Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang


Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari jiwa seseorang berperan penting dalam berlangsungnya proses perkembangan itu sendiri. Dalam proses perkembangan tersebut, masa bayi sangat menentukan pembentuk karakter dan kejiwaan dari seseorang. Umumnya ahli psikologi memberikan batasan pada masa perkembangan yaitu periode masa bayi dalam dua tahun pertama dari periode pasca vital. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan kondisi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Pada saat dilahirkan bayi berada dalam dalam kondisi yang sangat lemah dan tidak berdaya. Selama beberapa bulan masa bayi, ketidakberdayaan itu berangsur-angsur menurun. Dari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, bayi memperlihatkan kemandirian sehingga pada saat masa bayi berakhir, yaitu kira-kira pada usia 2 tahun, ia telah menjadi seorang manusia yang berbeda dengan kondisi awal masa bayi. Ibu merupakan lingkungan anak yang pertama dan utama. Ibu pada umumnya adalah orang yang paling peduli terhadap kualitas bayi. Ibu yang menyusui, memberi makan, kasih sayang, mengajak bermain. Memperhatikan sehat dan sakitnya bayi. Ibu selain pengasuh juga menjadi guru pertama. Ayah dan anggota lain pun bukan tidak peduli tetapi pada umumnya ibu lah yang seharusnya dan sebaiknya paling dekat secara fisik dengan bayi atau kehidupannya. Umumnya ibu adalah yang paling konsisten dalam mengasuh bahkan mendidik bayi hingga dewasa. Bila ibu terpaksa harus meninggalkan rumah dengan alasan apapun, sebaiknya mereka tetap mampu dan bersedia meluangkan waktu untuk

mendelegasikan dan mengorganisir kehidupan anak agar kualitas kehidupan anaknya tetap dapat kondusif terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : A. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran perkembangan fisik, kognitif, persepsi, konsepsi, dan psikososial seorang bayi untuk dibandingkan dengan kondisi bayi normal pada umumnya. B. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai persyaratan penelitian mata kuliah Psikologi semester II Program Studi Ilmu Gizi tahun 2009.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Umumnya ahli psikologi membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama dari periode pascanatal. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan kondisi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Pada saat dilahirkan bayi berada dalam kondisi yang sangat lemah dan tidak berdaya. Selama beberapa bulan masa bayi, ketidakberdayaan itu berangsur-angsur menurun. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, dan bulan ke bulan, bayi semakin memperlihatkan kemandirian, sehingga pada saat masa bayi berakhir, yaitu kira-kira pada usia 2 tahun, ia telah menjadi seorang manusia yang berbeda dengan kondisi awal masa bayi.

A. PERKEMBANGAN FISIK Selama 2 tahun pertama kehidupannya, perkembangan fisik bayi berlangsung sangat ekstensif. Pada saat lahir bayi memiliki kepala yang sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Tubuhnya bergerak terus menerus ke kiri dan ke kanan dan seringkali tidak dapat dikendalikan. Mereka juga memiliki refleks yang dapat didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang. Dalam rentang waktu 12 bulan bayi-bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat, dan bahkan dapat berjalan. Kemudian selama tahun kedua, pertumbuhan fisiknya melambat tetapi pada kegiatan-kegiatan seperti berlari dan memanjat justru berlangsung cepat. Uraian berikut akan memberikan gambara lebih rinci tentang beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang berlangsung selama masa bayi.

Tubuhnya bergerak terus menerus ke kiri dan ke kanan dan seringkali tidak dapat dikendalikan. Mereka juga memiliki refleks yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang. Dalam rentang waktu 12 bulan, bayi-bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat dan bahkan dapat berjalan. Kemudian pada tahun kedua pertumbuhan fisiknya melambat, tetapi pada kegiatan-kegiatan seperti berlari dan memanjat pertumbuhannya justru berlangsung cepat. Uraian berikut akan memberikan gambaran yang lebih rinci tentang beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama masa bayi.

Tinggi dan Berat Badan Pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi adalah 20 inci atau 50 cm dengan berat 3,4 kg. Dibandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa, panjang bayi lebih dekat daripada beratnya: panjang bayi yang 20 inci menunjukkan lebih dari satu perempat tinggi orang dewasa, sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan hanya sebagian keecil daripada berat badan orang dewasa (Seifert dan Hoffnung, 1994). Segera setelah bayi menyesuaikan diri dengan kegiatan makan melalui cara menghisap, menelan, dan mencerna, fisiknya bertumbuh dengan cepat. Selama bulan-bulan pertama kehidupannya, berat badan bayi bertambah 5 hingga 6 ons per minggu. Pada usia 4 bulan, berat badan mereka naik dua kali. Pada tahun kedua kehidupannya rata-rata pertumbuhan bayi mengalami perlambatan. Pada usia 2 tahun, berat bayi mencapai sekitar 13 hingga 16 kg dengan tinggi sekitar 32 hingga 35 inci (Santrock, 1995). Perkembangan Refleks Pada masa bayi, terlihat gerakan-gerakan spontan, yang disebut refleks. Refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi terhadap

rangsangan tertentu sehingga memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Sepanjang bulan pertama kehidupannya, kebanyakan refleks menghilang atau menyatukan dengan gerakan yang relatif disengaja atau penuh arti. Ketika mereka menguasai kemampuan ini, maka ia disebut skill atau keterampilan. Refleks dan skill disebut juga kemampuan motorik (motor abilities). Seifert dan Hoffnung (1994) menyebutkan ada 12 gerak refleks yang dimiliki anak yang secara garis besar dua belas refleks ini dibagi dua. Pertama, Refleks Survival, yaitu refleks yang secara nyata berguna untuk memenuhi kebutuhan fisik bayi, terutama dalam menyesuaikan diri dengan lingungan barunya. Kedua, Refleks Primitif, yaitu refleks yang tidak secara nyata berguna bagi pemenuhan kebutuhan fisik, walaupun ia mungkin merupakan tingkah laku refleks yang penting pada rahap awal evolusi manusia yang diwariskan oleh nenk moyang kita. Di antara refleks-refleks yang muncul pada masa bayi itu adalah: 1. Refleks Menghisap dan Mencari Refleks mencari terlihat ketika pipi bayi disentuh dan diusap dengan lembut, maka ia langsung merespons dengan memalingkan kepalanya ke arah pipi yang disentuh. Tingkah laku pencarian inilah yang disebut dengan refleks mencari. Refleks mencari ini membantu bayi menemukan payudara ibunya sebagai sumber makanan. Di samping refleks mencari, bayi yang baru lahir juga memperlihatkan refleks menghisap. Bayi yang baru lahir secara otomatis akan menghisap benda yang ditempatkan di mulutnya. Jika kemudian bayi menemukan puting susu ibu, maka ia akan langsung menghisap secara kuat dan berirama tanpa belajar terlebih dahulu. Jadi, dengan refleks menghisap akan memudahkan bayi memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan makanan.

Refleks mencari dan menghisap akan menghilang setelah bayi berusia kira-kira 3 hingga 4 bulan. Kemudian dalam usia 1 tahun, refleks menghisap menyatu dan diperluas dengan aktivitas makan yang disengaja. Bayi mulai menggunakan mulutnya sebagai cara utama untuk mempelajari objek-objek baru. Untuk beberapa waktu terlihat bahwa secara praktis ia menaruh sesuatu ke dalam mulutnya. Suatu investigasi yang dilakukan oleh T. Berry Brazelton (1983), seorang dokter spesialis anak, menunjukkan bahwa isapan bayi berubah ketika usia mereka bertambah. Lebih 85% bayi yang sering menghisap ternyata tidak melakukannya untuk mendapatkan makanan. Mereka menghisap jari, kepalan tangan mereka dan dot/kompeng hanya untuk kesenangan. Pada usia 1 tahun, kebanyakan bayi menghentikan perilaku menghisap tersebut. 2. Refleks Moro (Moro reflex) Refleks moro adalah suatu respons tiba-tiba dari bayi yang baru lahir sebagai akibat adanya suara atau gerakan yang mengejutkannya. Refleks moro ini juga merupakan suatu upaya untuk mempertahankan hidup. Karena itu, ia merupakan hal yang normal bagi semua bayi yang baru lahir. Bahkan, belakangan ini, refleks moro dianggap sangat penting karena dapat membantu dokter dalam mendiagnosa sistem saraf normal bayi. Bayi yang sehat akan menunjukkan respons tersebut apabila ia terkejut. Tapi respon itu akan banyak menghilang ketika bayi mendekati usia 6 bulan. 3. Refleks Menggenggam (grasping reflex) Refleks menggenggam terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi, dan bayi akan merespons dengan cara menggenggam dengan kuat. Refleks menggenggam merupakan langkah awal bagi bayi untuk lebih memudahkan melakukan aktivitas menggennggam selanjutnya yang lebih disengaja. Pada bulan ketiga, refleks menggenggam ini berkurang dan

bayi memperlihatkan suatu genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan oleh rangsangan visual. Misalnya, ketika seorang bayi melihat suatu gerakan yang berputar di atas tempat tidurnya, ia akan berusaha meraihnya dan mencoba menggenggamnya. Ketika

perkembangan motoriknya semakin lancar, bayi itu akan menggenggam benda-benda, menggunakannya secara hati-hati dan mengamati benda-benda tersebut. Beberapa refleks yang muncul pada bayi yang baru lahir akan tetap ada sepanjang hidupnya. Tetapi ada beberapa refleks lain yang menghilang beberapa bulan setelah kelahiran, ketika fungsi otak semakin matang dan kendali atas beragam perilaku mulai berkembang. Beberapa gerak refleks pada akhirnya bergabung ke dalam beberapa tindakan yang lebih kompleks dan spontan. Rangkaian Tingkah Laku dan Keadaan Bayi Perkembangan refleks dan fungsi motorik pada bayi kemudian memunculkan serangkaian tingkah laku yang lebih kompleks. Dengan tingkah laku yang kompleks tersebut telah memungkinkan bayi sebagai makhluk biologis dapat bertahan hidup. Menurut Lerner dan Hultsch (1983), tingkah laku tersebut meliputi: pola tidur dan bangun, tingkah laku teoileting, dan tingkah laku makan dan minum. 1. Pola Tidur dan Bangun Salah satu fungsi otak adalah mengontrol keadaan tidur dan bangun. Jadi, otak mengatur jumlah rangsangan yang diterima bayi, baik secara internal maupun eksternal. Tidur secara teratur dapat membantu bayi mencegah rangsangan eksternal sehingga memberikan kesempatan pada fisiknya untuk beristirahat. Di sampint itu tidur juga berfungsi meningkatkan rangsangan internal, sehingga dapat mendorong perkembangan otak bayi yang sehat.

Bayi yang baru lahir menghabiskan lebih banyak waktunya untuk tidur. Rata-rata bayi yang baru lahir tidur selama 16 hingga 17 jam sehari walaupun ada beberapa bayi yang rata-rata tidurnya lebih sedikit sekitar 10 hingga 11 jam per hari. Biasanya jumlah tidur bayi berkurang secara teratur setiap bulan. 2. Pola Makan dan Minum Perkembangan fisik bayi tergantung pada makanan yang baik selama dua tahun pertama. Sebagaimana orang dewasa, bayi membutuhkan makanan yang mengandung protein, kalori, vitamin, dan mineral. Akan tetapi, sesuai dengan berat badannya bayi harus mengkonsumsi makanan jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa atau anak-anak. Sebagai contoh, tiap hari selama 3 bulan lebih bayi idealnya harus menerima lebih dari 2 ons cairan 0,5 kg berat badan, sedangkan anak usia 8 tahun lebih hanya memerlukan sekitar sepertiga jumlah ini (MC Laren, 1991). Bagi bayi usia 4-6 bulan pertama, ASI atau susu formula lain merupakan sumber makanan dan energi yang utama. Namun belakangan semakin disadari bahwa pemberian ASI jauh lebih baik dari susu formula lainnya. Sebab memberi ASI berarti memberi susu yang bersih dan dapat dicerna serta menolong mengimunisasi bayi yang baru lahir dari penyakit. Setelah usia 6 bulan, secara berangsur-angsur bayi dapat diperkenalkan dengan makanan padat, seperti beras, gandum atau buah yang disaring. 3. Pola Buang Air Buang air yang terkendali atau terlatih merupakan suatu bentuk keterampilan fisik dan otorik yang harus dicapai oleh bayi. Kemampuan untuk mengendalikan buang air ini sangat tergantung pada kematangan otot dan motivasi yang mereka miliki. Ketika baru dilahirkan, bayi belum mampu mengendalikan buang airnya sehingga buang air setiap saat. Pada usia 4 bulan,

interval buang airnya sudah bisa diramalkan. Pengendalian buang air besar ratfa-rata dimulai pada usia 6 bulan dan kebiasaan pengendalian buang air besar baru terbentuk pada akhir masa bayi. Sedangkan pengendalian buang air kecil mulai pada usia 15 hingga 16 bulan, namun sampai akhir masa bayi pengendalian buang air kecil ini belum sempurna (Hurlock, 1980).

Perkembangan Keterampilan Motorik Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat, dan akurat. Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait yaitu keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. 1. Keterampilan Motorik Kasar Keterampilan motorik kasar meliputi keterampilan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh seperti berjalan dan melompat. Sebelum tingkah laku refleks menghilang, bayi sudah dapat melakukan beberapa gerakan tubuh yang lebih terkendali dan disengaja. Pada umur kira-kira 4 minggu, umumnya bayi dapat mengangkat kepalanya dari posisi tengkurap. Pada usia 3 hingga 4 bulan bayi dapat berguling, dan pada usia 4 hingga 5 bulan bayi dapat menopang sebagian berat badan dengan kakinya. Pada usia 6 bulan bayi dapat duduk tanpa dukungan, dan pada usia 7 bulan dapat merangkak dan berdiri ranpa dukungan. Pada usia 8 bulan bayi dapat menyangga tubuh ke posisi berdiri, pada usia 10 hingga 11 bulan dapat berjalan dengan menggunakan kursi atau meja sebagai alat bantu, dan pada usia 12 hingga 13 bulan pada umumnya bayi dapat berjalan tanpa bantuan (Cratty, 1986; Santrock, 1995). 2. Keterampilan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Bayi dilahirkan dengan dilengkapi seperangkat komponen penting yang kelak akan menjadi gerakan-gerakan lengan, tangan, dan jari yang terkoordinir dengan baik. Meskipun demikian, pada saat baru dilahirkan bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan motorik halusnya.

Perkembangan Sensor Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi. Alat-alat yang berfungsi untuk menangkap informasi inilah yang disebut dengan alat indra (sense) atau sistem sensorik. Jadi, semua informasi yang datang kepada bayi adalah melalui indra. Tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, kecapan, dan indra lain, otak bayi akan terkucil dari dunia; bayi akan hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa rasa, tanpa warna, dan kehampaan yang kekal. Dengan demikian, indra berfungsi mendeteksi, mentransduksi dan meneruskan semua informasi yang datang padanya. Setiap indra mempunyai satu unsur deteksi yang disebut sebagai reseptor (penerima), yaitu satu sel yang secara khusus hanya memberikan respon terhadap jenis rangsangan yang tertentu saja (Davidoff, 1988). 1. Pengecapan Bayi yang baru lahir juga memiliki kepekaan terhadap rasa. Hal ini terbukti demgam jelas bahwa bayi lebih menyukai rasa manis dan mereka akan menghisap puting susu tiruan (dot) lebih kuat dan ceoat ketika mengeluarkan air gula dibanding ketika aor dot itu mengeluarkan air yang biasa atau air tawar (Mistretta dan Braddley, 1985). Menurut hasil penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi seperti senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya

mereka akan mengerutkan lidahnya setelah diberi suatu larutan asam (Steiner, 1979; Santrock, 1995). Riset terbaru yang dilakukan dengan menggunakan rekaman video tentang ekspresi wajah sebagai respon atau pengecapan menyatakan bahwa bayi baru lahir dapat membedakan antara semua rasa, manis, asin, asam, dan pahit (Rosenstein dan Oster, 1988). 2. Penciuman Bayi yang baru lahir juga memiliki reaksi terhadap berbagai bau, baik bau harum maupun busuk. Bau cuka atau amoniak misalnya, membuat wajah bayi usia 1 minggu meringis dan mengalihkan kepalanya. Mereka pun dapat menemukan arah dari bau yang tidak enak. Bayi yang baru lahir juga dapat mengenali bau payudara ibu mereka. Dalam suat penelitian, bayi yang minum ASI memperlihatkan suatu keinginan yang jelas atas bau kain pelapis di atas payudara ibu merela ketika mereka berusi 6 hari. Tetapi ketika mereka berusia 2 hari, mereka tidak memperlihatkan keinginan ini. Hal ini menunjukkan bahwa bayi memerlukan beberapa hari untuk menyadari bau tersebut (Santrock, 1995). 3. Pendengaran Segera setelah kelahirannya, bayi dapat mendengarm sekalipun tidak sebaik orang dewasa. Namun pendengaran bayi ini akan berkembang sehingga ia akan

memperlihatkankemampuan melokalisasi sumber suara dan membedakan keras atau lunaknya serta durasi suara melalui respon yang berbeda. Brody, Zelazo, dan Chaika (1984) menemukan bahwa tiga hari setelah kelahiran bayi telah dapat membedakan antara suara-suara ucapan baru dan suara-suara yang telah didengar sebelumnya. Bayi yang baru lahir juga terlihat merespons secara selektif terhadap ucapan orang dewasa. Menurut Hutt, et. all., (1968), respons selektif bayi yang baru kahir terhadap ucapan manusia memiliki arti penting bagi kelangsungan hidupnya sebab ia menjadi bagian yang vital dalam perkembangan hubungan kasih sayang antara orang tua

dan anak. Hasil penelitian Muir dan Field (1979) juga menunjukkan bahwa sebagian besar bayi akan memutar kepalanya sekitar 90 ke arah sumber datangnya suara. Bayi juga mampu memperlihatkan respon yang berbeda atas suara yang berbeda, serta kelihatan lebih sensitif terhadap suara manusia yang normal. 4. Penglihatan Secara psikologis dan anatomis, bayi yang baru lahir telah memiliki kesiapan utnuk merespons secara differensial berbagai aspek penglihatannya (Reese dan Lipsott, 1970). Meskipun telah memiliki kemampuan merespons lingkungan visual, namun sampai sekarang sedikit orang yang memahami seberapa banyak bayi benar-benar dapat melihat (Hetherington & Parke, 1979).

Perkembangan Otak Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah membuat sekitar 1,5 milyar sel-sel saraf per menit. Jadi, pada saat dilahirkan bayi kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan dimiliki sepanjang hidupnya. Akan tetapi sel-sel otak tersebut belum matang dan jaringan urat saraf masih lemah. Oleh sebab itu segera setelah lahir hingga usia 2 tahun, sel-sel otak yang bellum matang dan sel-sel saraf yang masih lemah itu terus bertumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan, seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Pada saat lahir, berat otak bayi seperdelapan dari berat otaknya atau sekitar 25% dari berat otak dewasanya, maka pada ulangtahun kedua otak bayi sudah mencapai kira-kira 75% dari otak dewasanya (Myer, 1996; Zigler dan Stevenson, 1993).

B. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan) yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Selama masa bayi, kapasitas intelektual atau kognitif seseorang telah mengalami perkembangan. Piaget meyakini bahwa seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui asimalasi dan akomodasi serta adanya pengorganisasian struktur berpikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada setiap individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada satu tahap berbeda pemikirannya pada tahap lain. Tahap-tahap perkembangan pemikiran ini dibedakan piaget atas empat tahap yaitu tahap pemikiran sensorik-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan opperasional formal. Akan tetapi, piaget tidak menetapkan secara tegas batasan-batasan umur pada masing-masing tahap. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan motorik dalam bentuk refleks-refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensorik-motorik, bayi memiliki lebih dari sekedar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikiran dengan tindakan. Pada akhir tahap ini ketika bayi berusia 2 tahun, pola-pola sensorik-motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut bnenar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana untuk

menunjukkan telah terjadinya suatu peristiwa sensoris-motorik.

C. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai belajar berjalan, berpikir, berbicara, dan merasakan sesuatu. Meskipun pad pemenuhan kebutuhannya bayi masih sangat tergantung pada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab sejak lahir pengalaman bayi semakin bertambah dan ia berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, menamati dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Sebagai bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, dia memiliki kedekatan dan keterikatan emosional dengan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat, misalnya bayi menangis ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalnya, dan dia menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara-cara yang lebih halus, seperti ikut bermain bersama saudaranya yang lebih tua. Perilaku demikian menunjukkan adanya dua tema utama dalam perkembangan psikososial selama masa bayi yaitu kepercayaan dan onotomi. Bayi mempelajari apa yang diharapkan oleh orang-orang yang penting dalam hidupnya. Mereka mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai dan yang tidak (Seifert dan Hoffnung, 1994).

1. Perkembangan Emosi Untuk dapat memahami secara pasti mengenai kondisi emosi bayi adalah sangat sukar sebab informasi mengenai aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara

introspeksi; sedangkan bayi sesuai dengan usianya yang masih sangat muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik. Beberapa ahli mencoba memahami emosi bayi melalui ekspresi tubuh dan wajah, namun para ahli psikologi lain menanyakan seberapa penting ekspresi tubuh dan wajah itu dapat menentukan apakah seorang bayi berada pada kondisi emosional tertentu. Ekspresi berbagai emosi mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bretherton et al., (1981) menyebutkan 3 fungsi utama ekspresi emosi bayi yaitu (1) adaptasi dan kelangsungan hidup, (2) regulasi, dan (3) komunikasi. Sehubungan dengan fungsi penyesuain diri dan kelangsungan hidup, berbagai ketakutan (seperti takut gelap atau takut akan prubahan tiba-tiba di dalam lingkungan), adalah bersifat adaptif karena ada kaitan yang jelas antara gejolak perasaan dengan kemungkinan bahaya. Berkaitan dengan fungsi pengaturan, emosi mempengaruhi informasi yang diseleksi anak-anak dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka perlihatkan. Anak-anak yang sedang gembira misalnya, cenderung lebih mengikuti apa yang sedang mereka pelajari dibandingkan dengan anak-anak yang sedang merasa sedih. Kemudian berkaitan dengan fungsi komunikasi, anak-anak menggunakan emosi untuk menginformasikan kepada orang lain tentang perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya. 2. Perkembangan Temperamen Temperamen adalah perbedaan kualitas dan respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi yang dipengaruhi oleh interaksi oleh pembawaan, kematangan, dan pengalaman. Sejak lahir bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya tetapi

bayi lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespons dengan hangat kepada orang lain, semntara yang lain ceewet, rewel, dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan gaya temperamen seorang bayi. 3. Perkembangan Attachment Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak. (Johson & Medinnus, 1974). Para ahli riset dan klinis lebih menaruh perhatian pada dua jenis ikatan yaitu keterikatan dengan orang tua dan keterikatan dengan anak-anak. Sudah diakui secara luas bahwa anak-anak terikat kepada orang tua mereka. Bayi-bayi manusia mula-mula mengalami keterikatan dengan ibunya dan tidak lama kemudian dengan orang dekat selain ibu (significant other) dalam pertengahan kedua usia mereka yang pertama. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Menurut J. Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu keterikatan. 4. Perkembangan Rasa Percaya (trust) Sesuai tahap perkembangan psikososial Erikson, tahun-tahun pertama kehidupan ditandai dengan rasa percaya(trust) dan rasa tidak percaya (mistrust). Rasa percaya yang dimaksud adalah kepercayaan penuh kepada seseorang (confidence). Keadaan percaya mengandung tiga aspek, yaitu: - Bahwa bayi belajar percaya pada kesamaan dan kesinambungan dari pengasuh di luarnya; - Bahwa bayi belajar percaya diri dan dapat percaya pada kemampuan organ-organnya sendiri untuk menanggulangi dorongan-dorongan;

- Bahwa bayi menganggap dirinya cukup dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada dirugikan (Erikson, 1989). Menurut Erikson, bukti pertama yang menunjukkan adanya kepercayaan sosial pada bayi terlihat kesenangan menikmati air susu, kepulasan tidur, dan kemudahan buang air besar. Erikson yakin bahwa bayi mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten dan hangat. Ini berarti bahwa hubungan antara bayi dengan ibunya menjadi sangat penting. Kalau ibu memberi bayi makan, membuatnya hangat, memeluk dan mengajaknya bicara, maka bayi tersebut akan memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima kehadirannya secara hangat dan bersahabat. Inilah yang menjadi landasan pertama bagi rasa percaya. Sebaliknya, kalau ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya. 5. Perkembangan Otonomi Menurut Erikson, onotomi atau kemandirian merupakan tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun di atas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motoik. Pada tahap ini bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, menolak dan menarik, memegang dan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri apakah itu menyiram jamban, membuka bungkusan paket, atau memutuskan apa yang akan dimakan. Selanjutnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan dorongan keinginan mereka sendiri. Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa atau perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri otonomi mereka.

BAB III METODELOGI PENELITIAN I.I.Waktu dan Tempat A. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 s/d 11 Mei 2009. B. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Sahabat 2 No. 49 Makassar 1.2 Populasi dan sampel A. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bayi dengan usia 1-2 tahun di Jalan Sahabat. B. Sampel Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah bayi dengan usia 1 tahun 4 bulan, bernama Ratih Purnamasari. I.3 Metode penyajian data Data diperoleh dari hasil penelitian melalui metode observasi langsung pada bayi dan wawancara dengan ibu bayi. Literatur digunakan untuk memperoleh data perbandingan yang akurat, sumber pertanyaan yang akan diajukan pada ibu bayi, dan membantu pengobservasian pada saat penelitian berlangsung. Dengan bantuan komputer data diolah dan disajikan dalam bentuk laporan tertulis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN I.1 Hasil Penelitian A. Perkembangan Fisik 1. Tinggi dan berat badan Pada saat dilahirkan, panjang bayi adalah 19 inci dengan berat 2,7 kg. Bayi diberi Asi segera saat bayi lahir, secara umum kondisi pencernaan bayi dalam keadaan baik dan fungsi alat-alat vital bayi dalam keadaan baik. Sampai umur 1 tahun 4 bulan secara umum kondisi fisik bayi dapat dinyatakan baik. 2. Perkembangan refleks Refleks Pernafasan Perkembangan Baik Signifikansinya Memberikan oksigen dan membuang karbondioksida. Menghisap Baik, masih menyusu Mengarahkan bayi pada

hingga umur 1 tahun 4 payudara. bulan (tanpa susu botol) Menelan Baik Memberikan bayi makanan lunak agar mudah ditelan. Mengedip Baik Melindungi bayi dari cahaya terang. Merangkak Dimulai pada usia 8 bulan Menunjukkan dan berakhir pada usia 1 perkembangan normal dari tahun. sistem saraf.

Melangkah

Dimulai pada usia 1 tahun

Menunjukkan perkembangan sistem saraf. normal

3. Rangkaian tingkah laku dan keadaan bayi Tingkah laku Pola tidur dan bangun Ciri Utama Neonatal : Waktu dihabiskan untuk tidur. 6-7 bulan: sepanjang malam digunakan untuk tidur. 12-16 bulan : separuh waktu digunakan untuk tidur. Pola makan dan minum Neonatal : Bayi makan 5-6 kali sehari (tidak terjadwal) 6-7 bulan : Bayi makan 3-4 kali sehari (tidak terjadwal) 12-16 bulan : Bayi makan 3 kali sehari (dapat dijadwalkan/diramalkan). Pola buang air Neonatal : Tidak dapat diprediksikan, basah dan BAB setiap saat. 6-7 bulan : Tidak dapat diprediksikan, 2-3 kali sehari. 12-16 bulan : Dapat diprediksikan, 2 kali sehari.

B. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif pada bayi meliputi :

Jenis perkembangan

Usia

Ciri-ciri

Perkembangan (terhadap bentuk)

Persepsi Dimulai kira-kira usia 3 Dapat membedakan antara atau 4 bulan. puting susu ibu, sendok, baju, dan orang-orang yang bergerak disekitarnya.

Perkembangan konsepsi

Dimulai kira-kira 6 bulan

Mampu mainan

membunyikan lonceng dan bila

mengulanginya mendapat mainan serupa Perkembangan memori Dimulai kira-kira 6 bulan Mengenali terdekatnya. Perkembangan bahasa Bertahap Pada saat

orang-orang

lahir

memperdengarkan tangisan, mengucapkan kata berulang pada umur 6 bulan (kata mammam), berangsur secara mulai

mengucapkan beberapa kata.

C. Perkembangan Psikososial Perkembangan psikososial pada bayi yang diobservasi antara lain : 1. Perkembangan emosi Bayi saat merasa tidak nyaman akan menangis, sebaliknya bila merasa senang akan tersenyum.

2. Perkembangan Temperamen Bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya. Bila merasa tidak senang dengan sesuatu bayi akan aktif melakukan gerakan-gerakan kaki dan tangan. 3. Perkembangan atacchment Menurut ibu bayi, bayi mulai tersenyum padanya kira-kira sekitar umur 3 atau 4 bulan, Bayi sering menangis bila ditinggalkan oleh ibunya. Melalui perilakunya itu, bayi menyatakan pada ibunya bahwa ia mengenal ibunya. Secara berangsur bayi mulai mengenali dan menyenangi anggota keluarga lainnya. Pada usia kira-kira 3 atau 4 bulan bayi belum dapat menerima kehadiran orang asing bila tidak didamping oleh ibunya. 4. Perkembangan rasa percaya (trust) Perkembangan rasa percaya ditandai dengan keinginan bayi untuk diberi makan atau dijaga oleh ibunya. Melalui proses itu maka bayi merasa percaya bahwa ia dapat diterima di lingkungannya. I.2 Pembahasan Perkembangan fisik bayi dapat dikatakan baik, bayi memiliki panjang 19 inci dengan berat 2,9 kg (Secara umum panjang rata-rata bayi 20 inci dengan berat 3,4 kg) dan secara umum organ-organ vital bayi berfungsi dengan baik. Bayi menunjukkan gerakan-gerakan spontan yang disebut refleks. Refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Pada bayi yang diobservasi dapat dikatakan bahwa refleks yang

diberikan baik, refleks tersebut antara lain pernafasan, menghisap, mengedip, menelan, merangkak dan berjalan. Perkembangan refleks dan fungsi motorik pada bayi kemudian memunculkan serangkaian tingkah laku yang lebih kompleks. Dengan tingkah laku yang kompleks itu memungkinkan bayi sebagai mahkluk biologis dapat bertahan hidup. Tingkah laku tersebut antara lain pola tidur dan bangun, pola makan dan minum, dan pola buang air (tingkah laku teoileting). Secara umum siklus tidur dan bangun, pola makan dan minum, dan pola teoileting pada bayi yang diobservasi dapat dikatakan baik. Perkembangan kognitif pada bayi meliputi perkembangan persepsi, perkembangan konsepsi, perkembangan memori, dan perkembangan bahasa. Perkembangan persepsi bayi terhadap bentuk pada bayi yang diobservasi dapat diketahui ketika bayi mampu mengenali bahkan membedakan benda-benda yang ada disekitarnya. Perkembangan konsepsi pada bayi dapat diketahui ketika bayi mampu memainkan mainan tertentu secara berulang dengan jedah waktu yang diberikan. Perkembangan memori pada bayi yang diobservasi dapat diketahui ketika bayi mampu mengenali orang-orang terdekat di sekitarnya seperti ibu bayi. Perkembangan bahasanya pun relatif baik, karena pada usia 4 bulan bayi sudah dapat mengucapkan kata mammam. Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan bagaimana bayi berhubungan dengan orang lain. Sebagai bayi yang tumbuh menjadi lebih dewasa, dia memilki kedekatan dan keterikatan emosional dengan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Pada bayi yang diobservasi dia akan menangis bila didekati oleh orang asing, sebaliknya dia akan tersenyum dan merasa nyaman bila berada disamping ibunya atau orang-orang terdekatnya. Perkembangan psikososial pada bayi berbedabeda, pada bayi yang diobservasi dia tidak dapat dengan cepat menerima kehadiran orang lain,

hal ini ditandai dengan tangisan pada bayi diikuti dengan gerakan tangan dan kaki ketika dipeluk oleh orang asing.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


IV. 1 Kesimpulan 1. Bayi yang diobservasi adalah bayi perempuan dengan usia 1 tahun 4 bulan. 2. Perkembangan fisik bayi dinyatakan dalam keadaan baik. Bayi terlahir dengan panjang dan berat badan yang normal, perkembangan refleks, dan rangkaian tingkah laku dalam keadaan baik. 3. Perkembangan kognitif bayi yang meliputi perkembangan persepsi, konsepsi, bahasa dinyatakan berlangsung cepat dan baik. 4. Perkembangan psikososial bayi yang meliputi perkembangan emosi, temperamen, atacchment, rasa percaya, dan otonom dinyatakan dalam keadaan baik.

IV.2 Saran Diharapkan agar dalam melalui masa-masa perkembangannya, bayi hingga klimaks masa perkembangannya dapat melewati tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Untuk laporan ini sendiri diharapkan untuk kesempurnaannya, agar kiranya dapat dibuat laporan serupa dengan objek penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Munandar, Prof. Dr. S.C. Utami. 2001. Psikologi Perkembangan. UI Press : Jakarta. Kusuma, Wirahadi. 1986. Psikologi Perkembangan Pribadi. UI Press : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai