Anda di halaman 1dari 5

http://clittlebee.wordpress.

com/2008/11/18/mikrobiologi -kulit/ Mikrobiologi Kulit


November 18, 2008 by clittlebee Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di alam dunia ini. Oleh sebab itu setelah manusia dilahirkan kulitnya akan segera terkontaminasi oleh berbagai jasad renik, mula-mula yang berasal dari alat pembantu waktu melahirkan misalnya kain, handuk, seprei, bantal, atau kasur tempat tidur, kemudian oleh baju, tangan-tangan, air, meja, dan alat lainnya yang pasti kemudian berhubungan dengan kulitnya. Rupanya banyak jasad renik yang betah tinggal di permukaan kulit manusia karena suasana hidup yang cocok, baik suhu, kelembaban, atau keasaman (pH), atau makanan yang dibutuhkan jasad renik untuk berkembang biak yang berasal dari sel keratin yang lepas (berisi protein), lemak di permukaan kulit yang diproduksi oleh kelenjar palit kulit (berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari kelenjar keringat ekrin atau apokrin. Tidak semua jenis jasad renik yang dapat hidup di permukaan kulit berbahaya bagi tubuh manusia (patogen atau parasit), pada umumnya tidak menimbulkan masalah kesehatan dan hidup berdampingan secara damai dengan pihak tuan rumah (saprofit) atau saling menguntungkan (simbiosis mutualistik). Selain itu ada mekanisme tubuh untuk mempertahankan diri, dengan membunuh, mengisolasi, melumpuhkan, atau mengusir jasad renik yang berbahaya tadi, dan kalau itu tidak cukup usaha manusia untuk itu masih tetap diperlukan.

Mekanisme Pertahanan Kulit Mekanisme pertahanan tubuh untuk melindungi kulit terhadap jasad renik ternyata bermacam-macam caranya. Mekanisme itupun bersifat umum karena tidak dapat memisahkan apakah jasad renik tersebut patogen atau tidak.

Keasaman Kulit Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit (skin surface lipid) yang berasal dari sebum,

keringat, sel tanduk, yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Keasaman serendah itu tentu tidak cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh jasad renik, namun dapat mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya berbagai jasad renik. Diperkirakan bahwa peningkatan kadar keasaman kulit akan menurunkan kebutuhan CO2 untuk metabolisme jasad renik pada permukaan kulit. Adalah salah bila kita mengharapkan bahwa setiap jasad renik dapat dikendalikan oleh mekanisme ini, namun tidak juga benar bila kemampuan tubuh ini tidak berguna sama sekali.

Pengelupasan (Deskuamasi) Kulit Rupanya mekanisme pergantian sel kulit secara terus-menerus dari sel basal ke sel tanduk yang kemudian terlepas (keratinisasi) tidak saja berguna untuk memperbaharui sel-sel yang aus dan tua tetapi juga sekaligus untuk melepas jasad renik yang menempel di tempat itu. Berbeda dengan mekanisme kimiawi di atas, mekanisme fisik ini sangat bergantung pada kecepatan proses keratinisasi yang terjadi apakah seimbang dengan kecepatan tumbuh dan mobilisasi jasad renik.

Daya Antibakteri Lemak Permukaan Kulit Lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit terdiri atas lipid, trigliserida, kolesterol, skualen, ester kolesterol, lilin (wax), dan lilin ester. Dalam perjalanannya sebagian lipid tersebut akan mengalami pemecahan (degradasi) oleh jasad renik yang hidup di dalam folikel pilosebaseus menjadi asam-asam lemak tidak jenuh yang dapt bersifat bakteriostatik atau bakterisid.

Inhibisi Kompetitor Rupanya jasad renik juga bersaing untuk dapat hidup (survive) di atas permukaan kulit. Apabila salah satu jenis jasad renik tumbuh dengan cepat dan menyerbu lahan yang ditempati jasad renik lain, maka untuk mempertahankan diri jasad renik yang terdesak akan berusaha dengan segala cara untuk tetap berada di sana. Bagaimana usaha dan cara mempertahankan diri jasad renik ini, apakah dengan mengeluarkan enzim, toksin, antibiotik, atau predator renik masih belum diketahui.

Kekeringan Sel Keratin Konsentrasi air di dalam sel keratin yang relatif rendah (<15%) sangat tidak nyaman untuk pertumbuhan jamur dan berbagai bakteri.

Daya Pertahanan Lapisan Dermis Sawar lapisan dermis yang berisi banyak pembuluh darah dan limfe bekerja secara imunologis untuk melawan jasad renik.

Flora Normal Pada kulit orang sehat terdapat berbagai macam jasad renik yang biasanya tidak patogen, hampir selalu ada, memperbanyak diri secara teratur, tidak mudah dihilangkan oleh zat kimia dari luar atau jasad renik lain, dan jenisnya sedikit. Jasad renik normal disebut juga residen karena mereka menetap di permukaan kulit normal, yaitu mikrokokus, stafilokokus, sarkina, Corynebacterium acnes, difteroid aerob, dapat pula jamur Pitriosporum ovale atau orbiculare. Meskipun jasad renik normal ini tidak patogen, namun bila terjadi perubahan kondisi kulit, misalnya kerusakan kulit, baik oleh sebab fisik maupun kimiawi atau kerusakan integritas kulit secara anatomis atau faali, maka akan terjadi perubahan sifat jasad renik tersebut menjadi invasif.

Flora Transien Flora kulit yang berasal dari kontamisasi lingkungan luar sehingga tidak selalu hadir di permukaan kulit disebut sebagai flora transien, yang terdiri dari atas berbagai macam jasad renik yaitu basil aerobik, streptokokus, neisseria, dan basil Gram negatif dari lipatan-lipatan kulit. Jasad renik transien bisa tidak patogen atau patogen, tidak selalu ada di kulit, mudah dihilangkan dari permukaan kulit dengan cara fisik atau kimiawi, dan jenisnya beraneka ragam. Pada dasarnya kulit sehat tidak mudah dimasuki oleh jasad renik yang patogen sekalipun, sebab selain ada mekanisme pertahanan dari luar seperti yang telah diterangkan di atas, juga ada mekanisme pertahanan dalam tubuh sendiri (sistem imun). Namun keadaan menjadi berubah bila kemudian ada gangguan sistem pertahanan tadi (locus minoris resistantia) berupa kerusakan kulit/luka walau sekecil ujung jarum dapat menjadi jalan masuk jasad renik patogen ke dalam sel kulit kemudian hidup dan berkembang biak di sana.

Faktor yang Menyebabkan Tumbuhnya Flora Berbagai faktor dapat menyebabkan berkembang biaknya jasad renik di permukaan kulit, yaitu : a) kelembaban udara di sekitar kulit ; b) adanya berbagai komponen yang mendukung hidup jasad renik, misalnya CO2, Nitrogen, Karbohidrat, protein, garam, elektrolit ; c) suhu optimal bagi pertumbuhan jasad renik (20o 40o C) ; dan d) adanya tempat-tempat ideal bagi pertumbuhan jasad renik, misalnya sela paha, sela jari, dan lainnya.

Faktor Luar yang Mengganggu Flora Berbagai faktor eksternal dapat mempengaruhi keberadaan flora kulit baik yang normal maupun yang transien. Faktor tersebut antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Dibersihkan secara mekanis misalnya disikat, dilap bersih atau diguyur air. Dipanaskan mula-mula dapat memperbanyak flora namun bila suhu cukup tinggi akan membunuh flora Disinari sinar matahari/ultraviolet dapat mengurangi jumlah flora Diolesi pelarut lemak (defatting) dengan sabun atau eter dapat mengurangi jumlah flora. Diolesi zat pembunuh jasad renik (germisid) dengan alkohol, kalium permanganat, Rivanol, sublimat, dan lainnya tentu akan mengurangi jumlah flora.

Guna Flora Apakah jasad renik berguna bagi tubuh manusia? Tentu ada juga manfaatnya seperti telah dijelaskan dalam tulisan di atas, jasad renik tertentu dapat menjadi kompetitor (pesaing) terhadap infeksi jasad renik lain yang tidak dikehendaki. Jasad renik juga banyak yang hanya saprofit, ikut membersihkan sampah produksi tubuh dengan mengkonsumsi zat-zat sisa. Tentu saja masih banyak lagi peran jasad renik normal dalam tubuh kita yang sampai saat ini belum terungkap, karena itu bukan suatu tindakan yang wajar bila kita ingin seluruh permukaan kulit kita bebas dari jasad renik. Aspek Mikrobiologi Kosmetik Ada beberapa sebab mengapa pada bidang kosmetik diperlukan pengetahuan tentang mikrobiologi permukaan kulit. Pertama, banyak kelainan kulit termasuk bau badan dapat disebabkan karena jasad renik pada kulit. Kedua, banyak jasad renik dapat hidup atau mati karena bahan atau bahan-bahan yang terdapat pada kosmetika. Ketiga, banyak kosmetika dapat berubah fisik maupun kimiawinya oleh jasad renik yang ada di permukaan kulit.

Daftar Pustaka Wasiaatmaja, Syarif M. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta.UI Press .1997. hal 1621. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroflora_normal_manusia Mikroflora normal manusia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang merupakan penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khususnya kulit, usus besar, dan vagina.[1] Virus dan parasit, walaupun termasuk dua golongan besar mikroorganisme, tidak termasuk ke dalam flora normal manusia. Mikroorganisme yang dominan adalah Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat-tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan).[1] Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus.[1] Secara keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum.[1]

Staphylococcus epidermidis dilihat dengan mikroskop elektron Struktur kulit Bakteri gram-negatif seperti Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.[2]

Anda mungkin juga menyukai