Anda di halaman 1dari 8

Universitas Andalas FISIP-Prog.

Studi S1, Ilmu Politik April 2011

Strategi Politik Albert Hendra Lukman Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Kota Padang
RAMA WAHYUDI Ringkasan dari tugas akhir mahasiswa Prodi S1 Ilmu Politik dibawah bimbingan Dr. Zainal Arifin, M.Hum dan Andri Rusta, S.IP, M.PP. ABSTRAK Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, yang menandai berakhirnya produk hukum yang diskriminatif. Dengan disahkannya UU ini, maka secara tidak langsung diskriminasi politik terhadap etnis Tionghoa juga dihapuskan. Albert Hendra Lukman salah satu etnis Tionghoa kota Padang telah dua periode berturut-turut menjadi anggota legislatif kota Padang. Partisipasi yang dilakukan oleh Albert telah membuktikan bahwa etnis Tionghoa tidak lagi terpinggirkan dalam ranah politik di Indonesia. Penelitian ditujukan untuk menggambarkan bagaimana strategi politik tim Albert Hendra Lukman pada pemilihan umum legislatif kota Padang tahun 2009 di kota Padang. Penelitian menggunakan strategi manipulatif dan teori tindakan dari Joan Vincent dan Talcott Parsson. Di dalam strategi manipulasi, Albert telah memiliki modal untuk bisa meraih suara dari organisasi yang diikutinya jauh sebelum dirinya ikut dalam pemilihan umum legislatif, di samping peran organisasi yang ikut membantu Albert dalam meraih dukungan suara. Di dalam teori tindakan, modal awal yang dimiliki Albert yang tergabung ke dalam organisasi membuat organisasi ikut mempengaruhi anggota yang ada untuk mendukung Albert agar terpilih pada pemilihan umum legislatif kota Padang tahun 2009. Kata Kunci: Strategi Politik, Strategi Manipulasi, Teori Tindakan ABSTRACT Based on Law no. 12 of 2006 about citizenship, which end the discriminative era. Political discrimination to Tionghoa etnic are also eliminated. Albert Hendra Lukman as one of Tionghoa etnic member in kota Padang have been elected two times in now kota Padang legisaltive. Albert Hendra Lukman participation is approve that Tionghoa etnic are not longer in discrimination at political system in Indonesia. This research goal is to describe how political strategy of Albert Hendra Lukman campaign team on 2009 election. Based on the research result, political srategy that used by Albert Hendra Lukman are using two strategy, which are manipulative strategy and action theory. Manipulative strategies Albert Hendra Lukman al ready have capital to reach the vote from his organization, beside the role of its organization to reach voter. In action theory, initial capital owned by Albert incorporated into the organization makes the organization also influences existing members to support Albert to get elected in legislative elections Padang in 2009. Keywords: Political Strategy, Manipulative Strategies, Action Theory

Latar Belakang Setiap warga negara di Indonesia memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam kancah politik dan dijamin oleh peraturan perundangundangan. Tetapi, ada kalanya dalam suatu periode tertentu, suatu kelompok tertentu di dalam masyarakat takut untuk berpolitik, sebagaimana pernah dialami WNI etnis Tionghoa.1 Setelah Orde Baru runtuh, Pemilu 1999 memunculkan fenomena menarik untuk dicermati, khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku politik WNI etnis Tionghoa. Kebijakan pemerintah yang diskriminatif mulai terhapuskan di era Reformasi. Albert Hendra Lukman adalah salah satu keturunan etnis Tionghoa yang telah dua periode berturut-turut terpilih menjadi anggota DPRD kota Padang untuk daerah pemilihan (Dapil) IV (kecamatan Padang Selatan, Padang Timur, dan Bunguih Taluak Kabuang). 2 Terpilihnya Albert Hendra Lukman sebagai salah satu anggota DPRD kota Padang selama dua periode, telah membawa haluan baru bagi perkembangan etnis Tionghoa di kota Padang dalam membangkitkan kesadaran dan partisipasi politik etnis Tionghoa. Sebagai seorang warga keturunan Albert jeli dalam menerapkan strategi politik pada Pileg 2009 di kota Padang. Tinjauan Teoritis Manipulative Strategies (Strategi Manipulasi) Manipulative Strategies (strategi manipulasi) adalah suatu proses analisis yang dimulai oleh suatu individu atau kelompok yang mempunyai motif atau tujuan tertentu terhadap kelompok atau lingkungannya dimana, di dalamnya individu dan kelompok tersebut bisa

menentukan pilihan atau tindakan tertentu agar motif atau tujuannya dapat tercapai.3 Di dalam strategi manipulasi diawali dengan menempatkan individu atau kelompok sebagai aktor politik dalam kerangka organisasi sosial baik formal dan non-formal dan kemudian dimulai analisis dari tindakan politik dan interaksi yang akan dilakukan oleh individu atau aktor politik/kelompok di dalam kelompok atau organisasi tersebut. Pada posisi ini, analisis yang dilakukan oleh individu atau kelompok lebih difokuskan pada proses individu sebagai aktor politik maupun individu biasa dalam berperan di lapangan atau kelompoknya, baik dalam bentuk kerja sama, interaksi sosial, dan juga kehidupan bermasyarakat lainnya. 4 Ada beberapa sifat dan kategori yang akan menjadi acuan, apakah seseorang individu atau kelompok di dalam masyarakat mempunyai motif politik di dalamnya atau tidak. Pertama adalah proses politik yang cenderung bersifat kepentingan publik daripada kepentingan pribadi atau kelompok, yaitu sebuah kegiatan yang mempengaruhi lingkungan keseluruhan masyarakat umum, kelompok masyarakat yang tidak diragukan lagi itu sebagai suatu aktivitas masyarakat banyak di kelompok tersebut. Seperti contoh adalah kegiatan sebuah upacara keagamaan yang dapat mempengaruhi seluruh komunitas atau kelompok masyarakat, tetapi kita tidak bisa menyebutnya itu sebagai sebuah kegiatan politik (walaupun dalam keadaan tertentu mungkin kegiatan ini mempunyai unsur politik di dalamnya).5 Sifat yang kedua adalah penggabungan dari sifat yang pertama dengan yang kedua, yaitu dengan bersikap bahwa kita tidak mempunyai motif apapun selain hanya membantu dengan tulus, dan mengatakan bahwa kepentingan publik
Joan Vincent, Political Anthropology: Manipulative Strategies, hal. 176 : 1978 4 Ibid, hal 177 5 Marc J, Swartz, Victor W. Turner, and Arthur Tuden, Political Anthropology. Hal 103:1966
3

1 Iskandar Yusuf.Partisipasi Politik WNI etnis Tionghoa. Suara Pembaruan 20 Februari 2009 2 Albet Hendra Lukman, adalah caleg etnis Tionghoa Partai PDI Perjuangan pada dapil IV (Padang Selatan, Padang Timur, Bunguih Taluak Kabuang)

selalu di atas kepentingan golongan maupun pribadi, meskipun sesungguhnya kepentingan golongan atau pribadi akan selalu jadi prioritas utama bagi individu tersebut. Tujuannya adalah untuk dapat meraih simpati kelompok masyarakat dan mampu bersaing dengan kelompok yang lebih besar. Seperti contoh, pembangunan proyek irigasi terhadap masyarakat persawahan, atau pembukaan lahan bagi pengangguran. 6 Dari gambaran dua sifat di atas akan muncul dua pokok tema yang akan mendominasi tindakan individu atau kelompok di dalam masyarakat, yaitu : 1. Pertemuan tatap muka individu tertentu dan, 2. Pertemuan yang diatur dengan masyarakat pendukung, masyarakat yang dekat, atau masyarakat yang sekerabat, dan juga masyarakat yang satu ideologi dengan individu atau kelompok. Dalam hal ini bisa merupakan manuver politik yang dilakukan oleh aktor politik atau kelompok/partai.7 Hasil dari pertemuan individu dengan kelompok masyarakat ini nantinya akan membentuk sebuah organisasi yang lebih kuat lagi, di mana kelompok masyarakat ini akan membentuk, kuasi, klik, geng, kelompok kepentingan dan partai yang akan mendukung individu atau kelompok dalam memilih, memaksimalkan, mengambil keputusan serta menerapkan strategi yang akan dilaksanakan di arena politik untuk mencapai tujuan dari individu dan kelompok tersebut. Dari kategori sifat dan tujuan politik individu di atas, maka akan menjadi acuan bagi individu maupun kelompoknya dalam menentukan pilihan dan tindakan yang akan hendak dicapai di dalam kelompok masyarakat agar motif politik dari invidu atau kelompok tersebut dapat tercapai. Setelah mengetahui dan merumuskan tindakan apa yang akan
6 7

dilakukan oleh individu atau kelompok berdasarkan pengamatan di dalam kelompok masyarakatnya, maka dimulailah proses tindakan atau pelaksanaan di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat strategi politik yang dilakukan oleh Albert Hendra Lukman berdasarkan konsep strategi manipulasi. Dari data-data yang diketahui tentang keterlibatan Albert Hendra Lukman dalam berbagai organisasi di dalam kelompok masyarakatnya, dapat diketahui aktivitas yang dilakukan di dalam organisasi di mana nantinya kegiatan dan tindakan yang dilakukan Albert bisa menjadi modal dasar Albert ketika ikut dalam pemilihan legislatif kota Padang tahun 2009. Dari strategi manipulasi yang dilakukan oleh Albert Hendra Lukman, dapat diketahui apa saja hasil analisis serta tindakan yang dilakukan Albert Hendra Lukman dalam organisasi kelompok yang diikutinya. Action Theory (Teori Tindakan) Action Theory (teori tindakan), yaitu proses individu atau kelompok melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.8 Tidak ada individu atau kelompok yang bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu. Tujuan merupakan keseluruhan keadaan kongkrit di masa depan yang diharapkan, sejauh relevan dengan kerangka acuan tindakan. Bisa dikatakan bahwa aktor atau kelompok terlibat dalam pengejaran, realisasi, atau pencapaian tujuan itu. Oleh karena itu, demi memfasilitasi ini, ia memerlukan seperangkat alat. Alat bisa dipilih secara acak, juga bisa bergantung pada kondisi tindakan. Alat tersebut bisa

Ibid, Hal.105 Ibid,

Talcott Parsons, The Structure of Social Action, hal 119-120:1973

muncul satu per satu, bisa muncul secara bersamaan. Secara analitis, yang dimaksud sarana mengacu kepada semua unsur dan aspek-aspek benda itu yang bisa sejauh mungkin dikendalikan oleh aktor atau kelompok dalam mengejar tindakannya. Hanya saja yang perlu diingat bahwa aktor atau kelompok bukanlah pelaku aktif murni. Sebab, ada norma, nilai, dan ide-ide serta kondisi-kondisi situasional yang mampu mempengaruhi baik aktor, seperangkat alat, maupun tujuan. Sesuai penjelasan Parsons, kerangka referensi tindakan mengandung pengertian bahwa suatu tindakan secara logis menyangkut hal-hal sebagai berikut : Tindakan mengisyaratkan pelaku atau yang biasa kita sebut dengan aktor. Aktor merupakan pemburu tujuan. Ia pun punya alat, cara, dan teknik. Guna keperluan, definisi tindakan harus ada tujuannya (suatu keadaan masa depan yang akan dikejar tindakan itu). Tindakan harus dimulai dalam situasi yang kecenderungan-kecenderungannya berbeda dalam satu atau lebih keadaan yang akan dikejar aktor. Sedangkan situasi itu ada yang bisa dikendalikan dan ada pula yang tidak bisa dikendalikan atau dijaga supaya tidak berubah. Situasi yang bisa dikendalikan disebut kondisikondisi tindakan, sedangkan situasi yang tidak bisa dikendalikan disebut sebagai sarana. Dalam pilihan atas beragam alternatif, terdapat orientasi normatif. Bisa disimpulkan bahwa fokus teori di atas mengenai orientasi aktor. Dua orientasi aktor tersebut dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yakni : A. Orientasi Nilai (value orientation), tiga hal yang menjadi dasarnya adalah: 1. Kognitif, yakni menyediakan standarstandar validitas untuk menilai fakta. 2. Apresiasif, yakni menyediakan standar

perasaan/cita rasa dan hasrat. 3. Moral, yakni menyediakan standar kesesuaian dari tingkatan tindakan. B. Orientasi Motivasional (motivational orientation) 1. Kognitif, merujuk kepada definisi seorang aktor tentang situasi dalam terminologi kepentingannya (pengetahuan). Dalam konteks ini, didorong oleh pengetahuan, apa yang diketahui tentang objek dalam situasi dan bagaimana mereka dibedabedakan dari satu kategori ke kategori lainnya. 2. Katetik, pengujian seorang aktor untuk kepuasannya atau dilakukan dengan perasaan. Parsons seringkali menyebutnya sebagai afeksi atau tanggapan-tanggapan atas objek. 3. Evaluatif, merujuk kepada pilihan sang aktor dan tatanan dari alternatifnya. Dilakukan dengan cara di mana objek dinilai dan diurutkan satu melawan yang lain.9 Dilihat dari orientasi nilai dan motivasional, di dalam penelitian ini, Albert Hendra Lukman sebagai aktor atau individu politik di dalam lingkungannya harus menyesuaikan diri dengan peran sosial yang dipegangnya, serta bertindak sesuai norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam kelompok masyarakatnya. Dalam pelaksanaan peran sosial inilah pada akhirnya Albert Hendra Lukman sekaligus menerapkan motif dan tujuan politik yang tersamar dalam kegiatan-kegiatan yang
9

Irving. M. Zeitlin, Memahami Kembali Sosiologi, Hal. 30

dilakukan sesuai peran sosial yang diembannya. Dalam proses inilah nantinya, Albert Hendra Lukman membangun citra dan kepribadian yang menimbulkan kesan baik dan positif di dalam lingkungan kelompok masyararakatnya. Dari bentuk kelompok orientasi tin dakan di atas, menjadi latar belakang untu k mengkonstruksikan tiga sistem analitis, yaitu : a. Sistem Sosial, yaitu jaringan hubungan antar aktor atau kerangka hubungan interaktif. Ia menyediakan kerangka konseptual untuk berinteraksi antar manusia dalam berbagai situasi. Maka, sistem sosial dibentuk norma, kepercayaan, nilai-nilai yang diorganisasikan dengan harapan peran (role expectations). Aktor sangat ditentukan oleh peran satu dengan yang lain dengan menyediakan pola-pola yang sesuai. Jadi, sistem sosial dapat diukur sebagai kelompok yang terpola dari peranan sosial yang dapat berjalan secara baik. b. Sistem Kepribadian (personality system), yaitu seseorang yang bertujuan memperoleh daya tarik, ini berkaitan dengan saraf-saraf individu bawaan biologis. c. Sistem Kebudayaan (cultural system), yang bisa dikatakan sebagai aspek tindakan yang mengorganisasikan karakteristik simbol dan urgensi-urgensi yang membentuk sistem yang stabil. Ia distrukturkan dalam pengertian pola makna, yang ketika stabil berhubungan tidak langsung dengan proses generalisasi simbolisme yang membentuk suatu bagian. Sekalipun banyak percabangan dari sistem kebudayaan dalam beberapa wilayah seperti bahasa dan komunikasi, tetapi bentuk dasar

sistem ini adalah keyakinan dan gagasan-gagasan. Di dalam penelitian ini, setelah mengetahui motif dan tujuan dari Albert Hendra Lukman dari strategi manipulasinya, maka akan menjadi acuan bagi Albert Hendra Lukman dan kelompoknya dalam menerapkan hasil analisis dari strategi manipulasi yang telah dilakukan. Dengan motif dan tujuan yang tersamar atau tidak diketahui oleh kelompok masyarakat di dalamnya, maka teori tindakan menjadi sebuah alat dalam proses sosial yang dilakukan oleh Albert Hendra Lukman dan kelompoknya terhadap kelompok masyarakatnya. Temuan Data Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, memang peran organisasi sosial dan keagamaan lebih berperan besar bagi Albert dalam upaya memperoleh dukungan suara pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di kota Padang kemarin, daripada organisasi olahraga yang diikutinya. Organisasi ini menjadi salah satu alat bagi Albert untuk meraih dukungan massa, karena mayoritas masyarakat yang tergabung ke dalam organisasi ini beretnis Tionghoa dan beragama Katolik, layaknya mayoritas agama setiap masyarakat Tionghoa. Hal ini, memudahkan Albert dalam meraih dukungan suara dari organisasi yang diikutinya tersebut. Dari data yang ditemukan, strategi politik yang dibangun Albert memang memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap tujuan yang dicapainya, sehingga Albert mampu terpilih kembali menjadi anggota legislatif kota Padang periode 2009-2014. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan organisasi serta membangun komunikasi yang baik terhadap masyarakat, telah membentuk karakter dan pribadi yang baik di mata masyarakat, etnis Tionghoa khususnya. Albert Hendra Lukman, telah memahami betul betapa pentingnya jaringan sosial dan hubungan kekerabatan

di dalam membangun suatu kepercayaan terhadap dirinya untuk mewakili aspirasi masyarakat kelompoknya di legislatif. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan strategi-strategi yang diterapkan Albert dan kelompoknya dalam meraih dukungan suara dari masyarakatnya. Di dalam wilayah pemilihannya, Albert telah membentuk sebuah, jaringan organisasi dan jaringan sosial di mana nantinya jaringan ini yang akan menjadi sebuah strategi bagi Albert dalam mendapatkan dukungan suara dari kelompoknya. Adapun yang menjadi kekuatan inti strategi politik Albert Hendra Lukman adalah organisasi sosial yang diikutinya seperti Himpunan Tjinta Teman dan PSKP Santo Yusuf. Kedua organisasi ini bergerak di bidang pemakaman dan keagamaan. Kesimpulan Organisasi yang diikuti Albert secara tidak langsung menjadi tim sukses yang diorganisir oleh masing-masing ketua dari organisasi yang diikuti Albert, ditambah dengan hadirnya kelompok simpatisan yang mendukung Albert. Masing-masing organisasi melakukan cara yang berbeda dalam mempengaruhi anggotanya untuk meraih dukungan suara untuk Albert Hendra Lukman. Dari data yang diperoleh, tindakan yang dilakukan oleh organisasi maupun simpatisan cukup efektif dalam meraih dukungan massa, hal ini bisa dilihat dari jumlah suara yang diperoleh Albert di kecamatan Padang Selatan, dimana daerah ini adalah basis etnis Tionghoa dan organisasi yang diikuti Albert berada. Menurut peneliti, strategi politik yang tepat sangat dibutuhkan oleh sebuah tim sukses ataupun kandidat dalam pemilihan agar dapat meraih massa dan pendukung serta dapat memenangkan kompetisi tersebut. Begitu juga dengan strategi politik yang diterapkan oleh tim sukses dalam membantu Albert Hendra Lukman. Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan strategi manipulasi dan teori

tindakan, sebuah tim sukses dapat mengantarkan Albert kembali terpilih pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 di kota Padang. Hal tersebut dapat terlihat dari strategi politik yang telah dilakukan oleh Albert Hendra Lukman dan tim sukses dalam meraih suara dan terpilih menjadi anggota legislatif kota Padang periode 2009-2014. Selain itu, sebuah tim sukses juga memanfaatkan peran dari masing-masing organisasi yang diikuti oleh Albert Hendra Lukman. Dengan adanya dukungan dari organisasi yang diikuti Albert, tim sukses dapat mempertahankan massa ataupun pemilih agar tidak berpindah ke calon lain. Oleh karena itu, peneliti dapat mengasumsikan bahwa dalam sebuah pemilihan, siapapun yang akan tampil sebagai calon dalam pemilihan tersebut, tentunya memerlukan strategi agar dapat terpilih dalam pemilihan. Adapun strategi yang dilakukan oleh calon tersebut adalah yang pertama strategi manipulasi yang ditujukan untuk menganalis dan menjalin hubungan di lingkungan masyarakat, yang kedua teori tindakan yang ditujukan untuk merangkul suatu kelompok atau tokoh yang diharapkan dapat mampu membawa massa dan pendukung karena faktor dan pengaruh dari kelompok atau tokoh tersebut. Selain itu, peneliti juga berpendapat bahwa strategi yang akan diterapkan sebuah tim sukses, tidak akan dapat berhasil jika tim sukses tesebut tidak ataupun belum mengenal target atau objek dari strategi tersebut. Oleh karena itu, tim sukses ataupun calon seharusnya dapat melakukan berbagai pendekatan dengan massa, sehingga apa saja yang dibutuhkan oleh massa bisa dijadikan sebagai tawaran dalam isu kampanye yang dilakukan oleh tim sukses ataupun calon. DAFTAR PUSTAKA Bambang Cipto, Dewan Perwakilan Rakyat dalam Era Pemerintahan ModernIndustrial, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995 Irving. M. Zeitlin, Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer/Irving M. Zeitlin, Yogyakarta : Gadjah Mada University, 1998 Jack Plano. Kamus Analisa Politik. Jakarta: Rajawali, 1985 Leo Suryadinata, Indigenous Indonesians, the Chinese Minority and China: A Study of Perceptions and Policies, Kuala lumpur dan London, Heinemann Asia, 1978: 129-153 Leo Suryadinata, Resurgence of Ethnic Chinese Identity in PostSuharto Indonesia : Some Reflections, Asian Culture vol.31, Juni 2007 Li Quanshou (Lie Tjwan Sioe), Yindunixia Huaqiao Jiaoyu Shi (Sejarah Pendidikan Tionghoa Perantauan di Indonesia), Nanyang Xuebao 15, No.1-2, 1959 Marc J, Swartz, Victor W. Turner, and Arthur Tuden, Political Anthropology. 1966 Melly G Tan, Etnis Tionghoa Di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, 2004 Peter Schroder, Strategi Politik, FriedrichNauman-Stiftung, 2003 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995 Syamsudin Haris, Pemilu Langsung Ditengah Oligarki Partai proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005

SP.Varma, Teori Politik Modern, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 Talcott Parsons, The Structure of Social Action, 1973 Widagdo, Manajemen Pemasaran Partai Politik Era Reformasi, PT. Golden Terayon, Jakarta, 1999 Buku Metode Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi: Grafindo Persada, Jakarta. 2003 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2006 Suharsimi, Arikunto, Manajemen Penelitian (edisi revisi): Rineka Cipta, Jakarta. 2005 Sugyono, Memahami Penelitian Kualitatif: Alfabeta, Bandung. 2005 Skripsi dan Jurnal Doni Hendrik, Perilaku Memilih Etnis Cina Pada Pemilu 1999 di Kota Padang, skripsi, Padang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, 2003. Epit Melda, Stategi Kemenangan PKS Kota Padang dalam Pemilu Legislatif 2004, Skripsi pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UA, Padang, 2005 Hendri Jhon, Strategi PAN Kota Padang Dalam Memenangkan Pemilu 1999, Skripsi pada Jurusan Ilmu Politik Fisip Unand, Padang, 2003.

Joan Vincent, Political Anthropology: Manipulative Strategies,1978 Peraturan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Undang-Undang No 3 tahun 1999 tentang penggunaan sistem distrik, yaitu pada tiap pemilihan daerah hanya diwakili calon tertentu. Peraturan KPU No 03 tahun 2009 Tentang Pedoman teknis palaksanaan pemungutan

suara sebagaimana diubah dengan peraturan KPU nomor 13 tahun 2009 Bab I pasal 1 Surat Kabar Iskandar Yusuf. Partisipasi Politik WNI etnis Tionghoa. Suara Pembaruan 20 Februari 2009 Lisa SurosoSelayang pandang organisasi tionghoa Padang Suara Baru, 2008 Padang Ekspress, Etnis Tionghoa jadi Caleg. 3 Februari 2009 Sumber Eletronik www.padang.go.id

Anda mungkin juga menyukai