3.15 Bagan rangkaian motor kapasitor dan diagram vektor Iu dan Ib Kapasitor yang digunakan pada umumnya adalah kapasior elektrolik yang pemasangannya tidak permanen pada motor (sebagai bagian yang dapat dipisahkan). Kapasitor start direncanakan khususnya untuk waktu pemakaian yang singkat, sekitar 3 detik, dan tiap jam hanya 20 kali pemakaian. Bila saat start dan setelah putaran motor mencapai 75% dari kecepatan penuh, saklar sentrifugal (CS) otomatis akan terbuka untuk memutuskan kapasitor dari rangkaian, sehingga yang tinggal selanjutnya hanya kumparan utama saja.. Pada sebahagian motor ini ada yang menggunaan rele sebagai saklar sentifugalnya. Ada 2 bentuk pemasangan rele yang biasa digunakan yaitu penggunaan rele arus dan rele tegangan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.16 dan gambar 3.17. Gambar 3.16 Bentuk penggunaan rele arus dalam rangkaian Arus start yang dihasilkan pada gambar 3.16 cukup besar sehingga medan magnet yang dihasilkan oleh rele sanggup untuk menarik kontak NO (normally open) menjadi menutup (berhubungan), setelah motor berjalan dan mencapai kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka arus motor sudah turun menjadi kecil kontak NO yang terhubung tadi terlepas kembali karena medan magnet yang dihasilkan tidak sanggup untuk menarik kontak NO sehingga kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian. Gambar 3.17 Bentuk penggunaan rele tegangan dalam rangkaian Tegangan awal saat start yang dihasilkan pada rele gambar 3.17 masih kecil sehingga medan magnet yang dihasilkan oleh rele tidak sanggup untuk menarik kontak NC (normally close) menjadi terbuka (memisah), setelah motor berjalan dan mencapai kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka tegangan pada rele sudah naik menjadi normal sehingga kontak NC yang terlepas tadi terhubung karena medan magnet yang dihasilkan rele sanggup untuk menarik kontak NC menjadi terbuka sehingga kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian.

Disamping itu, penggunaan kapasitor start pada motor kapasitor dapat divariasikan misalnya dengan tegangan tegangan ganda seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.18. Gambar 3.18 Motor kapasitor start tegangan ganda, putaran satu arah. Untuk penggunaan tegangan rendah pada gambar 3.18, kumparan utama I dan kumparan utama II diparalel dengan cara terminal 1 dikopel dengan 3, terminal 2 dikopel dengan 4, kemudian terminal 1 dan 2 diberikan untuk sumber tegangan. Untuk tegangan tingginya, kumparan utama I dan kumparan utama II dihubungkan secara seri, kemudian terminal 1 dikopel dengan 4 dan terminal 3 dan 2 untuk sumber tegangan. Motor kapasitor start yang sederhana juga dapat diperlengkapi dengan pengaturan kecepatan dan pembalik arah putaran seperti yang diperlihatkan pada contoh berikut di bawah ini. a. Motor kapasitor start dengan 3 ujung dengan arah putaran yang dapat dibalik (three leads reversible capacitor start motor) diperlihatkan pada gambar 3.19. Gambar 3.19 Motor kapasitor start dengan 3 ujung dengan pembalik arah putaran b. Motor kapasitor start 2 kecepatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.20. Gambar 3.20 Motor kapasitor start 2 kecepatan. Bila saklar diatur pada posisi low pada gambar 3.20, motor berputar lambat, sedangkan bila saklar diatur pada posisi high, motor berputar lebih cepat, karena kumparan cepat (high run) mempunyai jumlah kutub sedikit sedangkan kumparan lambat (low run) mempunyai jumlah kutub yang lebih banyak. c. Motor kapasitor start dengan 2 kumparan dan menggunakan 2 buah kapasitor seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.21. Gambar 3.21 Motor kapasitor start dengan 2 kecepatan dan menggunakan 2 buah kapasitor. 2. Motor kapasitor start dan jalan (capacitor start-capacitor run motor). Pada dasarnya motor ini sama dengan capasitor start motor, hanya saja pada motor jenis ini kumparan bantunya mempunyai 2 macam kapasitor dan salah satu kapasitornya selalu dihubungkan dengan sumber tegangan (tanpa saklar otomatis). Motor ini menggunakan nilai kapasitansi yang berbeda untuk kondisi start dan jalan. Dalam susunan pensaklaran yang biasa, kapasitor start yang seri dengan saklar start dihubungkan secara paralel dengan kapasitor jalan dan kapasitor yang diparalelkan itu diserikan dengan kumparan bantu. Penggunaan kapasitor start dan jalan yang terpisah memungkinkan perancangan motor memilih ukuran optimum masing-masing, yang menghasilkan kopel start yang sangat baik dan prestasi

jalan yang baik. Tipe kapasitor yang digunakan pada motor kapasitor ini adalah tipe elektrolit dan tipe berisi minyak. Rancangan motor ini biasanya hanya digunakan untuk penggunaan motor satu fasa yang lebih besar dimana khususnya diperlukan untuk kopel start yang tinggi. Keuntungan dari motor jenis ini adalah : 1. Mempertinggi kemampuan motor dari beban lebih. 2. Memperbesar cos j (faktor daya). 3. Memperbesar torsi start, 4. Motor bekerja lebih baik (putaran motor halus). Motor jenis ini bekerja dengan menggunakan kapasitor dengan nilai yang tinggi (besar) pada saat startnya, dan setelah rotor berputar mencapai kecepatan 75% dari kecepatan nominalnya, maka kapasitor startnya dilepas dan selanjutnya motor bekerja dengan menggunakan kapasitor jalan dengan nilai kapasitor yang lebih rendah (kapasitas kecil) agar motor dapat bekerja dengan lebih baik. Bentuk gambaran motor jenis ini diperlihatkan pada gambar 3.22. Pertukaran harga kapasitor dapat dicapai dengan dua cara sebagai berikut. a) Dengan menggunakan dua kapasitor yang dihubungkan secara paralel pada rangkaian bantu, kemudian setelah saklar otomatis bekerja maka hanya sebuah kapasitor yang terhubung secara seri dengan kumparan bantu (gambar 3.22a) b) Dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang secara paralel dengan ototransformator step up (gambar 3.22b). a) b) Gambar 3.22 Cara mendapatkan pertukaran harga kapasitor 3. Motor kapasitor jalan (capacitor run motor). Motor ini mempunyai kumparan bantu yang disambung secara seri dengan sebuah kapasitor yang terpasang secara permanen pada rangkaian motor. Kapasitor ini selalu berada dalam rangkaian motor, baik pada waktu start maupun jalan, sehingga motor ini tidak memerlukan saklar otomatis. Oleh karena kapasitor yang digunakan tersebut selalu dipakai baik pada waktu start maupun pada waktu jalan maka harus digunakan kapasitor yang memenuhi syarat tersebut yaitu kapasitor yang berjenis kondensator minyak, atau kondensator kertas minyak. Pada umumnya kapasitor yang digunakan berkisar antara 2 sampai 20m F, bentuk hubungannya pada rangkaian motor diperlihatkan pada gambar 3.23 dengan jenis dua arah putaran. Gambar 3.23 Motor kapasitor jalan yang bekerja dengan 2 arah putaran (maju dan mudur) dengan kumparan utama sama dengan kumparan bantu.

Pada gambar 3.23, waktu putaran kanan, kumparan A diseri dengan kapasitor dan kumparan B bertindak sebagai kumparan utama, sedangkan pada waktu putaran kiri, kumparan B diseri dengan kapasitor dan berfungsi sebagai kumparan bantu, sehingga kumparan A sekarang berfungsi sebagai kumparan utama. Selanjutnya pada gambar 3.24 diperlihatkan contoh penerapan motor kapasitor jalan yang dapat diatur kecepatannya yang biasa diterapkan pada kipas angin. Gambar 3.24 Motor kapasitor jalan (permanen) dengan 2 kecepatan. Untuk menentukan berapa besar kapasitor yang harus dipasang pada motor, secara umum diterapkan diperlihatkan pada tabel 1. 3.11.3 Motor kutup bayangan Motor kutub bayangan (Shaded pole) ini menggunakan kutup magnet stator yang dibelah dan diberi cincin pada bagian kutup yang kecil yang disebut kutup bayangan, dan sisi kutup yang besar disebut kutub pokok (Un shaded pole) dengan rotor yang biasa digunakan adalah rotor sangkar tupai seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.25. Motor kutub bayangan ini biasanya diterapkan untuk kapasitas yang kecil dan sering dijumpai pada motor-motor kipas angin yang kecil. a) bentuk kutup 4 b) kutup bayangan diberi cicin Gambar 3.25 Kutub utama dan kutub bayangan motor kutub bayangan Gambar 3.25b menunjukkan sebuah kutub dari motor kutub bayangan, kira-kira 1/3 dari kutub diberi alur yang selanjutnya dilingkari (diberi cincin) dengan satu lilitan hubung singkat (CU Coil) dan dikenal dengan kumparan bayangan (shading coil). Kutub yang diberi cincin ini dikenal dengan nama kutub bayangan, dan bagian lainnya yang besar dikenal dengan kutup bukan bayangan (Un shaded pole). Medan putar yang dihasilkan pada motor jenis ini adalah karena adanya induksi pada cincin hubung singkat yang terdapat pada kutub bayangan yang berasal dari pengaruhi induksi magnet pada kutup yang lainya, sehingga motor ini menghasilkan fluks magnet yang berputar.

Berdasarkan karakteristik dari arus listrik yang mengalir, motor AC (Alternating Current, Arus Bolak-balik) terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1. Motor listrik AC / arus bolak-balik 1 fasa 2. Motor listrik AC / arus bolak-balik 3 fasa Pembahasan dalam artikel kali ini di titik beratkan pada motor listrik AC 1 fasa, yang terdiri dari: Motor Kapasitor Motor Shaded Pole

Motor Universal Sebelumnya akan lebih baik jika anda membaca artikel mengenai motor listrik di sini Prinsip kerja Motor AC Satu Fasa Motor AC satu fasa berbeda cara kerjanya dengan motor AC tiga fasa, dimana pada motor AC tiga fasa untuk belitan statornya terdapat tiga belitan yang menghasilkan medan putar dan pada rotor sangkar terjadi induksi dan interaksi torsi yang menghasilkan putaran. Sedangkan pada motor satu fasa memiliki dua belitan stator, yaitu belitan fasa utama (belitan U1-U2) dan belitan fasa bantu (belitan Z1-Z2), lihat gambar1.

Gambar 1. Prinsip Medan Magnet Utama dan Medan magnet Bantu Motor Satu fasa Belitan utama menggunakan penampang kawat tembaga lebih besar sehingga memiliki impedansi lebih kecil. Sedangkan belitan bantu dibuat dari tembaga berpenampang kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehingga impedansinya lebih besar dibanding impedansi belitan utama. Grafik arus belitan bantu Ibantu dan arus belitan utama Iutama berbeda fasa sebesar , hal ini disebabkan karena perbedaan besarnya impedansi kedua belitan tersebut. Perbedaan arus beda fasa ini menyebabkan arus total, merupakan penjumlahan vektor arus utama dan arus bantu. Medan magnet utama yang dihasilkan belitan utama juga berbeda fasa sebesar dengan medan magnet bantu.

Gambar 2. grafik Gelombang arus medan bantu dan arus medan utama

Gambar 3. Medan magnet pada Stator Motor satu fasa

Belitan bantu Z1-Z2 pertama dialiri arus Ibantu menghasilkan fluks magnet tegak lurus, beberapa saat kemudian belitan utama U1-U2 dialiri arus utama Iutama. yang bernilai positip. Hasilnya adalah medan magnet yang bergeser sebesar 45 dengan arah berlawanan jarum jam. Kejadian ini berlangsung terus sampai satu siklus sinusoida, sehingga menghasilkan medan magnet yang berputar pada belitan statornya. Rotor motor satu fasa sama dengan rotor motor tiga fasa yaitu berbentuk batang-batang kawat yang ujung-ujungnya dihubung singkatkan dan menyerupai bentuk sangkar tupai, maka sering disebut rotor sangkar.

Gambar 4. Rotor sangkar Belitan rotor yang dipotong oleh medan putar stator, menghasilkan tegangan induksi, interaksi antara medan putar stator dan medan magnet rotor akan menghasilkan torsi putar pada rotor.

Motor Kapasitor Motor kapasitor satu phasa banyak digunakan dalam peralatan rumah tangga seperti motor pompa air, motor mesin cuci, motor lemari es, motor air conditioning. Konstruksinya sederhana dengan daya kecil dan bekerja dengan tegangan suplai PLN 220 V, oleh karena itu menjadikan motor kapasitor ini banyak dipakai pada peralatan rumah tangga.

Gambar 5. Motor kapasitor Belitan stator terdiri atas belitan utama dengan notasi terminal U1-U2, dan belitan bantu dengan notasi terminal Z1-Z2 Jala-jala L1 terhubung dengan terminal U1, dan kawat netral N terhubung dengan terminal U2. Kondensator kerja berfungsi agar perbedaan sudut phasa belitan utama dengan belitan bantu mendekati 90. Pengaturan arah putaran motor kapasitor dapat dilakukan dengan (lihat gambar6): Untuk menghasilkan putaran ke kiri (berlawanan jarum jam) kondensator kerja CB disambungkan ke terminal U1 dan Z2 dan terminal Z1 dikopel dengan terminal. Putaran ke kanan (searah jarum jam) kondensator kerja disambung kan ke terminal Z1 dan U1 dan terminal Z2 dikopel dengan terminal U1.

Gambar 6. Pengawatan motor kapasitor dengan pembalik putaran. Motor kapasitor dengan daya diatas 1 KW di lengkapi dengan dua buah kondensator dan satu buah saklar sentrifugal. Belitan utama U1-U2 dihubungkan dengan jala-jala L1 dan Netral N. Belitan bantu Z1-Z2 disambungkan seri dengan kondensator kerja CB, dan sebuah kondensator

starting CA diseri dengan kontak normally close (NC) dari saklar sentrifugal, lihat gambar 7. Awalnya belitan utama dan belitan bantu mendapatkan tegangan dari jala-jala L1 dan Netral. Kemudian dua buah kondensator CB dan CA, keduanya membentuk loop tertutup sehingga rotor mulai berputar, dan ketika putaran mendekati 70% putaran nominalnya, saklar sentrifugal akan membuka dan kontak normally close memutuskan kondensator bantu CA.

Gambar 7. Pengawatan dengan Dua Kapasitor Fungsi dari dua kondensator yang disambungkan parallel, CA+CB, adalah untuk meningkatkan nilai torsi awal untuk mengangkat beban. Setelah putaran motor mencapai 70% putaran, saklar sentrifugal terputus sehingga hanya kondensator kerja CB saja yang tetap bekerja. Jika kedua kondensator rusak maka torsi motor akan menurun drastis, lihat gambar 8.

Gambar 8. Karakteristik Torsi Motor kapasitor MotorShaded Pole Motor shaded pole atau motor phasa terbelah termasuk motor satu phasa daya kecil, dan banyak digunakan untuk peralatan rumah tangga sebagai motor penggerak kipas angin, blender. Konstruksinya sangat sederhana, pada kedua ujung stator ada dua kawat yang terpasang dan dihubung singkatkan fungsinya sebagai pembelah phasa. Belitan stator dibelitkan sekeliling inti membentuk seperti belitan transfor mator. Rotornya

berbentuk sangkar tupai dan porosnya ditempatkan pada rumah stator ditopang dua buah bearing.

Gambar 9. motor shaded pole, Motor fasa terbelah. Irisan penampang motor shaded pole memperlihatkan dua bagian, yaitu bagian stator dengan belitan stator dan dua kawat shaded pole. Bagian rotor sangkar ditempatkan di tengah-tengah stator, lihat gambar 10.

Gambar 10. Penampang motor shaded pole. Torsi putar dihasilkan oleh adanya pembelahan phasa oleh kawat shaded pole. Konstruksi yang sederhana, daya yang kecil, handal, mudah dioperasikan, bebas perawatan dan cukup di suplai dengan Tegangan AC 220 V, jenis motor shaded pole banyak digunakan untuk peralatan rumah tangga kecil. Motor Universal Motor Universal termasuk motor satu phasa dengan menggunakan belitan stator dan belitan rotor. Motor universal dipakai pada mesin jahit, motor bor tangan. Perawatan rutin dilakukan dengan mengganti sikat arang yang memendek atau pegas sikat arang yang lembek. Kontruksinya yang sederhana, handal, mudah dioperasikan, daya yang kecil, torsinya yang

cukup besar motor universal dipakai untuk peralatan rumah tangga.

Gambar 11. komutator pada motor universal. Bentuk stator dari motor universal terdiri dari dua kutub stator. Belitan rotor memiliki dua belas alur belitan dan dilengkapi komutator dan sikat arang yang menghubungkan secara seri antara belitan stator dengan belitan rotornya. Motor universal memiliki kecepatan tinggi sekitar 3000 rpm.

Gambar 12. stator dan rotor motor universal Aplikasi motor universal untuk mesin jahit, untuk mengatur kecepatan dihubungkan dengan tahanan geser dalam bentuk pedal yang ditekan dan dilepaskan. Semoga bermanfaat. Kategori: Mesin Listrik

Artikel Terkait Lainnya:


Mesin Listrik
y

Kode IP (International Protection / Ingress Protection)

y y y y y y

Unduh Buku-Buku Teknik Elektro Gratis Tap Changer (Perubah Tap) Pada Transformator Animasi Generator DC dan Generator AC Standarisasi Motor Listrik Perubahan Reaktansi Mesin Listrik Pada Saat Terjadi Gangguan Animasi Motor DC

Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri, sedangkan motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase yang banyak digunakan terutama pada penggunaan untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah.

3.1 Konstruksi Motor Induksi


Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut. 1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya. 2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor. 3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor. Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.

1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang. 2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.

3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan stator).

4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga. Rangka stator motor induksi didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya. 2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka (cuaca luar). 3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan. 4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif. Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi dua jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1, yaitu. 1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage). 2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)

a) Rangka Stator b) Rotor Belitan c) Rotor Sangkar

Gambar 3.1 Bentuk konstruksi dari motor induksi


Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.

1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator.

2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor.
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga. 4. Poros atau as.

Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Bentuk gambaran sederhana penempatan stator dan rotor pada motor induksi diperlihatkan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu kumparan stator dan satu kumparan rotor Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar 3.2 menunjukkan arah arus yang melewati kumparan masuk ke dalam kertas (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.) menunjukkan bahwa arah arus keluar dari kertas.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns =, 120f/2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi. Bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.

3.2. Prinsip Kerja Motor Induksi


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada kumparan rotornya. Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi dan karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator. Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut. [sink = 2Tf (listrik, rad/dt) (3.1) = 2Tf / P (mekanik, rad/dt) atau: Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) (3.2)
yang mana : f = frekuensi sumber AC (Hz) P = jumlah pasang kutup Ns dan [sink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator Prinsip kerja motor induksi berdasarkan macam fase sumber tegangannya dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut dibawah ini. 1. Sumber 3-fase Sumber 3-fase ini biasanya digunakan oleh motor induksi 3-fase. Motor induksi 3-fase ini mempunyai kumparan 3-fase yang terpisah antar satu sama lainya sejarak 1200 listrik yang dialiri oleh arus listrik 3-fase yang berbeda fase 1200 listrik antar fasenya, sehingga keadaan ini akan menghasilkan resultan fluks magnet yang berputar seperti halnya kutup magnet aktual yang berputar secara mekanik.

Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stator diperlihatkan pada gambar 3.3. F1 S3 F2 F3 S1 S2

Gambar 3.3 Bentuk hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stator
Berntuk gambaran fluk

yang terjadi pada motor induksi 3fasa diperllihatkan pada gambar 3.4 (fluks yang 3-fase terjadi pada

kumparan sinusoidal

diasumsikan yang

seperti

diperlihatkan pada gambar 3.4a dengan arah fluks positif seperti gambar 3.4b) <! [if mso & !supportInlineShapes & supportFields]&gt; SHAPE \* MERGEFORMAT &lt;![endif] > q Fm F

<![if mso & !supportInlineShapes & supportFields]&gt; &lt;![endif]>


Gambar 3.4 Fluks yang terjadi pada motor induksi 3-fase dari gambar 3.3

Bila dimisalkan nilai fluks maksimum yang terjadi pada salah satu fasenya disebut Jm , maka resultan fluks Jr pada setiap saat diperoleh dengan melakukan penjumlah vektor dari masing-masing fluks J1 , J2 dan J3 akibat pengaruh 3-fasenya. Bila nilai Jr dihitung setiap 1/6 perioda dari gambar 3.4a dengan mengambil titik-titik 0, 1, 2 dan 3 maka akan diperoleh bentuk gambaran perputaran fluks stator seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5. Bentuk perhitungan hingga terjadinya perputaran fluks magnet stator dari gambar 3.5 dapat diterangkan dengan memperhatikan kembali titik-titik 0, 1, 2 dan 3 pada gambar 3.4 sehingga didapatkan sebagai berikut. (i) Saat U = 00 pada gambar 3.4a akan diperoleh :

J1 = 0, J2 = [(

)/2] x Jm , J3 = [(

)/2] x Jm

Penjumlahan vektor dari ketiga vektor J1 ,J2 dan J3 ini menghasilkan vektor Jr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(i) dengan perhitungan :

Jr = 2 x [(

)/2] x Jm x cos (600/2) =

x [(

)/2] x Jm = (3/2) Jm

(ii) Saat U = 600 pada gambar 3.4a akan diperoleh :

J1 = [(

)/2] x Jm , J2 = [(

)/2] x Jm , J3 = 0

Penjumlahan vektor dari ketiga vektor J1 ,J2 dan J3 ini menghasilkan vektor Jr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(ii) dengan perhitungan :

Jr = 2 x [(

)/2] x Jm x cos (600/2) =

x [(

)/2] x Jm = (3/2) Jm

Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap sebesar (3/2) Jm dan berputar searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 60 0. 60 0 60 0 60 0

60 0 Fr = 1,5 Fm Fr = 1,5 Fm Fr = 1,5 Fm Fr = 1,5 Fm F2 F3 -F2 F1 -F2 F1 -F3 -F3 (iv) q = 180 0 (i) q = 0 0 (iii) q = 120 0 (ii) q = 60 0 Gambar 3.5 Bentuk perputaran fluks stator dari gambar 3.4

(iii) Saat U = 1200 pada gambar 3.4a akan diperoleh :

J1 = [( [(

)/2] x Jm , J2 = 0 , J3 =

)/2] x Jm

Penjumlahan vektor dari ketiga vektor J1 ,J2 dan J3 ini

menghasilkan vektor Jr seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4(iii) dengan perhitungan :

Jr = 2 x [(

)/2] x Jm x cos (600/2) =

x [(

)/2] x Jm = (3/2) Jm

Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap lagi sebesar (3/2) Jm dan berputar lagi searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 600 atau 1200 dari saat awal.

(iv) Saat U = 1800 pada gambar 3.4a akan diperoleh :

J1 = [(

)/2] x Jm , J2 = [(

)/2] x Jm , J3 = 0

Penjumlahan vektor dari ketiga vektor J1 ,J2 dan J3 ini menghasilkan vektor Jr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(iv) dengan perhitungan :

Jr = 2 x [(

)/2] x Jm x cos (600/2) =

x [(

)/2] x Jm = (3/2) Jm

Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap lagi sebesar (3/2) Jm dan berputar lagi searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 600 atau 1800 dari saat awal. Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Resultan fluks yang dihasilkan konstan sebesar (3/2) Jm yaitu 1,5 kali fluks maksimum yang terjadi dari setiap fasenya.

2. Resultan fluks yang terjadi berputar disekeliling stator dengan kecepatan konstan sebesar 60.f /P (telah dijabarkan sebelumnya). Besarnya fluks konstan yang terjadi pada motor induksi 3-fase juga dapat dibuktikan secara matematik. Dengan cara mengambil salah satu fase-1 sebagai referensi maka didapatkan sebagaiberikut.
Misalkan fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a (fasa 1) pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat polar, yaitu : J1 = Ja cos J (3.3) Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b (fasa 2) dan c-c (fasa 3) masing-masing adalah : J2 = Jb cos (J  120r) (3.4) J3 = Jc cos (J  240r) (3.5) Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitudo Ja, Jb dan Jc dapat dituliskan:

Ja = Jmaks cos [t (3.6) Jb = Jmaks cos ([t  120r) (3.7) Jc = Jmaks cos ([t  240r) (3.8)

Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat (J) dan waktu (t). Jt(J,t) = Jm cos [t cos J + Jm cos (J  120r) cos ([t  120r) + Jm cos (J  240r) cos ([t  240r)

Dengan memakai transformasi trigonometri dari : cos E cos F = cos (E  F) + cos (E + F) (3.9) didapat : Jt(J,t) = Jm cos (J  [t) + Jm cos (J + [t) + Jm cos (J  [t) + Jm cos (J + [t  240r) + Jm cos (J  [t) + Jm cos (J + [t  480r)

Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka diperoleh: Jt(J,t) = 1,5 Jm cos (J  [t) (3.10) 2. Sumber 2-fasa atau 1-fasa Pada dasarnya, prinsip kerja motor induksi 1-fasa sama dengan motor induksi 2-fasa yang tidak simetris karena pada kumparan statornya dibuat dua kumparan (yaitu kumparan bantu dan kumparan utama) yang mempunyai perbedaan secara listrik dimana antara masing-masing kumparannya tidak mempunyai nilai impedansi yang sama dan umumnya motor bekerja dengan satu kumparan stator (kumparan utama). Khusus untuk motor kapasitor-start kapasitor-run, maka motor ini dapat dikatakan bekerja seperti halnya motor induksi 2-fasa yang simetris karena motor ini bekerja dengan kedua kumparannya (kumparan bantu dan kumparan utama) mulai dari start sampai saat running (jalan).

Motor induksi 1-fase yang bekerja dengan satu kumparan stator pada saat running (jalan) dapat dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tetapi bekerja berdasarkan gabungan medan maju dan medan mundur. Bila salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan berputar mengikuti perputaran medan ini. Bentuk gambaran proses terjadinya medan maju dan medan mundur ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perputaran medan ganda seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.6. -Fm +Fm Fm/2 Fm/2 Fm/2 Fm/2 Fm sin q +q -q -q +q Gambar 3.6 Teori perputaran medan ganda pada motor induksi 1-fase Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa sinusoidal balik fluks bolak dapat ditampilkan sebagai dua fluks yang berputar,

dimana masing-masing fluks bernilai setengah dari nilai fluks bolak-baliknya yang berputar dengan kecepatan sinkron dengan arah yang saling berlawanan. Gambar 3.6a memperlihatkan bahwa fluks total yang dihasilkan sebesar *m adalah akibat pengaruh dari masing-masing komponen fluks A dan B yang mempunyai nilai sama sebesar *m / 2 yang berputar dengan arah yang berlawanan. Setelah fluks A dan

B berputar sebesar +U dan -U (pada gambar 3.6b) resultan fluks yang terjadi menjadi 2 x (*m/2) sin (2U/2) = *m sin U. Selanjutnya setelah seperempat lingkaran resultan fluks yang terjadi (gambar 3.6c) menjadi nol karena masing-masing fluks A dan B mempunyai harga yang saling menghilangkan. Setelah setengah lingkaran (gambar 3.6d) resultan fluks A dan b akan menghasilkan 2 x (*m/2) = *m (arah

berlawanan dengan gambar 3.6a). Selanjutnya setelah tigaperempat lingkaran (gambar 3.6e) resultan fluks A dan B yang terjadi kembali nol karena masing-masing fluks yang saling menghilangkan. Proses pada gambar 3.6 ini akan terus berlangsung sehingga terlihat bahwa medan fluks yang terjadi adalah medan maju dan medan mundur karena pengaruh fluks magnet bolak balik yang dihasilkan oleh sumber arus bolak balik. 3.3 Slip

Apabila rotor dari motor induksi berputar dengan kecepatan Nr, dan medan magnet stator berputar dengan kecepatan Ns, maka bila ditinjau perbedaan kecepatan relatif antara kecepatan medan magnet putar stator terhadap kecepatan rotor, ini disebut kecepatan slip yang besarnya sebagai berikut. Kec.slip = Ns Nr (3.11) Kemudian slip (s) adalah :

S=

(3.12)

Frekuensi yang dibangkitkan pada belitan rotor adalah f2 dimana

f2 =

(3.13)

dengan: p = jumlah kutup magnet stator. Sedangkan frekuensi medan putar stator adalah fl, di mana

f1 =

(3.14)

Dari persamaan persamaan di atas akan diperoleh

f2 = sf1 (3.15)

Apabila, slip = 0 (karena Ns=Nr) maka f2 = 0. Apabila rotor ditahan slip = 1 (karena Nr= 0) maka f2 = f1. Dari persamaan f2 = sf1, diketahui bahwa frekuensi rotor dipengaruhi oleh slip. Oleh karena GGL induksi dan reaktansi pada rotor merupakan fungsi frekuensi maka besarnya juga turut dipengaruhi oleh slip. Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan stator adalah : E1 = 4,44 f1 N1 Jm (3.16) Selanjutnya, besarnya GGL induksi efektif pada kumparan rotor adalah : E2S = 4,44 f2 N2 Jm (3.17) = 4,44 s f1 N2 Jm = s.E2 dimana : E2 = GGL pada saat rotor diam (Nr = Ns) E2S = GGL pada saat rotor berputar. Selanjutnya karena kumparan rotor mempunyai reaktansi induktif yang dipengaruhi oleh frekuensi, maka dapat dibuatkan : X2S = 2T f2 L2 (3.18) = 2T s.f1 L2 = sX2 dengan : X2S = reaktansi pada saat rotor berputar.

X2 = reaktansi pada saat rotor diam. (Nr = Ns).

3.4 Arus Rotor


Lilitan rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan sumber, arusnya diinduksikan oleh fluks magnet bersama (J) antara stator dan rotor yang melewati celah udara, sehingga arus rotor ini bergantung kepada perubahan-perubahan yang terjadi pada stator. Apabila tegangan sumber V1 diberikan pada stator, pada stator timbul tegangan E1 yang diinduksikan oleh fluks-fluks tersebut yang juga menimbulkan tegangan E pada rotor, (E2 = E1 pada saat rotor ditahan dan s E2 = E1 pada waktu motor berputar dengan slip s). Besarnya arus rotor I2 akan diimbangi dengan arus stator tapi dengan arah berlawanan agar fluks magnet bersama (Jm) tetap konstan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7: Diagram vektor motor induksi dengan tinjauan sederhana

Pada slip s, arus rotor ditentukan oleh s E2 (GGL rotor) dan Z2 (impedansi rotor), sehingga akan diperoleh:

I1== I2 = I1 ketinggalan sebesar N2 terhadap V1, dengan:

(3.19)

N2 = arc tan

(3.20)

3.5. Rangkaian Pengganti Motor Induksi 3-fasa


Motor induksi 3-fasa mempunyai kumparan stator dan kumparan rotor. Rangkaian pengganti rotor motor induksi ideal digambarkan pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Rangkaian pengganti rotor motor induksidengan tinjauan sederhana.


GGL induksi pada rotor adalah sE2 = E1, jika dibuat El = E2 maka semua unsur yang ada di rotor

harus dibagi dengan s , sehingga r2 menjadi

dan s.X2 menjadi X2. Selanjutnya dapat juga dibuatkan :

(3.21) dengann arus rotor I2 tetap sama dengan I2 sebelumnya. Bila dinamakan tahanan stator = r1 dan reaktansi induksi dari fluks bocor kumparan stator = X1, akan dapat dibuatkan rangkaian pengganti motor induksi 3-fasa perfasanya seperti gambar 3.9. Selanjutnya, bila rotor dilihat dari sisi stator akan diperoleh gambar 3.10 dengan rm (tahanan karena pengaruh rugi-rugi inti) dan Xm (reaktansi induktif magnet) pada inti. Gambar 3.10 merupakan gambar rangkaian pendekatan (ekivalen) motor induksi 3fasa perfasa yang sudah merupakan standar untuk menganalisa rangkaian karena sisi rotor dilihat dari sisi stator.

Gambar 3.9. Rangkaian pengganti motor induksi 3-fasa perfasa E2 =E1

Gambar 3.10 Rangkaian pengganti dengan rotor disesuaikan terhadap stator. Gambar 3.10 memperlihatkan bahawa untuk menggabungkan rangkaian stator dan rangkaian rotor, rangkaian rotor harus disesuaikan dengan rangkaian stator. Apabila rangkaian rotor disesuaikan terhadap rangkaian stator maka rangkaian rotor dianggap mempunyai nilai yang sama dengan bayangan dari rangkaian stator itu sendiri, sehingga E1 = E2 . Selanjutnya untuk parameter-parameter yang lain pada sisi rotor juga diberik tanda ( ) seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.10.

3.6. Daya Motor Induksi


Dengan memperhatikan gambar 3.8 sampai dengan gambar 3.10 dapat dibuatkan besarnya daya aktif makanik yang ditransfer dari stator melalui celah udar ke rotor (Pg) sebesar.

Pg = I22 .

= I 22. (

) (3.22)

= (I2 )2 .

= I 2 2. (

dan rugi-rugi daya aktif pada kumparan rotor (Pr2) sebesar: Pr2 = I22 r2 = (I2 )2.r2 (3.23) Selanjutnya daya aktif mekanik yang bermanfaat untuk menggerakkan rotor (Pm) sebesar:

Pm = I22 .

= (I2 )2 .

(3.24)

Bila dibuatkan perbandingan antara ketiga daya tersebut, dengan asumsi rugi-rugi putar diabaikan, maka dapat dibuatkan perbandingan sebagai berikut. Pm : Pr2 = (1-s) : s (3.25) Pg : Pm : Pr2 = 1: (1 - s) : s (3.26) Kemudian rugi-rugi daya aktif pada kumparan primer motor induksi 3-fasa perfasa (P1) dapat dibuatkan sebagai berikut. P1 = I12 r1 (3.27) Daya masukan motor induksi 3-fasa perfasa menjadi: Pin = P2 + Pg (3.28) Selanjutnya daya 3-fasanya dapat dibuatkan sebagai berikut. Pin (3ph) = 3. Pin(3ph) (3.29)

Pin (3ph) = VL. IL. Cos

(3.30)

Dengan

= perbedaan sudut antara VL dan IL.

3.7 Torsi Motor Induksi


Torsi berhubungan dengan kemampuan motor untuk mesuplai beban mekanik. Oleh karena itu Torsi (T) secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.

T=

(3.31)

Dengan : [r = kecepatan sudut (mekanik) dari rotor. Dari persamaan (3.12) dapat dibuat bahwa Nr = Ns (1-s), sehingga diperoleh pula: [r = [s (1-s) (3.32) Bila dilihat torsi mekanik yang ditransfer pada rotornya (perhatikan gambar 3.10) akan diperoleh sebagai berikut.

Tg = Dimana:

(3.33)

k=

E= Ttorsi start yang dibutuhkan pada motor induksi dapat dihitung dengan memasukkan nilai s = 1 pada persamaan (3.33). Selanjutnya dengan memperhatikan persamaan 3.26, torsi mekanik yang bermanfaat untuk memutar rotor menjadi:

Tm =

(3.34)

Torsi maksimum dicapai pada

, maka dari persamaan (3.33), maka diperoleh:

E (s2 + E2) s.E (2s) = 0 s2 + E2 2 s2 = 0 s2 = E2 s = s E (3.35) Dari keadaan ini akan diperoleh torsi maksimum (Tmx) sebesar:

Tmx =

(3.36)

Torsi maksimum (1/2k) tersebut dicapai pada slip positif (mesin bertindak sebagai motor induksi) dan pada slip negatif (mesin bertindak sebagai generator induksi). Hubungan antara torsi dan slip dinyatakan pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Hubungan antara torsi dan slip motor induksi

Dengan memperhatikan gambar 3.11 dapat dilihat bahwa: - Pada kecepatan hipersinkron (kecepatan melebih kecepatan sinkron), slipnya negatif (biasanya kecil), mesin beroperasi sebagai generator induksi dengan torsi bekerja dengan arah yang berlawanan dengan putaran medan putar. - Saat mesin bekerja pada kecepatan di antara standstill dan kecepatan sinkron, dengan slip positif antara 1 dan 0: Mesin berputar pada keadaan tanpa beban sehingga slipnya kecil sekali, GGL rotor juga kecil sekali, Z2 (rotor circuit impedance) hampir R murni dan arus cukup untuk membangkitkan torsi dan memutar rotornya. - Selanjutna beban mekanik dipasang pada poros sehingga putaran rotor makin lambat, slip naik, GGL rotor naik (besar maupun frekuensinya), menghasilkan arus dan torsi yang lebih besar. - Jika motor induksi diputar berlawanan dengan arah putaran medan putar maka masih akan dihasilkan torsi yang bertindak sebagai rem dan terjadi penyerapan tenaga mekanik: Misalnya mesin dalam keadaan berputar dengan slip s , kemudian arah medan putar tiba-tiba di balik, maka akan terjadi rotor mempunyai slip (2 - s), kecepatan turun menuju nol dan dapat dibawa ke kondisi standstill. Cara ini adalah cara pengereman motor yang disebut dengan plugging. 3.8. Hubungan Antara Torsi dan Slip Dari persamaan (34) terlihat bahwa untuk s = 0, T = 0 sehingga kurva dimulai dari titik 0. Pada kecepatan normal (mendekati kecepatan sinkron, harga (s.X2) sangat kecil dibanding harga r2-nya,

sehingga T =

untuk r2 konstan.

Gambar 3.12. Grafik T = f(s) untuk bermacam-macam nilai r2 pada motor induksi Apabila slip terus dinaikkan (dengan menambah beban motor) torsi (T) terus meningkat dan

mencapai harga maksimum pada saat s =

, torsi ini disebut pull - out atau break - down torque.

Dengan bertambahnya beban, slip makin besar, putaran motor makin turun maka lama-lama X2 meningkat terus sehingga r2 dapat diabaikan bila dibandingkan terhadap (s.X2) sehingga bentuk kurva torsi - slip sesudah mencapai titik maksimum berobah dalam setiap penambahan beban motor dimana torsi yang dihasilkan motor akan terus merosot, akibatnya putaran semakin pelan dan akhirnya

berhenti. Pada prinsipnya daerah kerja dari motor berada di antara slip, s = 0 dan s =

saat mencapai

torsi maksimum, perhatikan gambar 3.12. Dari gambar 3.12 terlihat bahwa nilai Tmaks tergantung dari r2 , makin besar harga r2 makin besar pula nilai slip untuk mencapai Tmaks.

3.9 Membalik Arah Putaran Motor Induksi 3-fasa


Untuk membalik putaran motor dapat dilaksanakan dengan menukar dua di antara tiga kawat dari sumber tegangannya seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.13.

Gambar 3.13 Cara membalik arah putaran motor induksi 3-fasa

3.10 Memilih Motor Listrik


Setiap motor listrik sebagai alat penggerak sudah mempunyai klasifikasi tertentu sesuai dengan maksud penggunaannya menurut kebutuhan yang diinginkan. Klasifikasi tiap motor listrik bisa dibaca pada papan nama (name plate) yang dipasang padanya sehingga untuk berbagai keperluan bisa dipilih motor yang sesuai. Di dalam pemakaian sederhana, klasifikasi motor hanya dikenal menurut:: 1. Tenaga output motor (HP). 2. Sistem tegangan (searah, bolak-balik, ukurannya, fasenya). 3. Kecepatan motor (rendah, sedan, tinggi). Dalam pemakaian yang sederhana ini belum dicapai hal-hal lain yang sangat penting dalam memilih motor yang sesuai. Jadi dapat disimpulkan bahwa klasifikasi motor ini sangatlah luas mencakup dalam: 1. Hal-hal yang dibutuhkan oleh mesin-mesin yang digerakkan (driven machines) yang sesuai dengan: tenaga dan torsi yang dibutuhkan 2. Karakteristik beban dan macam-macam kerja yang diperlukan 3. Konstruksi mesin-mesin yang digerakkan

Hal-hal yang demikian akan memberikan pula macam-macam variasi bentuk dari motor termasuk alatalat perlengkapannya (alat-alat pengusutan dan pengaturan).

3.11 Motor Induksi 1-fasa Motor induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana, seperti kipas angin motor pompa dan lain sebagainya. Didasarkan pada cara kerjanya, maka motor ini dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Motor fase belah/fase bagi (split phase motor) 2. Motor kapasitor (capacitor motor) a. Kapasitor start (capacitor start motor) b. Kapasitor start-kapasitor jalan (capacitor start-capacitor run motor) c. Kapasitor jalan (capacitor run motor) 3. Motor kutub bayangan (shaded pole motor) Penjelasan dari jenis-jenis motor ini dijabarkan sebagai berikut di bawah ini. 3.11.1 Motor fase belah/fase bagi Motor fase belah mempunyai kumparan utama dan kumparan bantu yang tersambung paralel dan mempunyai perbedaan fasa antara keduanya mendekati 90o listrik. Gambaran konstruksi dan bentuk rangkaian sederhana pemasangan kumparannya diperlihatkan pada gambar 3.14.
c) b) a)

Gambar 3.14 Bentuk konstruksi dan hubungan kumparan motor induksi fasa belah Gambar 3.14a memperlihatkan letak kumparan utama dan kumparan bantu yang diatur berjarak 90o listrik, gambar 3.14b memperlihatkan hubungan kumparan utama dan kumparan bantu dalam rangkaiannya dan gambar 3.14c memperlihatkan hubungan arus dan tegangan yang terjadi pada kumparan motor induksi fasa belah. Di dalam prakteknya diusahakan antara arus kumparan bantu dan kumparan utamanya berbeda fasa mendekati 90
o

listrik. Dengan cara ini maka kumparan motor

menjadi seolah-olah seperti motor induksi dua fase yang akan dapat menghasilkan medan magnet yang seolah-olah berputar sehingga motor induksi ini dapat berputar sendiri (self starting). Pada motor fase boleh, kumparan utama mempunyai tahanan murni rendah dan reaktansi tinggi, sebaliknya kumparan bantu mempunyai tahanan murni yang tinggi tetapi reaktansinya rendah. Tahanan murni kumparan bantu dapat dipertinggi dengan menambah R yang disambung secara seri dengannya (disebut motor resistor) atau dengan menggunakan kumparan kawat yang diameternya sangat kecil. Bila pada kumparan bantuk diberik kapasitor, maka motor ini disebut motor kapasitor (capacitor motor). Motor fase belah ini biasanya sering disebut motor resistor saja, sedangkan untuk motor kapasitor jarang disebut sebagai motor fase belah karena walaupun prinsipnya adalah membagi dua fasa tetapi nilai perbedaan fasanya hampir mendekati 90o, sehingga kerjanya mirip dengan motor induksi 2-fasa dan umum disebut sebagai motor kapasitor saja. Untuk memutuskan arus, kumparan Bantu dilengkapi dengan saklar pemutus S yang dihubungkan seri terhadap kumparan bantu. Alat ini secara otomatis akan memutuskan setelah motor mencapai kecepatan 75% dari kecepatan penuh. Pada motor fase belah yang dilengkapi saklar pemutus kumparan bantu biasanya yang dipakai adalah saklar sentrifugal. Khusus untuk penerapan motor fase belah ini pada lemari es biasanya digunakan rele.

3.11.2 Motor kapasitor Motor kapasitor merupakan bagian dari motor fasa belah, namun yang membedakan kedua motor tersebut adalah pada saat kondisi start motor. Motor kapasitor ini menggunakan kapasitor pada saat startnya yang dipasang secara seri terhadap kumparan bantu. Motor kapasitor ini umumnya digunakan pada kipas angin, kompresor pada kulkas (lemari es), motor pompa air, dan sebagainya. Pada lemari es umumnya memakai rele sebagai saklar sentrifugalnya. Berdasarkan penggunaan kapasitor pada motor kapasitor, maka motor kapasitor ini dapat dibagi dalam hal sebagai berikut di bawah ini.

1. Motor kapasitor start (capacitor start motor) Pada motor kapasitor, pergeseran fase antara arus kumparan utama (Iu) dan arus kumparan bantu (Ib) didapatkan dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang seri terhadap kumparan bantunya seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.15.

Gambar 3.15 Bagan rangkaian motor kapasitor dan diagram vektor Iu dan Ib

Kapasitor yang digunakan pada umumnya adalah kapasior elektrolik yang pemasangannya tidak permanen pada motor (sebagai bagian yang dapat dipisahkan). Kapasitor start direncanakan khususnya untuk waktu pemakaian yang singkat, sekitar 3 detik, dan tiap jam hanya 20 kali pemakaian. Bila saat start dan setelah putaran motor mencapai 75% dari kecepatan penuh, saklar sentrifugal (CS) otomatis akan terbuka untuk memutuskan kapasitor dari rangkaian, sehingga yang tinggal selanjutnya hanya kumparan utama saja.. Pada sebahagian motor ini ada yang menggunaan rele sebagai saklar sentifugalnya. Ada 2 bentuk pemasangan rele yang biasa digunakan yaitu penggunaan rele arus dan rele tegangan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.16 dan gambar 3.17.

Gambar 3.16 Bentuk penggunaan rele arus dalam rangkaian Arus start yang dihasilkan pada gambar 3.16 cukup besar sehingga medan magnet yang dihasilkan oleh rele sanggup untuk menarik kontak NO (normally open) menjadi menutup (berhubungan), setelah motor berjalan dan mencapai kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka arus motor sudah turun menjadi kecil kontak NO yang terhubung tadi terlepas kembali karena medan magnet yang dihasilkan tidak sanggup untuk menarik kontak NO sehingga kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian.

Gambar 3.17 Bentuk penggunaan rele tegangan dalam rangkaian

Tegangan awal saat start yang dihasilkan pada rele gambar 3.17 masih kecil sehingga medan magnet yang dihasilkan oleh rele tidak sanggup untuk menarik kontak NC (normally close) menjadi terbuka (memisah), setelah motor berjalan dan mencapai kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka tegangan pada rele sudah naik menjadi normal sehingga kontak NC yang terlepas tadi terhubung karena medan magnet yang dihasilkan rele sanggup untuk menarik kontak NC menjadi terbuka sehingga kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian.

Disamping itu, penggunaan kapasitor start pada motor kapasitor dapat divariasikan misalnya dengan tegangan tegangan ganda seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.18.

Gambar 3.18 Motor kapasitor start tegangan ganda, putaran satu arah.

Untuk penggunaan tegangan rendah pada gambar 3.18, kumparan utama I dan kumparan utama II diparalel dengan cara terminal 1 dikopel dengan 3, terminal 2 dikopel dengan 4, kemudian terminal 1 dan 2 diberikan untuk sumber tegangan. Untuk tegangan tingginya, kumparan utama I dan kumparan utama II dihubungkan secara seri, kemudian terminal 1 dikopel dengan 4 dan terminal 3 dan 2 untuk sumber tegangan. Motor kapasitor start yang sederhana juga dapat diperlengkapi dengan pengaturan kecepatan dan pembalik arah putaran seperti yang diperlihatkan pada contoh berikut di bawah ini. a. Motor kapasitor start dengan 3 ujung dengan arah putaran yang dapat dibalik (three leads reversible capacitor start motor) diperlihatkan pada gambar 3.19.

Gambar 3.19 Motor kapasitor start dengan 3 ujung dengan pembalik arah putaran
b. Motor kapasitor start 2 kecepatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.20.

Gambar 3.20 Motor kapasitor start 2 kecepatan. Bila saklar diatur pada posisi low pada gambar 3.20, motor berputar lambat, sedangkan bila saklar diatur pada posisi high, motor berputar lebih cepat, karena kumparan cepat (high run) mempunyai jumlah kutub sedikit sedangkan kumparan lambat (low run) mempunyai jumlah kutub yang lebih banyak. c. Motor kapasitor start dengan 2 kumparan dan menggunakan 2 buah kapasitor seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.21.

Gambar 3.21 Motor kapasitor start dengan 2 kecepatan dan menggunakan 2 buah kapasitor.
2. Motor kapasitor start dan jalan (capacitor start-capacitor run motor).

Pada dasarnya motor ini sama dengan capasitor start motor, hanya saja pada motor jenis ini kumparan bantunya mempunyai 2 macam kapasitor dan salah satu kapasitornya selalu dihubungkan dengan sumber tegangan (tanpa saklar otomatis). Motor ini menggunakan nilai kapasitansi yang berbeda untuk kondisi start dan jalan. Dalam susunan pensaklaran yang biasa, kapasitor start yang seri dengan saklar start dihubungkan secara paralel dengan kapasitor jalan dan kapasitor yang diparalelkan itu diserikan dengan kumparan bantu. Penggunaan kapasitor start dan jalan yang terpisah memungkinkan perancangan motor memilih ukuran optimum masing-masing, yang menghasilkan kopel start yang sangat baik dan prestasi jalan yang baik. Tipe kapasitor yang digunakan pada motor kapasitor ini adalah tipe elektrolit dan tipe berisi minyak. Rancangan motor ini biasanya hanya digunakan untuk penggunaan motor satu fasa yang lebih besar dimana khususnya diperlukan untuk kopel start yang tinggi. Keuntungan dari motor jenis ini adalah : 1. Mempertinggi kemampuan motor dari beban lebih. 2. Memperbesar cos N (faktor daya). 3. Memperbesar torsi start, 4. Motor bekerja lebih baik (putaran motor halus). Motor jenis ini bekerja dengan menggunakan kapasitor dengan nilai yang tinggi (besar) pada saat startnya, dan setelah rotor berputar mencapai kecepatan 75% dari kecepatan nominalnya, maka kapasitor startnya dilepas dan selanjutnya motor bekerja dengan menggunakan kapasitor jalan dengan nilai kapasitor yang lebih rendah (kapasitas kecil) agar motor dapat bekerja dengan lebih baik. Bentuk gambaran motor jenis ini diperlihatkan pada gambar 3.22. Pertukaran harga kapasitor dapat dicapai dengan dua cara sebagai berikut. a) Dengan menggunakan dua kapasitor yang dihubungkan secara paralel pada rangkaian bantu, kemudian setelah saklar otomatis bekerja maka hanya sebuah kapasitor yang terhubung secara seri dengan kumparan bantu (gambar 3.22a)

b) Dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang secara paralel dengan ototransformator step up (gambar 3.22b).

a) b) Gambar 3.22 Cara mendapatkan pertukaran harga kapasitor

3. Motor kapasitor jalan (capacitor run motor). Motor ini mempunyai kumparan bantu yang disambung secara seri dengan sebuah kapasitor yang terpasang secara permanen pada rangkaian motor. Kapasitor ini selalu berada dalam rangkaian motor, baik pada waktu start maupun jalan, sehingga motor ini tidak memerlukan saklar otomatis. Oleh karena kapasitor yang digunakan tersebut selalu dipakai baik pada waktu start maupun pada waktu jalan maka harus digunakan kapasitor yang memenuhi syarat tersebut yaitu kapasitor yang berjenis kondensator minyak, atau kondensator kertas minyak. Pada umumnya kapasitor yang digunakan berkisar antara 2 sampai 20Q F, bentuk hubungannya pada rangkaian motor diperlihatkan pada gambar 3.23 dengan jenis dua arah putaran.

Gambar 3.23 Motor kapasitor jalan yang bekerja dengan 2 arah putaran (maju dan mudur) dengan kumparan utama sama dengan kumparan bantu.
Pada gambar 3.23, waktu putaran kanan, kumparan A diseri dengan kapasitor dan kumparan B bertindak sebagai kumparan utama, sedangkan pada waktu putaran kiri, kumparan B diseri dengan kapasitor dan berfungsi sebagai kumparan bantu, sehingga kumparan A sekarang berfungsi sebagai kumparan utama. Selanjutnya pada gambar 3.24 diperlihatkan contoh penerapan motor kapasitor jalan yang dapat diatur kecepatannya yang biasa diterapkan pada kipas angin.

Gambar 3.24 Motor kapasitor jalan (permanen) dengan 2 kecepatan. Untuk menentukan berapa besar kapasitor yang harus dipasang pada motor, secara umum diterapkan diperlihatkan pada tabel 1. 3.11.3 Motor kutup bayangan Motor kutub bayangan (Shaded pole) ini menggunakan kutup magnet stator yang dibelah dan diberi cincin pada bagian kutup yang kecil yang disebut kutup bayangan, dan sisi kutup yang besar disebut kutub pokok (Un shaded pole) dengan rotor yang biasa digunakan adalah rotor sangkar tupai seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.25. Motor kutub bayangan ini biasanya diterapkan untuk kapasitas yang kecil dan sering dijumpai pada motor-motor kipas angin yang kecil.

a) bentuk kutup 4 b) kutup bayangan diberi cicin Gambar 3.25 Kutub utama dan kutub bayangan motor kutub bayangan

Gambar 3.25b menunjukkan sebuah kutub dari motor kutub bayangan, kira-kira 1/3 dari kutub diberi alur yang selanjutnya dilingkari (diberi cincin) dengan satu lilitan hubung singkat (CU Coil) dan dikenal dengan kumparan bayangan (shading coil). Kutub yang diberi cincin ini dikenal dengan nama kutub bayangan, dan bagian lainnya yang besar dikenal dengan kutup bukan bayangan (Un shaded pole). Medan putar yang dihasilkan pada motor jenis ini adalah karena adanya induksi pada cincin hubung singkat yang terdapat pada kutub bayangan yang berasal dari pengaruhi induksi magnet pada kutup yang lainya, sehingga motor ini menghasilkan fluks magnet yang berputar.

Anda mungkin juga menyukai