Anda di halaman 1dari 43

I.

Dasar Pembentukan Masyarakat Prinsip Dasar (teori) Pembentukan Masyarakat Perspektif integration-consensus Umumnya masyarakat digambarkan sebagai bentuk integrasi fungsional, dimana dalam masyarakat tersebut kestabilan sosial di topang oleh kesepakatan dasar atas nilai-nilai. masyarakat Adapun karena ketertiban setiap sosial terjadi ada dalam dalam individu yang

masyarakat tersebut memiliki pemikiran bahwa dengan kerjasamalah segala keinginan masing-masing individu dapat tercapai. Adapun apabila ada perselisihan/ konflik di antara individu dalam masyrakat lebih dikarenakan adanya salah pengertian. Dalam pandangan ini ditekankan, bahwa tarik-menarik, stabilitas solidaritas, integrasi, kerjasama, dan dalam masyarakat dipersatukan karena

kesamaan budaya, dan kesepakatan atas norma dan nilai yang sama (dasar yang sama). Perspektif conflict-coercion Dalam perspektif ini, masyarakat dianggap terdiri atas kumpulan orang dan kelompok kekerasan yang memiliki ciri perselisihan dan pertikaian yang dipertahankan secara bersama-sama melalui (paksaan). Adapun ketertiban timbul hanya untuk sementara dan tidak stabil, karena setiap orang dan kelompok akan berusaha untuk mencapai kepentingan masing-masing. a) Masyarakat Sebagai Kesatuan Sosial Syarat utama untuk menjadi masyarakat : Harus ada ikatan perasaan dan kepentingan

b) c) d)

Mempunyai tempat tinggal atas daerah yang sama atau mempunyai kesatuan ciri kelompok tertentu Hidup bersama dalam waktu yang cukup lama Ada aturan atau hukum yang mengatur perilaku mereka dalam mencapai tujuan dan kepentingan bersama Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya masyarakat :

1. 2. 3. 4.

Hasrat yang berdasar naluri untuk mencari teman hidup Kelemahan manusia secara individual, sehingga manusia mencari kekuatan bersama yang lebih besar Manusia adalah zoon politikon Manusia hidup bersama karena adanya perbedaan (sifat, kedudukan, dsb)

Yang selalu terjadi dalam masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak variasi kejadian, seperti solider dan kebencian. Kompleksitas kejadian ini dalam sosiologi disebut proses mengikat, mendekati dan bersatu, ada pula yang disebut proses perpisahan, mana kala perbedaan tidak dapat lagi mempersatukan, hubungan sosial Struktur masyarakat : Struktur masyarakat sering juga disebut sebagai struktur sosial. Adalah susunan atau bangunan masyarakat yang menggambarkan tentang suatu lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial yang berlapis-lapis. namun justru menghancurkan sebuah

Juga

tatanan

atau

susunan

sosial

dalam

kehidupan

masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat Fungsi struktur masyarakat : Sebagai pengawasan sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap norma, nilai, dan peraturan, sehingga disiplin dalam kelompok dapat dipertahankan Pelapisan masyarakat Pelapisan masyarakat yang stratifikasi sosial, merupakan dengan mana di pembedaan pengertian (diferensiasi) pembedaan berhubungan

anggota-anggota

masyarakat berada d dalamnya Pelapisan masyarakat dapat didasarkan pada : 1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran 2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan 3. Tinggi rendahnya tingkat religiusitas 4. Status atas dasar keturunan 5. Latar belakang rasial atau senioritas wilayah 6. Jenis kelamin dan umur

II. Munculnya Masyarakat di Indonesia

Asal Nama da Bangsa Indonesia Istilah Indonesia untuk pertama kalinya ditemukan oleh seorang ahli etnologi Inggris bernama James Richardson Logan pada tahun 1850 dalam ilmu bumi. Istilah Indonesia digunakan juga oleh G.W. Earl dalam bidang etnologi. G.W. Earl menyebut Indonesians Melayu. Pada tahun 1862 istilah Indonesia digunakan oleh orang Inggris bemama Maxwell dalam karangannya berjudul The Island of Indonesia (Kepulauan Indonesia) dalam hubungannya dengan ilmu bumi. Istilah Indonesia semakin populer ketika seorang ahli etnologi Jerman bernama Adolf Bastian menggunakan istilah Indonesia etnologi. Kata Indonesia berasal dari kata Latin indus yang berarti Hindia dan kata Yunani nesos yang berarti pulau, nesioi (jamak) berarti pulau-pulau. Dengan demilcian, kata Indonesia berarti pulaupulau Hindia. Indonesia dikenal pula dengan sebutan Nusantara. Kata Nusantara berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti hubungan. Jadi, Nusantara berarti rangkaian pulau-pulau. Bangsa Indonesia pertama kali menggunakan nama Indonesia secara politik. Istilah Indonesia untuk pertama kalinya digunakan oleh Perhimpunan Indonesia, yaitu organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar Indonesia di Negeri Belanda pada tahun 1908. Organisasi tersebut pertama kali bemama Indische Vereeniging. Kemudian nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1922. Selanjutnya pada tahun 1922 juga namanya diganti Perhimpunan Indonesia. pada tahun 1884 dalam hubungannya dengan dan Melayunesians bagi penduduk Kepulauan

Pada

tahun

1928

Kongres

Pemuda

II

di

Jakarta dengan

menggunakan

istilah

Indonesia

dalam

hubungan

persatuan bangsa. Kongres Pemuda tersebut pada tanggal 28 Oktober 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda yang di dalamnya tercantum nama Indonesia. Istilah Indonesia secara resmi digunakan sebagai nama negara kita pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. 1. Penduduk Indonesia Purba Kehidupan manusia pra sejarah dapat di ketahui melalui berbagai fosil . berdasarkan penelitian manusia tersebut telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan kehidupan walaupun masih sangat sederhana dan kemampuan berfikir terbatas. Berikut ini beberapa penemuan fosil manusia purba di Indonesia: a. Meganthropus Paleo Javanicus Artinya manusia jawa tertua yang berbadan besar , yang hidup di jawa sekitar 2-1 juta tahun silam . manusia ini mempunyai cirri biologis berbadan besar , kening menonjol , tulang pipi tebal, rahang besar dan kuat , makanan utamanya adalah tumbuhan dan buah-buahan , hidup dengan cara food gathering (mengumpulkan makanan ) . Ralph von koenigswald menemukan fosil dari rahang bawah manusia jenis ini di sangiran (lembah bengawan solo )pada 1941. b. Pitechanthropus Diartikan dengan manusia kera , fosilnya paling banyak di temukan di Indonesia . mereka hidup dengan cara food gathering dan berburu . pitechanthropus terbagi kedalam beberapa jenis yaitu : pitechanthropus mojokertensis, robustus, dan erectus.

Pitechanthropus mojokertensis fosilnya ditemukan oleh von koenigswald pada tahun 1936, dalam bentuk tengkorak anakanak berusia 5 tahunan . di mojokerto (lembah bengawan solo ) .hidup sekitar 2,5-2,25 juta tahun lalu .ciri cirri biologisnya antara lain: muka menonjol kedepan , kening tebal dan tulang pipi yang kuat Pitechanthropus robustus , fosilnya di temukan oleh wiedenreich dan koenigswald di trinil (ngawi jatim) 1939. cirri biologisnya hamper sama dengan pitechathropus mojokertensis , bahkan Pitechanthropus koenigswald menonjol . menurut Homo wajakensis, fosilnya

koenigswald, jenis ini lebih tinggi tingkatannya erectus ditemukan oleh rietschoten dan dubois antara tahun 1888-1889 di desa wajak (tulung agung ) . cirri biologisnya : tinggi mencapai 130-210 cm , berat badan sekitar 30 150 kg , volume otak sampai dengan 1300cc . mereka hidup dengan makanan yang telah di masak walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana . Berbagai jenis ras manusia diperkirakan berasal dari Asia temggara. Dari penemmuan tulang belulang kuno, tampak bahwa mereka terdiri dari berbagai ras, seperti : Papua Melanesoid, Europoid, Mongoloid, dan Austaloid. Percampuran mereka melahirkan bangsa Melayu yang berkulit sawo matang. Mereka menyebar melalui sungai dan lembah ke daerah pantai. Daerah Teluk Tonkin merupakan tanah air mereka yang kedua. Dari Indo Cina mereka menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austro-Asia. Senagian nesar dari mereka menuju kepulauan yang kemudian menjadi bangsa Austronesia.

Bangsa-bangsa yang berkulit cokelat yang hidup di Asia Tenggara, yaitu : Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan sebagai bangsa Melayu yang berasal sari rumpun bangsa dan bahasa yang satu. Mereka bukan saja mempunyai persamaan kulit bahkan persamaan bentuk dananggota badan yan berbeda dengan bangsa Cina di sebelah timur dan bangsa India di sebelah barat. Penyebaran manusia dan bahasa Austronesia Bahasa di Asia Tengah berasal dari keluarga Sino-Tibet yang melahirkan bahasa Cina, Saiam, Tibet, Miao, Yiu, dan Burma. Penyebaran ke selatan melahirkan keluarga bahasa Dravida,yaitu Telugu, Tamil, Malayalam, dan lain-lain. Sedangkan penyebaran ke Asia Timur dan Tenggara bahasa Austronesia yang menurunkan empat kelompok besar, yaitu Bahasa Melayu (Indonesia), Malanesia, Mikronesia, dan Polisenia. Penyelidikan yang sangat saksama ini menghasilkan kesimpulan bahwa bangsa-bangsa pendukung bahasa Austronesia itu berasal dari daerah Campa, Cochin-China, dan Kamboja dan daerah sekitarnya sepanjang pantai. Namun, demikian di wilayah itu mereka bukanlah penduduk asli. Tempat asal mereka berada di daerah lebih jauh lagi. Penyebaran pendukung kebudayaan kapak persegi Daerah persebaran kapak persegi dan kapak lonjong dari Zaman Neolithikum di di Musantara sesuai dengan Kedua daerah jenis persebaran bahasa-bahasa di Indonesia bagian bagian Barat dan

bahasa-bahasa

Indonesia

Timur.

kebudayaan berasal dari Asia Daratan. Akan tetapi, jalan

persebarannya berbeda. Begitu pula manusia pendukung dan pembawaannya. Penyebaran menusia dengan perahu bercadik Orang-orang perahu bercadik , Parawal sejak dahulu terkenal sebagai penyelam mutiara di Teluk Manar. Mereka juga menggunakan sedangkan suku Shanar kehidupannya terutama dari perkebunan kelapa. Tanaman kelapa tersebut di perkirakan berasal dari Indonesia melalui Srilanka, sedangkan yang lebih jauh lagi di Madagaskar selain bahasa Malagasi termasuk dalam bahasa Austronesia mereka juga menggunakan perahu bercadik.

Gelombang kedatangan penduduk dari Asia daratan ke wilayah Nusantara Manusia Indonesia purba membawa kebudayaan batu tua/ palaelitikum yang masih hidup secara nomanden atau berpindah dengan mata pencaharian berburu binatang dan meramu. Wilayah Nusantara kemudian kedatangan bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Melanesoide yang akhirnya menetap di Nusantara kedatangan pula bangsa yang kebudayaannya jauh lebih tinggi yang berasal dari rumpun Melayu Austronesia yakni bangsa Melayu Tua/ Proton Melayu, suatu ras mongoloid yang

berasal dari daerah Yunan, dekat lembah Sungai Yang Tze, Cina Selatan. Alasan-alasan yang menyebabkan bangsa Melayu Tua meninggalkan asalnya yaitu sebagai berikut. 1. Adanya desakan suku-suku liar yang datangnya dari Asia Tengah 2. Adanya peperangan antarsuku 3. Adanya bencana alam berupa banjir akibat sering meluapnya Sungai She Kiang dan sungai-sungai lainnya di daerah tersebut. Pendapat Para Ahli Mengenai Kehidupan Awal Menurut teori imigrasi, terdapat beberapa jenis petunjuk tentang keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia, yaitu sebagai berikut. 1. Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Teorinya itu didukung oleh perbandingan bahasa, karena bahasa-bahasa yang dipaki di Kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Micronesia, berawal dari satu akar bahasa yang bernama bahasa Austronesia. 2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapatnya ini didukung oleh artefak-artefak Indonesia 3. Prof. (bentuk budaya) yang ditemukannya dengan bahwa di memiliki mohammad banyak Yamin persamaan berpendapat yang bangsa

ditemukan di daratan Asia. Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil dan artefak-artefak tertua dengan jumlah terbanyak yang ditemukan didaerah Indonesia.

Sedangkan 1. 2. 3.

beberapa

pendapat

dari

tokoh-tokoh

tentangasal usul bangsa Indonesia adalah sebagai berikut. Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan. Prof. Dr. Kroom menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah, karena pada daerah Cina Tengah terdapat sumber-sumber sungai besar. 4. Mayundar menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang berbahsa Austria berasal dari India, kemudian menyebar ke Indo-Cina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. 5. Prof. Moh. Yamin menentang semua pendapat para ahli. Moh Yamin berpendapat bahwa asal bangsa Indonesia dari daerah Indonesia sendiri. 6. Dr. Brandes yang di kirim ke Indonesia tahun 1884 menyatakan bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara Pulau Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah sekatan yaitu tanah Jawa, Bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat Amerika. Penyelidikan atau penelitian yang dilakukan oleh Brandes melalui perbandingan bahasa. Berdasarkan teori-teori atau pendapat-pendapat dari

beberapa ahli disimpulkan, maka ada dua hal yang menarik tentang asal usul bangsa yang menempati daerah kepulauan Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1.

Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Kesimpulan ini menunjukkan pada pendapat yang

dikemukakan oleh Moh. Yamin yang di dukung dengan penemuan fosil-fosil maupun artefak-artefak tertua di wilayah Indonesia. Dari hasil penemuan itu muncul kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri yang kemudian menyebar ke daratan Asia. Selain itu, tidak banyak penemuan fosil manusia purba di daerah Asia lainnya. Salah satu fosil yang ditemukkan di daratan Cina disebut dengan Sinanthropus pekinensis, di perkirakan hidup sezaman dengan Phitecanthropus erectus dari Indonesia. Sedangkan pada daerah-daerah lain di Asia, hingga saat ini belum berhasil di temukan fosil-fosil manusia purba. 2. Penduduk yang menempati daerah kepulauan Indonesia diperkirakan berasal dari daerah Asia. Melalui jejak-jejak sejarah yang berasil diteliti diketahui bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan selatan. Dari daerah Yunan innilah mereka menyebar kearah selatan hingga sampai di daerah kepulauan Indonesia. 2. Migrasi dan Kebudayaan Dari Utara Jalur migrasi berdasarkan pendekatan Out of Taiwan bertentangan dengan pendekatan Out of Yunan. Pendekatan Out of Yunan menerangkan migrasi Austronesia bermula dari Utara menuju semenanjung Melayu yang selanjutnya menyebar ke wilayah Timur Indonesia. Pendekatan Out of Yunan dapat dilemahkan setelah ditelusuri berdasarkan pendekatan linguistik dan diperkuat pula oleh pembuktian genetika. Berdasarkan pendekatan Out of Taiwan, migrasi leluhur dari Taiwan (Formosa) tiba terlebih dulu di Filipina bagian Utara sekitar 4500 hingga 3000 SM. Diduga migrasi dilakukan untuk memisahkan diri mencari wilayah baru di Selatan. Akibat dari

migrasi

ini

kemudian

membentuk

budaya

baru,

termasuk

diantaranya pembentukan cabang bahasa yang disebut ProtoMalayo-Polinesia (PMP). Teori migrasi awal bangsa Austronesia dari Formosa disampaikan oleh Daud A. Tanudirjo berdasarkan pandangan pakar linguistik Robert Blust yang menerangkan pola penyebaran bangsa-bangsa Austronesia. Pada tahap selanjutnya sekitar 3500 hingga 2000 SM terjadi migrasi dari Masyarakat yang semula mendiami Filipina dengan tujuan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara. Migrasi yang berakhir di Maluku Utara ini kemudian meneruskan migrasinya sekitar tahun 3000 hingga 2000 SM menuju ke Selatan dan Timur. Migrasi di bagian Selatan menuju gugus Nusa Tenggara, sedangkan di bagian Timur menuju pantai Papua bagian Barat. Dari Papua Barat ini kemudian mereka bermigrasi lagi dengan tujuan wilayah Oseania hingga mencapai Kepulauan Bismarck (Melanesia) sekitar 1500 SM. Pada periode 3000 hingga 2000 SM, migrasi juga dilakukan ke bagian Barat yang dilakukan oleh mereka yang sebelumnya menghuni Kalimantan dan Sulawesi menuju Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, hijrah pun diteruskan menuju semenanjung Melayu hingga ke seluruh wilayah di Asia Tenggara. Proses migrasi berulang-ulang dan menghabiskan masa ribuan tahun tidak hanya membentuk keanekaragaman budaya baru, akan tetapi juga pola penuturan (bahasa) baru. 3. Pengaruh Kebudayaan Pada Awal Sejarah Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsurunsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.

Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada: Seni Bangunan Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja. Contohnya: Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan. Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan. Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan. Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.

Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur. Seni rupa, dan seni ukir.

Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu. Seni Hias Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia. Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik. Aksara/tulisan Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang. Kesusastraan Setelah berkembang kebudayaan tulis seni sastrapun pesat. mulai dengan

Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa

kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama keagamaan dari (tutur/pitutur), serta kitab kitab India. hukum, lainnya kitab yang wiracarita bertutur Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab (kepahlawanan) cerita

mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama. B. Pembentukan Suku Bangsa 1. Kehidupan Berkelompok Manusia adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia, secara asasi merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia berada dalam kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan bahwa sociability manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia sebagai human social animal yang dapat berkembang sebagai peribadi dalam kelompok masyarakat. Dan bahkan kita dapat menggarisbawahi kenyataan ini, bahwa tidak seorangpun manusia berada diluar kelompok sosial. Seorang individu akan lahir dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari kelompok sosial. Mungkin saja ada kenyataan bahwa ada individu yang lahir, namun dibuang oleh ibunya yang melahirkan. Peristiwa seperti ini tidak membuktikan bahwa manusia tidak selalu lahir dalam konteks sosial, tetapi mengafirmasi kenyataan bahwa individu yang akan berkembang di luar konteks keluarga tidak akan pernah berkembang sebagaimana mestinya manusia. Bahkan dalam kenyataan bayi atau individu yang dibuang itu pasti akan

menemukan memeliharanya.

kelurganya

yang

baru

yang

bersedia

Kenyataan bahwa setiap perisitiwa pembuangan seorang individu akan selalu mendapat reaksi negatif dari masyarakat luas, membuktikan sosialitas manusia itu sendiri. Kelompok sosial (Macionis, dan 1989:174) pada umumnya secara dari didefenisikan Apapun sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama yang berinteraksi Sosial terdiri regular. bentuknya, kelompok orang-orang yang

memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama. Singkatnya mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota dari Kelompok Sosial yang secara spesifik disadari sebagai kita. Pembentukan Suku Bangsa Dalam arti sosiologis - Bangsa -kelompok Pegayuban secara di takdirkan untuk bersama, senasib sepenanggungan dalam suatu Negara. Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama dengan perasaan kesetiakawanan yang agung Adanya hasrat bersatu. Hasrat timbul karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya Kebanyakan bangsa terbentuk Kesamaan Keturunan Wilayah Bahasa Adat Istiadat Kesamaan Politik karena adanya faktor obyektif tertentu yang membedakan dengan bangsa lain :

Perasaan Agama

Pembentukan Kekerabatan Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam antropologi, sistem kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan, sementara dalam biologi istilah ini termasuk keturunan dan perkawinan. Hubungan kekerabatan manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai "hubungan dekat" ketimbang "keturunan" (juga disebut "konsanguitas"), meskipun kedua hal itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan di antara orang-orang yang satu moyang. Hubungan kekeluargaan sebagaimana genealogi budaya dapat ditarik kembali pada Tuhan[1] (lihat mitologi, agama), hewan yang berada dalam daerah atau fenomena alam (seperti pada kisah penciptaan). Hubungan mendasar kelompok untuk sosial, kekerabatan peran, adalah tiap dan salah satu ke prinsip dalam mengelompokkan kategori, orang silsilah.

Hubungan

keluarga dapat dihadirkan secara nyata (ibu, saudara, kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan. Sebuah hubungan dapat memiliki syarat relatif (mis., ayah adalah seseorang yang memiliki anak), atau mewakili secara absolut (mis, perbedaan status antara seorang ibu dengan wanita tanpa anak). Tingkatan kekerabatan tidak identik dengan pewarisan maupun suksesi legal. Banyak kode etik yang menganggap

bahwa ikatan kekerabatan menciptakan kewajiban di antara orang-orang terkait yang lebih kuat daripada di antara orang asing, seperti bakti anak Pembentukna Bangsa dan Negara Bangsa dalam arti etnis dapat disamakan dengan bangsa dalam arti rasial atau keturunan. Dalam arti kultural, bangsa merupakan sekelompok manusia yang menganut kebudayaan yang sama. Karena kebudayaan mempunyai cabang dan unsur yang banyak sekali, pengertian di sini merupakan pengertian bangsa yang didukung dan dikuasai oleh leblh banyak kebudayaan yang diberlakukan daripada yang tidak diberlakukan. Misalnya, kelompok bangsa-bangsa yang menggunakan bahasa dan aksara, serta adat istiadatyang sama. Dalam arti politis, bangsa merupakan kelompok manusia yang mendukung suatu organisasi kekuasaan yang disebut negara tanpa menyelidiki asalusul keturunannya. Secara etimologis, negara berasal dan bahasa asing Swat (Belanda, Jerman). Kata staat maupun state berakar dan bahasa keadaan Latin, yaitu status yaitu: berdiri, rnenempatkan dan dalam berdiri, membuat menempakant

Sementara itu, Niccolo Machiavelli memperkenalkan istilah La Stato dalam bukunya Ill yang mengartikan negara sebagai kekuasaan. Buku itu juga mengajarkan bagaimana seorangraj~rnemerintah dengan sebaik-baiknya. Kata negara yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta nagari yang berarti wilayah, kota, atau penguasa. Negara ada karena adanya masyarakat, wilayah dan pemerintahan dan pengakuan oleh Negara lain.

Unsur unsure terbentuknya Negara


-

Rakyat Wilayah darat - udara laut - wilayah ekstra teritorial Pemerintah yang berdaulat Pengakuan negara lain

III. Manusia dan Kebudayaan a. Pembentukan Kebudayaan Kebudayaan Daerah Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia di Indonesia sangatlah beragam. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan daerah sama dengan konsep suku bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita melihat dari ujung pulau Sumatera sampai ke pulau Irian tercatat sekitar 300 suku bangsa dengan bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda. Konsep Suku Bangsa / Kebudayaan Daerah. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya,

terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain. Kebudayaan Nasional Kebudayaan Nasional. Menurut pandangan Ki Hajar Dewantara tentang kebudayaan nasional yang katanya puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Faham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, dari ekonomi nasional, bangsa hukum yang nasional, sebenarnya bahasa hanya nasional. Sebelum Sumpah Pemuda (1928), Indonesia terdiri macam-macam ditingkat suku bangsa. Setelah itu secara berangsur makin kuat rasa kebangsaan Indonesia (Indonesia Raya), sehingga waktu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945), sudah dinyatakan bahwa proklamasi tersebut dilakukan atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Koentjaraningrat menyebutkannya yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional.pengertian yang dimaksudkan itu sebenarnya lebih berarti, bahwa puncak-puncak kebudayaan daerah atau kebudayaan suku bangsa yang bermutu tinggi dan menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia bila

ditampilkan untuk mewakili negara (nation). Misalnya: tari Bali, di samping orang Indonesia merasa bangga karena tari itu dikagumi di negeri, seluruh dunia juga mengetahuinya. Bali itu letaknya di Indonesia jadi kesenian itu dari Indonesia. Dalam hal ini juga berlaku bagi cabang-cabang kesenian lain bagi berbagai suku bangsa di Indonesia. Dengan beribu-ribu gugus kepulauan, beraneka ragam kekayaan serta keunikan kebudayaan, menjadikan masyarakat Indonesia yang hidup diberbagai kepulauan itu mempunyai ciri dan coraknya masing-masing. Hal tersebut membawa akibat pada adanya perbedaan latar belakang, kebudayaan, corak kehidupan, dan termasuk juga pola pemikiran Indonesia masyarakatnya. terdiri dari Kenyataan ini menyebabkan beragam latar masyarakat yang

belakang budaya, etnik, agama yang merupakan kekayaan budaya nasional dengan kata lain bisa dikatakan sebagai masyarakat multikultural. b. Kebudayaan Populer Munculnya Kebudayaan Populer Kebudayaan massa/pop(uler) (mass/pop[ular] culture)

telah mengkonstruksi masyarakat yang tidak hanya menjadi berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri, dan menjadi sebuah komoditas. Kebudayaan popular ditopang industri kebudayaan (cultural industry). Istilah modernitas pun perlahan mucul yang melahirkan sebuah wajah pop masyarakat society) dan baru: yang masyarakat membiakkan komoditas kebudayaan (commodity

memaksakan

penyembahan, pemujaan gaya hidup (lifestyle), sehingga

muncullah dalam apa yang disebut humanis, masyarakat yang hidup dipayungi ideologi pop culture. Perbuahan dan Perkembangan Kebudayaan Populer Bila culture), agama bersentuhan adalah dengan budaya hiburan pop (pop hasilnya kemasan keagamaan

(religiotainment). Kemasan ini mempertautkan dua ekspresi penting, yakni hiburan yang bernuansa keagamaan dan agama yang dikemas menjadi bagian dari hiburan. Fenomena ini mudah dilihat terutama di media audio visual kita selama bulan Ramadhan ini. Berbagai bentuk religiotainment selalu menghiasi program tayangan sejumlah televisi. Mulai dari sinetron, kuis, hingga iklan. Dua hal yang menjadi bagian terpenting ikon budaya pop adalah musik dan film. Kekuatan kedua industri penghasil budaya pop itu telah membius gaya hidup kelompok besar masyarakat. Produk hiburan dan budaya yang keluar dari dua ikon tersebut menjadi kiblat (trendsetter) bagi konsumsi budaya kelompok masyarakat itu. Hal yang membuat pengaruh kebudayaan pop begitu kuat bagi masyarakat adalah karena ia terbangun dari sejumlah elemen penting. Di antaranya adalah globalisasi, komunikasi, informasi, hiburan, dan komersialisme. Kekuatan arus globalisasi telah mengikat berbagai aktivitas kehidupan dunia, dari perekonomian hingga hiburan, ke dalam suatu ikatan yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, terjalinnya komunikasi merupakan prasyarat penting untuk merespon arus globalisasi itu. Dan, budaya pop menyuguhkan komunikasi itu dalam kemasan hiburan dan informasi melalui komersialisasi produknya di tengah arus globalisasi.

Akibat

sosial

dari

arus

ini

adalah

tergerakkannya

kebudayaan menjadi salah satu subyek gerakan industrialisasi itu. Sebagai hasil ikutannya, pelaku budaya pop, seperti pegiat film dan penyanyi, menjadi figur baru di tengah konstelasi hidup sosial politik yang terjadi di suatu negara. untuk Kehadiran mereka di dunia budaya pop dengan berbagai gaya yang dibawanya menginspirasi masyarakat memimpikan kehadiran mereka pula dalam kehidupan praktis sebagai model. Kehadiran mereka sebagai patron dalam kehidupan lain. Tuntutan kebutuhan terhadap agama yang praktis, mudah dicerna, dan sarat kepastian itu menemukan dukungannya dari keterlibatan para pegiat budaya pop, baik itu penyanyi, presenter, model iklan, ataupun pemain film. Para pegiat budaya pop ini bisa melakukan komodifikasi gaya hidup. Mereka bisa menarik dan membingkai tradisi suatu agama ke dalam suatu kemasan gaya hidup yang mereka perankan. Karena peran yang dimiliki sebagai agen komodifikasi gaya hidup seperti ini, mereka bisa menjadi bagian baru dari penyampai ajaran suatu agama yang praktis, mudah dicerna, dan penuh kepastian, yang menjadi tuntutan kebutuhan masyarakat kebanyakan. Dengan bertemunya dua kepentingan dari sisi budaya pop dan agama ini, maka menguatnya religiotainment menjadi tidak bisa terelakkan. KEKERASAN perang terjadi hampir di setiap era di berbagai belahan dunia. Dan, setiap kali pula para musisi bereaksi lewat lagu. Mereka bertutur soal kesia-siaan perang meski atas nama kajayaan, ada juga yang mengagungbudaya telah membius masyarakat untuk menjadikannya sebagai patron untuk aspek kehidupan yang

agungkannya. Sikap-sikap antikekerasan ditunjukkan dalam bentuk lagu,seperti: Black Eyed Peas lewat lagunya Wheres Da Love, Michael Jackson dalam lagu Heal The World, penyanyi George Michael merekam The Grave yang merupakan lagu recyle dari Don McLean yang dibuat tahun 1971. Lagu yang mengungkapkan kesia-siaan perang, atau kerinduan pada kedamaian juga dilantunkan para pendahulu barisan musisi,tersebutlah Bob Dylan yang melahirkan himne antiperang seperti Blow in the Wind. Lagu itu seperti menjadi soundtrack zaman ketika orang-orang mengutuk dan menangisi tragedi perang Vietnam. Di blantika musik, lagulagu protes jenis Dylan itu pada awal tahun 1960-an mampu menduduki tempat teratas dalam deretan 40 lagu terpopuler. Musik Dylan dan kawan-kawan memang senapas dengan spirit gerakan kaum muda saat itu yang tegas-tegas menolak perang. Ingat jargon Make Love Not War. Musik rock, folk-rock atau pop menjadi bagian dari counter-culture. Ia menjadi bahasa zaman untuk melawan kaum mapan, yang katanya beradab dan berbudaya, tapi melegalkan cara kekerasan. Begitulah pemusik rock, pop, folk atau apa pun jenisnya yang bisa disebut sebagai bagian dari budaya pop (pop culture) bereaksi kepada realitas politik paling brutal bernama perang. Pop culture dan politik memang saling berkaitan. Keduanya Culture. Perbedaan Kebudayaan Populer dan Budaya Tinggi Satu perbedaan utama antara budaya populer dan budaya tinggi adalah pada ukuran dan heterogenitas dari saling merefleksi. Setidaknya itu menurut pengamatan John Street dalam bukunya Politics and Popular

total audiens. Budaya tinggi membidik sejumlah kecil orangorang, mungkin tidak lebih dari separuh juta di semua negara bagian di AS, dimana program TV yang terkenal mungkin ditonton oleh lebih dari 40 juta. Sedangkan budaya populer lebih besar, juga lebih heterogen, dan meskipun budaya tinggi dibanggakan namun terbatas pada selera individualitas sebagai fakta budaya tinggi ini lebih homogen daripada budaya populer publik. Berdasarkan ukuran audiens, budaya populer diproduksi-massal, namun dengan demikian juga mengandung budaya tinggi yang banyak seperti buku-buku, rekaman, dan film-film. Beberapa para pengguna budaya tinggi cukup kaya untuk membeli lukisan asli, namun sebagian besarsebagaimana pembeli seni populerharus puas dengan cetakan produksi-massal. IV. Perkembangan Kehidupan Masyarakat Indonesia a. Latar Belakang Kehidupan Masyarakat b. Perkembangan Masyarakat Indonesia Masyarakat Tradisional Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang tertutup, padu monolitik. Masyarakat tradisional secara utuh sangat sulit untuk dicari batasannya, karena di berbagai belahan bumi ini banyak terdapat masyarakat yang memegang teguh adat istiadat serta teknologinya secar tradisional. Masyarakat tradisional di Indonesia yang sangat memegang teguh adat istiadat disebut sebagai komunitas adat terpencil yang artinya kelompok social budaya yang bersifat local dan terpencar serta kurang terlibat dalam

jaringan dan pelayanan yang baik social, ekonomi, maupun politik. Komunitas adat terpencil memiliki cirri ( dalam keputusan menteri social republic Indonesia no. 06/PEGHUK/2002 tentang pedoman pelaksanaan pemberdayaan masyarakat terpencil ) sebagai berikut :
1. Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen.

Komunitas kelompok

adat kecil

terpencil dengan

umumnya tingkat

hidup

dalam yang

komunikasi

terbatas dengan pihak luar.


2. Pranata social bertumpu pada hubungan kekerabatan.

Pranata social yang ada dan berkembang dalam kehidupan komunitas adat terpencil pada umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatan dimana kegiatan mereka sehari-hari masih didasarkan pada hubungan ikatan tali darah dan perkawinan.
3. Pada umumnya terpencil secara geografis dan sulit

dijangkau. Secara geografis komunitas adat terpencil umumnya berada didaerah pedalaman, hutan, pegunungan, perbukitan, laut, rawa, daerah pantai, yang sulit dijangkau.
4. Pada umumnya masih hidup dengan system eknomi

subsistem.

Aktivitas

kegiatan

ekonomi

warga

komunitas adat terpencil sehari-hari hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri (kebutuhan sehari-hari).
5. Peralatan dan teknologinya sederhana. Dalam upaya

memanfaatkan dan mengola sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari baik dalam kegiatan pertanian, berburu, maupun kegiatan lainnya.

6. Ketergantungan kepada lingkungan hidup dan sumber

daya

alam

setempat

relative

tinggi.

Kehidupan sangat

komunitas

mayarakat

terpencil

menggantungkan kehidupan kesehariannya baik itu fisik, mental, spiritual pada lingkungan alam.
7. Terbatasnya akses pelayanan social, ekonomi dan

politik yang tersedia di lokasi atau sekitar lokasi tidak ada atau sangat terbatas sehingga menyebabkan sulitnya hidupnya. Masyarakat Transisi Masyarakat yang berada masyarakat transisi diantara merupakanmayarakat masyarakat atau masyarakat tradisional dengan dari tradisional warga komunitas adat terpencil untuk memperolehnya dalam rangka meningkatkan kualitas

modern,

peralihan

masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Kehidupan masyarakt ini pada umumnya berada di wilayah marginal atau di pinggirkan atau, kota-desa, lebih jelasnya secara fisik masih berada di daerah administrasi desa tetapi pengaruh kota terhadap kehidupan sudah Nampak. Kehidupan masyarakat transisi berada diantara tradisional dan modern, yang tentu saja transisi ini tergantung pada beberapa factor, yang diantaranya tergantung pada wilayah dimana masyarakat tersebut berada, seperti di pedesaan atau di perkotaan, Masyarakat Modern Masyarakt ini telah mengalami perkembangn atau

mengalami kemajuan, karena hubungan dengan masyarakat

yang lain yang lebih intensif. Masyarakat pra-modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Hubungan

antar

masyarakat

didasarkan

pada

kepentingan pribadi dan kebutuhan-kebutuhan individu.


2. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka

dalam suasana saling mempengaruhi.


3. Mayarakat

sangat percaya terhadap manfaat ilmu

pengetahuan dan teknologi.


4. Masyarakat terdiri dari berbagai macam profesi dan

keahlian yang dapat ditingkatkan atau dipelajari.


5. Tingkat pendidikan sekolah relative tinggi dan merata. 6. Hokum yang berlaku di masyarakat adalah hokum

tertulis yang sangat kompleks, dan


7. Ekonomi hampir seluruhnya berorientasi kepada pasar

yang didasarkan kepada penggunaan uang dan alat pembayaran sebagainya ) Masyarakat Perkotaan Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap bila ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu : 1. kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa 2. orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , lain ( kartu kredit, check, giro dan

sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya . 3. Jalan pikiran yang rasional terjadi yang lebih pada umumnya pada dianut factor masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi interaksi didasarkan kepentingan daripada factor pribadi. 4. pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata 5. kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa 6. interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi 7. pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu 8. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kotakota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Masyarakat Pedesaan Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian sebagian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, pada karakteristik dapat digeneralisasikan

kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota

masyarakat

yagn

amat

kuat

yang

hakekatnya,

bahwa

seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya karena yang hak saling atau anggota-anggota sebgai terhadap menghormati, masyarakat, masyarakat mempunyai beranggapan mencintai jawab sama-sama saling yang sama

tanggung

keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain : 1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya. 2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan 3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian 4. Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan : Konflik Kontraversi kompetisi

c. Perkembangan Masyarakat Cina Konflik bernuansa rasial merupakan suatu fenomena penting dan menarik dalam perjalanan sejarah kota Solo. Dari 15 konflik sosial besar yang terjadi selama hampir seabad yang melanda kota Solo, sekitar separuh secara langsung diwarnai dengan konflik rasial sementara sissanya menunjukkan sifat tidak langsung yang terkait dengan konflik ini. Konflik rasial yang terjadi di Solo merupakan peristiwa kompleks yang khususnya melibatkan suatu kelompok etnis tertentu sebagai pendatang dan kelompok etnis lain sebagai penduduk asli, khususnya antara etnis Cina dan etnis pribumi. Meskipun dikotomi demikian belum bisa menjamin kepastian dan kebenaran paradigma polarisasi yang berlaku sejauh ini, yakni adanya sifat permusuhan yang melandasi pandangan antar etnis ini, namun pandangan umum yang merebak ke permukaan adalah konflik Cina versus pribumi. Dari hasil penelitian berbagai sumber sejauh ini agaknya perlu dibedakan kelompok pribumi mana yang mengambil peranan utama dalam ledakan konflik rasial dengan dampak kerusuhan massal sebagai akibatnya. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut mengingat tidak semua elemen dalam masyarakat pribumi di Solo berperan aktif dalam konflik, bahkan tidak semua unsur kelompok pribumi ini yang mudah terpengaruh oleh pandangan anti pendatang. Di sisi lain faktor-faktor apa yang menyebabkan etnis Cina selalu menjadi sasaran tembak dari kerusuhan yang terjadi. Etnis Cina sebagai suatu pendatang hidup di kota Solo dalam kelompok khusus bersama dengan etnis Eropa, Arab dan bila ada juga kaum pendatang lain, baik domestik maupun asing. Meskipun mengambil posisi yang sangat menentukan dalam perkembangan sejarah kota Solo, kelompok penduduk

Eropa hampir tidak pernah terlibat dalam kasus konflik rasial dengan penduduk pribumi. Mungkin saja ini terjadi berkat posisi mereka yang strategis sebagai penguasa politis sehingga mampu mengerahkan kekuatan untuk menindas setiap gerakan yang melawan mereka, meskipun tidak tertutup kemungkinan adanya ledakan konflik yang bermotivasi individu. Namun demikian garis batas pemisah yang dilandasi oleh sistem kekuasaan yang ada tidak memungkinkan adanya benturan dan hubungan langsung antara masyarakat Eropa baik para pejabat negara maupun swasta di kota Solo cenderung membatasi diri pada hubungan dengan kalangan elit pribumi terutama keluarga Susuhunan dan Mangkunegaran. Mereka bahkan tidak banyak berhubungan dengan elit cendekiawan pribumi yang banyak melakukan aktivitas di kalangan masyarakat menengah ke bawah di Solo. Pada bagian lain terdapat kelompok Timur Asing selain Cina, yakni masyarakat keturunan Arab. Meskipun dikelompokan sebagai golongan Timur Asing, orang Arab lebih banyak berhubungan dengan orang pribumi. Kesamaan agama dan kepentingan ekonomi yang melandasi kehidupan masyarakat Arab lebih mendekatkan mereka dengan kalangan penduduk pribumi daripada dengan penguasa Eropa maupun kelompok Cina. Sejauh perjalanan sejarah sosial Solo diamati, tidak pernah terdengar adanya konflik antara orang Arab dan masyarakat pribumi yang meledak selama masa kolonial. Kecilnya jumlah orang Arab yang bermukim di kota juga mengakibatkan peranan mereka kurang menonjol dari kehidupan sosial kota Solo. Selain itu keterbatasan tinggal yang ditunjuk masyarakat sebagai Arab daerah ini ikut pemukiman mereka membuat

tercampur dalam dinamika aktivitas sosial ekonomi masyarakat pribumi. Dengan melihat penjelasan di atas, sungguh menarik untuk dicermati peranan kelompok minoritas Cina dalam hubungan sosial di kota Solo. Dibandingkan dengan kelompok penduduk Eropa dan Arab, kelompok masyarakat Cina merupakan suatu golongan asing yang banyak bergaul dan berhubungan dengan masyarakat pribumi secara sosial dan ekonomi. Untuk itu dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana pola perkembangan peran kehidupan kelompok Cina ini dalam sejarah kota Solo sampai awal masa pemerintahan Sunan Pakubuwono X, yang diakui sebagai puncak sekaligus akhir dari masa kejayaan pemerintahan Kasunanan Surakarata. d. Modernisasi e. Kebergantungan Bantuan luar negeri Pada dekade tahun 50-an setelah merdeka, Indonesia memasuki era konsolidasi dan pembangunan. Namun setelah perjuangan panjang merebut kemerdekaan dan juga perjuanagan fisik sesudah kemerdekaan, tidaklah mudah melaksanakan pembangunan dengan kondisi rakyat yang masih menderita apalagi situasi ekonomi pun masih moratmarit sehingga pembangunan pun tersendat. Pada tahun di mulainya orde lama, yaitu tahun 1957-1965 menurut Roxborough, masyarakat dunia ketiga (Indonesia) telah gagal berkembang karena terlalu miskin. Ditambah lagi keadaan masyarakat yang masih memprihantinkan. Pada masa orde lama, Indonesia mulai mencari dan menerima bantuan luar negri karena pemerintah waktu itu

mengeluarkan Awal

kebijakan

untuk baru

mulai

membangun dengan

dan awal

diperlukan pengerahan dana yang sangat besar. kebangkitan orde ditandai ketregatugam Indonesiaterhadap negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Jerman dan lain-lain. Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi adalah pinjaman yang diterima pemerintah orde baru adalah dari dunia barat bertolak belakang dengan kebijakan luar negeri pada masa orde lama. Pembangunan Indonesia yang bergantung pada pinjaman luar negeri tidak terlepas dari sejara politik luar negeri Indonesia itu sendiri. Menurut Arief Budiman, tiap negara mempunyai keunikan permasalahannya yang berbeda karena latar belakang sejarah yang berbeda pula. Begitu pula dengan Indonesia, dimana Indonesia dunia yang ikut berperan aktif melaksanakan barat.Bantuan perdamaian luar negeri sehingga kedekatan utama

hubungan dengan negara lain-lian terutama negara-negara mejadi andalan indonesia dalam upaya mendapatkan dana secara muda ternyata sangat mengikat baik dalam bidang ekonomi bahkan politik yang saling berhubungan. Menurut Gunadi bantuan luar negeri tidak ada yang murni bersifat ekonomi atau bersifat politik saja. Pemberi pinjaman dan penerima pun selalu dilandasi kepentingan ekonomi dan politik. Mereka juga memperhitungkan manfaat yang diperoleh naik oleh sipemberi maupun oleh si penerima sesuai dengan sifat pemerintahannya masing-masing. Dampak bantuan luar negeri Sebagai negara yang memiliki ketergantungan ekonomi pada negara-negara industri maju, Indonesia mempunyai

kewajiban untuk membeli produk dari negara-negara pemberi pinjaman tersebut, sehingga Indonesia menjadi negara yang ketergantungan. Ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri secara tidak langsung memberi dua dampak yaitu: Dampak positif : membuka lapangan pekerjaan menambah devis perekonamian bertumbuh pesat Dampak negatif : Produk dalan negeri kurang laku dipasaran karena SDA rusak dan PMA dimanfaatkan yang oleh orang dampak desa lain. dari tanah

kualitas produknya dibawah kualitas produk luar negeri. Sedagkan menurut Goldthorpe ( 1992 : 242 ) akibat dari menjamurnya merupakan karena di adanya bantuan luar negeri adalah : Meningkatnya urbanisasi garapannya menjadi hilang atau berubah fungsi Banyaknya gelandangan di kota, karena kaum urban tidak memiliki modal ataupun pengetahuan sebagai bekal untuk hidup di kota. Pedesaan semakin dikuasai oarang orang kota sehigga tanpa disadari menyebabkan ekspansi ekonomi Mengatasi beban kebergantungan

V. Kemajemukan Masyarakat Indonesia a. Kemajemukan Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan Indonesia begitupun terkenal dengan dengan masyarakat Indonesia.

kemajemukannya maka dari itu Indonesia sering disebut sebagai masyarakat yang bhineka tungal ika yang memiliki makna bahwa meskipun masyarakatnya memiliki perbedaan atau kemajemukan namun tetap satu jua. Kemajemukan masyarakat dapat dipahami melalui dua titik pandang utama, pertama dipandang scara horizontal, pemahaman ini didasarkan pada fakta yang menunjukkan adanya satuan-satuan social yang keragamannya dicirikan oleh perbedaan suku bangsa, agama, adat-istiadat dan unsure-unsur kedaerahan lainnya. Kedua dipandang secara vertical, pemahaman ini didasarkan pada perbedaanperbedaan yang bersifat vertical; artinya bahwa perbedaan dari unsure-unsur yang membuat keragaman tersebut dapat diukur berdasarkan kualitas atau kadarnya misalnya dari aspek ekonomi. Masyarakat majemuk menurut Berghe memiliki karakteristik antara lain : Terbagi-bagi kedalam bentuk kelompok yang satu sama lain memiliki subkebudayaan berbeda Memiliki struktur social yan terbagi ke dalam beberapa lwmbaga non komplementer Kurang mengembangkan consensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar Relative sering mengalami konflik diantara beberapa kelompok Sering erjadi integrasi social Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok.

Kemajemukan masyarakat menurut north dibagi menjadi tiga jenis yaitu : Diferensiasi tingkatan

Disebabkan adanya ketimpangan distribusi barangbarang yang dibutuhkan, karena persediaan terbatas. Hanya masyarakat yang memiliki pendapatan yang klebih baik, maka akan mendapat barang-barang yang diinginkan. Distribusi fungsional

Disebut juga pembagian kerja dalam suatu organisasi social yang muncul karena melaksanakan pekerjaan yang berlainan. Distribusi adat Merupakan aturan-aturan untuk berprilaku yang tepat bagi warga masyarakat sesuai dengan waktu dan tempat yang digunakan, sehingga setiap masyarakat akan memiliki aturan bagi warganya. Masyarakat majemuk selain disebut diferensiasi social juga disebut sebagai masyarakat plural, yaitu masyarakat yang terbagi-bagi menurut budaya kekerabatan, suku bangsa,ras, dan agama. Bagi bangsa Indonesia adanya keanekaragaman tersebut merupakan consensus yang diucapkan pada sumpah pemuda. Perbedaan yang terjadi dari adanya kemajemukan bangsa Indonesia menurut Gertz didasarkan pada, Kekerabatan Hubungan kekerabatan sangat erat bagi masyarakat di negar-negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia, hubungan kekerabatan ini merupakan ikatan atas dasar hubungan darah yang dapat ditelusuri berdasarkan garis keturunan ayah, ibu atau keduanya. b. Kemajemukan Ras Masyarakat Indonesia

Ras merupakan cirri fisik yang dimiliki seseorang dapat dibedakan atau adanya persamaan dengan cirri-ciri fisik orang lain. Cirri-ciri tersebut akan terlihat seperti, warna kulit, type rambut, bentuk muka,tinggi badan, bentuk hidung, dan lain sebagaiinya. c. Kemjemukan Suku Bangsa Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan luas. Kondisi ini menjadikan setiap pulau mengembangkan budayanya sendirisendiri. Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang majemuk, dihuni oleh ratusan kelompok suku serta kaya akan bahasa dan kebudayaan daerah. Secara umum, keragaman Indonesia ditandai oleh kemajemukan suku bangsa dan bahasa (sekitar 250 dialek), agama (Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan lainlain), kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sekitar 400 aliran), system hukum (nasional, agama, adat, sistem kekerabatan), perkawinan melukiskan kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah (monogami dan serta poligami). sistem Kesemua ini

keragaman suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya proses ini tidak berjalan secara sederhana, namun melalui proses yang panjang. Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar 500.000 tahun yang lalu bernama Pithecanthropus erectus ditemukan di Pulau Jawa dekat Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil ditemukan Homo yang soloensis. mirip Homo soloensis dengan karakteristik telah dan dengan masyarakat mereka Austromelanosoid memengaruhinya

menjelajah ke barat (Sumatra) dan timur (Papua). Selama penjelajahan tentunya terpengaruhi oleh daerah sekitarnya. Pada masa 3000500 Sebelum Masehi, Indonesia telah dihuni hari menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migran Indo-Arian dari Asia Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil, masuknya para pendatang dari India dan menyebarkan agama Hindu ke seluruh kepulauan. Pada abad XIII, pedagang muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan perdagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka juga menyebarkan oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang di kemudian

agama

Kristen.

Serentetan

perjalanan

sejarah

ini

menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain. d. Kemajemukan Agama Agama yang dianut bangsa Indonesia berbeda-beda tergantung kepada keyakinan mereka untuk menganutnya. Perbedaan agama tergantung pada latar belakang sejarah perkembangan agama-agama di Indonesia, sehingga untuk agama tertentu banyak pemeluknya di suatu daerah tetapi di daerah lain pemeluknya sedikit, maka agama yang dipeluk oleh bangsa Indonesia banyak sedikitnya pemeluk tergantung padadaerah dan suku bangsa di mana agama tersebu berkembang. e. Terjadinya Promodialisme Salah satu konsekuensi dari kenyataan adanya kemajemukan masyarakat atau diferensiasi sosial adalah terjadinya primordialisme, yaitu pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan agama. Primordialisme sebagai identitas sebuah golongan atau kelompok sosial merupakan faktor penting dalam memperkuat ikatan golongan atau kelompok yang bersangkutan dalam menghadapi ancaman dari luar. Namun, seiring dengan itu, primordialisme juga dapat membangkitkan prasangka dan permusuhan terhadap golongan atau kelompok sosial lain.

Primordialisme dapat terjadi karena faktor-faktor berikut. Adanya sosial. Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial dari ancaman luar. Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai keagamaan dan pandangan hidup. f. Masyarakat Multukultural Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang teriri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras, dll yang hidup dalam suatu kelompok masyrakat yang memiliki satu pemerintaha tetapi dalam masyarakat itu masig terdapat segmen- segmen yang tidak bisa disatukan. Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural 1. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,dll tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun luar negri, dalam kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya. 2. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan

alias

karena

kurang lengkapnya persatuan tyang rendah, maksudnya adalah dalam

terpisah oleh segmen-segmen tertentu. 3. Konsesnsus kelembagaan pastinya perlu adany asuatu kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam penganbilan keputusan. 4. Relatif potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dankebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah 5. Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa dalam masyarakat multikultural itu susah sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama. 6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam masyarakat multikultural terdapat segmen-segmen yang berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan mengedapankan kepentingan suku atau rasnya. Sebab Terjadinya Multikulturalisme 1. Factor geografis,faktor ini sangat mempengarudi apa dan bagaimana kebiasaan sua tu masyarakat. Maka dalam suatu daera yang memiliki kondisi geografis

yang berbeda maka akan terdapat perbedaan dalam masyarakat( multikultural). 2. Pengaruh budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural, karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan terpengaruh mind set mereka dan menjadkan perbedaan antara
3. Kondisi iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama

denga perbedaan letak geografis suatu daerah.

Anda mungkin juga menyukai