Anda di halaman 1dari 20

60

KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS BIDANG STUDI IPA


Ketrampilan Dasar Mengajar I, Ketrampilan Dasar Mengajar II, Ketrampilan Dasar Mengajar III merupakan ketrampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang bermacammacam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, ketrampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.

A. Hakekat Pengajaran Sains


Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai produk produk sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan bertindak (Science as a way of thinking and acting), sains sebagai ketrampilan proses sains (Science is process science skills), sains sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of investigating). Perubahan pemahaman terhadap hakekat sains tersebut, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan sains semakin mengarah pada makna yang hakiki dari belajar dan pembelajaran sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan sains lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competence-based learning) daripada pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa (knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan ketrampilan proses sains dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya ketrampilan proses sains pada diri siswa daripada pemberian bekal pengetahuan keilmuan

melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada akhirakhir ini 61 para ahli pendidikan sains mengembangkan pendekatan-pendekatan baru (misalnya pendekatan konstruktivisme dan pendekatan STS) maka mereka menganjurkan agar dalam pendidikan sains para siswa lebih banyak diberi kesempatan belajar dalam lingkungan yang memberdayakannya untuk membangun sendiri konsep-konsep sains selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakang kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya. Kalau memperhatikan kecenderungan para ahli pendidikan sains untuk menganjurkan digunakannya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar konstruktivisme, pembelajaran sains di sekolah tampaknya perlu menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan lingkungan sekitar dengan menggunakan ketrampilan proses sains. Metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains yang bersifat konstruktivisme terutama adalah metode eksperimen, metode demonstrasi, metode karya wisata, dan metode proyek. Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih efektif kalau disertai dengan metodemetode yang lain, misalnya: metode diskusi, metode simulasi. Perkembangan tersebut perlu diikuti dengan pembentukan atau peningkatan ketrampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut di atas. Ketrampilan dasar mengajar untuk pembelajaran dengan metode-metode khusus bidang studi sains (ilmu pengetahuan alam) akan meningkatkan intensitas pembelajaran kompetensi, mungkin bukan hanya kompetensi dibidang sains, melainkan juga kompetensi di berbagai aspek kehidupan manusia.

B. Ketrampilan Mengajar Demonstrasi


1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakan dalam pembelajaran sains. Demonstrasi digunakan untuk memperagakan: 1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan stetoskop. 2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja mesin pengolah tebu

menjadi gula. 62 3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaan untuk menguji adanya karbohidrat dalam tepung. 4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains, misalnya: fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang dipasang secara seri atau paralel. 5. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran sains, demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada siswa untuk meningkatkan ketrampilan proses sains, dan mealkukan inkuari ilmiah, antara lain: 1. meningkatkan ketrampilan mengamati, dan rasa ingin tahu, 2. memberi inspirasi untuk meningkatkan ketrampilan memprediksi, inferensi, dan komunikasi. 3. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah. 4. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis. 5. memberi inspirasi untuk merancang investigasi. Demonstrasi meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak guru), mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan bahan ajar lebih konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyaksikan atau mengalami kejadian atau ketrampilan nyata sambil memperhatikan penjelasan. Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode lain dalam suatu kombinasi multimetode. Penerapan demonstrasi sebagai metode yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan mengikuti prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam Louisell (1992). Ia membagi prosedur demonstrasi menjadi lima tahap. 1. Pembukaan. 2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional. 3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga hal: a. Mempelajari dan menguasai konsep dan ketrampilan yang akan didemonstrasikan, 63

b. Memecah-mecah konsep atau ketrampilan menjadi komponen-komponen lebih kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai, c. Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini perlu dibuat persiapan tertulis). 4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol. 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalamannya ke situasi yang kompleks. Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, tahap-tahap demonstrasi itu dapat diuraikan sebagai berikut. Tabel 5.1 Tahap-Tahap Demonstrasi (Joice and Well, dalam Louisell, 1992) Tahap pembelajaran Tahap Demonstrasi Keterangan Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepada siswa. Awal Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional. Menggali pengetahuan awal siswa, bisa kemampuan prasyarat atau pengetahuan awal tentang konsep yang dipelajari. Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, Inti penjelasan konsep. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol. Kegiatan latihan siswa untuk merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan: mencatat data, menganalisis data, dan penarikan kesimpulan. Bila diperlukan siswa diberi kesempatan untuk mengulang demonstrasi. Penutup Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalamannya ke situasi yang kompleks. Kegiatan pemantapan: tugas rumah, proyek, dll. Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran sebagai kombinasi metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada awal, inti atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran, demonstrasi

dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada inti pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk menunjukkan fakta, atau menjelaskan konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran 64 demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan ketrampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak. 2. Ketrampilan Khusus Berdemonstrasi Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat dilaksanakan sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran, atau sebagai salah satu metode dalam suatu perose pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di awal pelajaran, dengan tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan memotivasi belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai kecakapan dan ketrampilan berdemonstrasi. a. Prademonstrasi 1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan khusus demonstrasi ada dua macam: (1) demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif, (2) demonstrasi pada pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah, (3) demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep. 2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan. Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan fokus amatan oleh siswa ketika demonstrasikan. 3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.

4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi. Lihat Tabel 5.1. Disamping prosedur sebagaimana dikemukakan pada Tabel 5.1, hal yang perlu dirancang adalah urut-urutan penyajian demonstrasi jika informasi yang akan ditampilkan merupakan beberapa seri informasi. Urutan seri informasi perlu dirancang. b. Pelaksanaan Demonstrasi 65 1) Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan. 2) Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Demonstrator dapat melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenoman yang teramati. Perhatikan contoh berikut ini.
Gambar 5.1 Neraca Carticius

Gambar 3.1 adalah gambar Neraca Carticius untuk mendemonstrasikan benda tenggelam dan terapung. Botolnya dalah botol plastik yang berisi air, tabung di dalamnya adalah gelas tabung reaksi. Jika botol dipejet di bagian sampingnya, tabung reaksi makin tenggelam, dan bila pejetan dilepaskan tabung kembali terapung. Jika pada waktu memejet botol sambil diangkat dari meja, siswa akan melihatnya bahwa tabung reaksi tenggelam karena botol diangkat. Ketika pejetan dilepaskan pelan-pelan sambil menurunkan botol ke meja, akan tampak seolah-olah turunnya tabung reaksi karena botol diturunkan. Pada hal, tabung reaksi tenggelam ketika botol dipejet karena volume air yang masuk ke dalam tabung reaksi bertambah, sebaliknya volume air di dalam tabung reaksi berkurang ketika pejetan dilepaskan. Itulah yang disebut konflik kognitif. Atraksi seperti itu sangat menarik, layaknya bermain sulap. 3) Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel pengamatan. 4) Mengatur posisi peralatan, sampai demonstrasi dapat diamati dengan jelas oleh semua anggota kelas. c. Pasca Demonstrasi 1) Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri oleh guru.

2) Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa mengajak siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan. 66

C. Ketrampilan Mengajar Eksperimen


1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran sains, kerena hal eksperimen itulah yang membedakan sains dengan mata pelajaran lain. Metode eksperimen dapat digunakan untuk melatih siswa dalam melakukan studi alamiah yang menggunakan langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi: observasi, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Karena dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak ketrampilan proses yang perlu digunakan, maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk membelajarkan ketrampilan proses kepada siswa, terutama ketrampilan proses terintegrasi. Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau generalisasi hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sehubungan dengan penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi eksperimen sederhana, eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka (open-ended experimen) (Thurber dan Collete, 1968). Dengan adanya pembagian ini, guru tidak perlu khawatir bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas sains akan memakan waktu banyak, pelaksanaannya rumit dana adanya kesulitan yang lain. a. Eksperimen sederhana Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana, sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya. Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan 3) pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: Apakah tepung beras mengandung amilum? Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan, yang dilakukan dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras, kemudian mengamati

bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil kesimpulan, siswa cikup 67 diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk mengambil kesimpulan bahwa tepung beras mengandung amilum berdasarkan perubahan warna yodium menjadi biru. b. Eksperimen terkontrol Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam fenomenafenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya variabel lain yang berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman pot baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa faktor lain juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini dibuat eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang medium tanahnya sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok tanaman yang lain tidak diberi urea. Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3) pengontrolan variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan varibel terkontrol), 4) pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7) pengambilan kesimpulan. Dalam metode eksperimen terkontrol, kesimpulan yang dibuat bersifat tertutup, artinya kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang munculnya masalah baru). Contohnya sebagai berikut:
Masalah: Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih panjang dari yang lain? Hipotesis: Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea. Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk urea, kelompok yang lain tidak dipupuk urea. Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan medium tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea. Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun tanaman padi selama waktu tertentu.

Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan, 2) membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan kelompok II. Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan antara urea dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.

68 c. Eksperimen berujung-terbuka Metode eksperimen berujung-terbuka mempunyai langkah-langkah yang sama dengan metode eksperimen terkontrol. Hal yang berbeda adalah pada eksperimen berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka untuk dipermasalahkan lagi. Dengan kata lain jawaban dari masalah dapat menimbulkan masalah baru atau hipotesis baru, sementara pada eksperimen berujung-tertutup kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban yang tidak perlu dipermasalahkan lagi kebenarannya. Lebih dari itu, tingkat kesukaran dari metode eksperimen terbuka dapat dibuat lebih kompleks, misalnya: variabel bebas yang dimanipulasi dapat lebih dari satu, analisis data dapat dibuat lebih kompleks. Di samping itu, kalau pada metode eksperimen sederhana dan metode eksperimen tertutup masalah, hipotesis dan rancangan eksperimen diresepkan oleh guru, pada metode eksperimen terbuka siswa dapat diminta untuk menemukan masalah, menyusun hipotesis dan membuat rancangan eksperimen sendiri. Sebagai contoh, pada eksperimen pengaruh urea terhadap kesuburan tanaman padi yang dicontohkan di atas, setelah ada kesimpulan bahwa urea menyebabkan daun menjadi lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat, siswa diberi kesempatan untuk mengamati gejala-gejala lain yang muncul pada tanaman padi dalam penggunaan urea; misalnya: batang padi menjadi lemas dan roboh. Berdasarkan fakta tersebut, siswa diminta untuk menemukan masalah baru: Apakah urea menyebabkan batang padi menjadi lemas dan mudah roboh? Seterusnya, masalah tersebut dibiarkan berada dalam benak siswa, sampai mereka mempunyai minat untuk memecahkan sendiri. Artinya, untuk topik pelajaran yang sedang dibahas, masalah baru itu tidak harus dijawab sekaligus. 2. Ketrampilan Menjalankan Metode Eksperimen Sama dengan demonstrasi, eksperimen dapat dilaksanakan pada tahap awal pelajaran, dan inti pelajaran. Bahkan, eksperimen dapat dilaksanakan pada akhir atau

penutupan pelajaran. Eksperimen pada awal pelajaran digunakan untuk menampilkan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan menarik motivasi belajar siswa. Eksperimen pada inti pelajaran berfungsi untuk menjelaskan konsep, atau memberi fasilitas kepada siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan. Dengan kata lain, demosntrasi pada Inti Pelajaran digunakan untuk membantu siswa menemukan konsep yang dipelajari. 69 Ada bebera ciri yang perlu diperhatikan pada pembelajaran dengan eksperimen: (1) eksperimen mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat, (2) kegiatan eksperimen dilakukan sendiri oleh siswa, (3) siswa dapat melakukan kegiatan inkuari bebas. Hal ini berbeda dengan pembelajaran demomstrasi; demonstrasi biasanya dilakukan oleh guru, inkuari yang dijalani oleh siswa adalah inkuari terbimbing. Ketrampilan mengajar eksperimen dapat dipisah menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, penutup. a. Ketrampilan Menyiapkan Eksperimen. 1) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen. 2) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan diselidiki sesuai dengan topik pelajaran. 3) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru menerjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari menjadi informasi dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen. 4) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan pembelajaran dalam eksperimen, yang meliputi: kegiatan awal, inti, dan penutup. b. Pelaksanaan Eksperimen 1) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk: menyajikan fenomena dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awa siswa, dan menarik memotivasi belajar siswa. Ketrampilan guru yang diperlukan adalah: yMemandu siswa untuk menjalankan eksperimen. Ketrampilan ini diperlukan karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa kelompok kecil. yMemandu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang esensial, khususnya yang menimbulkan konflik kognitif. yMenggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi siswa. Kegiatan ini di dahului dengan meminta siswa untuk menghentikan eksperimen. Selanjutnya, guru mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik kognitf, dan mengevaluasi jawaban siswa. Dengan begitu pengetahuan awal siswa dapat digali.

2) Pada kegiatan inti, guru: 70 yMembimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya-jawab pada penggalian pengetahuan awal diteruskan ke tanya jawab untuk menemukan masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang dipelajari, dan diteruskan lagi sampai ditemukan hipotesis. yMembimbing kerja kelompok. Setelah hipotesis dirumuskan, siswa dipandu untuk melanjutkan eksperimen lanjutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan kerja kelompok kecil atau perseorangan. Lihat Bab IV mengenai ketrampilan membimbing kerja kelompok kecil dan pengajaran perseorangan. yMembimbing diskusi kelompok kecil, untuk pencatatan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan di kelompok kecil, atau secara klasikal. c. Mengakhiri eksperimen. 1) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir, guru memberi pemantapan, dapat berupa pertanyaan aplikatif, atau memberi msalah baru untuk dipecahkan melalui eksperimen di luar jan pertemuan. 2) Mengevaluasi perolehan belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara formal (tanya-jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar melalui pengalaman langsung (tes penampilan) 3) Membimbing siswa untuk mengemas, mengembalikan peralatan, dan membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan pengembangan sikap.

D. Ketrampilan Mengajar Bermain Peran (Simulasi)


1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Simulasi Bermain peran atau simulasi adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa mempelajari fakta, konsep atau prinsip tertentu melalui pengalaman yang terdramatisasikan. Dalam pembelajaran IPA yang menggunakan metode simulasi siswa-siswa diminta untuk bermain drama. Dalam permainan drama itu siswa-siswa yang terlibat ditugaskan untuk memainkan peran dari orang, banda, kejadian atau situasi alam yang 71 menjadi bagian dari fakta, konsep atau prinsip. Misalnya, dalam pembelajaran konsep perputaran (rotasi) dan peredaran (revolusi) bumi dan bulan dalam sistem tata surya, siswa ditugaskan untuk berperan sebagai matahari, bumi dan bulan. Untuk mempelajari bahwa bulan berotasi sekalil dan berevolusi terhadap bumi sekali selama 30 hari, siswa yang berperan sebagai bulan diminta untuk berdiri menghadapkan wajahnya ke anak yang

berperan sebagai bumi, kemudian bergerak mengelilingi bumi dengan wajahnya tetap menghadap ke bumi selama berkeliling. Bila ditugasi untuk melakukan suatu permainan peran, para siswa akan belajar sungguh-sungguh untuk melakukannya. Mereka melakukan permainan peran itu secara sungguh-sungguh karena pekerjaan mengasyikkan dan karena mereka ingin berpenampilan sebaik-baiknya dihadapan guru dan teman-temannya. Permainan peran menyajikan suatu konteks pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk menggunakan ketrampilan berpikit tingkat tinggi. Permainan peran membawa segmen-segmen kurikulum lebih dekat kepada siswa, dan mengaktualisasikan situasi-situasi yang jauh dari pengamatannya menjadi pengalaman yang dekat dengan dirinya. Permainan peran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau menghayati banyak kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Permainan peran mempunyai keunggulan lebih dari mengamati kejadian-kejadian melalui film atau video. Permainan peran itu merupakan suatu pengalaman dimana siswa menampilkan interpretasinya tentang realita. Simulasi dapat mempunyai tingkat struktur yang bervariasi. Pada anak muda peran-perannya dapat dirinci secara detil untuk menampilkan fakta-fakta dan pengambilan kesimpulan yang bersifat tertutup. Pada siswa yang lebih tua atau lebih berpengalaman peran-perannya dapat berujung-terbuka untuk membuat interpretasi individual. Selama simulasi peran, guru harus membuat perencanaan, membuat struktur, merancang vasilitas, dan berdiskusi mengenai peran-peran yang dimainkan bersama atau oleh siswa. Tahap-tahap pokok yang perlu diikuti oleh guru agar dapat mengimplementasikan suatu kegiatan simulasi adalah: (1) menjelaskan tugas, (2) mendeskripsikan peranperan yang dimainkan dan mengidentifikasi poermainan, (3) memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan membantu pemain jika diperlukan, (4) 72 memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan kegiatan bermain peran, (5) memberi kesempatan berdiskusi tentang kegiatan, menggali implikasinya Guru harus membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama

agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi. Jika siswa khawatir untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu mengekspresikan pandangan dan perasaan secara bebas, maka mereka akan tidak kreatif dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain peran. Maka dari itu, guru perlu membangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan. Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para siswa menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias. 2. Ketrampilan Mengajar Simulasi Pembelajaran dengan simulasi merupakan alternatif kedua untuk diterapkan dalam pembelajaran sains, jika pembelajaran dengan eksperimen/demonstrasi. Pada pengajaran eksperimen dan demonstrasi siswa memperoleh pengalaman langsung. Dalam pembelajaran dengan simulasi pengalaman siswa juga bersifat langsung, tetapi tida dari media realia, tetapi media yang disimulasikan. Bila digali dengan seksama ternyata banyak konsep dan prinsip dalam sains (khususnya biologi) yang tidak dapat diajarkan dengan eksperimen, demonstrasi atau melalui pengamatan laungsung lain dapat diajarkan dengan simulasi. Pada akhir-akhir ini, permainan/simulasi banyak digunakan dalam pembelajaran lingkungan hidup. Dengan kreativitas tinggi, pembelajaran tentang tumbuhan, hewan dan manusia banyak yang dapat digali untuk diajrkan dengan permainan/simulasi. Karena peranan pembelajaran dengan simulasi dalam pembelajaran sains cukup penting, maka gur perlu memiliki ketrampilan khusus untuk mengajar dengan simulasi. a. Persiapan Pada tahap persiapan guru harus memiliki kecakapan untuk: 1) membuat perencanaan simulasi, yang meliputi pemilihan topik pelajaran, perumusan tujuan pengajaran, menganalisis konsep atau prinsip yang cocok untuk dismulasikan, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi pembelajaran. 73 2) membuat struktur, artinya: membuat rancangan jalannya permainan/simulasi yang dituangkan dalam bentuk skenario, 3) merancang fasilitas, yaitu memilih, dan membuat peralatan yang diperlukan

untuk simulasi, 4) berdiskusi dengan siswa (atau membimbing siswa untuk mendiskusikan) untuk menentukan peran-peran yang akan dimainkan, hal ini perlu dilakukan karena banyak siswa enggan untuk ditugasi untuk memegang peran yang akan dimainkan karena malu; dalam hal ini guru harus cakap untuk meyakinkan bahwa permainan peran itu bukan pekerjaan yang memalukan melainkan bermanfaat untuk kemajuan belajar. b. Pelaksanaan Simulasi Pekerjaan guru pada tahap pelaksanaan simulasi adalah: 1) menjelaskan tugas kepada pemain peran, 2) mendeskripsikan peran-peran yang dimainkan dan mengidentifikasi pemain, 3) memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan membantunya jika diperlukan, 4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan permainan/simulasi, c. Pasca Simulasi Setalah permainan/simulasi selesai dikerjakan, guru memberi kesempatan berdiskusi kepada siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan, dan menggali implikasinya. Ketrampilan khusus yang perlu dikuasai untuk mengefektifkan kegiatan simulasi adalah: ymembangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama, agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi, ymembangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan, terutama jika siswa khawatir untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu 74 mengekspresikan pandangan dan perasaan secara bebas, sehingga mereka tidak kreatif dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain peran. guru perlu. yGuru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para siswa menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.

E. Ketrampilan Mengajar di Luar Ruangan


1. Manfaat Pengajaran di Luar Ruangan Mengajar di luar ruangan juga merupakan alternatif yang perlu mendapat prioritas untuk pembelajaran sains dibandingkan dengan pengajaran yang bersifat verbalistik. Sebenarnya banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di luar ruangan, antara lain: (1) fenomena-fenomena alam demikian banyak yang muncul dan saling terkait dengan sangat rumit, sehingga sulit dipelajari hubungannya satu sama lain; dengan demikian fakta yang dijumpai banyak tetapi konsep dan prinsip/generalisasinya sulit ditangkap, (2) memerlukan waktu, dan dan tenaga lebih banyak dibandingkan dengan belajar di dalam ruangan.

Meskipun demikian, kalau pengajaran di luar ruangan dikelola dengan baik banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa. (1) Fakta dan fenomena yang banyak dijumpai menjadi pengetahuan yang sulit dilupakan. (2) Banyak kejadian-kejadian menakjubkan dapat dijumpai untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan memotivasi keinginan belajar, (3) Banyak masalah diperoleh dari kejadian-kejadian yang menakjubkan, dan diantara masalah-masalah yang dijumpai banyak terdapat masalah yang terkait dengan masalah hidup yang sesungguhnya, misalnya: tanah longsor, gunung gundul. (4) Banyak tantangan dijumpai siswa di lingkungan alam, dan parta siswa dapat menghadapi dan mengatasi secara bersama atau dengan bekerja sama, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuah dan kecakapan untuk menghadapi hidup dan kehidupan. (5) Banyak manfaat rekreatif diperoleh anak, misalnya: pemandangan yang indah, gerakan bebas yang menggembirakan (berlari-lari, meloncat-loncat, berteriakteriak), ayang tidak dapat dijumpai dan dilakukan di sekolah. 75 2. Ketrampilan Mengajar di Luar Ruangan Jika pengajaran diluar ruangan dapat dan perlu dilaksanakan, guru perlu menguasi ketrampilan untuk menjalankannya. a. Persiapan Kecakapan dan ketrampilan yang perlu dikuasai oleh guru untuk menjalankan pengajaran di luar ruangan adalah: 1) menentukan tujuan dan topik pembelajaran, 2) menyusun organisasi (panitia) pelaksana untuk urusan-urusan teknis, 3) membimbing siswa (panitia) untuk mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan belajar di luar ruangan: lokasi sasaran, surat-menyurat, peralatan, tranportasi, akomodasi, dana, dan lain-lain. 4) mempersiapkan petunjuk kerja lapangan; petunjuk kerja lapangan harus disiapkan dengan baik karena di lapangan yang luas guru sering tidak bisa selalu berada di sekitar siswa, sehingga dengan petunjuk lapangan itu siswa dapat bekerja secara mandiri, 5) mempersiapkan jadwal; jadawal perlu disusun secara bijaksana sehingga ada keseimbangan antara tugas akademik dengan tugas yang bersifat rekreatif, dengan alokasi waktu yang betul-betul dapat dipenuhi nantinya. b. Pelaksanaan Kecakapan dan ketrampilan guru untuk mengajar pada pelaksanaan belajar di luar ruangan:

1) mengawasi, dan memonitor kegiatan, perilaku, dan kondisi siswa selama kegiatan; pengawasan, monitoring kegiatan/perilaku/kondisi itu perlu dijalankan secara disiplin dan tegas tetapi tidak menimbulkan tekanan perasaan dan fisik pada siswa, 2) mengawasi dan memonitor kerja siswa; pekerjaan ini tidak mudah dilaksanakan, karena guru sering berada di tempat yang jauh dari individu atau kelompok siswa, 3) menjaga ketercapaian target perolehan belajar; tanpa ada kontrol perolehan belajar mungkin lebih banyak rekreatifnya dari pada akademiknya. 4) menjaga dan membangun iklim hubungan kerja dan hubungan sosio-emosional antar individu yang kondusif untuk terselesaikannya tugas-tugas belajar, 76 5) membangun keprcayaan siswa terhadap dirinya, agar dapat menjadi motivator yang handal, khususnya dengan menunjukkan kecakapan mengatasi masalah dimana tidak ada siswa yang dapat mengatasinya, 6) memberi bantuan, kalau diperlukan. c. Pasca Kegiatan Ketrampilan mengajar yang diperlukan pada tahap pasca kegiatan belajar di luar ruangan adalah: 1) memberi arahan dan contoh untuk mengembalikan kebersihan dan ketertiban lingkungan yang digunakan 2) mengawasi dan menjalankan kegiatan pengemasan dan perawatan peralatan yang sudah digunakan, 3) memonitor, membimbing pembuatan laporan hasil kerja dan menagih hasilnya pada waktu yang dutentukan.

F. Ketrampilan Membimbing Diskusi


Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanya terdiri dari dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran, yang dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukan suatu metode pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran, melainkan merupakan metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain. Diskusi ada dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas. 1. Diskusi Terbimbing Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa untuk berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis,

sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang utama adalah membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan konvergen, divergen dan evaluatif. 77 Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997) Diskusi trbimbing dengan pertanyaan konvergen menekankan pada siswa untuk berpikir konvergen, yaitu berpikir aplikatif dan analitik. Dalam hal ini guru harus berhatihati dalam membimbing siswa dengan pertanyaan aplikatif dan analisis sampai mereka tiba pada pengetahuan dan pemahaman khusus. Diskusi dengan pertanyaan konvergen termasuk pembelajaran berujung tertutup (close-ended activity), artinya kegiatan diskusi diakhiri dengan satu kesimpulan yang benar. Diskusi dengan pertanyaan divergen mengarahkan siswa untuk mampu berpikir divergen dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sintesis dan evaluasi. Diskusi denganmmenggunakan pertanyaan divergen ini termasuk kegiatan pembelajaran yang berujung terbuka (open-ended activity), artinya diskusi diakhiri dengan masih adanya masalah baru yang siswa ingin tahu jawabannya. Dengan demikian siswa pulang dengan membawa rasa keingintahuan, dan terangsang untuk memikirkan dan memecahkan sendiri keingintahuannya. Dalam diskusi yang menggunakan pertanyaan divergen guru dansiswa mungkin sama-sama belum tahu jawabannya, dan mereka bersama-sama mencarinya.
yPertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus, prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu hadapi?, Apa bunyi hukum Archimides?. yPertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk merangsang timbulnya ketrampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing), dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya

karbohidrat?, (2) (Setelah mengamati bunga salak) Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang efektif?. yPertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif. Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah, terbentuknya ketrampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu? yPertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan. Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan, mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan Mengapa? biasanya perlu disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya. Ketrampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi, pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit cangkokan atau biji?

78 Diskusi terbimbing juga dapat menggunakan pertanyaan konvergen dan divergen sekaligus. Dalam hal ini pertanyaan analisis diberikan lebih dulu, kemudian diteruskan dengan pertanyaan sintesis dan evaluasi. Diskusi terbimbing dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan klasikal atau kelompok kecil. Langkah-langkah kegiatannya kurang lebih sebagai berikut. 1) Pendahuluan. Pada tahap ini guru membuka pelajaran dengan meriview pelajaran sebelumnya, menyampaikan tujuan pengajaran, dan bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan. 2. Pertanyaan Inti. Tahap ini meliputi dua hal: a. Guru menyajikan pelajaran berupa konsep dan prinsip dasar dari topik yang dibahas. Pada diskusi yang bersifat divergen materi yang perlu disampaikan tidak banyak. b. Guru memimpin diskusi: (1) memberi pertanyaan, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab atau bertanya, mengatur lalulintas diskusi. Dalam diskusi yang bersifat konvergen guru mengambil kesimpulan satu jawaban benar dari setiap pertanyaan, jika jawaban siswa bervariasi atau berbeda satu sama lain. Dalam diskusi konvergen, guru merekomendasikan semua jawaban yang secara logika benar untuk menarik kesimpulan. Berbagai kemungkina jawaban itu disampaikan kepada siswa sebagai masalah yang perlu mereka pikirkan untuk mencari jawabannya melalui kegiatan

lain, misalnya: percobaan, dan eksperimen. 3 Penutup. Penutupan pelajaran dengan diskusi ada dua cara: (1) merangkum isi pelajaran (untuk pertanyaan konvergen), atau menyajikan masalah baru untuk dipelajari pada waktu dan dengan cara lain (pertanyaan divergen), (2) mengadakan evaluasi formatif. Diskusi Bebas (Kelompok Kecil) Diskusi bebas dilakukan oleh siswa tanpa dipandu oleh guru. Peran guru hanya sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan evaluator. Diskusi bebas sebaiknya dilaksanakandalam bentuk kegiatan kelompok kecil. Diskusi bebas dapat dilaksanakan dengan panduan pertanyaan, atau tanpa panduan pertanyaan. Bila digunakan panduan pertanyaan sebaiknya digunakan pertanyaan divergen. Jika tidak menggunakan panduan, siswa bebas memilih atau menemukan masalah sendiri untuk dipecahkan. Pelaksanaan diskusi bebas dapat menggunakan strategi belajar kooperatif. 79 Ketrampilan membimbing Diskusi Diskusi siswa akan menjadi baik kalau mendapat bimbingan dari guru. Ketrampilan yang diperlukan untuk mebimbing diskusi antara lain sebagai berikut (Hasibuan, dkk., 1988). 1) Memusatkan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan: yMemberitahukan tujuan, mengenalkan topik dan mengajukan masalah umum yang akan dipecahkan, yMengajukan masalah-masalah khusus yang disampaikan selama diskusi berlangsung. yMencatat pernyataan-pernytaan yang menyimpang dari masalah, dan mengembalikan pembicaraan ke masalah semula. yMencatat hsil diskusi pada periode-periode tertentu, sebelum diskusi berlanjut ke masalah berikutnya. 2) Memperjelas masalah dan memberikan urunan, bila ada gagasan yang kurang jelas penyampaiannya, agar semua anggota memperoleh persepsi yang sama. 3) Menganalisis pandangan siswa,.yang berbeda pendapatnya; analisi ini dapat digunakan untuk membimbing siswa kerarah berpikir kritis dan kreatif, misalnya dengan meminta siswa mengajukan argumen atas pendapatnya. 4) Meningkatkan urunan siswa, dengan: ypertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir ymemberi dukungan pada pendapat siswa, dengan mendengar dengan penuh perhatian, memberi komentar yang positif, dan sikap akrab

ymemberi waktu cukup untuk berpikir 5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi: ymemotivasi siswa yang enggan atau malu untuk memberikan pemndapat ymencegah terjadinya pengeluaran pendapat yang serentak ymenghambat secara bijaksana siswa yang memonopoli diskusi ymencari alternatif jika ada jalan buntu karena perbedaan pendapat yang sama 6) Menutup diskusi, dapat dilakukan dengan: ymembuat rangkuman 80 ymemberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ymengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi.

Anda mungkin juga menyukai