TUJUAN HPTK
Berdasarkan Pasal 4 UU NO. 13 Tahun 2003, pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk: Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan derah. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
SUMBER HPTK
Sumber hukum adalah Sumber hukum adalah segala apa saja yang dapat menimbulkan aturan-aturan aturanyang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, Sumber HPTK meliputi: 1. Peraturan Perundang-undangan Perundang2. Kebiasaan 3. Perjanjian 4. Traktat 5. Yurisprudensi 6. Doktrin
PARA PIHAK DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN/PERBURUHAN Para pihak dalam hukum ketenagakerjaan yaitu:
Buruh/Pekerja Pengusaha Organisasi Buruh/Pekerja Organisasi Pengusaha Pemerintah/Penguasa
PEKERJA/BURUH
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 angka 2 UU No. 13/2003). Pengertian pekerja untuk santunan jaminan kecelakaan kerja dalam UU No. 3/1992 tentang Perlindungan Jamsostek diperluas yang terdiri dari Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak. Mereka yang memborong pekerjaan, kecuali jika yang memborong adalah perusahaan. Narapidana yang dipekerjakan perusahaan.
PENGUSAHA
Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang badanmempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal1 angka 4 UU No. 13/2003). Pengusaha adalah : a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
ORGANISASI PENGUSAHA
Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. Organisasi pengusaha berfungsi sebagai wadah untuk mempersatukan pengusaha dalam upaya turut serta memelihara ketenangan kerja dan berusaha, atau lebih pada hal-hal teknis yang halmenyangkut pekerjaan/kpentingannya. Beberapa organisasi pengusaha antara lain; Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), dan Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia (HIPMI).
PEMERINTAH
Campur tangan pemerintah (penguasa) dalam hukum perburuhan/ ketenagakerjaan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan perburuhan/ketenagakerjaan yang adil. Adanya intervensi pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan menunjukkan bahwa hukum ketenagakerjaan bernuansa hukum privat dan hukum publik. Salah satu peran pemerintah yang penting adalah melakukan pengawasan sebagaimana ditegaskan dalam UU No. 23 Tahun 1948 dan UU No.3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.
Pelaksana penempatan tenaga kerja terdiri dari : Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenaga-kerjaan; dan ketenaga Lembaga swasta berbadan hukum yang memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sistem penempatan tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur : a. pencari kerja; b. lowongan pekerjaan; c. informasi pasar kerja; d. mekanisme antar kerja; dan e. kelembagaan penempatan tenaga kerja.
Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah. Penempatan tenaga kerja terdiri dari : Penempatan tenaga kerja di dalam negeri, (AKAL, AKAD, PTKA) Penempatan tenaga kerja di luar negeri (AKAN). (AKAN).
Penempatan tenaga kerja dalam negeri meliputi : Antar Kerja Lokal (AKAL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), dan Penempatan Tenaga Kerja Asing. Penempatan tenaga kerja luar negeri melalui Antar Kerja Antar Negara (AKAN), minimal manfaat yang diperoleh :
Mempererat hubungan antar negara. Mendorong terjadinya peningkatan pengalaman kerja dan alih teknolog. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya Meningkatkan pendapatan di dalam neraca pembayaran negara (devisa)
PELATIHAN KERJA
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. kesejahteraan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelatihan kerja; Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja. Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang. berjenjang. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.
Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk badan hukum Indonesia atau perorangan. Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan : Tersedianya tenaga kepelatihan; kepelatihan; Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan; pelatihan; Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan kerja. Lembaga pelatihan kerja swasta yang telah memperoleh izin dan lembaga pelatihan kerja pemerintah yang telah terdaftar dapat memperoleh akreditasi dari lembaga akreditasi.
Pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistem pemagangan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang di buat secara tertulis. tertulis. Perjanjian pemagangan tersebut, sekurangsekurangkurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan, dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.
KESELAMATAN KERJA
KESEHATAN KERJA
Hubungan Kerja
Pasal 1 angka 5 UU No. 13 Tahun 2003 : Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
UPAH
(Pasal 1 angka 30 UU No. 13 Tahun 2003)
Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan
AsasAsas-Asas Pengupahan
Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/buruh lakilaki-laki dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan (no work no pay). pay). Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah minimum. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dengan formulasi upah pokok minimal 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dikenakan denda. Pengusahan yang karena kesengajan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda dengan porsentase tertentu dari upah pekerja/buruh. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau likuidasi berdasarkan peraturan perundangperundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari hakpekerja/buruh merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dalam segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak timbulnya hak.
Upah minimum; Upah kerja lembur; Upah tidak masuk kerja karena berhalangan; Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; Bentuk dan cara pembayaran upah; Denda dan potongan upah; Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Halupah; Struktur dan skala pengupahan yang proporsional; Upah untuk pembayaran pesangon; dan Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
UPAH MINIMUM
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdii dari upah pokok termasuk tunjangan tetap (Pasal 1 ayat(1) Permenaker No. Per-01/Men/1999. PerDitinjau dari Jangkauan wilayah berlakunya UM : 1. Upah Minimum Provinsi (UMP) berlaku diseluruh Kabupaten/Kota dalam satu wilayah provinsi. 2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berlaku dalam satu wilayah Kabupaten/Kota Disamping itu, dikenal pula Upah Minimum berdasarkan Kelompok Lapangan Usaha (KLUI) yang terbagi menjadi : 1. Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) berlaku diseluruh Kabupaten/Kota dalam satu wilayah provinsi. 2. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMK) berlaku dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.
Waktu Kerja
Pasal 77 UU 13/2003 , Waktu Kerja: 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu Lembur adalah selebihnya dari jam kerja yang diatur dalam point di atas
Jam Kerja
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat: 1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan 2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu
Perhitungan upah lembur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-72/MEN/1984 tentang KepDasar Perhitungan upah lembur Hari Kerja Biasa: - Jam I 1,5 X upah per jam - Setiap jam berikutnya (Jam II)
Hari istirahat mingguan / hari raya: - Setiap jam dalam batas 7 jam atau 5 jam apabila hari raya jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 hari kerja semingu 2 X upah per jam - Jam I 3 X upah per jam - Setiap jam berikutnya (Jam II) 4 X upah per jam
Perhitungan Lembur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur dijelaskan sebagai berikut; Hari kerja biasa; - Jam I 1,5 X upah per jam - Setiap jam berikutnya (Jam II)
Hari istirahat mingguan dan/ atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka : 7 jam pertama 2 X upah per jam Jam ke 8 3 X upah per jam Jam ke 9 dan ke 10 4 X upah per jam . Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, maka : 5 jam pertama 2 X upah per jam Jam ke 6 3 X upah per jam Jam ke 7dan ke 8 4 X upah per jam .
Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/ atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka : 8 jam pertama 2 X upah per jam Jam ke 9 3 X upah per jam Jam ke 10 dan ke 11 4 X upah per jam
Rumus 1 / 173 X upah / bulan upah / hari X 25 upah / hari X 21 ratarata-rata upah 12 bulan terakhir
sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
Istirahat Mingguan
MacamMacam-Macam Cuti
Cuti Tahunan
Sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus Bagi buruh yang telah bekerja selama 6 tahun terus-menerus pada seorang terusmajikan atau beerapa majikan yang tergabung dalam satu organisasi berhak istirahat selama 3 bulan lamanya Tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid Buruh perempuan diberi istirahat 1 sebelum dan 1 setelah melahirkan, atau 1 bulan setelah gugur kandungan Diberikan waktu cuti secukupnya tanpa mengurangi hak cuti lainnya
Cuti Haid Cuti Hamil / Bersalin / Keguguran Cuti Menunaikan Ibadah Agama
1 (satu) hari
Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib memberikan makanan dan minuman bergizi, serta menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
e. Tidak mempekerjakan anak pada pekerjaan kontruksi jalan, jembatan, bangunan air, dan bangunan gedung f. Tidak mempekerjakan di pabrik di dalam ruangan yang tertutup yang menggunakan alat mesin g. Tidak mempekerjakan anak pada pembuatan, pembongkaran dan pemindahan barang di pelabuhan, dermaga, galangan kapal, stasiun, tempat pemberhentian dan pembongkaran muatan serta tempat penyimpanan barang
PHK
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
TERIMA KASIH