Anda di halaman 1dari 7

Dosa-Dosa Sri Mulyani

Sri Mulyani Indrawati (lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962; umur 48 tahun) adalah wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini diembannya mulai 1 Juni 2010. Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu. Begitu, dia berkantor di Kantor Bank Dunia, dia praktis meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan. Sebelum menjabat menteri keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura. Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007. Semua penobatan ini memang dirancang oleh para mafia keuangan dunia untuk membentuk opini yang hebat bagi Sri Mulyani.

... Sekarang kita bahas dosa-dosa Sri Mulyani terhadap rakyat dan negara ini, kita mulai dengan memahami bahwa inti kelemahan dasar Indonesia dimata investor asing adalah: perilaku korup penguasa/birokrasi, tidak adanya kepastian hukum dan jaminan risiko, karena itu Investor asing lebih suka bermain di investasi tidak langsung (NDI) antara lain : pasar uang & pasar modal. (tidak perlu pake suap-suap, kapan saja bisa kabur). NDI ini sangat kecil pengaruhnya kepada ekonomi Indonesia dan kesejahteraan rakyat. Rentan gejolak dan tak dapat jadi jaminan fundamental ekonomi RI.

Sri Mulyani dulu mati-matian pertahankan NDI ini degan memberikan konsesi luar biasa besar kepada NDI dengan mengorbankan rakyat banyak. Yang penting investor/spekulan asing ini tetap betah puter2 duitnya di Indonesia. Saham dijaga, rupiah ditekan, keuntungan NDI dipastikan. Tapi, kecil sekali dampak positifnya terhadap rakyat karena pabrik2 baru tidak ada yang dibangun, lapangan kerja baru sedikit; yang nganggur makin banyak. Exportir pun menjerit

karena rupiah terus menguat. Daya saing produk indonesia hancur. Ekportir luar negeri senang. RI jd pasar empuk mereka. RI pun jadi pasar primadona produk2 impor, produk2 luar jauh lebh murah & berkualitas. Rakyat jadi konsumen royal. Industri dalam negeri kalah. Terjadi fenomena dimana konsumsi tinggi, ISHG melambung, ekonomi tumbuh lumayan tapi pabrik baru tak bertambah, lapangan kerja menyusut. Ekonomi tumbuh ditopang sektor konsumsi domestik. Bukan karena investasi langsung, peningkatan kesejahteraan dan perluasan kerja. Cad Devisa semu, itulah sebabnya krisis 2009 RI tak kena dampaknya. Hanya 0.5 rakyat yang main saham, plus adanya peningkatan konsumen domestik akibat pemilu/pilpres.

Kebijakan Sri Mulyani yang habis-habisan bela investor spekulan asing ini diperburuk dengan utang jor-joran, puluhan Miliar US$ utang LN hanya sebagai standby loan. Utang itu meski tidak terpakai dan hanya digunakan sebagai jaga-jaga jika devisa kita drop akibat ditarik secara tibatiba oleh spekulan/NDI tadi, RI tetap bayar fee! Fee 0.25 s/d 0.75 %. Fee ini dibayar didepan meski utang ngak dipakai. kabarnya dari fee ini ada sebagian yang dikembalikan untuk pejabatpejabat Depkeu. Untuk dapat utangan itu RI diberikan berbagai macam syarat yg sangat merugikan. Yang paling fatal dan bahaya adalah World Bank diizinkan Sri Mulyani jadi konsultan. Akibatnya semua kebijakan strategis dan arah pembangunan RI didikte oleh Bank Dunia/WB. tahun lalu saja ada 14 RUU yang materinya berasal dari World Bank. Ironisnya, bahkan Sri Mulyani tak malu2 setiap ada keputusan strategis dia harus lebih dahulu telp ke bosnya di World Bank.

Agus Marto yang menggantikan Sri Mulyani sebagai Menkeu kaget kenapa banyak sekali NDI dan RI sudah bayar ratusan juta US$ untuk comitment feenya. Maka Agus minta hal itu dibatalkan. Instruski Agus Marto buat pejabat2 depkeu yang korup kelimpungan. Mereka sibuk menghubungi Sri Mulyani dan Sri Mulyani menghubungi tuan-tuannya di World Bank dan Washington DC. Akibatnya mulailah Agus Marto diserang kanan kiri, atas bawah, lokal asing budak dan tuan. Bersatu lawan Agus untuk batalkan rencana pembatalan utang LN. Agus juga dihambat Sri Mulyani dan antek-anteknya ketika mau copot pejabat-pejabat eselon I & II yang jadi anjing penjilat/antek SMI/AS/ WB.

Agus juga kaget ketika melihat begitu 'bebasnya' pejabat eselon II bermain dengan kebijakan/konsep sendiri tanpa koordinasi dengan Menkeu/Dirjen. Eselon II di Menkeu tdiak diawasi dengan ketat karena mereka cukup dapat persetujuan atau arahan dari Bank Dunia/WB dan setelah itu bisa jalankan sendiri. Yang jadi atasan pejabat-pejabat tersebut bukan Agus Marto melainkan WB. Itulah sebabnya banyak kebijakan Depkeu yang tak sesuai dengan kebutuhan Industri. Akhir tahun lalu Agus Marto marah besar, para eselon I disemprot habis-habisan. Tapi tak ada gunanya, mereka cuek aja. Mereka lebih loyal pada WB daripada RI. (Jadi masih pantaskah orang Depkeu dapat remunirasi yang besar???)

Untuk dapatkan legitimasi politik, para mafia/spekulan keuangan dunia dan pejabat-pejabat WB/IMF/AS membuat strategi pembentukan opini untuk Sri Mulyani. Berbagai pernghargaan majalah-majalah/konsultan/lembaga keuangan dunia diberikan ke SMI atas lobby mereka. Citra SMI naik tajam, rakyat Indonesia yang bodoh terbius dengan cerita-cerita hebat tentang SMI yang didesign oleh mafia keuangan dunia. Bagi mafia ini, SMI adalah asset berharga. Hanya di sedikit negara khususnya di Indonesia mafia keuangan dunia ini bisa untung financial yang luar biasa via pasar uang, modal dan Loan.

Dosa Sri Mulyani yang lain adalah Semua BUMN bagus dipaksa IPO. Agar asing bisa berspekulasi, ngak mau main sebagai investor permanen. Mereka hanya mau goreng saham, untung, dan lari. Lihat dulu bagaimana investor asing/pejabat BUMN/Bapepam/Depkeu pesta pora untung puluhan juta US$ ketika mereka goreng saham ANTAM, PGN, KS dll. Itulah gilanya Sri Mulyani,bahkan terakhir century pun dimainkannya sejumlah UU ditabrak, bail out di mark up, DPR dilawan demi uang haram. Kesaksian profesor peneliti PBB pun dicuekin SMI. Prof tersebut telah membuktikan bahwa tidak ada negara berkembang yang dapat manfaat jika berbisnis dengan IMF/WB.

Sayangnya ketika century gate terbongkar, para elit parpol mau berkompromi damai untuk penyelesaian kasus itu, akhirnya SBY pun tersandera. Komprominya antara lain: pejabat yang disalahkan cukup sampai SMI saja. Kompensasi saham2 di perusahaan strategis, dapat bagian hasil rampokan century dll. Untuk selamatkan muka SBY dan SMI, SBY melakukan loby kepada bank dunia dipertemuan di Bali, SBY minta WB tampung SMI untuk isi jatah Indonesia sebagai direktur di Worl Bank. Lalu disusunlah pembohongan publik seolah2 Sri Mulayani diminta oleh Bank Dunia untuk jadi salah satu direktur di bank dunia. Rakyat ditipu!

Salah satu bukti SMI antek asing/AS/WB/IMF: sewaktu ada sebuah KTT di Washington, saat itu karena waktu terbatas, SBY tidak diagendakan pidato. SBY mutung karena sudah capek2 suruh staf siapkan konsep pidato siang dan malam. Staf-staf pun pada ketakutan semua karena kekecewaan SBY itu..SMI tahu kondisi ini maka SMI lalu dekati seorang petinggi depkeu AS, bisik-bisik sebentar minta panitia berikan kesempatan SBY pidato 5 menit. Akhirnya SBY bisa pidato. SBY senang bukan kepalang ..staf-staf pun lega. SMI dapat pujian karena keberhasilannya bujuk pejabat AS untuk kasih kesempatan SBY pidato.

Salah satu kebijakan SMI yang hancurkan sektor financial Indonesia antara lain dengan beri kesempatan seluasnya pada asing untuk caplok perusahan-perusahaan keuangan. Lembagalembaga keuangan Indonesia ditekan dan dipaksa jual saham, merger, diakusisi atau ditutup jika tidak mau dengan kebijakan permodalah yang tinggi.

Di sektor asuransi : SMI keluarkan kebijakan PP/PMK dll dengan naikkan modal setor Rp. 100 M. akibatnya 90an perusahaan asuransi lokal megap-megap. Di sektor BUMN, SMI keluarkan PP/PMK dll. Yang membatasi gerak usaha BUMN, jika sektor swasta sudah masuk ke bidang usaha tersebut, BUMN harus mundur. Konsep SMI atas rekomendasi WB yang masih mau dijalankan adalah peleburan BUMN asuransi sosial ke BPJS. Untung ditolak oleh Menteri BUMN. Sedangkan untuk perusahaan asuransi swasta, sesuai rekomedasi WB, SMI menargetkan jumlah perusahaan asuransi swasta hanya 15 perusahaan saja pada tahun 2015, Itu artinya lebih 100 perusahaan asuransi dipaksa tutup oleh SMI dengan berbagai macam cara.

Di sektor BUMN perbankan, atas rekomendasi WB, SMI mau paksa hanya ada 1 BUMN perbankan. Untung ditolak DPR. Jika tidak BNI, BTN, BRI, Mandiri akan dipaksa merger, padahal fungsi dan tugasnya berbeda-beda. Bank Pertanian yang sudah lama digagas, juga dibatalkan oleh Sri Mulyani dengan tidak menyetujui penempatan modal pemerintah ke bank tersebut. BRI tidak disetujui SMI untuk jadi bank pertanian. Bukopin tidak disetujui jadi Bank pekerja/buruh. BUMN Khusus TKI Luar negeri juga tak disetujui SMI. Perbankan swasta juga dipaksa Sri Mulyani untuk ditambah modalnya. Dengan demikian ada kesempatan asing untuk kuasai sektor perbankan swasta.

Agenda Sri Mulyani adalah agenda asing. Itu tak terbantahkan. Rasionalisasi yang digunakannya selalu penguatan daya saing & golbalisasi. Agenda-agenda SMI itu selalu dibungkus degan UU, PP, PMK dll. Yang draftnya disusun oleh bank dunia. Tidak ada kebijakan SMI yang tdk diintervensi oleh World Bank. Program-program kerakyatan yang tidak disetujui Bank Dunia atau tidak mengntungkan WB selalu ditolak. Contohnya subsidi-subsidi dan Asuransi Bencana Alam.

SMI memang diakui cerdas. Tapi cerdas dalam mengakomodir kepentingan AS/BD/IMF. Dia tak cerdas akomodir kepentingan rakyat & sektor riel. SMI mabuk kepayang oleh pujian dan jadi anak emas mafia keuangan internasional, pejabat-pejabat eselon I & II pun membebek. Yang kritis disikat.

Untuk selamatkan SMI dari penjara dalam kasus century, Bank Dunia tekan Pemerintah untuk petieskan kasus SMI. Akhirnya terjadi pertemuan KPK dan Lawyer SMI. Pertemuan itu berlangsung di ruang perpustakaan apartement emporium kuningan. Dealnya kasus SMI ditunda proses hukumnya. KPK dibungkam. KPK yang semula koar-koar akan kejar SMI kemana pun termasuk ke Washington DC, dan akan penjarakan SMI, setelah pertemuan itu pura-pura lupa

kayak Nunun.

Sekaranbg ini SMI dengan majikan-majikan asingnya dan antek-antek lokalnya mau menyusun strategi jadi capres atau cawapres. Salah satu agendanya adalah incar dukungan dari Partai Demokrat. Tanpa ada partai yang besar, SMI dan begundal-begundalnya sadar bahwa peluangnya maju sebagai capres/cawapres indpenden akan sangat sulit. Meski begitu, untuk plan B mereka tetap gerilya di DPR untuk loloskan calon indpenden bisa ikut pilpres 2014. Anggaran mereka tak terbatas. Jika SMI jadi presiden, sahlah republik ini jadi bancaan asing. Dijajah asing lewat presiden/wapres boneka Washington DC.

Ketika JK jadi wapres agenda-agenda SMI/WB dapat perlawanan sengit dari JK. Kerjasama LN, pembiayaan proyek dll lebih berkiblat ke Asia Timur/ Timur Tengah. AS/WB marah besar, dominasi/pengaruh dan keuntungannya di RI terancam. Mereka desak SMI untuk tidak menyetujui jaminan pemerintah terhadap proyek-proyek itu. Akibat ulah SMI tidak ada satu pun mega proyek infrastruktur yang bukan dari barat yang disetujui jaminan pemerintahnya oleh Sri Mulyani. JK marah besar, proyek pembangkit listrik 10.000 MW, infrastruktur jalan & jalan tol, 1000 manara rusun, pelabuhan dan dermaga semua ditolak. Termasuk Monorel yang pembiayaan dari UEA sebesar uS$. 500 juta juga ditolak jaminan pemerintahnya oleh SMI. Pokoknya semua yang bukan dari WB ditolak. Pembiayaan mega-mega proyek itu mau diganti dengan pembiayaan dari Bank Dunia atau AS atau negara barat lainnya.

JK juga pernah marah besar ketika SMI siapkan anggaran tak terbatas untuk selamatkan bursa modal ketika terjadi krisis 2009. Ngak ada hubungannya dengan rakyat kata JK. Tapi SMI ngotot, dia diperintahkan mafia keuangan/spekulan untuk jaga indeks IHSG agar kerugian spekulan dapat ditekan. JK - SMI ribut. SBY bela SMI, padahal argument JK sangat logis, untuk apa korbankan uang milyaran US$ untuk selamatkan bursa yang NB adalah segeilintir orang kaya? mending untuk rakyat.

Moratorium hutan dan perkebunan kelapa sawit juga tak lepas dari agenda SMI/AS/WB. Dengan alasan perobahan iklim global yang ternyata bohong. Janji Barat untuk berikan bantuan US$ 1.1 milyar sebagai kompensasi moratorium juga bohong besar. Sampai sekarang yang cair tidak sampai US$ 50 juta. Program pengurangan emisi pabrik-pabrik juga ternyata hanya kedok jualan mesin-mesin pabrik dari AS/eropa untuk gantikan mesin-mesin pabrik RI yang dianggap polutif. Mahatir Muhamad sudah pernah ingatkan JK tentang bahayanya agenda AS/WB terhadap negara berkembang. Itu sebabnya Malaysia tak mau urusan dgn WB/IMF.

Semua utang/pembiayaan/hibah/bantuan AS/WB cs itu hanya kedok. Persyaratannya luar biasa merugikan indonesia. Keridtur WB/AS tak pernah berikan lebih 30 % cash keras, sisanya barang modal, peralatan, teknologi & konsultan dari mereka yang dimark up. Untuk barang modal/teknologi yang sama di pasaran Asia, kreditur AS/WB bisa patok harga 5 kali lipat. Sedangkan fee konsultan bisa 20 x lipat.

Program REDD juga setali tiga uang, tipu-tipu barat terhadap negara berkembang. Lucunya SBY dan SMI manut-manut aja karena tergadaikan semuanya. Ribut besar JK dan SMI juga terjadi disektor pertambangan/energi. Ketika JK tidak setuju perpanjangan kontrak Exxon di Aceh, SMI buru-buru telpon AS. JK mau serahkan ladang minyak tersebut kepada NAD untuk dikelola bersama Pertamina/kontraktor lokal. SMI tak setuju & takuti2 SBY bahwa AS akan marah. Setiap ada perbedaan pendapat dengan JK dan tokoh nasionalis lainnya SMI pasti buru-buru menngadu ke majikannya di Washington DC. Lalu Washington DC tekan SBY.

Kebijakan SMI/WB yang sangat fatal adalah agenda mrka utk sektor ekonomi penting yg kuasai hajat hidup orang banyak (amanat konstitusi) diswastakan. Alasan SMI/WB : jika sektor swasta sudah mapan dan kuasai pasar sektor tersebut, negara harus mundur dari sektor itu. Gila ngak?

SMI juga termasuk penghalang utama lahirnya UU Sukuk berbasis syariah yg disyaratkan Timur Tengah untuk investasi di RI. Akibatnya dana Timteng yang melimpah karena booming minyak, mengalir ke Eropa, China, Amerika, Singapore dan Malaysia.

Kebijakan SMI yang merugikan rakyat banyak juga adalah dengan memaksakan ada jaminan pengembalian kredit KUR melalui mekanisme agunan asset. Gila! SMI itu menyamakan rakyat kecil, petani, nelayan, ukm, dan sejenisnya seperti pengusaha yang mampu. Bank Dunia/SMI tak percaya dengan rakyat kecil. Sudah dipastikannya KUT/KUR dll. Maka mereka paksa bank penyalur terapkan agunan.

Yang pasti : Tidak ada satu pun kebijakan SMI yang pro sektor riel. Apalagi jika sektor riel itu tidak ada peran AS/WB di dalamnya. Bayangkan program-program pemerintah yang dibiayai APBN murni pun (uang pajak rakyat) harus mendapatkan persetujuan Bank Dunia dulu. Negara apa ini? Apa SMI mau membuat negara ini dijadikan budak oleh mafia keuangan dunia? ...

Semoga catatan ini bisa membuka mata kita bagaimana sebenarnya sosok Sri Mulyani yang merupakan penghianat negara dan rakyat yang lebih memilih menjadi SPG World Bank dan IMF. Semua cerita tentang kehebatan SMI yang pernah diterbitkan majalah-majalah internasional hanyalah propaganda para mafia keuangan dunia untuk membuat rakyat Indonesia menaruh kepercayaan besar kepada sosok Sri Mulyani yang merupakan asset terbesar mereka untuk mengeruk kekayaan di republik ini.

Anda mungkin juga menyukai