Anda di halaman 1dari 36

Modul Fisika: Listrik Dinamis

III. PEMBELAJARAN 2

Listrik Dinamis
Sebuah lampu ketika dinyalakan, maka filament kawat dalam bola lampu terhubungkan ke suatu beda potensial yang menyebabkan muatan listrik mengalir pada kawat, yang analogi dengan beda tekanan dalam pipa air yang menyebabkan air mengalir melalui pipa. Aliran muatan listrik merupakan suatu arus listrik. Arus listrik tidak hanya terjadi dalam kawat penghantar saja seperti yang biasa dikenal, tetapi arus listrik juga mengalir melalui medium yang lain. Contohnya berkas elektron yang mengalir dari "electron gun" menuju ke layar dalam sebuah tabung sinar katoda, seperti pada monitor, atau suatu berkas ion-ion bermuatan dari pemercepat partikel. Dalam kegiatan belajar ini, akan mendefinisikan arus listrik dan menghubungkannya dengan gerak partikel-partikel bermuatan, pembahasan resistansi listrik dan hukum ohm, serta meninjau aspek-aspek energi dari arus listrik.

1. Arus Listrik dan Kerapatan Arus Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui suatu luasan pe-nampang lintang. Arah arus listrik diperjanjikan sebagai arah gerakan muatan positif. Jika pada suatu penampang konduktor lewat muatan positif 10 C ke kanan dan muatan negatif 20 C ke kiri, maka dikatakan pada penampang tersebut lewat muatan positif sebesar 30 C ke kanan. Bentuk sederhana pernyataan matematis dari definisi arus dituliskan sebagai:

Q (1) t tetapi dengan mempertimbangkan besaran-besaran dalam media transmisi (kawat penghantar) dan besaran-besaran grak lainnya, maka perhatikan suatu konduktor dengan luas penampang A yang dikenai medan listrik E (seperti Gambar 1.). Karena medan listrik E ke arah kanan maka menyebabkan muatan-muatan positif dalam konduktor bergerak ke kanan dengan kecepatan v. Bila dalam selang waktu dt telah mengalir melewati luasan A sejumlah muatan positif sebesar dQ, maka dQ adalah jumlah muatan total yang terdapat di dalam tabung bervolume (A.v.dt), dengan v adalah kecepatan rata-rata partikel pembawa muatan. i

II.1

Modul Fisika: Listrik Dinamis

Gambar 1. Segmen dari sebuah kawat penghantar arus listrik.

Bila jumlah partikel persatuan volume n, dan muatan tiap-tiap partikel q, maka dQ A.v.dt.n.q . Kuat arus i yang didefinisikan sebagai jumlah muatan positif yang lewat penampang dalam satu satuan waktu adalah:

dQ Avnq dt

(2)

Bila satuan muatan adalah coulomb, dan satuan waktu adalah detik, maka satuan arus listrik disebut ampere (A). Kalau muatan yang lewat terdiri dari bermacam-macam partikel dengan jumlah partikel persatuan volume, kecepatan, dan muatan yang berlainan, maka

dQ Adt (n1v1q1 n2 v2 q2 ...) dan

dQ A ni v i qi dt

(3)

Rapat arus J didefinisikan sebagai kuat arus i dibagi luas penampang A, yaitu

i A

(4)

CONTOH 1 Pada suatu konduktor mengalir arus sebesar 1 A. Berapa coulomb muatan listrik dan berapa elektron yang mengalir dalam konduktor selama 1 menit? Penyelesaian Dari definisi arus (Pers. 1) didapatkan besarnya muatan listrik yang mengalir selama 1 menit (60 sekon):

Q Q i x t 1 x 60 60 C t

Satu muatan elektron sama dengan satu muatan dasar, sehingga

Q ne n

Q 60 C e 1,6 x 10 19 C

n 3,75 x 10 20 buah

II.2

Modul Fisika: Listrik Dinamis

CONTOH 2 Dalam suatu berkas elektron, terdapat 5 x 106 elektron per sentimeter kubik. Misalkan energi kinetik masing-masing elektron sebesar 10 keV dan berkas berbentuk silinder dengan diameter 1 mm. (a). berapakah kecepatan elektron?, (b). carilah arus berkas elektron? Penyelesaian (a). Kecepatan elektron dapat dihitung dari besarnya energi kinetik masing-masing elektron.

E k 1 mv 2 2 v2
v2

2E k m

1 eV 1,6 x 10 19 m elektron 9,1x 10 31 kg

2.(10.10 31,6 x10 19 ) 0,35 10 16 9,1 x 10 31

v 0,59 10 8 m / s
(b). Besarnya arus dihitung menggunakan Pers.(2)

i Avnq , A luas penampang = r 2


i Avnq r 2 vnq 10 3 0,59 108 i 2 i 3,7 10 5 A
2

n rapat muatan persatuan volume

51010 1,6 10
6 19

2. Konduktivitas dan Resistivitas

Kuat medan listrik yang dikenakan pada kawat konduktor (Gambar 1) umumnya disebabkan oleh adanya beda potensial antara kedua ujung konduktor. Misalkan ada dua jenis bahan (tembaga dan besi) yang mempunyai luas penampang dan panjang yang sama serta diberi beda potensial yang sama pada kedua ujung bahan tadi, maka kemungkinan kedua bahan tersebut mengalirkan arus listrik yang berbeda besarnya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua bahan tersebut mempunyai sifat penghantaran listrik yang tida sama. Untuk membedakan sifat penghantar arus listrik dari bahanbahan, didefinisikan pengertian konduktivitas listrik sebagai perbandingan antara rapat arus J dengan kuat medan listrik E yang menimbulkan arus, yaitu:

Karena E

J E

(5)

dV i dan J , maka dx A dV i JA AE A dx
II.3

Modul Fisika: Listrik Dinamis

i dx A dV

(6)

Bila kawat mempunyai panjang L dengan beda potensial antara kedua ujung kawat adalah Vab dan konstan, maka dengan mengintegrasi Pers.(6) didapatkan:
Vab L i A

dengan besarnya L, A, dan konstan maka bila Vab diperbesar akan mengalirkan arus I yang besar dan sebaliknya, sehingga (L / A) yang merupakan karakteristik kawat yang disebut hambatan
listrik/resistansi dari kawat tersebut, dan diberi notasi R,

R
dan

L A

(7)

Vab iR

(8)

Persamaan (8) inilah yang disebut dengan Hukum Ohm. Bila arus i dalam ampere, beda potensial V dalam volt, maka hambatan listrik tersebut dinyatakan dalam ohm (). Satuan konduktivitas adalah 1 / m atau mho/m. Kebalikan dari konduktivitas didefinisikan sebagai resistivitas , sehingga 1 / dengan satuan .m (ohm.m). Jadi hambatan listrik dari kawat yang panjang L, luas penampang A, dan resistivitas adalah:

L A

(9)

CONTOH 3 Suatu kawat nikron (resistivitas 10-6 .m) memiliki jari-jari 0,65 mm. Berapakah panjang kawat yang dibutuhkan untuk memperoleh resistansi 2,0 ? Penyelesaian: Dengan menggunakan Persamaan (9), dapat kita peroleh:

L RA (2)(3,14)(6,5 x 10 4 m) 2 -- L 2,66m 10 6 .m A

CONTOH 4

Hitung /A dalam ohm per meter untuk kawat tembaga gauge-14, yang berdiameter d = 1, 63 mm.
Penyelesaian: Luas penampang lintang kawat gauge-14 adalah

II.4

Modul Fisika: Listrik Dinamis

d 2
4

(0.00163 m) 2
4

2,1 x 10 6 m 2

Sehingga

1,7 x 10 8 .m 8,1 x 10 3 / m 2,1 x 10 6 m 2

Di alam tidak semua bahan mempunyai resistivitas yang selalu memenuhi hukum Ohm, yang bersifat linier antara hubungan beda potensial dan arus listrik. Suatu konduktor yang memenuhi Persamaan (8) disebut konduktor linier/ bahan ohmik atau konduktor yang memenuhi hukum ohm. Hal ini secara grafik ditunjukkan pada Gambar 2(a). Disamping konduktor yang memenuhi hukum ohm, ada juga konduktor yang tak linier, misalnya konduktor dari tabung vakum (Gambar 2(b))

Gambar 2. Grafik hubungan antara I (arus) dan V (tegangan). 3. Energi dalam Rangkaian Listrik

Beda potensial yang diberikan pada suatu rangkaian listrik berhubungan dengan energi potensial listrik yang didapatkan dari sumber energi listrik. Perubahan energi potensial menunjukkan kerja yang dilakukan untuk memindahkan partikel bermuatan dalam rangkaian. Berapa besarnya kerja yang telah dilakukan tersebut? Perhatikan suatu "kotak" yang merupakan sebagian dari rangkaian listrik (Gambar 3).

Gambar 3. Kotak hitam yang mewrupakan sebagian dari rangkaian listrik

Arus i masuk ke-kotak pada tegangan Va dan keluar dari kotak pada tegangan Vb (Va > Vb), sehingga terjadi aliran muatan dari a ke b. Dalam waktu dt muatan yang masuk pada jepitan a adalah dq (dq = i dt), dan dalam waktu yang sama muatan yang keluar dari b adalah dq juga. Jadi dalam waktu dt ada

II.5

Modul Fisika: Listrik Dinamis

perpindahan muatan dq adalah Va ke potensial Vb. Muatan dq ini kehilangan energi potensial listrik sebesar dW, dan dW = dq ( Va Vb ) = i dt Vab Daya yang dihasilkan oleh perpindahan muatan tersebut, P= (10)

dW = i Vab dt

(11)

Bila di dalam kotak hitam ada suatu hambatan listrik sebesar R, maka P = i2 R atau P=
2 Vab R

(12)

(13)

Tenaga diberikan oleh perpindahan muatan tersebut seluruhnya diubah menjadi panas, sehingga panas yang timbul dalam hambatan R persatuan waktu adalah i2 R. Energi ini disebut dengan energi yang hilang atau energi dissipasi.
CONTOH 5

Kawat pemanas terbuat dari campuran nikron ( Ni Ci ) panjangnya 10 m dan mempunyai hambatan 24 ohm, dibuat kumparan untuk suatu alat pemanas listrik. Berapakah daya yang dihasilkan bila kedua ujung kumparan tersebut dihubungkan pada jaringan listrik dengan beda potensial 110 volt ? Bila kawat kumparan diputus di tengah-tengah, dan salah satu dari kumparan setengah panjang ini dihubungkan dengan beda potensial 110 volt. Berapakah daya yang dihasilkan kawat sekarang ?.
Penyelesaian: untuk kumparan yang utuh :

P=

110 V = 504 watt. V2 R 24 ohm


2

Untuk satu kawat setengah panjang : P=

110 V = 1008 watt. V2 R 12 ohm


2

Dapatkah kita potong terus menerus kawat tersebut untuk mendapatkan daya yang lebih tinggi ?

4. Gaya Gerak Listrik (GGL) dan Baterai

Untuk memperoleh arus yang konstan dalam konduktor, diperlukan sumber penghasil energi listrik yang konstan. Alat yang menyalurkan energi listrik disebut sumber gaya gerak listrik atau disingkat sumber ggl (atau EMF electromotive force). Sumber ggl mengubah energi kimia, energi mekanik
II.6

Modul Fisika: Listrik Dinamis

atau bentuk energi lainnya menjadi energi listrik. Contohnya adalah baterai yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dan sebuah generator yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Sumber ggl melakukan kerja pada muatan yang melewatinya dengan meningkatkan energi potensial muatan. Kerja per satuan muatan disebut ggl () sumber. Ketika muatan Q. Satuan ggl adalah volt, sama seperti satuan untuk beda potensial. Suatu baterai ideal adalah sumber ggl yang menjaga beda potensialnya tetap antar kedua terminalnya, tidak bergantung pada laju aliran muatan antara mereka. Beda potensial antar terminal baterai ideal besarnya sama dengan ggl baterai. Suatu baterai mempunyai EMF 6 volt. Untuk setiap coulomb yang keluar dari baterai (ketika baterai dilucuti "discharging"), baterai tersebut mengubah 6 joule energinya menjadi energi listrik. Jadi untuk suatu muatan sebesar dq yang dikeluarkan sumber dalam waktu dt, tenaga yang diubah menjadi tenaga listrik adalah dW sehingga EMF ,
=

dW dq
dW dq = i dt dt

(14)

dan daya yang dikeluarkan sumber EMF, P= (15 )

Perhatikan suatu rangkaian yang terdiri dari suatu sumber EMF (,r) dan hambatan luar R (Gambar 4).

(, r)
i

Gambar 4. Rangkaian yang terdiri dari suatu sumber EMF (,r) dan hambatan luar R.

Diperjanjikan arah EMF di dalam sumber adalah dari kutub negatip ke kutub positip, sedangkan diluar sumber dari kutub positif menuju kutub negatif. Panas yang dalam hambatan R persatuan waktu adalah (r i2), sedang tenaga yang diubah menjadi tenaga listrik persatuan waktu adalah ( I). Jadi
i = R i2 + r i 2

(16) (17)

atau

i =

R r

Tegangan Vab sepanjang R disebut tegangan jepit yang besarnya Vab = Va - Vb = i R (18)

Suatu rangkaian tertutup yang satu sumber EMF (,r) berupa baterai dan sebuah motor yang dihubungkan seri dengan hambatan luar R (Gambar 5).
II.7

Modul Fisika: Listrik Dinamis

(, r)
i

(, r)

Gambar 5. Rangkaian tertutup yang satu sumber EMF ( , r ) berupa baterai dan sebuah motor yang dihubungkan seri dengan hambatan luar R.

Pada sumber EMF berupa baterai muatan yang bergerak menghasilkan daya listrik dari baterai, pada motor dihasilkan daya mekanis, dan pada hambatan-hambatan r, r, dan R daya panas. Jadi bila ( I) adalah daya mekanis yang timbul pada motor, maka daya yang dikeluarkan oleh sumber EMF baterai
i = R i2 + r i2 + r i2 + i

(18)

dan arus yang mengalir dalam rangkaian

- ' R r r' R

(19)

CONTOH 6 Sebuah resistansi 11 dihubungkan ke sebuah baterai yang memiliki ggl 6 V dan resistansi internal (hambatan dalam) 1 . Tentukan: a. Arus b. Tegangan terminal baterai c. Daya yang dihantarkan oleh ggl d. Daya yang dihantarkan ke resistansi eksternal. Penyelesaian: a. Dari Persamaan 16, arus

Rr

6V 0,5 A (11 1)

b. Tegangan baterai

Va Vb Ir 6V (0,5 A)(1) 5,5V


c. Daya yang dihantarkan oleh sumber ggl

P I (6 V )(11) 3W
d. Daya yang dihantarkan ke resistansi eksternal

I 2 R (0,5 A) 2 (11) 2,75W

II.8

Modul Fisika: Listrik Dinamis


5. Rangkaian Arus Searah

Dalam kegiatan belajar ini, akan dianalisa beberapa rangkaian sederhana yang terdiri dari baterai, hambatan (resistor) dan kapasitor dalam berbagai kombinasi dengannya kita akan memperoleh nilai V dan I dan nilai lain yang diperoleh dari rangkaian tersebut. Rangkaian demikian disebut dengan rangkaian arus searah (DC), karena arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut selalu memiliki arah yang sama.

a. Kombinasi Resistor Kombinasi Seri

Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga muatan yang sama harus mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu terhubungkan secara seri. Resistor R1 dan R2 pada Gambar 6.a merupakan contoh resistor yang dihubungkan seri. Karena muatan tidak terkumpul pada satu titik dalam kawat yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan Q mengalir ke R1 selama interval waktu tertentu, sejumlah muatan Q harus mengalir keluar R2 selama interval waktu yang sama. Kedua resitor haruslah membawa arus I yang sama. Kita sering menyederhanakan analisa rangkaian dari resistor yang tersusun secara seri dengan menggantikan resitor tersebut dengan resistor tunggal ekivalen Req yang memberikan tegangan jatuh V yang sama ketika membawa arus I yang sama (lihat Gambar 6.b). Tegangan jatuh pada R1 adalah IR1 dan yang jatuh pada R2 adalah IR2. Tegangan jatuh pada kedua resistor adalah sama jumlah tegangan jatuh pada masing-masing resitor: V = IR1 + IR2 = I (R1 + R2) Dengan membuat tegangan jatuh sama dengan IReq, maka diperoleh: Req = R1 + R2 (21) (20)

Jadi, resitansi ekivalen untuk resistor yang tersusun seri adalah penjumlahan resistansi awal. Ketika terdapat lebih dari dua atau lebih resistor yang disusun secara seri, resistansi ekivalennya adalah: Req = R1 + R2 + R3 + . . . (22)

Gambar 6. (a) Dua resistor disusun seri membawa arus yang sama. (b) Resistor-resistor pada (a) dapat digantikan oleh resistor ekivalen Req = R1 + R2 yang memberikan tegangan jatuh total yang sama ketika membawa arus yang sama seperti dalam (a)

II.9

Modul Fisika: Listrik Dinamis


Resistor Paralel Dua resistor yang dihubungkan seperti dalam Gambar 7.a sedemikian rupa sehingga memiliki beda potensial yang sama antara keduanya yang dikatakan bahwa mereka dibungkan secara paralel. Catat bahwa resistor-resistor dihubungkan pada kedua ujungnya dengan sebuah kawat. Misalkan I adalah arus dari titik a ke b. Pada titik a arus terpecah menjadi dua bagian, I1 dalam resistor R1 dan I2 dalam resistor R2. Arus total adalah jumlah arus-arus tadi:

I = I1 + I2 Misalkan V = Va Vb adalah tegangan jatuh pada kedua resistor. Dalam bentuk arus resitansi, V = I1R1 = I2R2

(23)

(24)

Resistansi ekivalen dari kombinasi resistor paralel didefinisikan sebagai resitansi Req tersebut, di mana arus total I menghasilkan tegangan jatuh V (Gambar 7.b),
R eq V I

(25)

Dengan memecahkan Persamaan ini untuk I dan dengan menggunakan I = I1 + I2, kita dapatkan I V I1 I2 R eq (26)

Tetapi menurut Persamaan 24, I1 = V/R1 dan I2 = V/R2. Persamaan 26 lalu dapat ditulis menjadi:

V V V R eq R 1 R 2

(27)

Resistansi ekivalen untuk dua resistor paralel dengan demikian dapat ditulis menjadi:

1 1 1 Req R1 R2

(28)

Hasil ini dapat diperluas untuk beberapa kombinasi resistor lebih dari dua buah yang disusun secara paralel, sehingga Persamaan umumnya dapat ditulis menjadi:

1 1 1 1 ... Req R1 R2 R3

(29)

Gambar 7. (a) Dua resistor disusun parallel (b) resitor ekivalen Req dari susunan (a)

II.10

Modul Fisika: Listrik Dinamis


CONTOH 7 Resistor 4 dan 6 disusun paralel tampak pada Gambar 8, dan dikenakan beda potensial 12 V pada kombinasi tersebut. Tentukan: a. resistansi ekivalen b. arus total c. arus pada masing-masing resistor d. daya yang didisipasi oleh masing-masing resistor.

I2

12V

I1

Gambar 8. Dua resistor disusun secara paralel pada suatu beda potensial 12 V Penyelesaian a. Pertama, kita hitung resistansi ekivalen dari Persamaan 29,

1 1 1 3 2 5 R eq 4 6 12 12 12
12 2,4 5 V 12 V 5A R eq 2,4

R eq

b. Sehingga arus totalnya: I

c. Kita peroleh arus pada masing-masing resistor dari fakta bahwa tegangan jatuhnya adalah 12 V pada masing-masing resistor (Persamaan 24). Dengan menyebut arus pada resistor 4 dengan I1, dan pada resistor 6 dengan I2, kita dapatkan

V I1R 1 I1 ( 4 ) 12V 12V 12V 3 A dan I 2 2A 4 6 d. Daya yang didisipasikan dalam resistor 4 adalah: I1 P I 2R (3 A ) 2 ( 4) 36 W
Daya yang didisipasikan dalam resistor 6 adalah:

P I 2R (2A ) 2 (6 ) 24 W
Daya ini berasal dari sumber ggl yang menjaga beda potensial 12 V pada kombinasi resistor. Daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan arus 5 A pada 12 V adalah : P IV (5 A )(12V ) 60 W

II.11

Modul Fisika: Listrik Dinamis


CONTOH 8 Tentukan resistansi ekivalen antara titik a dan b untuk kombinasi resistor yang ditunjukkan oleh Gambar 9.

Gambar 9. Jaringan resistor untuk contoh soal 2.2 Penyelesaian: Untuk mengerjakan permasalahan di atas maka kita harus dapat menyederhanakan dulu rangkaian pada Gambar 9 menjadi Gambar 10.a, 10.b, dan 10.c. Sehingga diperoleh:

Gambar 10. Rangkaian penyederhanaan dari gambar 9

1 R ' eq

1 1 3 1 4 4 12 12 12 12

(Gambar 10.a)

R ' eq
R '' eq

3 4 5 R ' eq 5 3 8 (Gambar 10.b)

12

1 1 1 1 4 (Gambar 10.c) 24 R '' eq 24 8 24 24 R ''' eq 6 4 Jadi resistansi ekivalen antara titik a dan b adalah 6 R ''' eq

II.12

Modul Fisika: Listrik Dinamis


5. Hukum Kirchhoff

Pada Gambar 11 memberikan satu contoh dari rangkaian. Kedua resistor R1 dan R2 pada rangkaian ini terlihat seperti dihubungkan secara paralel, padahal tidak demikian. Tegangan jatuh pada kedua resistor tersebut tidaklah sama, karena adanya ggl (gaya gerak listrik) 2 yang diserikan dengan R2. Juga karena arus yang mengalir pada R1 dan R2 tidaklah sama, maka R1 dan R2 juga tidak dapat dikatakan dirangkai secara seri.

R2

+ -

R1 + - 2

R3

Gambar 11. Suatu contoh rangkaian sederhana yang tidak bisa dianalisa dengan mengganti kombinasi resitor seri atau paralel dengan resistansi ekivalen mereka.

Ketika suatu rangkaian tidak dapat dibentuk menjadi rangkaian sederhana dengan kombinasi seri dan/ atau paralel untuk menentukan arus yang mengalir dalam rangkaian, maka dapat digunakan hukum-hukum yang dikemukakan oleh G.R. Kirchhoff (18241887). Hukum Kirchhoff merupakan aplikasi sederhana dari hukum kekekalan momentum dan energi. Ada dua hukum yang berlaku bagi rangkaian yang memiliki arus tetap (tunak) kedua hukum ini yaitu: 1. Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus sama dengan nol. 2. Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut. Hukum pertama Kirchhoff juga bisa disebut hukum simpal, karena pada kenyataannya beda potensial di antara dua titik dalam satu rangkaian pada keadaan tunak selalu konstan. Hukum ini didasarkan pada kekekalan energi. Hukum kedua Kirchhoff, dikenal dengan hukum percabangan, karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian, dengan demikian jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dalam jumlah yang sama.
I2

I1

I3

Gambar 12. Ilustrasi dari hukum Kirchhoff tentang titik percabangan. Arus I1 yang mengalir melalui titik a sama dengan jumlah I2 + I3 yang mengalir keluar dari tiik a.

II.13

Modul Fisika: Listrik Dinamis

Gambar 12 menunjukkan suatu titik percabangan dari 3 buah kawat yang dialiri arus I1, I2, dan I3. Dalam rentang waktu t, muatan I1t mengalir melalui titik percabangan dari arah kiri. Dalam rentang waktu t juga, muatan I2t dan I3t bergerak kearah kanan meninggalkan titik percabangan. Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik percabangan dan tidak juga menumpuk pada titik tersebut dalam keadaan tunak, dengan demikian muatan akan terkonversi dititik percabangan tersebut yaitu: I1 = I2 + I3 (30)

Gambar 13 memperlihatkan sautu rangkaian yang terdiri dari 2 buah baterai dengan hambatan dalam r1 dan r2 beserta 3 buah resistor luar. Kita mengharapkan dapat menentukan arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut sebagi fungsi dari ggl dan hambatan, yang kita anggap nilainya telah diketahui. Kita tidak dapat memperkirakan arah arusnya kecuali kita telah mengetahui baterai mana yang memiliki nilai ggl terbesar, namun sebenarnya kita tidak perlu mengetahui arah arus dalam rangkaian untuk menganalisisnya. Kita dapat menganggap arus mengalir ke arah mana saja, dan memecahkan persoalan tersebut berdasarkan suatu asumsi. Jika asumsi kita salah, kita akan memperoleh nilai arus yang negatif, yang menandakan bahwa arah arus sebenarnya berlawanan arah dengan asumsi semula.
R1
r2

R2

2
r1

Gambar 13. Rangkaian berisi dua baterai dan tiga resistor eksternal tanda plus minus pada reistor digunakan untuk mengingatkan kita sisi mana pada tiap resistor yang berada pada potensial lebih tinggi untuk arah arus yang diasumsikan.

R3

Dengan menganggap bahwa arus I mengalir searah jarum jam, seperti yang terlihat pada gambar, maka dengan menggunakan hukum pertama Kirchhoff saat kita melintas simpal dengan arah yang telah diasumsikan semula berawal dari titik a. Tinggi rendahnya potensial pada sisi resistor untuk arah yang dipilih ditandai dengan tanda plus dan minus pada gambar. Turun naiknya potensial dipelihatkan pada Tabel 1. Perhatikan bahwa potensial turun saat kita melintasi sumber ggl pada titik c dan d dan potensial naik saat kita melintasi sumber ggl antara f dan g. Mulai dari titik a dengan menerapkan hukum Kirchhoff 1, kita peroleh: -IR1 IR2 2 Ir2 IR3 + 1 Ir1 = 0 dengan demikian untuk arus I kita peroleh: 31)

1 2 R 1 R 2 R 3 r1 r2

(32)

II.14

Modul Fisika: Listrik Dinamis

Tabel 1. Perubahan potensial antara titik yang ditandai pada rangkaian dalam Gambar 8

ab bc cd de ef fg gh

Berkurang IR1 Berkurang IR2 Berkurang 2 Berkurang Ir2 Berkurang IR3 Bertambah 1 Bertambah Ir1

Ingat bahwa jika 2 lebih besar daripada 1, kita peroleh nilai negatif untuk arus I, yang menunjukkan bahwa kita telah mengasumsikan arah I yang salah. Yaitu, jika 2 lebih besar daripada 1, arus akan berlawanan dengan arah jarum jam. Kita dapat menghitung keseimbangan energi dalam rangkaian ini dengan menyusun kembali Persamaan 21 dan mengalikan setiap terminal dengan I: 1I = 2I + I2R1 + I2R2 + I2r2 + I2R3 + I2r1 (33)

Suku 1I adalah laju di mana baterai 1 menimbulkan energi ke dalam rangkaian. Energi ini berasal dari energi kimia internal baterai. Suku 2I adalah laju di mana energi listrik diubah menjadi energi kimia dalam baterai 2. Suku I2R1 adalah laju di mana panas joule dihasilkan dalam resistor R1. Dengan cara yang sama, suku-suku untuk resistansi lainnya memberikan laju pemanasan joule di dalamnya.
CONTOH 9

Suatu baterai dengan = 20 volt, r = 0,5 ohm, dihubungkan seri dengan suatu motor yang bekerja pada tegangan EMF = 12 volt (ini bukan tegangan jepit motor) dan hambatan dalam motor r = 1 . Kawat-kawat penghantar memberikan hambatan luar R = 2,5 ohm (Gambar 14). a. Berapa besar arus yang mengalir ?. b. Berapa tegangan jepit baterai Vab , tegangan jepit motor Vac , tegangan jepit hambatan luar R, Vcb ?. c. Berapa besar panas yang timbul dalam baterai, kotor dan hambatan R dalam selang waktu t = 1 detik ? d. Berapa kerja listrik yang dihasilkan baterai dan kerja mekanis yang dihasilkan motor?

Gambar 14. Rangkaian tertutup yang satu sumber EMF ( , r ) berupa baterai dan sebuah motor yang dihubungkan seri dengan hambatan luar R.

II.15

Modul Fisika: Listrik Dinamis


Penyelesaian a. Arus yang mengalir dalam rangkaian :

- ' 20 - 12 Amp = 2 Amp. R r r' 2,5 0,5 1

b. Tegangan jepit baterai : Vab = ( 20 2 x 0,5 ) volt = 19 volt. Tegangan jepit motor : Vac = ( 12 + 2 x 1 ) volt = 14 volt Tegangan jepit hambatan luar R : Vcb = 2 x 2,5 volt = 5 volt c. Selama 1 detik panas yang timbul, dalam baterai : W1 = i2 r t = 22 x 0,5 x 1 Joule = 2 Joule, dalam motor : W2 = 22 x 1 x 1 = 4 Joule dalam hambatan luar R: W3 = 22 x 2,5 x 1 = 10 Joule d. Kerja listrik yang dihasilkan baterai selama 1 detik : Wo = 20 x 2 x 1 Joule = 40 Joule Kerja mekanis yang dihasilkan motor : W4 = 12 x 2 x 1 = 24 Joule

CONTOH 10 Gambar 15 menunjukkan suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua loop. Besar hambatan luar, hambatan dalam, dan sumber-sumber EMF ditunjukkan pada gambar. Tentukan besar dan arah arus yang melewati R1 , R2 , dan R3.

1 20V , r1 0
R1 5

2 12V , r2 0
i2
i3

i1

R2 3

Gambar 15. Rangkaian perhitungan menggunakan hukum Kirchhoff 1 dan 2 dalam contoh soal 2.4 Penyelesaian Misalkan arah arus dan arah loop seperti ditunjukkan pada gambar.

Loop I Loop II

: 1 - i1 R1 + i2 R2 = 0 atau 20 5 i1 + 3 i2 = 0 : -1 - i2 R2 - i3 R3 = 0 atau

(a)

R3 4

II.16

Modul Fisika: Listrik Dinamis

-12 3 i2 - 4 i3 = 0 dan dari hukum Kirchhoff I, i di titik d adalah nol, yaitu i1 + i 2 - i3 = 0

(b) (c )

Dari Persamaan (a), (b), dan (c ) dapat dicari i1 , i2 , i3 yaitu i1 = 2,213 A, i2 = 2,979 A, dan i3 = 2,766 A. Tanda negatif untuk i2 dan i3 berarti bahwa arah arus sebenarnya melawan arah arus pada Gambar 15.

II.17

Modul Fisika: Kemagnetan

IV. PEMBELAJARAN 3 Kemagnetan


Ketika ujung alat testpen berulangkali disentuhkan dengan arus listrik, akan terjadi perubahan sifat dari ujung alat tersebut. Jika kemudian ujung alat testpen ini didekatkan dengan paku-paku kecil maka paku-paku tersebut akan tertarik dan menempel pada ujung testpen. Hal ini menunjukkan bahwa ujung testpen telah mempunyai sifat kemagnetan meskipun kecil. Apa sifat kemagnetan itu? Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat membuat magnet dari besi, baja atau campuran logam lainnya. Telah dibuktikan pula bahwa arus listrik dapat menimbulkan medan magnet di sekitar arus listrik tersebut. Magnet banyak digunakan dalam industri elektronika seperti TV, mikropon, telepon. Sebuah magnet selalu mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Jika sebuah magnet batang dibiarkan pada posisi bergantung bebas maka magnet batang selalu sejajar dengan arah utaraselatan, seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Ujung magnet yang menunjuk arah utara disebut kutub utara dan yang kea rah selatan disebut kutub selatan. Dari percobaan dapat dibuktikan bahwa dua kutub sejenis saling tolak-menolak dan dua kutub tak sejenis tarik-menarik.

Gambar 1. Dua kutub magnet batang

Bila sebuah magnet batang dipotong menjadi dua bagian maka potongannya tidak membuat sebuah kutub utara dan kutub selatan yang terpisah melainkan akan menghasilkan dua buah magnet yang masing-masing memiliki kutub utara dan kutub selatan. Demikian pula bila batang magnet tersebut dipotong menjadi empat bagian, delapan bagian, atau sembarang bagian maka akan terbentuk sejumlah magnet batang dengan kutub magnet yang saling perpasangan, seperti ditunjukkan Gambar 2. Hasil percobaan menunjukan bahwa dalam bahan magnet, molekul-molekul bahan merupakan magnet-magnet kecil yang disebut magnet elementer. Karena itulah tidak mungkin memisahkan kutub utara dan kutub selatan suatu bahan magnet.
III.1

Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 2. Potongan-potongan magnet.

1. Besaran-besaran medan magnet

Di ruang sekitar bahan magnet terdapat medan magnetik. Hal ini dapat dirasakan ketika ada magnet lain yang didekatkan, maka magnet tersebut akan mengalami gaya tarik atau gaya tolak magnet. Medan magnet dapat dilukiskan dengan garis-garis yang dinamakan garis-garis gaya magnet. Medan magnet adalah medan vektor, artinya besaran yang menyatakan medan magnet adalah besaran vektor yaitu vektor induksi magnet B . Beberapa ketentuan yang terkait dengan garis-garis gaya magnet antara lain (perhatikan Gambar 3) : 1. garis-garis gaya magnet keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan. 2. garis-garis gaya magnet tidak berpotongan satu dengan lainnya. 3. arah medan magnet di suatu titik pada garis gaya magnet adalah arah garis singgung di titik tersebut.

Gambar 3. Arah garis gaya magnet dan arah medan magnet B

Besar medan magnet (induksi magnet) pada suatu titik dinyatakan dengan jumlah garis-garis gaya magnet yang menembus satuan luas bidang yang tegak lurus terhadap arah medan magnet pada titik tersebut. Jumlah garis-garis gaya magnet dinamakan fluks magnet (), sedang jumlah garis-garis gaya magnet persatuan luas disebut rapat fluks magnet atau induksi magnet ( B ), bahkan sering disebut dengan rapat garis gaya magnet.

III.2

Modul Fisika: Kemagnetan

(a)

(b)

(c )

Gambar 4. (a) Fluks magnet, (b) arah medan magnet tegak lurus terhadap normal luasan A, (c ) arah medan magnet membentuk sudut terhadap nornal luasan A

Fluks magnet () secara matematis dituliskan sebagai

BA
dengan B = induksi magnet A = luas bidang yang dilingkupi induksi magnet B (m2) Untuk bidang yang tertembus medan magnet mempunyai arah normal membentuk sudut terhadap medan magnet maka besarnya fluks magnet adalah

B A cos

(1)

Dalam sistem MKS, satuan fluks magnet adalah weber (Wb), sedang satuan induksi magnet adalah weber/m2, disebut tesla (T). Untuk sistem CGS, fluks magnet dalam satuan Maxwell (M) sedang rapat fluks magnet dengan satuan m/cm2 (Gauss), dengan 1 Tesla = 104 Gauss.
CONTOH 1

Ada empat buah kutub magnet P, Q, R dan S. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kutub P menarik Q, kutub P menolak R dan kutub R menolak S. Bila S adalah kutub utara, tentukan kutub-kutub yang lain.
Penyelesaian S = kutub utara Karena R menolak S, maka R mempunyai kutub yang sejenis dengan kutub S sehingga R = kutub utara Karena P menolak R, maka P mempunyai kutub yang sejenis dengan kutub P sehingga P = kutub utara Karena P menarik Q, maka Q mempunyai kutub yang berlawanan dengan kutub P sehingga Q = kutub selatan

III.3

Modul Fisika: Kemagnetan

Contoh 2 Sebuah bidang A mempunyai rapat garis gaya sebesar 8 x 10-4 Tesla. Bila luas bidang A = 400 cm2 dan sudut antara arah normal bidang A terhadap arah garis gaya = 60o, berapakah besar fluks magnet yang menembus bidang A ? Penyelesaian

Fluks magnet o B A B A cos , = 60

= BA cos 60o = 8.10-4 x 400.10-4 cos 600 = 16.10-6 weber

2. Medan magnet di sekitar arus listrik

Saat ini sifat kemagnetan tidak hanya dimiliki oleh bahan magnet permanen saja, kawat berarus listrik ternyata dapat juga menghasilkan sifat kemagnetan walaupun tidak permanen. Oersted adalah orang yang pertama kali dapat membuktikan adanya medan magnet pada kawat yang dialiri arus listrik. Arah garis-garis gaya magnet yang dihasilkan kawat berarus listrik dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan (perhatikan Gambar 5). Kaidah ini menyatakan bahwa : Bila kita menggenggam kawat dengan tangan kanan sedemikian sehingga ibu jari menunjukkan arah arus, maka lipatan ke empat jari lainnya menyatakan arah putaran garis-garis gaya magnet.

Gambar 5. Arah garis-garis gaya dengan kaidah tangan kanan.

CONTOH 3

Suatu kawat lurus diletakkan dengan posisi tegak lurus terhadap bidang gambar (buku tulis). Kemana arah putaran garis-garis gaya magnet dan arah medan magnet yang ditimbulkan jika : a. arah arus masuk meninggalkan penggambar b. arah arus keluar menuju penggambar.
III.4

Modul Fisika: Kemagnetan

Penyelesaian Arah arus listrik yang mengalir dalam kawat lurus yang menembus bidang gambar disimbolkan dengan untuk arus masuk, dan simbol untuk arus yang keluar bidang gambar menuju pengamat.

a)

b)

Hukum Biot Savart

Medan magnet di sekitar arus listrik lebih dikenal dengan sebutan induksi magnet. Pertama kali besar induksi magnet diselidiki oleh Biot dan Savart sehingga persamaan matematis yang menyatakan induksi magnet disebut dengan hukum Biot Savart. Dari pengamatan kedua orang tersebut diperoleh kesimpulan bahwa besarnya induksi magnet pada suatu titik yang ditimbulkan oleh penghantar berarus listrik adalah : sebanding dengan arus listrik sebanding dengan panjang elemen kawat penghantar berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tersebut terhadap elemen kawat penghantar. sebanding dengan sinus sudut antara arah arus dengan garis penghubung elemen kawat ke titik yang bersangkutan. Dengan demikian Persamaan Biot Savart dapat dinyatakan dalam hubungan

dB

k i d sin r2

(2)

dengan, dB = induksi magnet pada suatu titik yang berjarak r dari elemen penghantar berarus. i = kuat arus yang mengalir dalam penghantar d = panjang elemen kawat penghantar. = sudut yang dibentuk oleh arah arus pada elemen dengan garis penghubung elemen ke titik yang bersangkutan. r = jarak titik ke elemen kawat penghantar k = konstanta.

III.5

Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 6. Induksi magnet oleh elemen Kawat berarus listrik.

Besar konstanta k bergantung pada sistem satuan yang digunakan, untuk satuan MKS besar konstanta k adalah 10 -7 weber/amp.m. Konstanta k dalam medan magnet analogi dengan konstanta k pada listrik statis. Untuk listrik statis, konstanta k mempunyai hubungan dengan permitivitas udara/hampa ( o ) yang dinyatakan dengan

1 4 o

Sedang untuk medan magnet, konstanta k dihubungkan dengan permeabilitas udara/hampa ( o ) yang dituliskan dengan

o 4

atau o = 4 x 10 -7 weber/amp.m

Medan magnet pada kawat lurus

Suatu kawat penghantar lurus yang sangat panjang ( mendekati tak berhingga) ditempatkan pada posisi tegak lurus bidang horisontal dan dialiri arus listrik vertikal ke atas. Titik P terletak pada bidang horisontal dan berjarak a dari penghantar (lihat Gambar 7.) Untuk mendapatkan besar induksi magnet di titik P digunakan Persamaan Biot Savart.

III.6

Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 7. Kawat penghantar lurus tak berhingga

Ambil elemen d

pada kawat penghantar yang berjarak r dari titik P. Sudut yang dibentuk oleh arah

arus I dengan garis penghubung titik P ke elemen dl adalah (1800 - ), sehingga Persamaan Biot Savart dapat ditulis menjadi

dB

k i d sin (180 - ) r2

karena sin (180 - ) = sin , didapat hubungan

dB

k i d sin r2

(3)

Untuk mendapatkan penyelesaian dari Persamaan (3), peubah d akan diubah menjadi peubah d. Untuk itu akan dicari terlebih dahulu hubungan antara dengan , d Hubungan dan dapat diperoleh dari segitiga siku-siku POQ dan d serta r dengan .

+ = 900 = 90 -
sin = sin (900 - ) = cos Untuk mendapatkan hubungan d siku PRQ dengan d, digunakan perbandingan sinus dalam segitiga siku-

sin d

RQ . QP

Untuk sudut d yang kecil, berlaku hubungan (sin d d) dan karena QP = r, diperoleh

RQ atau RQ = r d r
RQ QS
(a)

Dari segitiga siku-siku QES diperoleh

Sin (90 - )

Karena QS = d, QR = r d dan sin (90 - ) = cos , diperoleh


III.7

Modul Fisika: Kemagnetan

r d cos

(b)

Hubungan r dan dapat dicari dengan perbandingan cos pada segitiga siku-siku POQ

Cos

a OP atau cos PQ r
(c)

a cos

Masukkan (a), (b) dan (c) ke dalam Persamaan (3)

r d ki (cos ) ki k i d sin cos dB d 2 2 r r r


dB ki cos d a
2 2 ki ki cos d sin | 1 a 1 a

ki (sin 2 - sin 1 ) a

Gambar 8. Batasan sudut pada kawat Tak berhingga

Dari Gambar 8. diperoleh hubungan :

= 900 - = 90 - = 180 - = 90 +
Untuk kawat lurus tak berhingga,

1 = 0 1 = - 900 2 = 180 2 = 900


sehingga diperoleh :

III.8

Modul Fisika: Kemagnetan

ki sin 90 - sin (-90) a 2k i B a B


atau

0 i 2a

(4)

CONTOH 4

Dua kawat lurus panjang dan sejajar dipisahkan pada jarak 0,5 m. Kedua kawat dialiri arus 3 A dengan arah saling berlawanan. Berapa besar induksi magnet di titik P yang terletak diantara kedua kawat dan berjarak 0,4 m dari salah satu kawat ?
Penyelesaian

Pada titik P ada dua induksi magnet yakni B1 akibat kawat I dan B2 akibat kawat II.

0 i1 4 .10 -7.3 B1 1,5 . 10 -6 T 2a 2 .0,4


B2 0 i 2 4 .10 -7.3 3 . 10 -6 T 2 .0,1 2b

Bp = B1 + B2 = 4,5 . 10-6 T

Medan magnet pada kawat melingkar

Kawat membentuk lingkaran dengan radius a dialiri arus listrik searah putaran jarum jam. Titik P terletak pada sumbu kawat lingkran dan berjarak x dari pusat lingkaran.

III.9

Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 9. Kawat lingkaran berarus

Ambil elemen kawat dyang berjarak r dari titik P. Induksi magnet di P oleh elemen kawat dl menurut Biot-Savart adalah

dB

0 i d sin 4 r2

Arah arus pada elemen d merupakan arah garis singgung pada d, sehingga sudut antara arah arus dengan garis penghubung r adalah 900 ( = 900), maka Persamaan berubah menjadi

dB

0 i d sin90 0 0 i d 4 4 r2 r2

Arah vektor dB dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan dan dB dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu dB sin dan dB cos dB . Komponen dB cos akan saling meniadakan dari masing-masing elemen kawat, sehingga yang tersisa hanya komponen dB sin .

B p dB sin

0 i d sin 4 r2

Induksi magnet di P oleh seluruh kawat lingkaran ( = 2 a) adalah

Bp

Bp

0 i (2 a) sin 4 r2 0 i a sin
2 r2

Bila titik P berjarak x dari pusat lingkaran, maka r 2 x 2 a 2 dan sin a / r sehingga induksi magnet di titik tersebur adalah

Bp

0 i a 2
2 r3

III.10

Modul Fisika: Kemagnetan

Bp

0 i
2

a2
2

a2

3/2

Bila P terletak di pusat lingkaran, maka x = 0 dan induksi magnetnya sebesar

Bp

0 i a 2
2 a3

Bp

0 i
2a

(5)

Bila kawat lingkaran tersebut berupa kumparan dengan N buah lilitan, maka induksi magnet di pusat kumparan adalah

Bp

N 0 i 2a

(6)

CONTOH 5

Induksi magnet di pusat lingkaran yang berarus listrik 7,5 A dan jumlah lilitan 40 adalah (2 x 10-4 ) Tesla. Berapa cm jari-jari lingkaran kawat tersebut ?
Penyelesaian Induksi magnet di pusat lingkaran berarus

0 i N
2a

2 x 10 4

4 . 10 -7.7,5 . 40 2a

a = 300.10-3 m a = 30 cm

Medan magnet solenoida dan toroida

Solenoida adalah kawat yang dililitkan pada inti yang berbentuk silinder. Besar induksi magnet di pusat kumparan solenoida yang panjang dan jumlah lilitan N adalah

0 i N

(7)

Sedang besar induksi magnet di tepi (ujung) solenoida adalah

0 i N
2

(8

III.11

Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 10. Kumparan solenoida

Toroida adalah kawat yang dililitkan pada inti yang berbentuk lingkaran. Toroida merupakan solenoida yang intinya dibengkokkan sehingga membentuk lingkaran. Dengan demikian induksi magnet di penampang kumparan toroida sama dengan induksi magnet di pusat solenoida.

0 i N

a = jari-jari efektif toroida (9)

dengan = keliling lingkaran inti toroida

=2a,

0 i N 2 a

Gambar 11. Kumparan toroida

CONTOH 6

Sebuah solenoida yang panjangnya 30 cm dan 5 lilitan serta sebuah toroida dengan jari-jari efektif 45 cm dialiri arus yang sama besar. Hasil pengamatan menunjukkan induksi magnet di pusat solenoida dan di dalam toroida sama besar. Hitunglah jumlah lilitan toroida.
Penyelesaian

Solenoida

Bs

0 i Ns

III.12

Modul Fisika: Kemagnetan

Toroida

Bt

0 i N 2a

Bs = B t

Ns N 2a N 5 30 2 .45
N = 15 N lilitan

3. GERAK MUATAN LISTRIK dalam MEDAN MAGNET

Suatu muatan listrik positip yang bergerak di daerah medan magnet akan mengalami gaya magnet yang disebut gaya Lorentz. Secara vektor gaya Lorentz dapat ditulis F q v B . Muatan listrik

dengan kecepatan tegak lurus terhadap arah medan magnet menghasilkan gerak melingkar, kecepatan yang sejajar dengan arah medan magnet menghasilkan gerak lurus beraturan, sedang kecepatan dengan arah sembarang terhadap arah medan magnet menghasilkan gerak spiral. Penghantar yang dialiri arus ketika berada dalam medan magnet akan mengalami gaya Lorentz juga, hal ini karena arus listrik adalah muatan-muatan listrik yang bergerak.

Gaya pada gerak muatan listrik

Suatu muatan listrik positif q bergerak dengan vektor kecepatan v dalam vektor medan magnet serbasama B . Jika arah kecepatan membentuk sudut terhadap arah medan magnet, menurut Lorentz gaya yang bekerja pada muatan listrik tersebut adalah

F q vB

(10)

yang besarnya dinyatakan sebagai F = q v B sin dengan arah gaya tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh vektor kecepatan v dan medan magnet B .

Gambar 12. Gerak muatan dalam medan magnet

III.13

Modul Fisika: Kemagnetan

Arah dari gaya Lorentz pada muatan positif dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan yang menyatakan bahwa : Bila tangan kanan dibuka dengan ibu jari menunjukkan arah gerak muatan
positif ( v ) dan keempat jari lain yang dirapatkan menunjukkan arah medan

magnet B , maka telapak tangan menunjukkan arah gaya Lorentz.

Gambar 13. Kaidah tangan kanan

CONTOH 7

Sebuah elektron bergerak di dalam suatu medan magnet serba sama 0,2 Tesla. Arah gerak elektron membuat sudut 600 terhadap arah medan magnet. Bila gaya pada elektron sebesar 64.1014 N, berapa besar kecepatan gerak elektron tersebut ?
Penyelesaian Dengan menggunakan gaya Lorentz didapatkan

F = q v B sin

F 64 3 .1014 q B sin 1,6.10-19.0,2 1/2 3

v = 4 x 107 m/s

Lintasan gerak muatan listrik

Dalam modul ini akan dibahas gerak muatan listrik yang arah kecepatannya tegak lurus terhadap arah medan magnet. Suatu muatan listrik bergerak ke kanan dengan kecepatan v dalam medan magnet B yang mempunyai arah masuk ke dalam bidang gambar (lihat Gambar 14.) Mula-mula muatan berada pada titik A, dengan menggunakan kaidah tangan kanan diperoleh arah gayanya ke atas. Akibatnya muatan akan mengalami gerak melengkung. Sampai di titik C arah kecepatannya ke atas, diperoleh arah gaya ke kiri yang menyebabkan muatan listrik bergerak melengkung kembali. Demikian seterusnya sehingga terbentuk lintasan berupa lingkaran dan gaya Lorentz yang terjadi selalu menuju ke titik pusat lintasan tersebut. Karena arah kecepatan muatan tegak lurus terhadap arah medan magnet maka besar gaya Lorentz adalah F = q v B sin 900 ; F=qvB

III.14

Modul Fisika: Kemagnetan

Gambar 14. Lintasan muatan listrik

Gaya Lorentz juga merupakan gaya sentripetal

Fm

v2 R

R = radius lintasan

maka diperoleh hubungan

v2 qvB R

sehingga besarnya radius gerak melingkar yang dilakukan oleh suatu muatan q yang bergerak dengan kecepatan v arah tegak lurus medan magnet B adalah

mv qB

(11)

CONTOH 8

Sebuah partikel bermuatan listrik 1 C berada dalam medan magnet homogen/ serbasama B = 10-4 Tesla. Bila vektor kecepatan partikel tegak lurus medan magnet dan radius lintasannya 20 cm, tentukan besar dan arah momentum dari partikel tersebut ?
Penyelesaian Karena momentum adalah hasil kali massa dengan kecepatannya p=mv maka Persamaan (11) dapat dituliskan sebagai

p qB

p q B R 10 -6.10 4.0,2 p 2 . 10 -11 kg m/s


sehingga besarnya momentum partikel yang bergerak tersebut adalah 2.10-11 kg.m/s dan arah momentum sama dengan arah kecepatannya.

III.15

Modul Fisika: Kemagnetan


Gaya Lorentz pada kawat berarus

Besar gaya Lorentz yang dialami oleh kawat berarus listrik dalam medan magnet sebanding dengan kuat arus yang mengalir (i) panjang kawat ( ) besar induksi magnet (B) sinus sudut antara arah arus dengan arah medan magnet sehingga dari pernyataan ini dapat dituliskan bentuk matematisnya sebagai F = I B sin (12)

Arah gaya Lorentz adalah tegak lurus terhadap arah arus dan tegak lurus pula terhadap medan magnet. Arah gaya Lorentz pada penghantar berarus dapat juga ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan seperti halnya gaya Lorentz pada gerak muatan listrik (ingat arah arus listrik searah dengan arah gerak muatan positif). Penerapan gaya Lorentz pada kawat berarus dapat digunakan untuk medan magnet yang serba sama dan medan magnet tak homogen.

Penghantar dalam medan magnet homogen

Suatu penghantar segi empat abcd dialiri arus listrik searah putaran jarum jam berada di dalam medan magnet serba sama dengan arah tegak lurus meninggalkan penggambar (lihat Gambar 15.).

Gambar 15. Penghantar segi empat

Dengan menggunakan kaidah tangan kanan, diperoleh arah gaya Lorentz pada masing-masing rusuk, Fad ke kiri, Fbc ke kanan, Fab ke bawah dan Fdc ke atas. Besar masing-masing gaya dapat dihitung dengan Persamaan (11) dengan arus I tegak lurus terhadap medan magnet (sin = 1)

Fad i ad B

Fbc i bc B
Karena ad = bc maka Fcd = Fbc dan saling meniadakan. Demikian pula untuk gaya Fdc dan Fab, sama besar, bertolak belakang, saling meniadakan sehingga total gaya pada penghantar abcd adalah nol. Sekarang bagaimana jika posisi penghantar tidak tegak lurus medan magnet. Pada keadaan ini

III.16

Modul Fisika: Kemagnetan

akan ada sepasang gaya yang tidak saling meniadakan meskipun sama besar sehingga akan menimbulkan torsi/momen gaya.

Gambar 16. Momen gaya pada penghantar

Dua kawat penghantar sejajar

Dua kawat sejajar menembus bidang V pada titik P dan Q, dialiri arus dengan arah sama i1 dan i2 serta berjarak a satu sama lainnya (lihat Gambar 17)

Gambar 17. Dua kawat sejajar

Pada titik P terdapat induksi magnet B1 akibat kawat arus i1 dan pada titik Q timbul induksi magnet B2 akibat arus i2.

B1

o i1 , 2 a

B2

o i 2 2 a

Kawat dengan arus i1 berada di bawah pengaruh medan magnet B2 sehingga pada kawat timbul gaya F1. Sebaliknya pada kawat dengan arus i2 timbul gaya F2 akibat pengaruh medan magnet B1. Terlihat arah F1 dan F2 dapat dicari dengan Persamaan gaya Lorentz. F1 = i1 1 B2

F1 i1 1

o i1 2 a

F1 o i1 i 2 1 2 a

III.17

Modul Fisika: Kemagnetan

F2 = i2 2 B1

F2 i 2 2

o i1 2 a

F2 o i1 i 2 2 2 a

(13)

Terlihat bahwa besar gaya persatuan panjang kawat untuk masing-masing kawat sama besar dan saling tarik menarik. Bila arus yang mengalir pada kedua kawat lurus tersebut tidak searah maka gaua yang terjadi adalah gaya tolak menolak.

Dua kawat saling tegak lurus

Suatu kawat lurus panjang berarus listrik i1, berada pada jarak s dari penghantar ab (panjang ) yang dialiri arus i2. Induksi magnet pada penghantar ab akibat kawat lurus panjang mempunyai arah masuk meninggalkan bidang penggambar sehingga gaya Lorentz Fab mempunyai arah sejajar arah arus i1. Untuk menghitung besar gaya Fab harus dilakukan operasi pengintegralan mengingat besar induksi magnet pada penghantar ab tidak sama besar di setiap posisi (bergantung pada jarak). Dari pengintegralan diperoleh besar gaya Fab

Fab

o i1 i 2 s ln s 2

(13)

Gambar 18. Dua kawat saling tegak lurus

CONTOH 9

Suatu simpul kawat ABCD berarus listrik i2 = 25 A dililitkan pada jarak 25 cm dari suatu kawat lurus panjang yang berarus i1 = 10 A. Berapa besar gaya yang bekerja pada simpul kawat ABCD dan kemana arahnya ?

III.18

Modul Fisika: Kemagnetan


Penyelesaian

FDC =

o i1 i 2 o i1 i 2 ab ln = ln 3 a 2 2 o i1 i 2 o i1 i 2 ab ln = ln 3 FAB = a 2 2 Gaya FDC dan FAB saling meniadakan.


o i1 i 2 l 4 .10 7.19.25 0,3 = 6.10 -5 N 2 a 2 0,25

FAD = FBC =

4.10 7.19.25 0,3 o i1 i 2 l = 2.10 -5 ( a b) 2 2 0,75

FABCD = FAD FBC = 4 x 10-5 N (menjauhi kawat lurus)

III.19

Anda mungkin juga menyukai