Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PERMASALAHAN ETIK KASUS PASIEN DEWASA Informed Consent

Disusun oleh: Grahita Anindita Poernomo Manggala Sariputri Sesia Pradestine Herlina Nindyastuti Rhatri Aktaria Parisaputri G1A210114 G1A210116 G1A210117 G1A210120 G1A210121

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PURWOKERTO

2011

A. Deskripsi Kasus Seorang pasien diantar oleh kakaknya dan polisi ke IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto pada hari Kamis, 15 Desember 2011 pukul 14.35 WIB. Pasien di bawa ke rumah sakit setelah mengalami kecelakaan, yaitu ketika pasien dibonceng kakaknya menggunakan sepeda motor, bermaksud pulang ke Purbalingga dari pasar Wage, di daerah SPBU Berkoh terdapat mobil yang berlawanan arah yang sedang membawa pralon, dan ikatan pralonnya terlepas sehingga pralon menggelinding kearah dimana pasien dan kakaknya sedang melintasi jalan. Salah satu pralon mengenai motor yang pasien tumpangi sehingga mengakibatkan pasien dan kakaknya terjatuh. Pasien menderita luka di kaki kanan yang cukup dalam, bengkak dan luka lecet di bagian wajah. Kakak korban tidak mengalami permasalahan berarti. Pada saat yang bersamaan, sedang melintas patrol polisi, sehingga pasien, kakak pasien dan supir pembawa pralon dibawa ke rumah sakit. Polisi memfasilitasi perbincangan antara pasien dan sopir pembawa pralon dan disepakati untuk berdamai dan biaya pengobatan ditanggung oleh supir pembawa pralon. Pasien sempat pingsan selama lima menit, pusing dan mengalami amnesia anterogard (yaitu pasien seringkali menanyakan keberadaan ia sekarang, ataupun kejadian peristiwa kecelakaan) lebih dari tiga puluh menit. Pasien tidak mengalami muntah. Luka pada lutut kanan pasien di jahit, dengan pemberitahuan informasi yang minimal, Bu, pak, niki luka ne dijahit nggih kata perawat. Pasien dan kakaknya pun mengiyakan, Nggih pak, tanpa menanyakan lebih lanjut tentang apa keuntungan dan kerugiannya. Luka dibersihkan, dan dijahit dengan memperhatikan prinsip antisepsis dan asepsis. Ketika luka pasien dibersihkan, dokter yang bertugas di IGD datang dan melihat luka, lalu berbicara kepada perawat dan koas Wah ini degloving ni... Perawat menjawab iya dok, saya pikir tadi tidak terlalu dalam dan meluas, baru terlihat setelah dibersihkan. Dokter jaga pun melengkapi status pasien tersebut, selesainya melengkapi status,

dokter kembali mendekati perawat yang sedang menjahit luka, Lho pak, tidak pakai jahit matras saja pak? Lalu perawat menjawab, tidak dok sambil meneruskan menjahit luka pasien. Setelah dijahit, luka pasien diberi salep antibiotik dan ditutup kassa, selain itu juga diberi elastic band. Sekitar 10 menit seusai luka pasien dijahit, dokter yang bertugas datang kembali untuk mengawasi keadaan pasien dan memeriksa pasien baru. Ketika duduk bersama perawat, dokter berkata Sebaiknya sih di CT Scan kepada perawat, mengingat pasien masih mengalami amnesia. Kemudian perawat menyampaikan ke keluarga pasien, Pak, bu, niki apike di foto kepalanya, pripun?. Ibu punya jamkesmas? kata dokter menambahkan. Pasien berkataTidak ada, dan juga dibenarkan oleh keluarga. Karena pasien dan keluarga berasal dari keluarga yang tidak mampu, akhirnya keluarga minta waktu untuk berfikir. Setelah kurang lebih 15 menit sejak diberi tahu, salah satu keluarga pasien datang menyampaikan bahwa, boleh di CT scan, biaya nanti ditanggung ole sopir pembawa pralon. Akhirnya pasien di CT scan, dengan hasil edema serebri. Pasien lalu dikonsulkan ke dokter bedah saraf, dan dirawat di ruang cempaka. Di hari berikutnya setelah di visit oleh dokter bedah saraf, pasien di beri obat oral, di foto rontgen genue, dan juga boleh pulang jika tidak ada kelainan di foto genue.

B. Permasalahan etik dan alasan pemilihan Permasalahan etik yang diangkat pada kasus yang telah dijabarkan sebelumnya adalah pemberian informasi dan persetujuan untuk melakukan tindakan medis (jahit luka), pemberian informasi dan persetujuan untuk pemeriksaan CT Scan dan dilema pemeriksaan CT Scan pada pasien menengah ke bawah. Alasan pemilihan permasalahan pada pemberian informasi dan persetujuan untuk melakukan tindakan medis (jahit luka), adalah informasi dan persetujuan yang adekuat diharapkan dapat menjalin komunikasi yang baik antara pasien dan

dokter, sehingga dapat terhindar dari kesalahpahaman yang dapat berujung dengan tuntutan. Selain itu, pada kasus ini luka pasien cukup dalam (hingga dapat terlihat bagian tulang betis), sehingga dapat mengakibatkan infeksi pada luka, ataupun kematian jaringan pada luka. Alasan pemilihan permasalahan pada pemberian informasi dan persetujuan untuk pemeriksaan CT Scan adalah informasi dan persetujuan yang adekuat diharapkan keluarga dan pasien dapat mengerti betul manfaat dan kegunaan dari pemeriksaan yang akan dilakukan. Dengan demikian, anggapan pasien dokter melakukan pemeriksaan berlebihan ataupun menggunakan pemeriksaan yang mahal dapat dihindari. Alasan pemilihan permasalahan pada dilema pemeriksaan CT Scan adalah banyaknya pasien tidak mampu yang tidak mempunyai jamkesmas, memerlukan pemeriksaan CT Scan tersebut. Sehingga diharapkan pemeriksaan CT Scan dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin.

C. Alternatif penyelesaian masalah dan alasan pemilihan Alternatif penyelesaian masalah dan alasan pemilihan kasus untuk masalah pertama dan kedua (yaitu pemberian informasi dan persetujuan tindakan medis (penjahitan) dan pemeriksaan CT Scan) dijabarkan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan medis yang dilakukan. Kemungkinan terjadinya pemberian informasi dan persetujuan yang tidak adekuat disebabkan oleh ketidaktahuan akan apa saja yang harus disampaikan ketika akan melakukan tindakan medis atau pemeriksaan. Hal yang harus disampaikan ketika pemberian informasi sebelum melakukan tindakan medis adalah manfaat dari tindakan yang akan dilakukan, kerugian dari tindakan yang akan dilakukan, prosedur tindakan secara ringkas namun jelas dan kejadian yang mungkin terjadi jika dilakukan ataupun tidak dilakukan tindakan tersebut (Edwards, 2008)

2. Meluangkan waktu dokter lebih banyak untuk menjelaskan tentang tindakan ataupun pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap pasien. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah karena dokter yang bertugas tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskan informasi yang adekuat tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Hal ini dapat diantisipasi dengan menambah jumlah dokter atau dengan memberikan kewenangan kepada paramedik untuk menjelaskan informasi tentang tindakan secara rinci, bukan semata mata persetujuan saja. Hal yang sering terjadi di RSMS adalah pemberian informasi tindakan ringan (bukan operasi) dilakukan oleh perawat, dengan ala kadarnya. Hal ini dapat diantisipasi dengan menggunakan instruksi tertulis pada rekam medis tentang informed consent yang diberikan kepada pasien ataupun keluarganya. 3. Tindak nyata di lapangan Pada kenyataannya, pemberian informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sangat mempengaruhi salah satu dari prinsip etik dalam pelaksanaan kedokteran yaitu autonomi. Karena dengan informasi yang adekuat mengenai tindakan yang akan dilakukan baru akan menjamin keluarga pasien mengerti betul mengenai pilihan yang akan diambilnya nanti (Mc Cormick, T.R. 2008). Alternatif penyelesaian masalah dan alasan pemilihan kasus untuk masalah ketiga (yaitu dilema pemeriksaan CT Scan) dijabarkan sebagai berikut: Masalah pemeriksaan CT Scan pada pasien tersebut merupakan dilema etik karena dokter jaga dihadapkan dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, pemeriksaan CT Scan dibutuhkan untuk mengetahui kelainan dalam kepala(otak) dengan yang cukup mahal, sedangkan pasien merupakan keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Alternatif penyelesain masalah tersebut adalah pemahaman dan analisis indikasi pemeriksaan CT Scan pada kasus tersebut. Indikasi pemeriksaan CT Scan pada kasus amnesia post kecelakaan lalu lintas adalah sebatas rekomendasi bukan

indikasi absolut (Saboori dan Ahmadi, 2006; McCormick, 2008) . Dengan kata lain, pemeriksaan ini boleh dilakukan maupun tidak, tergantung kesedian pasien atau keluarga setelah mendapat informsi dan penjelasan dari dokter. Dokter yang telah memahami indikasi CT Scan tersebut hendaknya memberikan penjelasan tentang pemeriksaan CT Scan kepada keluarga pasien. Informasi yang diberikan hendaknya lengkap dan mudah dipahami oleh keluarga pasien. Informasi yang diberikan dokter hendaknya mencakup 1. Tujuan pemeriksaan CT Scan Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan dalam kepala pasien (otak). Beberapa kasus menunjukkan perbedaan antara klinis dan hasil CT Scan. 2. Keuntungan dan kekurangan Keuntungan pemeriksaan CT Scan adalah dapat mengetahui kelainan-kelainan di dalam kepala dengan jelas, termasuk kelainan yang tidak menunjukkan gejala klinis maupun gejala klinis akan muncul beberapa waktu setelah kejadian (delay). Dengan mengetahui kelainan tersebut, maka penanganan dapat diberikan lebih dini. Namun, pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen biasa. 3. Keharusan dilakukan pemeriksaan Dokter menekankan kembali indikasi pemeriksaan CT Scan pada kasus ini bahwa indikasi pemeriksaan CT Scan pada pasien adalah bersifat rekomendasi. Dokter menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada pihak keluarga setelah mempertimbangkan informasi dan penjelasan dari dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, A.B., Klein, J.P., Mukundan, S. 2011. CT Head Scanning Indications. Diakses dari http://www.patient.co.uk/doctor/CT-Head-ScanningIndications.htm Edward, K. A. 2008. Ethics in Medicine: Informed concent. Diakses dari: http://depts.washington.edu/bioethx/topics/consent.html McCormick, T.R. 2008. Ethics in Medicine: Principles of Bioethics. Diakses dari: http://depts.washington.edu/bioethx/tools/princpl.html Saboori, M. dan Ahmadi, J. 2006. Indications for brain CT scan in patients with minor head injury. JRMS. Vol11 (3): 176-84.

Anda mungkin juga menyukai