Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Balai

arangsambung telah dikenal sebagi wahana pembelajaran geologi sejak tahun 1854. Jung

Huhn adalah salah satunya. Kemudian dilanjutkan oleh peneliti belanda lainnya sampai tahun 1933. semenjak ilmu geologi mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1964, mulailah peneliti-peneliti Indonesia melakukan penelitian di kawasan ini. Mengingat begitu pentingnya kawasan ini maka pada tahun 1964 dibangun sebuah Kampus Lapangan Geologi. Kampus ini dibangun dan terletak right on the spot, bukan saja pada titik yang menampilkan keindahan kemanapun mata memandang, tetapi ia juga berada pada pusat hamparan aneka ragam batuan. Pencetus berdirinya Kampus Lapangan Geologi ini adalah Prof. Dr. Sukendar Asikin, (Guru Besar Departemen Teknik Geologi ITB yang pada tahun 2003 memasuki masa purna bakti). Ide pendirian kampus ini adalah berawal ketika Sukendar Asikin pada tahun 1958 melanjutkan memperdalam metoda geologi lapangan di kampus lapangan geologi di Rocky Mountains, Montana dan geologi struktur di Indiana University, USA. Sekembalinya dari Amerika Serikat, dengan dukungan dari LIPI dan Departemen Urusan Research Nasional (DURENAS), beliau merealisasikan cita-citanya membangun Kampus Lapangan Geologi di Indonesia, di Karangsambung ini. Pada musim panas tahun 1965 mengawali penggunaan kampus ini, tercatat 22 orang mahasiswa dididik di Kampus Karangsambung yang berasal dari ITB, UGM, PTPN Veteran dan Asisten Geologi Akademi Perminyakan Pertamina.

Menyusul reorganisasi LIPI tahun 1986, pada tahun 1987 dibentuk Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Alam Geologi Karangsambung ( UPT LAGK ). Kegiatan UPT ini berorientasi pada tugas teknis yang langsung berhubungan dengan masyarakat, diantaranya pendidikan dan latihan bagi orang orang yang belajar geologi. Keadaan ini diikuti dengan penambahan karyawan hingga menjadi 24 orang pada tahun 1990. Sejak tahun 1993 hingga tahun 1995 kampus diperluas dengan penambahan bangunan fisik berupa gedung-gedung asrama, ruang kuliah, aula, museum, perpustakaan, gedung perkantoran, bengkel batuan, dan lain-lain.

Pada tahun 2002 UPT ini mengalami reorganisasi menjadi unit setingkat eselon III dan dengan nama baru, yaitu UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI, yang digerakkan oleh 50 orang karyawan. Sebanyak 50 orang karyawan adalah pegawai tetap LIPI yang berlatar pendidikan SLTP hingga S2. Berikut adalah Pejabat yang pernah bertugas sebagai Kepala Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung : Agus Dharma B.Sc. (1978-1985) Ir. Achmad Tasrif (1986-1991) Ir. Toto A.F. Sumantri M.Sc. (1992-1994) Ir. Sudaryanto (1995-1997) Ir. Kamtono M.Sc. (1998-2002). Dr. Ir. Munasri (2002-2007). Ir. Tri Hartono (2007-2011). Ir. Yugo Kumoro (Menjabat Sejak April 2011)

Visi Dan Misi


Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan dasar geologi lapangan terkemuka di Indonesia.
Makna dari visi tersebut adalah: BIKKK bertekad menjaga, memelihara dan melestarikan obyek geologi (artefak bumi) yang bernilai ilmiah tinggi yang merupakan obyek edukasi di kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung BIKKK berusaha mencari dan menggali artefak-artefak bumi baru yang berada di dalam maupun di sekitar kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung untuk memperkaya obyek edukasi, sehingga kualitas pelatihan semakin meningkat. BIKKK bertekad memberikan fasilitas yang memadai untuk kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan geologi lapangan. BIKKK bertekad meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia untuk tenaga fungsional peneliti dan instruktur/pemandu lapangan. Misi Melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung tentang ilmu pengetahuan kebumian praktis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga masyarakat memahami pentingnya melestarikan obyek-obyek geologi yang bernilai ilmiah tinggi berada di sekelilingnya. Dalam menjaga Cagar Alam Geologi Karangsambung bekerjasama dengan instansi terkait (PEMDA). Melakukan eksplorasi obyek-obyek geologi baru yang belum terungkap di Kawasan Cagar Alam Geologi dengan pendekatan teknologi terkini, sehingga dapat menambah artefak-artepak geologi baru.

Menambah dan memperbaiki sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhan pendidikan/latihan dan kenyamanan selama tinggal di Kampus BIKKK, diantaranya: peralatan audio visual, peralatan praktek di lapangan, ruang kuliah/kelas, tempat istirahat, air bersih, dan alat komunikasi/informasi (jaringan internet). Melakukan pembinaan peningkatan kualitas SDM BIKKK secara berkesinambungan melalui pendidikan formal/non-formal di dalam negeri/luar negeri, dan setiap tahun mengadakan penambahan pegawai sesuai dengan kebutuhan.

Kali Cacaban
Kenampakan singkapan sepanjang sungai ini jelas membuktikan adanya proses tektonik pada zone penunjaman di kawasan Karangsambung.

Mata Air Panas


Mata air panas yang bersifat basa ini bukan karena aktivitas gunung berapi, tetapi hasil induksi panas dari dalam bumi akibat adanya patahan yang mengenai daerah ini.

Waturanda
Pada bagian tengah batuan ini ditemukan sekitar 23 siklus sedimentasi dari total formasi Waturanda yang setebal 1.000 meter. Formasi ini ditafsirkan sebagai fluxoturbidite yang diendapkan pada cekungan muka busur oleh arus pantai pada masa purba.

Bukit Jatibungkus
Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar, ganggang merah, ganggang hijau, serta milliodidae. Selain itu juga ditemukan klastika kuarsa, rijang, dan batuan metamorf, yang mengindikasikan batuan ini diendapkan dekat dengan sumbernya.

Puncak Wagirsambeng
Tersusun oleh asosiasi batu rijang dan batu lempung gampingan berwarna merah. Dari sini terlihat morfologi berbentuk tapal kuda dari rangkaian Gunung Paras dan Gunung Prahu, Gunung Dliwang, Gunung Pagerori, Gunung Pranggong, dan Gunung Waturanda.

Bukit Pesanggrahan
Singkapan batu ini tersusun oleh komponen kuarsa yang berwarna putih, batu pasir, rijang merah, batu lanau, batuan beku dan metamorf berwarna hitam yang tersemen dalam silikat, sehingga dinamakan batu konglomerat.

Kali Mandala
Di lokasi ini tampak singkapan batuan yang merupakan asosiasi lava bantal dan rijang, sebagian tergerus menunjukkan struktur mata ikan yang menunjukkan adanya patahan geser.

Bukit Sipako
Singkapan batuan Filit yang merupakan batuan metamorf berderajat rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliran sungai, membentuk lipatanlipatan kecil serta struktur gores garis pada batuan filit.

Marmer Totogan
Lokasi bekas penambangan marmer, ketebalan marmer mencapai sekitar 100 meter dengan lebar berkisar 150 meter, warna marmer yang dijumpai adalah putih (paling dominan), merah, dan hijau.

Serpentinit Pucangan
Terdapat batuan berwarna hijau gelap mengkilap yang disebut serpentinit. Serpentinit merupakan batuan ubahan dari batuan ultra basa berwarna gelap hasil pembekuan magma pada kerak samudera.

Kali Muncar
Batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 meter laksana kelir dengan batuan beku pada bagian atasnya laksana kenong dan gongnya. Masyarakat sekitar menamakan singkapan batuan ini dengan nama watu kelir.

Kali Brengkok
Terdapat batuan Sekis Mika yang termetamorfosakan pada zaman Kapur, 117 juta tahun lalu. Ini membuktikan bahwa sejak zaman tersebut telah terjadi tumbukan lempeng samudera dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung.

Morfologi Totogan
Morfologi pra-tersier dicirikan oleh bukit yang menyendiri, tidak teratur, berbentuk prismatik, batuan pada morfologi ini dikenal sebagai Melange Seboro

Batugamping Numulites
batu gamping berwarna coklat kekuningan, mengandung fosil foraminifera besar berbentuk seperti uang logam, antara lain berupa numulites yang berumur Eosen (55 juta tahun lalu).

Anda mungkin juga menyukai