Anda di halaman 1dari 51

MATERI MATA KULIAH

HUKUM PERBURUHAN DAN TENAGAKERJA


OLEH DODI HARYONO, S.HI., S.H., M.H

PENGERTIAN HPTK (1)


 Hukum Perburuhan (Arbeidrecht) adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dan majikan, buruh dengan buruh, dan buruh dengan penguasa (Mr. Molenaar) Hukum Perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang lain dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bergantung dengan pekerjaan itu (Mr. Mok). Hukum Perburuhan adalah keseluruhan peraturan-peraturan hukum peraturanmengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi di tempatkan di bawah perintah/pimpinan orang lain dan mengenai keadaankeadaan-keadaaan penghidupan yang langsung bersangkutpaut dengan hubungan kerja tersebut (Soetikno). Hukum Perburuhan adalah suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah (Imam Soepomo)

PENGERTIAN HPTK (2)


 Hukum Perburuhan adalah sebagian dari hukum yang berlaku (segala peraturan-peraturan) yang menjadi peraturandasar dalam mengatur hubungan kerja antara buruh (pekerja) dengan majikan atau perusahaannya, mengenai tata kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja tersebut (G. Karta Sapoetra dan RG. Widianingsih).  Hukum Ketenagakerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja, baik sebelum bekerja, selama atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja (UU No. 13/2003).

PENGERTIAN HPTK (3)


 Dari rumusan-rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan beberapa unsur rumusanhukum perburuhan sebagai berikut: 1. Adanya serangkaian peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. 2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha/majikan. 3. Adanya orang (buruh/pekerja) yang bekerja pada pihak lain (majikan). 4. Adanya upah. 5. Mengatur perlindungan pekerja/buruh. Dengan demikian hukum perburuhan tidak mencakup pengaturan tentang : 1. Kerja dengan tanggungjawab/resiko sendiri (swapekerja). 2. Kerja yang dilakukan untuk orang lain atas dasar kesukarelaan. 3. Kerja seorang pengurus atau wakil suatu organisasi/perkumpulan.

SEJARAH SINGKAT HPTK


 Sejarah hukum perburuhan dapat dibagi kedalam dua masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan (masa penjajahan) dan masa setelah kemerdekaan: a. Masa Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan). 1) Masa Penjajahan Belanda  Masa Perbudakan, Peruluran, Perhambaan  Masa Rodi (Kerja Paksa).  Masa Poenale Sanctie 2) Masa Penjajahan Jepang. b. Masa Setelah Kemerdekaan.  Sejak tahun 1948, pemerintah membuat produk hukum yang mengatur tentang perburuhan guna memperbaiki nasib buruh. Exp; UU No. 12 Tahun 1948, UU No. 23 tahun 1948, UU No. 21 Tahun 1954, dsb.  Sampai saat ini, pemerintah telah membuat sejumlah produk perundangperundangundangan di bidang ketenagakerjaan dan telah meratifikasi beberapa perundangkonvensi internasional (ILO). Beberapa produk perundang-undangan di bidang perburuhan antara lain; UU No. 13 tahun 2003, UU No. 21 Tahun 2000, UU No. 2 Tahun 2004.

SIFAT DAN HAKIKAT HPTK


 Hukum perburuhan bersifat perdata dan publik.  Sifat perdata hukum perburuhan melekat pada prinsip dasar adanya hubungan kerja yang ditandai dengan adanya perjanjian kerja antara buruh/pekerjapekerja dengan pengusaha/majikan.  Sifat publik hukum perburuhan dapat dilihat dari: Adanya sanksi pidana, sanksi administratif bagi pelanggar ketentuan di bidang perburuhan/ketenagakerjaan. Ikut campur tanggan pemerintah dalam menetapkan besarnya standar upah (Upah Minimum).  Hakikat hukum perburuhan dapat dilihat dari pola hubungan antara buruh/pekerja dengan majikan/pengusaha baik secara yuridis mapun sosiologis.

TUJUAN HPTK
 Berdasarkan Pasal 4 UU NO. 13 Tahun 2003, pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk: Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan derah. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

SUMBER HPTK
 Sumber hukum adalah Sumber hukum adalah segala apa saja yang dapat menimbulkan aturan-aturan aturanyang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, Sumber HPTK meliputi: 1. Peraturan Perundang-undangan Perundang2. Kebiasaan 3. Perjanjian 4. Traktat 5. Yurisprudensi 6. Doktrin

PARA PIHAK DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN/PERBURUHAN  Para pihak dalam hukum ketenagakerjaan yaitu:
Buruh/Pekerja Pengusaha Organisasi Buruh/Pekerja Organisasi Pengusaha Pemerintah/Penguasa

PEKERJA/BURUH
 Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 angka 2 UU No. 13/2003).  Pengertian pekerja untuk santunan jaminan kecelakaan kerja dalam UU No. 3/1992 tentang Perlindungan Jamsostek diperluas yang terdiri dari Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak. Mereka yang memborong pekerjaan, kecuali jika yang memborong adalah perusahaan. Narapidana yang dipekerjakan perusahaan.

PENGUSAHA
 Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang badanmempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal1 angka 4 UU No. 13/2003).  Pengusaha adalah : a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

SERIKAT PEKERJA/ SERIKAT BURUH


 Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.  Serikat Pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya (UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh).

ORGANISASI PENGUSAHA
 Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha.  Organisasi pengusaha berfungsi sebagai wadah untuk mempersatukan pengusaha dalam upaya turut serta memelihara ketenangan kerja dan berusaha, atau lebih pada hal-hal teknis yang halmenyangkut pekerjaan/kpentingannya.  Beberapa organisasi pengusaha antara lain; Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), dan Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia (HIPMI).

PEMERINTAH
 Campur tangan pemerintah (penguasa) dalam hukum perburuhan/ ketenagakerjaan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan perburuhan/ketenagakerjaan yang adil.  Adanya intervensi pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan menunjukkan bahwa hukum ketenagakerjaan bernuansa hukum privat dan hukum publik.  Salah satu peran pemerintah yang penting adalah melakukan pengawasan sebagaimana ditegaskan dalam UU No. 23 Tahun 1948 dan UU No.3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.

ASPEKASPEK-ASPEK HUKUM PERBURUHAN/KETENAGAPERBURUHAN/KETENAGAKERJAAN SEBELUM HUBUNGAN KERJA

Penempatan Tenaga Kerja


 Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri.  Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi. diskriminasi.  Sasaran penempatan tenaga kerja adalah untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.

 Pelaksana penempatan tenaga kerja terdiri dari : Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenaga-kerjaan; dan ketenaga Lembaga swasta berbadan hukum yang memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.  Sistem penempatan tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur : a. pencari kerja; b. lowongan pekerjaan; c. informasi pasar kerja; d. mekanisme antar kerja; dan e. kelembagaan penempatan tenaga kerja.

 Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah.  Penempatan tenaga kerja terdiri dari : Penempatan tenaga kerja di dalam negeri, (AKAL, AKAD, PTKA) Penempatan tenaga kerja di luar negeri (AKAN). (AKAN).

 Penempatan tenaga kerja dalam negeri meliputi : Antar Kerja Lokal (AKAL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), dan Penempatan Tenaga Kerja Asing.  Penempatan tenaga kerja luar negeri melalui Antar Kerja Antar Negara (AKAN), minimal manfaat yang diperoleh :
Mempererat hubungan antar negara. Mendorong terjadinya peningkatan pengalaman kerja dan alih teknolog. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya Meningkatkan pendapatan di dalam neraca pembayaran negara (devisa)

PELATIHAN KERJA
 Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. kesejahteraan.  Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelatihan kerja; Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja. Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang. berjenjang. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.

Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk badan hukum Indonesia atau perorangan. Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :  Tersedianya tenaga kepelatihan; kepelatihan;  Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan; pelatihan;  Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan  Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan kerja. Lembaga pelatihan kerja swasta yang telah memperoleh izin dan lembaga pelatihan kerja pemerintah yang telah terdaftar dapat memperoleh akreditasi dari lembaga akreditasi.

 Pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistem pemagangan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang di buat secara tertulis. tertulis.  Perjanjian pemagangan tersebut, sekurangsekurangkurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan, dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan.  Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.

PERLINDUNGAN UPAH PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA ANAK

ASPEKASPEK-ASPEK HUKUM PERBURUHAN/ KETENAGAKETENAGAKERJAAN DALAM HUBUNGAN KERJA

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN WAKTU & ISTIRAHAT KERJA

KESELAMATAN KERJA

KESEHATAN KERJA

Hubungan Kerja
 Pasal 1 angka 5 UU No. 13 Tahun 2003 : Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.

UPAH
(Pasal 1 angka 30 UU No. 13 Tahun 2003)

Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan

AsasAsas-Asas Pengupahan
Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/buruh lakilaki-laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan (no work no pay). pay). Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah minimum. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi upah pokok minimal 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dikenakan denda. Pengusahan yang karena kesengajan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda dengan porsentase tertentu dari upah pekerja/buruh. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau likuidasi berdasarkan peraturan perundangperundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari hakpekerja/buruh merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dalam segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak.

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN UPAH

 Upah minimum;  Upah kerja lembur;  Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;  Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;  Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;  Bentuk dan cara pembayaran upah;  Denda dan potongan upah;  Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Halupah;  Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;  Upah untuk pembayaran pesangon; dan  Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

UPAH MINIMUM
  Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdii dari upah pokok termasuk tunjangan tetap (Pasal 1 ayat(1) Permenaker No. Per-01/Men/1999. PerDitinjau dari Jangkauan wilayah berlakunya UM : 1. Upah Minimum Provinsi (UMP) berlaku diseluruh Kabupaten/Kota dalam satu wilayah provinsi. 2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berlaku dalam satu wilayah Kabupaten/Kota Disamping itu, dikenal pula Upah Minimum berdasarkan Kelompok Lapangan Usaha (KLUI) yang terbagi menjadi : 1. Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) berlaku diseluruh Kabupaten/Kota dalam satu wilayah provinsi. 2. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMK) berlaku dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.

Proses Penetapan Upah Minimum


 Proses penetapan UMP sebagai berikut :
a. UMP/UMK berdasarkan usulan Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah, melalui Kanwil Depnaker setempat. b. UMSP/UMSK atas kesepakatan Organisasi Pengusaha dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Waktu Kerja
 Pasal 77 UU 13/2003 , Waktu Kerja: 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu Lembur adalah selebihnya dari jam kerja yang diatur dalam point di atas

Jam Kerja
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat: 1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan 2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu

Perhitungan upah lembur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-72/MEN/1984 tentang KepDasar Perhitungan upah lembur  Hari Kerja Biasa: - Jam I 1,5 X upah per jam - Setiap jam berikutnya (Jam II)

2 X upah per jam

Hari istirahat mingguan / hari raya: - Setiap jam dalam batas 7 jam atau 5 jam apabila hari raya jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 hari kerja semingu 2 X upah per jam - Jam I 3 X upah per jam - Setiap jam berikutnya (Jam II) 4 X upah per jam

Upah Per Jam


Kep(Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-72/MEN/1984 )

Status Pekerja Bulanan Harian Borongan / dasar satuan

Rumus 1 / 173 X upah / bulan 3 / 20 x upah / hari 1 / 7 X rata-rata kerja ratasehari

 Perhitungan Lembur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur dijelaskan sebagai berikut;  Hari kerja biasa; - Jam I 1,5 X upah per jam - Setiap jam berikutnya (Jam II)

2 X upah per jam

 Hari istirahat mingguan dan/ atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka : 7 jam pertama 2 X upah per jam Jam ke 8 3 X upah per jam Jam ke 9 dan ke 10 4 X upah per jam .  Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, maka : 5 jam pertama 2 X upah per jam Jam ke 6 3 X upah per jam Jam ke 7dan ke 8 4 X upah per jam .

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/ atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka : 8 jam pertama 2 X upah per jam Jam ke 9 3 X upah per jam Jam ke 10 dan ke 11 4 X upah per jam

Rumus Inti Perhitungan Lembur


 Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan.  Upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan.  Dasar perhitungan upah lembur adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap.  Apabila komponen upah keseluruhan terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap dimana upah pokok dan tunjangan tetap kurang dari 75 %, maka dasar perhitungan upah lembur adalah 75 % dari jumlah secara keseluruhan.

Status Pekerja Bulanan Harian (6 hari/minggu) Harian (5 hari/minggu) Satuan Hasil

Rumus 1 / 173 X upah / bulan upah / hari X 25 upah / hari X 21 ratarata-rata upah 12 bulan terakhir

Istirahat Kerja & Cuti


Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh

Istirahat Antara Jam Kerja

sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

Istirahat Mingguan

MacamMacam-Macam Cuti
Cuti Tahunan
Sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus Bagi buruh yang telah bekerja selama 6 tahun terus-menerus pada seorang terusmajikan atau beerapa majikan yang tergabung dalam satu organisasi berhak istirahat selama 3 bulan lamanya Tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid Buruh perempuan diberi istirahat 1 sebelum dan 1 setelah melahirkan, atau 1 bulan setelah gugur kandungan Diberikan waktu cuti secukupnya tanpa mengurangi hak cuti lainnya

Cuti Besar / Istirahat Panjang

Cuti Haid Cuti Hamil / Bersalin / Keguguran Cuti Menunaikan Ibadah Agama

Cuti Karena Alasan Penting


Pekerja/buruh menikah Menikahkan anaknya Mengkhitankan anaknya Membaptiskan anaknya Isteri melahirkan atau keguguran kandungan Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia 3 (tiga) hari 2 (dua) hari 2 (dua) hari 2 (dua) hari 2 (dua) hari 2 (dua) hari

1 (satu) hari

Perlindungan Terhadap Pekerja Perempuan..


Pekerja perempuan dilarang dipekerjakan pada malam hari dan pada tempat yang tidak sesuai kodrat dan martabat Pekerja perempuan tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid Pekerja perempuan yang masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya menyusui bayinya pada jam kerja

Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib memberikan makanan dan minuman bergizi, serta menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

Perlindungan Terhadap Pekerja Anak


 Laki-laki / perempuan yang berumur kurang dari 15 Lakitahun.  Pengusaha dilarang mempekerjakan anak  Pengusaha yang mempekerjakan anak karena alasan tertentu wajib memberikan perlindungan:
a. Tidak mempekerjakan lebih dari 4 jam sehari b. Tidak mempekerjakan dari jam 18.00 06.00 c. Tidak mempekerjakan dalam tambang bawah tanah, lubang bawah tanah, di terowongan d. Tidak mempekerjakan pada tempat yang membahayakan kesusilaan, keselamatan, dan kesehatan kerja

e. Tidak mempekerjakan anak pada pekerjaan kontruksi jalan, jembatan, bangunan air, dan bangunan gedung f. Tidak mempekerjakan di pabrik di dalam ruangan yang tertutup yang menggunakan alat mesin g. Tidak mempekerjakan anak pada pembuatan, pembongkaran dan pemindahan barang di pelabuhan, dermaga, galangan kapal, stasiun, tempat pemberhentian dan pembongkaran muatan serta tempat penyimpanan barang

PHK
 Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.  Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai