Anda di halaman 1dari 80

Tuntunan Buddha Maitreya

TUNTUNAN BUDDHA MAITREYA


WANG CHE KUANG Hanya dengan menerima tuntunan Buddha Maitreya, barulah kita dapat merealisasikan makna dan nilai luhur iman yang benar. Dengan iman yang benar, barulah ada kebahagiaan, berkah, terang, harapan, dan rasa percaya diri.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kata Pengantar
Oh... Maitreya Hyang Maha Terang, tuntunlah kami menuju terang Oh... Maitreya Hyang Maha Arif, bukalah pintu kearifan kami Oh... Maitreya Hyang Maha Kasih, bimbing kami menjadi pengasih Sukacita oh... Maitreya, bersama-Mu kami sukacita Engkau pembawa sukacita, bersama-Mu kami bahagia Oh... Maitreya sumber berkah, berkah-Mu berlimpah bagi kami Oh... Maitreya yang penuh tawa, kami ingin tertawa bersama-Mu Oh... Maitreya Mahasempurna, tuntunlah kami menuju sempurna Oh... Maitreya yang Mahaindah, bimbing kami berjiwa besar Sjati, bajik, indah, oh... Maitreya, kami ingin seperti-Mu sjati, bajik, indah Oh... Maitreya yang penuh kasih, bawalah kami menuju sukawati indah Oh... Maitreya yang kekal abadi, bersama-Mu abadi spanjang masa Saat dengan ketulusan sejati melantunkan tembang suci Buddha Maitreya Penuntun Hidupku versi doa, sambil berdoa memohon tuntunan Buddha Maitreya, maka Beliau akan menuntun kita menuju terang. Saya selalu merasakan getaran hati yang demikian sehingga air mata pun mengalir tak tertahankan. Sungguh, kita sebagai manusia amatlah kecil dan lemah. Kekuatan seorang manusia sangatlah terbatas! Setelah memahami syair-syair di dalamnya, barulah kita menyadari bahwa tembang suci ini begitu penting dalam pembinaan kita! Di dalam melantunkannya, yang diutamakan bukanlah hanya keindahan musik dan kemerduan suara. Yang terpenting adalah memahami seluruh makna yang terkandung di dalam setiap syair dengan baik. Melalui irama dan nyanyian, kita gugah hati ini. Selanjutnya selangkah demi selangkah kita berjuang mengamalkan makna yang terkandung di dalamnya. Demikianlah, dengan melantunkan tembang suci Ketuhanan, selain dapat membentuk kepribadian, kita juga mendapatkan siraman kebenaran. Melantunkan tembang suci Buddha Maitreya Penuntun Hidupku - versi doa, sebenarnya adalah untuk diperdengarkan bagi diri sendiri, agar nurani kita benar-benar tergugah, terbangkit, dan sadar. Hingga kita pun menginsafi bahwa hanya dengan menerima tuntunan Buddha Maitreya, barulah kita bisa mengaktualisasikan iman yang benar. Karena dengan iman yang benar, barulah ada kebahagiaan, sukacita, berkah, terang, harapan, dan kepercayaan diri yang sejati. Marilah kita berjuang bersama! Providence Maitreya Buddha Missionary Institute, E-Mei Wang Che Kuang, Penulis

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................. Daftar Isi ....................................................................................................................... Pendahuluan ................................................................................................................ Bab I Buddha Maitreya yang Maha Terang, Tuntunlah kami menuju terang .................................................................... Bab II Buddha Maitreya yang Maha Bijaksana, Tuntunlah kami menuju kebijaksanaan ........................................................ Bab III Buddha Maitreya yang Maha Kasih, Tuntunlah kami menjadi Pengasih ............................................................... Bab IV Buddha Maitreya yang Penuh Sukacita, Tuntunlah kami menuju Sukacita ................................................................. Bab V Buddha Maitreya yang Maha Bahagia, Tuntunlah kami menjadi Kebahagiaan ......................................................... Bab VI Buddha Maitreya yang Penuh Berkah, Tuntunlah kami hidup Penuh Berkah ........................................................... Bab VII Buddha Maitreya yang Berwajah Kasih, Tuntunlah kami Berwajah Kasih .................................................................. Bab VIII Buddha Maitreya yang Maha Harmonis, Tuntunlah kami menuju Keharmonisan ........................................................ Bab IX Buddha Maitreya yang Maha Sempurna, Tuntunlah kami menuju hidup yang Sempurna ............................................ Bab X Buddha Maitreya yang Maha Sejati, Maha Bajik, Maha Indah Tuntunlah kami menuju hidup yang Sejati, Bajik, dan Indah ........................ Bab XI Buddha Maitreya yang Maha Kasih, Tuntunlah kami menuju Taman Sukacita Semesta ...................................... Bab XII Buddha Maitreya yang Maha Abadi, Tuntunlah kami menuju Hidup Abadi ........................................................... Bab XIII Ikrar Agung Buddha Maitreya Adalah Harapan Seluruh Umat Manusia ..................................................... Bab XIV Buddha Maitreya Adalah Sang Maha Terang, Sang Maha Bijaksana, Sang Pembawa Kebahagiaan Universal, Sang Pembawa Sukacita, Sang Pembawa Berkah, Sang Senyum Kasih, Sang Maha Harmonis, Sang Maha Sempurna, Sang Maha Sejati, Sang Maha Bajik, Sang Maha Indah. Buddha Maitreya telah mewujudkan seluruh kewajiban Nurani-Nya dengan sempurna ..................................................................... Bab XV Buddha Maitreya Adalah Sang Maha Kasih ................................................ Bab XVI Buddha Maitreya Adalah Sang Maha Abadi ................................................ i ii iii 1 7 14 19 23 28 31 36 40 42 44 46 48

59 65 70

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Pendahuluan
Hanya dengan Menerima Tuntunan Buddha Maitreya, Barulah Kita Dapat Merealisasikan Makna dan Nilai Luhur Iman yang Benar. Iman yang benar adalah keyakinan yang benar, pandangan hidup yang benar, pengertian keberlangsungan hidup yang benar, pola hidup yang benar, konsep terhadap nilai dan keindahan yang benar. Tahun baru, suasana baru. Tahun ini kita akan membahas topik baru, yaitu Signifikasi Iman yang Benar. Dengan adanya iman yang benar, barulah kita bisa memancarkan pesona kodrati manusia. Apa itu iman yang benar? Iman berarti keyakinan. Iman juga berarti pola pikir, konsep, orientasi, tujuan, dan sasaran. Wujud dari iman yang benar adalah mendatangkan kesejahteraan bagi orang lain: keluarga, masyarakat, negara, dan dunia. Tidak mendatangkan kesejahteraan bagi orang lain berarti tidak memiliki iman yang benar. Dengan memiliki iman yang benar, barulah kita dapat merasakan kebahagiaan sejati. Tanpa iman yang benar, selamanya kita hidup dalam penderitaan. Dengan iman yang benar, hidup kita penuh dengan sukacita. Tanpa iman yang benar, hidup kita selalu dirundung duka. Memiliki iman yang benar, barulah ada kecemerlangan hidup. Tanpa iman yang benar, kita hidup dalam kegelapan. Dengan iman yang benar, hidup jadi penuh harapan. Tanpa iman yang benar, hidup tak berpengharapan. Orang yang memiliki iman yang benar, hidupnya penuh kepercayaan diri, orang yang hidup tanpa iman yang benar hidup tanpa rasa percaya diri. Demikianlah, iman yang benar sangat penting dalam hidup kita. Namun bagaimanakah agar kita mampu mengaktualisasikan makna dan nilai luhur iman yang benar di masa ini, di mana setiap orang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, di mana orang hanya mengutamakan perolehan keberuntungan daripada norma kebajikan? Langkah awalnya adalah dengan mengimani Buddha Maitreya, menyakini Buddha Maitreya, dan menerima Tuntunan Buddha Maitreya. Dengan menerima tuntunan Buddha Maitreya, maka makna dan nilai luhur iman yang benar akan mampu kita realisasikan. Saudara yang budiman, kekuatan manusia sangatlah terbatas. Manusia sesungguhnya sangatlah kecil dan lemah. Sebagai contoh, sekalipun seseorang berpengetahuan luas dan berkemampuan tinggi, tetapi untuk menghilangkan tabiat yang tidak baik, meskipun telah berusaha sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun, bahkan hingga seumur hidup pun, belum tentu ia mampu. Contoh lainnya, menghilangkan kecanduan narkoba, kebiasaan merokok atau mabuk-mabukkan juga merupakan hal yang sulit. Jika manusia memang begitu hebat, hal-hal tersebut seharusnya mudah diatasi bukan? Bila mengatasi hal demikian saja terasa sulit, apalagi menghilangkan kemelekatan batin yang telah kita bawa selama enam puluh ribu tahun? Tentu lebih sulit lagi! Demikianlah, selama ini kita terus berada dalam kegelapan.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Seorang manusia yang jiwanya terang tidak akan selamanya terjerat dalam kungkungan tabiat dan kebiasaan buruk. Hidup yang bermakna, bersinar cemerlang, dan penuh harapan, adalah hidup yang bebas dari segala tabiat dan kebiasaan buruk. Sekarang, bagaimana agar kita dapat terbebas dari kegelapan, menuju terang? Bagaimana agar kita dapat menghilangkan tabiat dan kebiasaan buruk yang ada? Adalah tidak mungkin jika hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri. Selain perjuangan diri yang sepenuh hati dan sekuat tenaga, kita juga membutuhkan kekuatan Buddha Maitreya untuk melindungi dan menuntun kita. Dengan demikian, menghilangkan tabiat dan kebiasaan buruk bukan lagi sesuatu yang tidak mungkin. Karena itu, kita harus senantiasa berdoa dan memohon tuntunan Buddha Maitreya. Serahkan hidup, jiwa, dan raga kita kepada Buddha Maitreya. Percaya dan yakinlah pada-Nya, maka kita akan berhasil! Masa depan kita akan penuh kegemilangan!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab I

BUDDHA MAITREYA YANG MAHATERANG, TUNTUNLAH KAMI MENUJU TERANG


Terang Berarti Tiada Masalah yang Perlu Dirahasiakan, Tiada Niat yang Harus Disembunyikan, dan Tiada Ucapan yang Harus Ditutup-tutupi. Terang Berarti Terbuka, Jujur, dan Lurus. Hati Bagaikan Terangnya Surya-Rembulan. Sejak lahir hingga sekarang, kita selalu bergelut dalam kegelapan. Mengapa demikian? Mari bertanya ke dalam nurani, adakah kita mempunyai niat yang tidak baik, seperti pikiran jahat, sesat, khayal, dan nafsu yang bertentangan dengan hati nurani? Selama ini kita selalu menjadi budak dari semua itu, dengan munculnya banyak niat, perbuatan, dan ucapan yang takut diketahui orang lain. Inilah tandanya kita berada dalam kegelapan. Pada jiwa yang terang, tidak akan ada perilaku, pikiran, dan ucapan yang harus dirahasiakan. Segalanya terang, jujur, dan lurus. Hati bagaikan terangnya surya dan rembulan. Sebagai insan Maitreyani, bagaimanapun juga kita harus berjuang menuju terang! Asalkan hati kita terang, hidup pun akan menjadi terang. Sebaliknya, di dalam jiwa yang gelap, tidak akan ada hidup yang terang. Seorang yang hatinya tidak terang, walaupun menjadi pejabat tinggi atau pengusaha yang kaya raya, ia tetap berada dalam kegelapan. Tiada kebahagiaan dan sukacita, hidupnya hambar dan tawar. Sekalipun nampaknya sangat mengagumkan, selalu mendapatkan pujian, sanjungan, dan penghargaan, namun semua itu hanyalah formalitas! Di dalam masyarakat, apakah dengan menjadi pejabat tinggi atau hartawan, seseorang pasti hidup bahagia? Tidak ada jaminan! Beberapa tahun lalu di Taiwan, Korea Selatan, dan Indonesia, ada pengusaha-pengusaha besar yang hartanya mencapai miliaran dolar, namun akhirnya memilih bunuh diri dengan terjun dari bangunan tinggi. Penderitaan dan beban jiwa tidak dapat mereka atasi. Tak ada jalan keluar, sehingga akhirnya mereka memilih jalan pintas. Betapa banyak harta kekayaannya, betapa tinggi jabatan dan kedudukannya, betapa besar pengaruh kekuasaannya, tetapi semua itu tidak dapat mendatangkan kebahagiaan untuknya. Ini dikarenakan jiwanya dirundung kegelapan, hatinya tidak terang! Marilah kita pahami apakah akar dari kegelapan jiwa? Yaitu dosa karma kita pada kehidupan-kehidupan lampau dan sekarang, yang telah membelenggu kita dengan sangat kuat. Setiap orang tentunya mengharapkan masa depan yang gemilang. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang menarik berkaitan dengan masa depan gemilang. Dengan menjadi pimpinan Wadah Ketuhanan, apakah menjamin adanya masa depan yang gemilang? Apakah dengan menjadi Pandita, seseorang sudah pasti mempunyai masa depan yang gemilang? Jawabannya adalah: belum pasti!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Lebih jelas lagi kita lihat dalam kehidupan luas. Apakah dengan menjadi presiden, sudah pasti seseorang mempunyai masa depan yang gemilang? Apakah dengan menjadi pejabat tinggi, bisa dijamin seseorang mempunyai masa depan yang gemilang? Apakah orang sekaya Bill Gates sudah pasti memiliki masa depan yang gemilang? Apakah dengan menjadi tokoh masyarakat yang terpandang, berpengaruh, dan kaya raya, seseorang dijamin memiliki masa depan yang gemilang? Apakah orang yang bergelar doktor atau profesor pasti memiliki masa depan yang gemilang? Tentu belum pasti! Adalah sebuah tragedi bilamana manusia berpandangan bahwa kekuasaan, kekayaan, dan kedudukan adalah kunci masa depan yang gemilang. Sumber masa depan yang gemilang bukanlah semua itu! Marilah kita sadari bahwa masa depan yang gemilang bukan terletak pada wujud rupa! Orang yang terpandang, berkedudukan, berpengaruh, dan kaya raya sekalipun, tak lama setelah menghembuskan nafas terakhir akan segera dilupakan. Walau semasa hidup begitu berkuasa dan berwibawa, namun setelah wafat tiada lagi yang mempedulikannya. Tiada lagi yang bersyukur dan mengenang jasanya. Inilah bukti nyata bahwa semua wujud kekayaan, kedudukan, kekuasaan, dan lainnya tidak menjamin adanya masa depan yang gemilang. Sama halnya dengan semua insan yang masih berada dalam roda samsara. Masa depannya tidak terbilang gemilang, karena masih berada dalam kegelapan. Sebagai contohnya, walau seseorang berhasil menjadi presiden atau konglomerat, namun bila hatinya masih penuh dengan kebencian, ketidakpuasan, penuh kecemburuan dan kecurigaan, suka bertikai dan berselisih, sombong dan egois, berarti ia masih berada dalam roda samsara. Akankah dia memiliki masa depan yang gemilang?

Seorang yang hidup dalam terang, dalam segenap hidupnya tidak akan mementingkan diri sendiri, sebaliknya senantiasa memajukan dan menyejahterakan masyarakat, selalu mencurahkan budi jasa bagi orang lain. Dalam segenap hidupnya tiada henti berkarya, berdedikasi, dan berkorban untuk masyarakat, negara, dan dunia. Hingga selepas kepergiannya dari dunia ini, semua orang akan merasa sedih dan kehilangan. Inilah yang dimaksud dengan masa depan yang gemilang. Kita kembali pada kondisi masyarakat dewasa ini. Di tengah kehidupan yang moderen, ada anak yang sejak usia balita sudah disekolahkan di sekolah selebriti. Sekalipun dalam setahun harus mengeluarkan biaya puluhan hingga ratusan juta, orang tuanya tetap memilih sekolah tersebut. Persaingan di masyarakat yang semakin ketat membuat orang tua dan guru terus mengkonsepi anak-anak sejak dini untuk tidak dikalahkan orang lain dan selalu menjadi juara. Diharapkan agar kelak si anak dapat diterima di sekolah terbaik, kemudian memperoleh profesi yang terbaik dengan gaji yang tinggi, atau menjadi pengusaha yang berjaya dalam segala bidang hingga menghasilkan uang yang berlimpah. Umumnya kita menganggap, inilah masa depan yang gemilang. Tetapi benarkah? Menaklukkan orang lain, seorang diri berdiri di puncak

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kesuksesan, menjadi orang terdepan, semua ini adalah konsep keliru akan masa depan gemilang! Sungguh memprihatinkan. Jika manusia mempunyai masa depan yang gemilang, maka seharusnya situasi dunia tidak akan seperti sekarang ini, tatanan dan akhlak masyarakat tidak akan rusak. Semua ini berawal dari anggapan bahwa masa depan yang gemilang bergantung pada reputasi, kekayaan, dan kekuasaan. Demikianlah, pandangan hidup masyarakat telah jauh menyimpang. Manusia telah kehilangan makna hidup yang sesungguhnya. Lantas di manakah kunci masa depan yang gemilang? Buddha Maitreya adalah Buddha yang akan menuntun umat manusia di masa sekarang menuju kecemerlangan nurani. Dengan iman sejati kepada Buddha Maitreya, dengan mengikuti jejak langkah Buddha Maitreya, maka kita mendapat jaminan akan masa depan yang gemilang. Masa depan gemilang yang sejati adalah sebuah kegemilangan yang bersifat abadi. Kegemilangan yang tidak hanya berlaku pada saat hidup di dunia, tetapi juga setelah kehidupan ini. Apalah arti kegemilangan jika hanya berlangsung sesaat? Itu bukanlah kegemilangan yang sejati. Mengapa kini kita harus memohon Buddha Maitreya yang Mahaterang untuk menuntun kita menuju kegemilangan? Karena Buddha Maitreya mampu memancarkan terang nurani-Nya secara nyata untuk memulihkan cahaya hati nurani kita, sehingga terang nurani kita perlahan-lahan dapat berpancar seperti sedia kala. Buddha Maitreya akan menuntun kita untuk terus merefleksi dan memperbaiki diri, menerobos dan melampaui diri, hingga mencapai terang nurani yang sempurna. Inilah kegemilangan yang sejati! Buddha Maitreya Ingin Menciptakan Dunia yang Mahaterang, yang Disebut Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Buddha Maitreya yang Mahaterang, tuntunlah kami menuju terang. Buddha Maitreya akan menuntun kita menuju terang, karena Beliau akan mewujudkan mahaikrarnya untuk mengubah dunia ini menjadi dunia yang mahaterang, yang disebut Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Apakah kita semua mempunyai masa depan yang gemilang? Ini terlihat dari apakah kita bisa memasuki Bumi Suci yang mahaterang tersebut. Hanya dengan memasuki Bumi Suci Maitreya, barulah kita dikatakan memiliki masa depan gemilang yang sejati, mencapai keterbebasan abadi, merasakan kebahagiaan sejati, dan selamanya tidak terjatuh ke dalam roda samsara lagi.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Sejak dahulu kala, hanya segelintir pembina agung dan tokoh-tokoh yang berjiwa setia, bakti, cinta kasih, berprikebenaran, bijaksana, berjasa, dan bersumbangsih besar bagi masyarakat, negara, dan dunia, yang memiliki masa depan yang gemilang. Di luar itu, lebih dari 99% umat manusia tidak memiliki masa depan yang gemilang. Meskipun seumur hidup penuh berkah karena terlahir di keluarga yang kaya, sejak usia muda hingga tua tidak pernah kekurangan sandang dan pangan, harta dan popularitas selalu melekat pada diri, kondisi demikian tidak ada hubungannya dengan masa depan yang gemilang! Masa depan gemilang tidak bergantung pada sandang, pangan, dan papan yang mewah. Juga bukan ditentukan dari status sosial, jabatan, kekuasaan, dan kekayaan. Masa depan yang gemilang dari aspek rohaniah berarti mencapai kesadaran nurani yang cemerlang, dan dari aspek jasmaniah berarti dapat memasuki Bumi Suci, berpadu dengan Sumber Sejati, yaitu Tuhan Sang Pencipta. Buddha Maitreya telah memanifestasikan realitas nurani-Nya dengan sempurna, sehingga siapa pun akan timbul keyakinan ketika memandang sosok Beliau. Tak peduli apa latar belakang suku bangsa, kewarganegaraan, warna kulit, agama, budaya, ideologi, dan adat istiadat, siapa pun yang melihat Buddha Maitreya, serta merta hatinya akan penuh dengan terang dan harapan. Sungguh Buddha Maitreya adalah lambang kegemilangan, harapan, kebahagiaan, dan sukacita. Seluruh dunia mengakui hal ini. Membina Ketuhanan pada hakekatnya sangat mudah. Namun masalahnya, apakah kita mau menerima dan menyakini Buddha Maitreya dengan iman yang benar? Iman yang benar adalah sumber kekuatan. Jika kita senantiasa berdoa dan bersujud memohon tuntunan Buddha Maitreya, niscaya secara perlahan dan penuh mukjizat, kita akan berjalan menjauhi kegelapan. Rajinlah bersujud, bertobat, dan menyelamatkan umat manusia dalam semangat Maitreyani, maka segala kebencian, kedengkian, dan ketidakpuasan akan semakin berkurang. Kecemburuan dan prasangka akan semakin pudar. Pertikaian dan perseteruan tidak lagi terjadi. Sirnalah kesombongan, keserakahan, ego, dan kebodohan. Dengan sendirinya, secara bertahap dan pasti kita meninggalkan kegelapan dan mencapai kegemilangan. Dengan Prinsip Melibatkan dan Mengandalkan Kekuatan Tuhan dan para Buddha, Kita Gapai Kegemilangan. Memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk menjauhi kegelapan menuju terang, berarti melibatkan dan mengandalkan kuasa ilahi untuk menggapai kegemilangan. Di dalam jalan pembinaan terdapat semboyan sebanyak 30% dari kesuksesan pembinaan mengandalkan perjuangan manusia, dan 70% kesuksesan bergantung pada kekuatan Tuhan dan para Buddha. Sedangkan di dalam masyarakat ada sebuah semboyan yang bertuliskan Kepintaran manusia menaklukkan semesta. Dari semboyan ini terlihat betapa takabur dan angkuhnya seorang manusia.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Manusia tidak pernah mencintai langit, bumi, dan segala makhluk, sekalipun banyak jasa dan manfaat yang telah diberikan oleh alam, langit, bumi, dan semua makhluk hidup kepada umat manusia. Manusia terus mengeksploitasi dan memboroskan sumber daya alam, sehingga keseimbangan alam rusak. Iklim yang tidak seimbang mendatangkan bencana gempa bumi, kekeringan, banjir, badai topan, dan lainnya. Di tengah fenomena alam seperti ini manusia tidak mampu berbuat banyak. Bagaimana mungkin manusia bisa menaklukkan semesta? Seharusnya manusia tidak boleh sombong dan takabur, sekalipun ilmu dan teknologi berkembang pesat. Manusia seharusnya rendah hati, bersikap hormat, dan selalu bersyukur terhadap langit dan bumi. Tidak lagi berkata bahwa kepintaran manusia dapat menaklukkan semesta. Pernyataan tersebut justru telah banyak mencelakai umat manusia sendiri. Tanpa langit dan bumi, adakah manusia? Tanpa udara, dapatkah manusia bertahan hidup? Jika matahari tidak terbit selama 6 bulan, jika sayur-mayur serta buah-buahan tidak lagi tumbuh, bagaimana kepintaran manusia mengatasi semua ini? Jika saja manusia sadar untuk mencintai dan menghormati, serta mensyukuri segala jasa yang diberikan langit, bumi, dan semua makhluk hidup, niscaya dengan sendirinya antarmanusia pun akan saling menghormati dan menghargai, tidak akan lagi terjadi persaingan dan pertikaian, karena manusia telah dapat bersikap rendah hati dan saling mengalah. Namun kenyataannya, manusia bukan hanya tidak mencintai dan menghormati alam, langit, bumi, dan semua makhluk, tetapi juga tidak dapat menghormati sesamanya. Sehingga sejak dahulu hingga sekarang, selalu terjadi pertikaian di mana umat manusia saling mencelakai satu sama lain. Semua adalah akibat kegelapan batin umat manusia, yang jiwanya dipenuhi kejahatan, sehingga tiada secercah kegemilangan. Dengan keadaan seperti ini, marilah kita pahami bahwa adalah mustahil untuk mencapai kegemilangan dengan kekuatan manusia sendiri! Bila saja bisa, maka kondisi manusia tidak akan seperti sekarang! Di era Buddha Maitreya ini, marilah kita memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk meninggalkan kegelapan dan menggapai kegemilangan. Dengan memohon kepada Buddha Maitreya, berarti kita telah melibatkan dan mengandalkan kekuatan ilahi kekuatan Tuhan dan para Buddha - untuk menuju kegemilangan. Memohon tuntunan Buddha Maitreya berarti mengoptimalkan seluruh daya untuk mencapai tujuan tersebut. Sebaliknya, jika kita mengabaikan kekuatan ilahi, berarti kita kehilangan 70% daya, maka adalah mustahil untuk meninggalkan kegelapan menuju kegemilangan. Ada sebuah kisah yang dialami oleh seorang umat Maitreya yang bernama Marcelo, yang berasal dari Brazil. Sebelumnya dia adalah seorang pecandu berat narkoba. Ketika tersadar akan kesalahannya, dia selalu bersujud setiap hari. Suatu hari, saat bersujud sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat yang mengandung racun-racun obat terlarang. Dia terus bersujud dan bertobat tiada henti, sehingga kini tubuhnya telah pulih kembali. Padahal, pada umumnya untuk meninggalkan kecanduan akan narkoba bukanlah hal yang mudah. Seperti yang diutarakan oleh seorang kepala penjara di Hsin Cu, Taiwan, yang bertugas mengawasi narapidana narkoba. Ketika berkunjung ke Pusdiklat Rahmat Tuhan, E-mei, Beliau mengutarakan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

pengalamannya, Seorang pecandu narkoba seumur hidup sulit meninggalkan kecanduannya. Mereka selalu menertawai dunia. Ketika menggunakan narkoba, rasanya wah!! Melampaui segala kenikmatan lainnya. Kepuasan dan rangsangan inderawi tersebut tiada tandingannya. Karena itulah, pecandu narkoba sulit bertobat dan berubah! Namun Marcelo adalah sebuah pengecualian. Di samping berjuang sepenuh hati, dia juga melibatkan dan mengandalkan kekuatan Tuhan dan para Buddha untuk membantunya. Dari sini terbukti bahwa kekuatan manusia ada batasnya, namun kekuatan Tuhan yang tiada tara dapat membantu kita. Betapa pentingnya bersujud dan bertobat! Banyak sekali jenis kegelapan batin. Keserakahan, kebencian, kedengkian, kedendaman, kecemburuan, prasangka buruk, semua adalah kegelapan. Untuk meninggalkan kegelapan ini kita tidak dapat mengandalkan keahlian, kepintaran, kejeniusan, dan pengetahuan. Bukan juga mengandalkan uraian kebenaran yang telah kita dengar dan kita baca. Hanya dengan bersujud dan bertobat, setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk menjauhi kegelapan menuju terang, maka Buddha Maitreya akan menunjukkan kasih-Nya. Buddha Maitreya mempunyai dharma agung yang tiada tara. Apa yang mustahil bagi manusia, tidaklah mustahil bagi-Nya. Berimanlah kepada Buddha Maitreya, serahkanlah segalanya pada Buddha Maitreya. Biarkanlah Buddha Maitreya menuntun hidup kita. Keyakinan akan mendatangkan kekuatan. Asalkan kita yakin, serta merta akan timbul kekuatan, sehingga akhirnya kita dapat meninggalkan kegelapan menuju terang. Marilah kita saling memotivasi! Dalam kehidupan ini, kita beruntung bisa hadir bertepatan masa pada era kedatangan Buddha Maitreya. Beliau memiliki mahaikrar yang begitu agung, yaitu mengubah dunia yang penuh kekacauan ini menjadi Dunia Damai Sentosa, mengubah dunia yang penuh kekotoran ini menjadi Bumi Sukawati, mengubah dunia yang penuh dosa kejahatan ini menjadi Negeri Buddhata, mengubah samudera duka ini menjadi Bumi Suci Maitreya, mengubah bumi yang penuh bencana ini menjadi Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Betapa kita merasa bahagia dan diberkahi, karena dapat bersua dengan Buddha Maitreya yang begitu mengasihi kita, mengasihi dunia, mengasihi setiap negara, setiap masyarakat, setiap keluarga, dan setiap insan. Buddha Maitreya mengasihi seluruh kehidupan, termasuk hewan-hewan yang hidup di darat, air, dan udara. Buddha Maitreya menghormati harkat dan martabat segala bentuk kehidupan di bumi. Karena inilah, Beliau hendak menciptakan dunia yang damai. Asalkan kita senantiasa mengikuti jejak langkah Beliau, maka berkah dan kebahagiaan akan senantiasa memenuhi hidup kita. Demikianlah kita menjauhi kegelapan menuju terang.

Saat melantunkan lagu doa Maitreya Penuntun Hidupku, nyanyikanlah dengan setulus hati agar kita dapat menginsafi makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, setiap kali bernyanyi, hati kita akan tergugah. Satu kali kita menyanyikannya setulus hati, maka satu kali pula hati nurani kita tergugah. Seterusnya kita menuntut diri, berjuang menjauhi kegelapan dan mengikuti Buddha Maitreya menuju terang. Kita benar-benar beruntung, kita adalah anak yang berbahagia dan penuh berkah, karena telah hadir Buddha Maitreya yang akan menuntun kita menuju terang. Jika tidak, kemanakah kita memohon tuntunan?

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab II

BUDDHA MAITREYA YANG MAHABIJAKSANA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU KEBIJAKSANAAN


Kebijaksanaan bukanlah IQ, bukan ilmu pengetahuan, bukan pula kemampuan, keterampilan, kepintaran, atau kejeniusan. Kebijaksanaan bukan IQ, bukan ilmu pengetahuan, bukan pula kemampuan, keterampilan, kepintaran, atau kejeniusan. Ini penting untuk kita pahami! Saat ini, karena jiwa kita dipenuhi kemelekatan dan kebodohan batin, barulah timbul berbagai kerisauan dan penderitaan. Mengapa kita memiliki begitu banyak tabiat buruk dan kekurangan? Mengapa kita melakukan begitu banyak kesalahan dan dosa? Mengapa di dalam benak kita sering timbul pikiran jahat? Mengapa kita memiliki kebencian, ketidakpuasan, kedengkian, keangkuhan? Mengapa kita suka bertikai dan berselisih? Semua ini adalah kemelekatan dan kebodohan batin yang bersumber dari keakuan. Segala kejahatan bersumber dari oleh kebodohan batin. Segala penderitaan dan kerisauan juga timbul akibat adanya kebodohan batin. Bagaimana agar kita dapat menjauhi kebodohan batin dan mencapai kebijaksanaan? Inilah yang harus kita perjuangkan sebaik-baiknya! Selama ini kesesatan dan dosa karma telah menutupi pintu kebijaksanaan, sehingga kita selalu berada di dalam kebodohan batin. Kini untuk terbebas dari kebodohan batin, selain mengandalkan perjuangan diri sendiri, kita juga harus dengan setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya agar kita dapat memancarkan kebijaksanaan. Dengan berpancarnya kebijaksanaan, maka berkuranglah segala penderitaan dan kerisauan. Munculnya pandangan yang keliru terhadap konsep kehidupan bermasyarakat, konsep pola hidup, dan konsep nilai dan keindahan adalah akibat dari tidak adanya kebijaksanaan. Manusia selalu beranggapan bahwa hidup di masyarakat harus kaya, terpandang, berkedudukan, dan berkekuasaan. Berpandangan bahwa tanpa semua itu hidup menjadi tak berarti. Ini merupakan sebuah kebodohan! Sungguh tidak bijaksana! Akibatnya manusia mencelakai diri sendiri melalui terjadinya perebutan, pertikaian, peperangan, dan pembunuhan demi nama, kekayaan, dan kepuasan nafsu.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Tiada lagi ketenteraman dan kedamaian. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang sungguh tragis dan memilukan! Pribadi yang Mahabijaksana Dapat Merealisasikan Sepuluh Semangat Kebersamaan Maitreyani. Dengan kebijaksanaan kita melampaui masa lalu, untuk menapak di jalan kehidupan yang gemilang, dan mengukir sejarah hidup yang bermakna. Dengan kebijaksanaan pula, hidup akan terasa bahagia dan nyaman, walaupun hanya hidup dengan sandang, pangan, dan papan yang sangat sederhana. Inilah berkat didapat dari hati yang cemerlang, di dalam pandangan hidup yang benar. Jika tidak memiliki pandangan hidup yang benar, maka manusia dengan mudahnya terseret dan tersisih di dalam arus kehidupan. Seumur hidup membabi buta, tiada henti mencari dan mengejar. Inilah tragedi hidup manusia moderen. Walaupun kehidupan materiil begitu berlimpah, tetapi kebijaksanaan manusia tidak ikut berkembang. Manusia sejak jauh hari telah mampu menapakkan kaki di Bulan, dan mungkin mencapai Planet Mars di masa depan. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) juga mencapai puncak kejayaan dan mengalami inovasi dari hari ke hari. Namun sejalan dengan itu, benih kebijaksanaan dalam diri manusia tidak berkembang sama sekali! Justru kenyataannya, semakin maju iptek dan kehidupan materiil, kebijaksanaan manusia semakin pudar. Hal ini menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia! Marilah bersama kita teladani Buddha Maitreya. Beliau mengasihi seluruh umat manusia. Beliau mengasihi setiap insan di dunia ini. Buddha Maitreya berharap agar dunia ini damai sentosa selama-lamanya. Buddha Maitreya menghendaki setiap negara makmur dan sejahtera, setiap masyarakat tenteram, rukun, maju, dan berjaya, setiap keluarga berbahagia dan harmonis, setiap orang berhati nurani cemerlang, hidup bebas dan leluasa. Namun untuk terwujudnya semua ini, setiap orang harus terlebih dahulu memancarkan kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan semua menjadi mustahil, karena kita masih dikuasai oleh ego, dalam segala hal selalu mementingkan diri sendiri. Apakah manifestasi kebijaksanaan? Orang yang memancarkan kebijaksanaan sejati memiliki sepuluh semangat kebersamaan: hidup bersama, mulia bersama, berkah bersama, kaya bersama, sadar bersama, damai bersama, sukses bersama, kemilikan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

bersama, bahagia bersama, dan perolehan bersama. Sepuluh semangat kebersamaan inilah semangat Maitreyani. Jika saya bisa bertahan hidup sementara orang lain tidak, mungkinkah kita bertahan di Dunia Damai Sentosa? Bagi orang bijaksana, saya dan orang lain harus sama-sama bertahan hidup, karena keberlangsungan hidup orang lain berkaitan dengan hidupku. Jika orang lain tak dapat bertahan hidup, hanya diriku yang bisa, apalah artinya hidup ini? Selain diri kita makmur dan kaya, kita juga harus mendorong orang lain untuk menjadi makmur dan kaya. Kemakmuran yang demikian barulah bermakna! Jika semua orang melarat, hanya diri kita yang kaya, apakah kita bisa melewati hari demi hari dengan tenang? Mungkin dinding rumah kita harus dibangun berlapis-lapis, kemudian dipasang banyak alat pendeteksi maling, ditambah lagi dengan satuan petugas pengaman. Saat bepergian selalu dikawal secara ekstra ketat bagaikan seorang narapidana. Bahagiakah hidup yang demikian? Kemuliaan Buddha Maitreya adalah ingin membangun sebuah dunia yang menikmati kekayaan dalam kebersamaan. Semua orang memiliki dalam kebersamaan. Bukan yang satu memiliki, dan yang lain tidak. Saya memiliki uang, semua orang juga memiliki uang. Sama-sama kaya dan makmur. Sama-sama bahagia dan bersukacita. Tiada yang mendahulukan kepentingan diri, demikianlah wujud nyata kebijaksanaan. Kebahagiaan bersama, itulah kebahagiaan yang abadi. Semua manusia hidup dalam kemuliaan, inilah kemuliaan yang abadi. Semua orang sama-sama melangsungkan kehidupannya, inilah keberlangsungan hidup yang abadi! Memohon Tuntunan Buddha Maitreya Menuju Kebijaksanaan, Berarti Harus Memiliki Kelapangan Dada Seperti Buddha Maitreya, dalam Segala Hal Selalu Mengutamakan Kepentingan Orang Lain. Seorang yang bijak tidak mengutamakan kepentingan sendiri, tetapi selalu mengutamakan kepentingan umum. Jiwanya besar dan lapang bagai jiwa Buddha Maitreya yang seluas angkasa raya. Buddha Maitreya yang Mahakasih sungguh-sungguh merasakan penderitaan sesama saudara yang menderita di dalam kegelapan, kejahatan, dan dosa. Karena itulah Beliau berikrar untuk mengubah dunia ini menjadi alam Nirwana, mengubah bumi ini menjadi Dunia Surgawi Negeri Buddhata. Semuanya sama-sama bahagia, bebas, makmur, berjaya, dan damai selamanya. Beliau berikrar agung, Tiada artinya jika hanya diriku sendiri yang mencapai Nirwana. Kemuliaan yang sesungguhnya adalah, jika seluruh saudara di

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

dunia dapat sama-sama mencapai Nirwana! Apalah artinya jika diriku sendiri yang mencapai Kebuddhaan? Keagungan yang sebenarnya adalah apabila semuanya dapat sama-sama mencapai Kebuddhaan. Inilah yang disebut sadar bersama. Sama-sama mencapai kesadaran tertinggi. Apakah yang dimaksud sukses bersama? Sama-sama sukses mencapai kesucian Dewata, Bodhisatva dan Buddhata, inilah kebijaksanaan! Buddha Maitreya memancarkan cinta kasih yang demikian besar dan kebijaksanaan yang begitu tinggi, inilah yang mendorong Beliau memanjatkan Mahaikrar yang begitu agung! Untuk memohon tuntunan Buddha Maitreya menuju kebijaksanaan, kita harus memancarkan semangat Buddha Maitreya yang selalu mementingkan dan memikirkan orang lain! Saudara pembaca yang terkasih, ada sebuah kunci rahasia hidup. Yaitu semakin Anda mementingkan dan berdedikasi demi orang lain, maka pada akhirnya yang memperoleh paling banyak adalah diri Anda sendiri. Segalanya akan berpulang kembali kepada Anda. Hukum Tuhan sungguh adil! Buddha Maitreya sejak berkalpa kehidupan lampau telah berikrar untuk mengubah dunia ini menjadi Dunia Damai Sentosa. Beliau menginginkan agar semua insan dapat hidup bebas leluasa di Bumi Suci, agar umat manusia bisa kembali ke Sumber Asal, berpadu jiwa dengan Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Tuhan mengutus Beliau ke dunia untuk mengemban tugas penyempurnaan trilokya - sebuah tugas termulia di jagat raya ini. Di seluruh dunia, hampir semua orang mengenal Buddha Maitreya. Apapun latar belakang keyakinannya, termasuk yang atheis, semua menyukai Buddha Maitreya. Semua mengakui Beliau sebagai sosok Buddha Kebahagiaan, Buddha Tawa Ria, Buddha Sukacita, dan Buddha Keberuntungan. Tak ada seorangpun yang tidak menyukainya, sungguh luar biasa! Bagaimanakah Buddha Maitreya bisa memperoleh pengakuan dari seluruh umat manusia? Semua itu karena jiwa Beliau bebas dari keakuan dan pementingan diri. Di setiap kelahiran-Nya Beliau selalu berkorban dan berdedikasi demi umat manusia, selalu memikirkan kepentingan umat manusia. Hukum Tuhan yang adil selalu bekerja dengan sempurna. Jika kita banyak berkorban demi umat manusia, meskipun sekilas tampaknya sedang dirugikan, tetapi sebenarnya tidak demikian. Semakin besar pengorbanan kita, semakin banyak yang kita dapatkan. Semoga kebenaran ini dapat kita hayati. Inilah kebijaksanaan! Janganlah selalu

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

mementingkan diri dan menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi. Janganlah penuh muslihat demi menguasai hak orang lain dan mengalahkan sesama. Ini merupakan perbuatan yang bodoh dan dungu, karena akhirnya diri sendirilah yang akan menanggung akibatnya. Sejarah membuktikan bahwa jika demi meraih sesuatu kita berupaya dengan cara merampok, merampas, ataupun menipu, pada akhirnya kita tetap akan kehilangan segalanya. Karena itu, kita harus meneladani semangat Buddha Maitreya yang mahabijaksana yang selalu mendatangkan kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, kepercayaan diri, dan harapan bagi orang lain. Hukum Tuhan berlaku di mana dan kapan saja. Semakin banyak kita berkorban, semakin banyak yang kita peroleh! Yang Suci Maha Sesepuh Kao San Bersabda, Sepenuh Hati dan Sekuat Tenaga Membantu Orang Lain Meraih Kesuksesan, Tanpa Mengharapkan Imbalan dan Pamrih, Jiwa Tiada Keakuan! Inilah Semangat dan Prinsip Dasar Maha Tao Maitreya. Yang Suci Maha Sesepuh Kao San bersabda, Sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu orang lain meraih kesuksesan, tanpa mengharapkan imbalan dan pamrih, jiwa tiada keakuan!. Sabda Beliau ini merupakan salah satu semangat, spirit, dan prinsip dasar Maha Tao Maitreya. Segenap hidup kita membina diri, sebenarnya bertujuan untuk membantu orang lain sukses membina dan mengamalkan Ketuhanan. Membantu kesuksesan orang lain dalam melaksanakan triamal dan menunaikan ikrar, dalam membabarkan kebenaran Tuhan, dalam mengembangan Wadah Ketuhanan, serta dalam mencapai kesucian Buddhata. Semuanya dilakukan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Lantas setelah orang lain mencapai kesuksesan, diri ini sama sekali tak menuntut pamrih, imbalan, ataupun ucapan terima kasih dari orang lain. Jiwa bebas dari keakuan, segala perjuangan sama sekali tak berjejak di hati, seolah-olah peristiwa tersebut tidak pernah terjadi. Jika kita dapat menjiwai dan merealisasikan sabda tersebut, itulah mahabijaksana. Jika di antara sesama kita aku, engkau, dan dia memancarkan semangat tanpa pamrih dan keakuan, saling mendukung kesuksesan orang lain, niscaya dengan sendirinya dunia menjadi damai sentosa, masyarakat tenteram dan sejahtera, setiap keluarga bahagia dan harmonis, relasi antar individu terjalin erat dan harmonis. Orang yang bijaksana akan mengamalkan sabda tersebut selamanya.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Yang Suci Maha Sesepuh Kao San selalu bersabda, Kesuksesan orang lain adalah kesuksesanku. Prestasi orang lain adalah prestasiku. Kemuliaan orang lain adalah kemuliaanku. Kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaanku. Kita harus berbahagia dan bersyukur atas kemilikan orang lain. Jangan merasa dengki dan iri ketika menyaksikan kemilikan dan keberuntungan orang lain. Orang bijaksana selalu berjiwa simpatik atas prestasi, keberhasilan, dan kemuliaan orang lain. Orang bijaksana adalah yang paling bahagia dan leluasa. Ia bebas dari rasa benci, dengki, iri, egois, angkuh, dan sombong. Pribadi Buddha Maitreya adalah manifestasi mahabijaksana yang paling sempurna, sehingga kita harus senantiasa memohon tuntunan Buddha Maitreya yang mahabijaksana untuk beranjak dari kebodohan menuju kebijaksanaan. Niscaya hidup kita semakin gemilang dan penuh makna. Buddha Maitreya yang Mahaterang, tuntunlah kami menuju terang. Sesungguhnya dengan memancarkan cahaya terang yang tiada tara, berarti dengan sendirinya kita juga memancarkan kebijaksanaan yang tiada tara. Begitu juga sebaliknya. Mengapa kini kita terjurumus di dalam kegelapan? Karena diri kita dipenuhi kemelekatan dan segala konsep keakuan. Kemelekatan ego bagaikan tembok baja yang sulit dihancurkan, bahkan dengan nuklir sekalipun! Kemelekatan tersebut sering tidak disadari. Ibarat seorang penjudi yang takkan insaf walaupun telah menghamburkan seluruh hartanya. Dahulu terdapat seorang penjudi yang jatuh bangkrut karena kebiasaan buruknya tersebut. Dalam kekesalan dan penyesalannya, dia membuntungi semua jari tangannya! Apakah itu berarti dia sudah bertobat dan insaf secara total? Tidak! Ternyata tak lama kemudian ia kembali berjudi lagi! Betapa mengerikannya sebuah kemelekatan! Ketika timbul kemelekatan akan judi, minuman keras, seks, harta, dan nama, orang tidak sadar dan tidak mampu berpaling hingga nafas terakhir! Dewasa ini, seiring pesatnya perkembangan teknologi dan tingginya kebutuhan materi, kemelekatan dan kebodohan batin pun semakin menjadi! Manusia semakin melekat pada status, kedudukan, dan harta. Demi mengejar semua ini, manusia berani menghalalkan segala cara! Tragisnya lagi, manusia tak pernah bertobat dan insaf hingga akhir hayatnya. Terus melekat pada makanan yang serba lezat, pakaian indah, mobil mewah, rumah megah, dan lainnya. Sungguh memprihatinkan! Apalagi wanita muda yang mendambakan penampilan cantik. Jika berat badan bertambah sedikit saja, hatinya jadi risau dan kurang puas. Jiwanya melekat pada penampilan tubuh yang

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

ramping dan jelita, sehingga apapun berani dilakukan. Bahkan resiko mautpun tak membuatnya gentar! Betapa mengerikannya sebuah kemelekatan! Jika seseorang telah terperangkap dalam kemelekatan egonya, dirinya takkan sadar dan juga tidak percaya apabila dinasehati. Kalaupun menyadari kemelekatan tersebut, tetapi tetap saja ia melakukannya lagi, sehingga semakin terjerumus dan semakin tak mampu berpaling. Kebodohan batin semakin menjerumuskan kita ke jurang penderitaan. Bukan hanya pada hal duniawi, terikat pada konsep filosofi dan kebenaran tertentu juga merupakan kemelekatan. Terlebih pada kemampuan supranatural dan gaib, ini adalah kemelekatan yang sangat membahayakan! Dalam pembinaan Ketuhanan, terikat pada reputasi dan kedudukan juga termasuk kemelekatan batin. Benci, dengki, iri, dan prasangka buruk juga merupakan kemelekatan. Sikap suka bersaing dan berselisih juga merupakan kemelekatan. Jika seorang yang suka bersaing dijauhi dari situasi persaingan, hidupnya akan terasa hambar dan tersiksa. Jika seorang yang penuh rasa benci, iri, dan prasangka diharuskan menjauhi sikap-sikap buruk tersebut untuk jangka satu hari saja, dia akan merasa kehilangan makna hidup! Demikianlah, ego saja telah mendatangkan penderitaan yang begitu berat bagi kita. Kemelekatan ego membuat kita terjerumus dalam roda samsara tanpa akhir. Karena itu, perjuangan puluhan tahun pun belum tentu dapat melenyapkan kemelekatan tersebut. Kondisi dunia mudah berubah, namun tidak demikian dengan kemelekatan ego! Karena itulah kita membutuhkan tuntunan dan kekuatan Buddha Maitreya untuk mencapai kegemilangan dan kebijaksanaan!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab III

BUDDHA MAITREYA YANG MAHAKASIH, TUNTUNLAH KAMI MENJADI PENGASIH


Semakin Memancarkan Kasih, Semakin Besarlah Kegembiraan dan Kebahagiaan dalam Hidup Kita. Marilah kita menilik diri! Mengapa kita tidak bisa merasakan sukacita dan kebahagiaan yang bertahan lama? Semua dikarenakan kurang berpancarnya kasih dari hati kita. Mengapa Buddha Maitreya diakui dunia sebagai Buddha Kegembiraan, Buddha Keberuntungan, Buddha Kebahagiaan, dan Buddha Tawa Ria? Karena Buddha Maitreya memancarkan kasih yang tiada tara. Hari ini kita merasa kurang gembira dan kurang bahagia karena kasih yang kita pancarkan masih terbatas. Hanya dengan memancarkan kasih, barulah kebahagiaan dan kegembiraan semakin bersemi di dalam hidup kita. Kita renungkan kembali, mengapa pada kehidupan kita sampai hari ini - baik telah berusia 20, 30, 40, 50, 60, 70, ataupun 80 tahun - sukacita, senyum, dan tawa menjadi sesuatu yang cukup langka? Apakah penyebabnya? Kembali, penyebabnya adalah pandangan hidup yang keliru. Manusia hidup membabi buta mengejar nama, harta, dan segala jenis kenikmatan. Manusia mengira dengan memiliki kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan, maka kebahagiaan dan sukacita akan menjadi miliknya. Pandangan ini sangatlah tidak tepat. Mari kita lihat kehidupan orang-orang kaya! Berapa banyak dari mereka yang benar-benar berbahagia, yang suasana hatinya senantiasa riang gembira, yang wajahnya selalu dihiasi senyum ceria? Langka sekali! Sekarang yang harus kita pahami adalah bagaimana agar kita bisa senantiasa berbahagia, bergembira, dan tersenyum ceria. Tentu bukanlah dengan nama, harta, dan segala kenikmatan. Bukan juga dengan status, kedudukan, dan kekuasaan. Caranya sangat mudah! Yaitu, pancarkanlah cinta kasih yang tiada batas seperti halnya Buddha Maitreya. Senantiasa memaklumi dan memaafkan orang lain, mampu memahami dan menenteramkan hati orang lain, dapat mencurahkan perhatian dan membangkitkan semangat orang lain, sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu orang lain untuk mencapai kesuksesan tanpa keakuan dan pamrih. Inilah pancaran cinta kasih yang tiada tara. Dengan memancarkan kasih, barulah kita terpanggil untuk mendukung kesuksesan orang lain. Dalam segenap hidup ini selalu sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu sesama. Asalkan untuk hal yang baik dan positif, maka pasti dengan sekuat tenaga kita mendukungnya. Bahkan setelah membantu orang lain meraih keberhasilan, kita sama sekali tidak mengharapkan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

imbalan dan pamrih. Inilah semangat cinta kasih yang mulia! Dalam diri tidak timbul niat untuk mencelakai ataupun merusak karya orang lain. Apalagi secara diam-diam melukai orang dan melakukan hal yang hina! Langit dan bumi adalah teladan nyata. Langit dan bumi memberikan faedah dan berkah yang besar bagi umat manusia dan seluruh makhluk. Namun langit dan bumi tidak pernah mengharapkan balasan apapun. Inilah kasih langit dan bumi! Karena itulah langit dan bumi berusia panjang di tengah semesta. Marilah sesungguh hati meneladani kebajikan langit dan bumi. Marilah kita berjuang sepenuh hati membantu orang lain meraih kesuksesan! Setelah itu, tidak lupa mengucapkan selamat atas kesuksesannya. Jiwa tiada pamrih, bebas dari segala kemelekatan. Memiliki pandangan yang benar, bahwa pada dasarnya semua ini merupakan kewajiban nuraniah. Kita sekedar melaksanakan kewajiban kodrati sebagai seorang manusia, sudah sewajarnya kita berbuat demikian. Kita lihat fenomena kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Apabila seseorang telah membantu dan berbudi pada yang lain, biasanya ia akan merasa sepantasnya dirinya mendapatkan ucapan terima kasih dan menerima balas budi ataupun imbalan. Lantas jika tidak mendapatkannya, hatinya akan dipenuhi ketidakpuasan. Akhirnya diri sendirilah yang menderita dan penuh kerisauan. Kasih Buddha Maitreya setara dengan kasih langit-bumi. Buddha Maitreya berjuang sepenuh hati dan sekuat tenaga mewujudkan Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Paling Sejati, Bajik, dan Indah bagi umat manusia dan seluruh makhluk. Beliau ingin menciptakan kemakmuran dan kejayaan bagi setiap negara, ketenteraman dan kedamaian bagi setiap masyarakat, keharmonisan dan kebahagiaan bagi setiap keluarga, kesuksesan dan masa depan yang gemilang bagi setiap insan. Namun Beliau tak menuntut imbalan apapun atas semua itu. Dalam hatinya yang bebas bagai ruang angkasa, tiada suatu kemilikan baginya. Inilah hati kasih yang tiada tara. Bila kita dapat mengaplikasikan kebenaran akan kasih sejati yang telah diuraikan di atas, maka kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, kesejahteraan, dan senyuman yang indah akan senantiasa menghiasi hidup kita. Tak perlu lagi berpetualang untuk mencari kebahagiaan, karena kebahagiaan tumbuh dengan sendirinya di dalam relung jiwa kita. Kasih adalah akar kebahagiaan. Kasih adalah sumber segala sukacita dan senyum ceria. Marilah dengan setulus jiwa kita terima tuntunan Buddha Maitreya untuk mewujudkan kasih. Mari berjuang bersama! Maitreya Adalah Kasih. Kasih Berarti Mendatangkan Kebahagiaan, Sukacita, Kegembiraan, dan Keleluasaan bagi Orang Lain. Kasih Tidak Mendatangkan Kekhawatiran dan Kegelisahan. Kasih Tidak Mendatangkan Kerisauan, Melainkan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kecemerlangan, Harapan, dan Kepercayaan Diri bagi Orang Lain. Kasih Juga Mendatangkan Kesempurnaan bagi Orang Lain. Kata Maitreya berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti kasih. Kasih berarti mendatangkan kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, membuat orang bebas leluasa, jauh dari segala kilesa dan penderitaan. Kasih berarti mendatangkan harapan, terang, dan kepercayaan diri. Kasih berarti menghantarkan kesempurnaan kepada orang lain. Karena itulah, Maitreya bermarga kasih. Maitreya juga menjadikan kasih sebagai gelar Kebuddhaan-Nya. Mahaikrar kasih Buddha Maitreya adalah mewujudkan Bumi Suci. Pahamilah bahwa kasih adalah kekuatan terpenting yang mendorong terwujudnya Bumi Suci, Negeri Buddhata, Alam Surgawi Kerajaan Tuhan, Taman Sukacita Semesta di muka bumi ini. Kasih adalah kekuatan yang mendorong tercapainya kemakmuran, kemajuan, dan kejayaan suatu negara. Kasih adalah kekuatan yang mendorong terwujudnya kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan sebuah masyarakat. Kasih adalah kekuatan yang mendorong lahirnya kebahagiaan, keharmonisan, dan kehangatan keluarga. Kasih adalah kekuatan yang mendorong terciptanya keserasian dan kebersamaan dalam hubungan antarsesama. Kasih menghadirkan masa depan yang gemilang dan penuh harapan, kehidupan yang bebas leluasa bagi setiap insan. Kasih adalah tiada keakuan. Kasih bukanlah sesuatu yang kita berikan sebagai balasan atas kasih sayang yang kita terima dari orang lain. Kasih adalah pengorbanan dan dedikasi tanpa ego. Kasih tidak berpamrih, tidak mengharapkan imbalan, dan tidak menantikan pengakuan. Kasih yang dicurahkan langit-bumi bagi umat manusia dan semua unsur kehidupan, itulah kasih yang sejati. Kasih Tanpa Ego Adalah Sumber Kebahagiaan. Kita mengetahui bahwa Buddha Maitreya adalah Buddha Bahagia, Buddha Berkah, Buddha Sukacita, dan Buddha Tawa Ria yang telah diakui dunia. Mengapa Buddha Maitreya memiliki kemuliaan yang tiada tara? Mengapa Beliau dicintai oleh seluruh umat manusia? Alasannya adalah, karena Beliau senantiasa berjiwa kasih, berperilaku kasih, dan berwajah kasih. Karena itu perlu kita camkan, bahwa mengimani Buddha Maitreya bukanlah mengimani wujud pratimanya semata. Juga bukan mengimani sebutan Buddha Maitreya ini. Yang harus kita imani adalah kebajikan dan pribadi agung Buddha Maitreya, yaitu semangat kasih-Nya. Karena jiwa-Nya dipenuhi dengan kasih, barulah Beliau dapat mendatangkan kebahagiaan dan sukacita yang tiada tara untuk kita semua. Mari kita renungkan realitas hidup ini. Kita hidup di era pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Namun mengapa kita yang telah berbekal pengetahuan dan pendidikan tinggi ini masih memiliki segudang ketidakpuasan di hati? Mengapa permusuhan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

antarsesama manusia masih demikian kental? Mengapa kesenjangan sosial begitu tinggi? Mengapa di antara umat manusia terdapat begitu banyak prasangka, kedengkian, perselisihan, dan pertikaian? Mengapa? Jawabannya adalah lemahnya iman kita. Tanpa iman yang benar, hidup kita dipenuhi segala prasangka, kecemburuan, ketidakpuasan, kebencian, juga perselisihan dan pertikaian. Jika kita beriman penuh pada Buddha Maitreya yang mahakasih dan senantiasa memohon tuntunan-Nya untuk menjauhi sifat benci, dengki, dan iri; menjauhi sifat egois, pongah, dan sombong; menjauhi perilaku yang suka berprasangka, bertikai, dan berselisih, maka kita pasti akan berhasil menjadi seorang pengasih. Fakta membuktikan bahwa meskipun seseorang mempunyai beberapa gelar pendidikan berkat pengetahuannya yang luar biasa, mereka tetap tidak mampu melenyapkan kebencian, kedendaman, dan kedengkian di hatinya. Betapapun fasihnya berbicara dengan kemampuan berargumentasi yang mengagumkan; betapapun tinggi IQ-nya; betapapun tinggi kedudukan, reputasi, dan kekuasaannya, namun sifat benci, dengki, iri, dan suka berprasangka masih saja eksis dalam hatinya. Apa penyebabnya? Alasannya adalah, tidak berpancarnya kasih di dalam diri. Dengan meneladani Buddha Maitreya, jadilah insan yang senantiasa bahagia dan memancarkan kasih. Imani semangat kasih Buddha Maitreya. Selalu memohon kepada Buddha Maitreya yang Mahakasih untuk menuntun kita memancarkan cinta kasih, maka kita pun berkesempatan untuk hidup bahagia, bersukacita, dan tersenyum ceria. Sebuah kebenaran yang harus kita pahami adalah bahwa harta, status, jabatan, dan kekuasaan bukanlah jaminan akan hadirnya sebuah kebahagiaan. Hanya cinta kasihlah yang mampu mewujudkan kebahagiaan abadi. Hayatilah bahwa kemampuan manusia sangat terbatas. Tingginya pendidikan, pengetahuan, kepintaran, dan kemampuan yang tinggi tidak dapat menjamin terbebasnya hati kita dari segala kebencian, kedengkian, ketidakpuasan, kecemburuan, pertikaian, dan niat jahat lainnya. Tanpa iman sejati, tanpa kasih, semua kehebatan itu justru jadi momok yang mengkhawatirkan! Apa yang menjadi tragedi umat manusia dewasa ini? Mutu pendidikan, ilmu pengetahuan, serta keahlian yang tinggi tidak dimanfaatkan demi kepentingan, kebahagiaan, dan kesejahteraan bersama, namun sebaliknya digunakan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga justru semakin menciptakan atmosfir pertikaian, kecemburuan, kebencian, dan kedengkian. Selama ini kita tidak mampu memancarkan kasih karena jiwa ini ditutupi oleh ikatan karma yang berat, serta tabiat, kebiasaan, dan sifat buruk yang telah mendarah daging. Kasih tidak lagi berpancar sebagaimana mestinya, karena kesadaran nurani terhalangi oleh sampah-sampah batin berupa kebencian, kedengkian, keserakahan, kecemburuan, dan sebagainya. Mulai saat

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

ini, marilah kita tinggalkan kepalsuan dan meraih kesejatian. Berpalinglah untuk menerima tuntunan Buddha Maitreya yang Mahakasih agar kita dapat kembali memancarkan cinta kasih. Di bawah cahaya kasih Buddha Maitreya, disertai perjuangan kita, setahap demi setahap kita buang sifat iri, benci, serakah, angkuh, egois, serta kebiasaan bertikai dan berselisih. Semakin berpancarlah kasih, yang secara hakiki sesungguhnya adalah sifat kodrati setiap manusia. Jauhnya kebahagiaan dan keharmonisan yang merupakan kebutuhan dasar hidup manusia juga dikarenakan kita tidak memancarkan kasih! Oleh sebab itu, satu-satunya cara untuk mewujudkan kebahagiaan dan keharmonisan adalah memohon Buddha Maitreya yang Mahakasih untuk menuntun kita memancarkan cinta kasih, sehingga cinta kasih yang secara kodrati ada dalam diri kita dapat berpancar tanpa batas. Buddha Maitreya diakui sebagai Buddha Bahagia, Buddha Sukacita, dan Buddha Tawa Ria karena Beliau memancarkan semangat cinta kasih yang tak terbatas. Karena itu, marilah kita imani semangat serta karakteristik cinta kasih Beliau. Kita harus meneladani dan memohon tuntunan Buddha Maitreya dengan setulus jiwa, sehingga bersama-Nya, setiap hari hingga sepanjang masa kita pancarkan cinta kasih. Semakin besar cinta kasih yang berpancar, niscaya kebahagiaan, sukacita, keharmonisan, kegembiraan, dan senyuman semakin bersemi dalam hidup kita. Di era pesatnya perkembangan teknologi, di mana industri berkembang melejit dan hawa pertikaian semakin merebak, hanya tersedia satu jalan untuk memperoleh kebahagiaan sejati, yaitu memancarkan cinta kasih. Namun untuk itu upaya kita seorang diri saja tidaklah cukup. 70% kesuksesan kita bergantung pada tuntunan Buddha Maitreya. Mari kita berjuang bersama! Dalam tuntunan Buddha Maitreya, jadilah pengasih sejati!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab IV

BUDDHA MAITREYA YANG PENUH SUKACITA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU SUKACITA


Selalu Mendahulukan dan Mempertimbangkan Kepentingan Orang Lain, Rela Berkorban dan Merugi Diri, Inilah Sumber Sukacita. Salah satu karakteristik pribadi agung Buddha Maitreya adalah sifat-Nya yang penuh sukacita. Beliau tidak hanya bersukacita seorang diri, namun juga menebarkan sukacita-Nya bagi semua insan di muka bumi, termasuk hewan yang hidup di udara, darat, maupun air. Bahkan Buddha Maitreya juga memancarkan sukacita-Nya kepada bunga-bunga, rerumputan, dan pepohonan. Inilah pribadi agung Buddha Maitreya yang harus kita teladani sebaik-baiknya. Mari bertanya ke dalam diri, mengapa kita tidak senantiasa bersukacita? Peradaban semakin maju, iptek pun berkembang pesat, diiringi materi yang berlimpah. Namun mengapa justru sukacita tidak ikut bertambah, bahkan justru semakin berkurang? Apakah penyebabnya? Jawabannya adalah karena setiap individu egois, selalu mementingkan diri sendiri, tidak peduli akan sesama. Padahal kunci utama untuk merasakan sukacita adalah terlebih dahulu menghantarkan sukacita bagi orang lain. Saat ini terdapat banyak penderita depresi dan stres. Pernah diberitakan di surat kabar bahwa di Amerika banyak orang yang menderita penyakit ini. Mereka suka menutup diri. Penyebabnya adalah sifat yang terlalu emosional. Sepanjang hari jiwanya labil dan perasaannya tidak menentu, selalu menjadi budak emosi dan kehilangan akal sehat. Inilah tragedi manusia moderen. Setiap orang ingin bersukacita, namun sulit untuk menggapainya. Mengapa demikian? Jawabannya sangat klise: jeratan dosa - hutang karma pada kehidupan-kehidupan lalu, ditambah lagi dengan kesesatan kita saat ini. Inilah yang membuat kita tidak dapat bersukacita. Kita bahkan suka mencari kenikmatan inderawi dan menganggapnya sebagai sumber sukacita. Padahal ini sama saja dengan menjerumuskan diri ke dalam lingkaran mara. Hati nurani yang merupakan sumber sukacita ada di dalam diri kita. Oleh karenanya, sebuah sukacita bukanlah diperoleh dari luar diri. Jika kecemerlangan nurani belum berpancar, dengan sendirinya kita tak akan bisa merasakan sukacita sejati. Karena itu hanya ada satu cara, yaitu berjuang memulihkan kesadaran nurani yang secara kodrati penuh dengan sukacita. Dalam segala hal kita utamakan kepentingan orang lain. Seperti sabda suci Yang Suci Maha Sesepuh Kao San, Sebelum mendapatkan Jalan Ketuhanan pun, saya senantiasa mengutamakan kepentingan orang lain. Dalam urusan apapun saya terlebih dahulu mempertimbangkan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kepentingan orang banyak secara seksama, untuk kemudian menyesuaikan diri. Jika tidak mendapatkan bagian, berkorban pun tak apa! Inilah sumber sukacita! Jika selalu mengutamakan kepentingan sendiri tanpa mempedulikan orang lain, maka meski bergembira saat mendapatkan, di dalam lubuk hati yang terdalam akan timbul rasa bersalah. Jika terdapat deraan nurani seperti itu, mungkinkah kita bersukacita? Semoga kita bisa memahami makna sukacita yang sejati. Hantarkanlah sukacita bagi orang lain, dengan sendirinya kita akan bersukacita. Ini kuncinya! Jika kita tidak mendatangkan kebahagiaan bagi sesama, namun selalu mendambakan sukacita, ini adalah sebuah harapan yang kosong. Renungilah, di tengah himpitan hidup, masihkah kita ingin menambah beban penderitaan jiwa dengan kemurungan dan kegelisahan? Dengan hati yang senantiasa bersukacita, setiap fenomena dan kejadian adalah baik adanya. Sebaliknya, tanpa hati yang bersukacita, walaupun setiap hari menyantap makanan lezat, semua itu akan terasa hambar. Meski tinggal di rumah yang megah, mengendarai mobil mewah, dan mengenakan pakaian yang mahal, tanpa hati yang bersukacita hidup akan terasa tawar, membosankan, dan tak bermakna. Seorang yang senantiasa bersukacita mampu beradaptasi di setiap tempat dan kondisi. Dengan hati yang penuh sukacita, masalah yang sulit dan rumit pun menjadi mudah dan sederhana. Ketika masalah buruk menimpa, ia mampu mengambil hikmah dibaliknya, sehingga keburukan berbalik menjadi sebuah kebaikan. Sebaliknya, bagi orang yang tidak bersukacita, kebaikan sebesar apapun akan berbalik menjadi sebuah keburukan! Orang yang senantiasa bersukacita, walau hidup di tengah kemiskinan, ia tidak akan menyalahkan Tuhan ataupun orang lain. Ia tetap berbahagia dalam kesederhanaan materi. Bagaimanapun kondisi hidupnya, semua dihadapi dengan penuh keberanian dan rasa syukur. Suka maupun duka tetap dilewati dengan riang gembira. Inilah jalan menuju hidup yang bermakna! Hidup bersukacita merupakan dambaan semua orang. Memang hal ini tidaklah mudah! Karena itulah, mengapa kita harus bersujud kepada Buddha Maitreya. Asalkan kita memohon setulus hati, Buddha Maitreya akan senantiasa menggandeng tangan kita, menuntun kita menuju hidup yang penuh sukacita. Beliau adalah Buddha yang Mahakasih. Asalkan kita terpanggil untuk terlepas dari kelabilan emosi, depresi, stress, sedih, dan duka, asalkan kita bertekad untuk mewujudkan hidup yang penuh sukacita, maka dengan memohon tuntunan-Nya, Buddha Maitreya akan menggandeng tangan kita menuju sukacita. Kekuatan Buddha berperan sebesar 70% atas kesuksesan kita dalam menggapai sukacita, sisanya 30% mengandalkan kekuatan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kita sendiri, yaitu tekad yang bulat dan perjuangan dalam segenap hidup kita. Asalkan kita memancarkan ketulusan sejati, kekuatan Buddha Maitreya akan bekerja mengubah hidup kita. Sadarilah bahwa hidup yang penuh emosi, dengan jiwa yang selalu labil dan bergejolak, adalah sebuah hidup yang tidak bermakna. Bangkitkanlah tekad untuk meninggalkan samudera duka ini. Jangan lagi hidup di tengah penderitaan. Sesungguhnya kita bisa hidup bersukacita! Dengan tekad dan panggilan hati ini kita memohon kepada Buddha Maitreya, maka Beliau pasti akan menuntun kita. Jika kita tidak memiliki tekad seperti ini, jika kita lebih memilih untuk mencari sukacita di luar diri melalui sensasi kenikmatan dan kepuasan inderawi, ini sangat berbahaya! Semua ini pada akhirnya hanya akan menjatuhkan kita ke dalam lingkaran mara yang tak berujung. Insafilah sebaik-baiknya! Seorang yang Senantiasa Bersukacita Adalah Orang yang Paling Rupawan, Kaya, dan Bijaksana. Pada dasarnya sukacita telah kita miliki secara kodrati, karena sukacita adalah sifat luhur nurani. Dan sesungguhnya, hati nurani Buddha Maitreya dengan hati nuraniku adalah satu dan sama. Namun mengapa Buddha Maitreya dapat mendatangkan sukacita bagi semua kehidupan, sedangkan kita tidak dapat? Masalahnya berada pada diri kita! Karena itu, marilah kita menerima tuntunan Buddha Maitreya untuk memulihkan kesadaran nurani kita, sehingga sukacita nurani kembali berpancar dalam diri kita. Betapa tampan ataupun cantiknya seseorang, namun bila hatinya tidak bersukacita, maka jiwanya labil dan tidak menentu, hingga bisa mengalami stres dan depresi. Terlebih jika hati terikat akan ketampanan dan kecantikan fisiknya, kelak masa depannya bisa hancur. Ketampanan dan kecantikan yang tak diiringi sukacita nurani hanya akan mendatangkan penderitaan! Seperti halnya aktor atau aktris yang rupawan dan kaya raya namun akhirnya bunuh diri. Meski segala popularitas, kekayaan, dan kenikmatan duniawi dimiliki, lubuk hatinya masih jauh dari kebahagiaan. Hidupnya terasa tak bermakna, sehingga memilih jalan pintas untuk mengakhir segalanya. Kita semua sangat mendambakan sukacita. Kita sudah banyak merasakan penderitaan hidup. Semoga hidup kita selanjutnya dipenuhi dengan sukacita. Baik kaya maupun miskin, kita tetap bersukacita menjalani hidup! Pintar atau bodoh, cantik atau buruk rupa, semua itu bukanlah masalah utama. Yang paling penting adalah, aku mampu memancarkan sukacita. Dengan hati yang penuh sukacita, semua dualisme kehidupan pun terlampaui. Dengan berpancarnya sukacita nurani, maka kitalah orang yang paling indah, kaya, dan bijaksana.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Pahamilah, bahwa tidaklah sulit untuk menggapai sukacita. Dengan setulus hati kita memohon tuntunan Buddha Maitreya menuju sukacita. Kita memohon uluran tangan Beliau agar jiwa kita menjadi stabil, tidak lagi dipenuhi perasaan tak menentu. Kita tidak ingin menjadi budak emosi lagi. Kita tidak mau hidup dalam tekanan jiwa. Kita ingin menjauhi kesedihan dan penderitaan. Kita ingin hidup yang riang gembira, bahagia, dan penuh sukacita. Oh... Buddha Maitreya, mohon tuntunlah aku! Dengan memancarkan ketulusan sejati, kita pasti akan berhasil! Masalahnya sekarang adalah, kita tidak mempunyai keyakinan yang kuat kepada Buddha Maitreya. Padahal hanya keyakinanlah yang bisa mendatangkan kekuatan. Mari kita tanamkan keyakinan! Kita harus yakin sepenuhnya kepada Buddha Maitreya. Beliau adalah Mahakasih. Beliau akan mendatangkan sukacita bagi semua insan dengan mewujudkan dunia yang penuh sukacita, yaitu Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta. Buddha Maitreya selalu siap membantu dan menuntun kita menuju hidup yang penuh sukacita. Mengapa kita tidak mau mengulurkan tangan pada-Nya? Mengapa kita masih tidak menunjukkan ketulusan? Begitu sederhana, asalkan bersedia menerima tuntunan-Nya, kita pasti berhasil!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab V

BUDDHA MAITREYA YANG MAHABAHAGIA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU KEBAHAGIAAN


Buddha Maitreya Diakui Secara Universal Sebagai Buddha Kebahagiaan, Karena Beliau Memancarkan Kebahagiaan Nurani dengan Sempurna. Bahagia dan sukacita secara umum memiliki arti yang sama. Kebahagiaan yang tak terbatas secara kodrati telah dimiliki oleh hati nurani. Buddha Maitreya adalah Buddha Kebahagiaan yang telah diakui secara universal. Bila kita beranggapan bahwa pribadi Buddha Maitreya sangatlah jauh dan tinggi sehingga sulit dijangkau, ini adalah sebuah kekeliruan. Karena sesungguhnya, Buddha Maitreya selama ini hanyalah melaksanakan kewajiban nurani-Nya, yaitu senantiasa memancarkan kebahagiaan. Buddha pada dasarnya juga berasal dari manusia. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci bukanlah turun dari langit. Kesucian Buddha dan Bodhisatva merupakan hasil dari aktualisasi kewajiban hati nurani. Kita semua tanpa terkecuali, pada dasarnya memiliki hati nurani yang paling bahagia. Sekarang tergantung bagaimana kita melaksanakan kewajiban kita, yaitu untuk memancarkan kebahagiaan nurani ini. Kemuliaan Buddha Maitreya bukan bertolak dari figur yang super, melainkan dari pengamalan kewajiban nurani yang pada dasarnya bersukacita dan berbahagia. Asalkan kita mengaktualisasikan realitas nurani yang mahabahagia, maka kita adalah manifestasi dari Buddha Maitreya. Inilah keagungan kasih Buddha Maitreya! Beliau membimbing dan menuntun setiap orang awam untuk menjadi manifestasi Maitreya. Jika seorang demi seorang mengaktualisasikan realitas nuraninya, setiap orang menjadi manifestasi pribadi Maitreya, mendatangkan kebahagiaan bagi sesama, maka di dunia ini tidak hanya terdapat satu Maitreya saja. Seluruh warga Bumi Suci memancarkan pribadi Maitreyani. Kebahagiaan Bersumber dari Perbuatan yang Mendatangkan Kebahagiaan bagi Sesama. Bisakah kita sungguh-sungguh berbahagia, apabila perbuatan kita sepanjang hari hanyalah menimbulkan penderitaan dan kegelisahan bagi orang lainBisakah berbahagia jika ucapan kita selalu menimbulkan ketakutan, ancaman, rasa putus asa, jengkel, marah, tidak puas, menimbulkan pertikaian, perselisihan, persaingan, dan pertentangan, bahkan merusak persahabatan dan menciptakan permusuhan di antara sesama? Tidak! Karena semua itu

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

adalah sikap yang bertentangan dengan nurani. Jika perbuatan kita senantiasa sejalan dengan suara nurani, kita pasti senantiasa berbahagia. Kebahagiaan bukan berasal dari luar diri. Kebahagiaan yang diperoleh dari hidup bersenang-senang dengan makan, minum, dan pesta pora takkan bisa bertahan lama. Hanya kebahagiaan nuranilah yang sejati dan abadi. Siapakah gerangan yang tidak merindukan kebahagiaan? Setiap manusia tentu sangat mendambakan hari-harinya dihiasi kebahagiaan. Tiada seorangpun yang ingin hidupnya dipenuhi kegelisahan. Tiada yang berharap menderita sepanjang hayatnya. Namun, mengapa kenyataannya kini kita tidak berbahagia? Mari kita berintrospeksi diri pada cermin nurani. Lihatlah tindak-tanduk kita! Lihatlah perilaku kita setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahunnya. Adakah kita menguntungkan, atau justru merugikan sesama? Apakah kita mendatangkan berkah atau justru kemalangan bagi sesama? Apakah diri kita adalah penyebar rezeki, atau justru malapetaka bagi sesama? Lihatlah sedalam-dalamnya hingga menembus dasar hati. Karena kekuatan introspeksi kita lemah, kita tidak sadar bahwa ucapan dan perilaku kita selama ini telah mendatangkan banyak kegelisahan dan kesedihan bagi orang lain. Sekalipun telah membuat orang lain begitu menderita dan terluka, kita masih merasa sangat biasa dan wajar-wajar saja. Kita tidak pernah menyadari bahwa diri kita selama ini telah menjadi sumber masalah. Dengan kondisi diri seperti ini, tidak mungkin kita hidup berbahagia. Dengan kata lain, hanya dia yang memiliki sikap hati introspektif, yang dapat merasakan kebahagiaan hidup yang sejati. Mari kita sadari, bahwa selama tutur kata dan perbuatan kita menyebabkan penderitaan dan kesedihan bagi orang lain, maka kebahagiaan selamanya jauh dari diri kita. Mengapa demikian? Karena kita mengalami deraan nurani! Hati nurani tidak tenteram, penuh dengan kecaman! Sekalipun kita belum menyadari dan menyesali kesalahan yang telah kita lakukan, namun nurani kita tetap akan tersiksa. Karena nurani adalah hakim yang paling adil. Baik kita berintropeksi diri ataupun tidak, asalkan ada ucapan dan perilaku kita yang tidak sesuai dengan kebenaran, yang menimbulkan kerugian bagi orang lain maupun diri sendiri, maka hati nurani serta-merta akan mengalami deraan. Selama nurani masih merasakan deraan, tidak akan pernah ada kebahagiaan sejati! Dari kacamata hukum kebenaran, penyesalan dan deraan nuranilah yang membuat perasaan menjadi tak menentu, emosi labil, hati gelisah dan tak tenang. Tetapi kita sungguh bebal, gejala-gejala hati tersebut tidak juga membuat kita menyadari kesalahan diri. Inilah wajah kesesatan manusia yang tragis.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Orang yang lemah dalam pengendalian diri sangat jarang berintropeksi, sehingga walaupun telah berbuat salah terhadap orang lain, ia tidak menyadarinya. Ia membiarkannya berlalu begitu saja, seakan tak pernah terjadi. Namun, sebenarnya saat itu hati nurani telah menerima deraan. Melakukan apapun diri ini merasa tidak tenang. Duduk salah, berdiri pun salah. Selera makan hilang dan tidur pun tak nyenyak. Sekujur tubuh terasa tak leluasa. Inilah wujud deraan dan siksaan hati nurani. Hati terasa menderita dan tidak bahagia. Tetapi untuk mengatasinya, manusia umumnya justru mencari kebahagiaan di luar diri agar dapat melupakan segala kegelisahannya. Sebagai pelarian, manusia memilih hiburan yang membius diri: berpesta pora, minum minuman keras, berjudi, dan melakukan tindak asusila. Akhirnya terjerumuslah ke dalam lingkaran mara. Betapa tragis hidup seperti ini! Jangan lagi menganggap kesalahan yang kita lakukan seakan tidak pernah terjadi. Kenyataannya tidak semudah itu. Bagaimanapun hukum kebenaran tetap berlaku! Hukum kebenaran mengetahuinya dengan sangat jelas. Hukum kebenaran bukan berada di tempat yang jauh. dia berada di dalam diri, dialah sang hati nurani. Hukum kebenaran tidak akan begitu saja memaafkan kesalahan yang telah kita lakukan. Itulah sebabnya hati nurani kita tersiksa. Sekalipun sandang, pangan, dan papan begitu berlimpah ruah, kita tetap tidak akan berbahagia, tidak bisa ceria dan berbahagia. Sungguh merana dan menderita. Sekali lagi, marilah kita berintrospeksi diri. Selama ini kita sangat mudah menyakiti sesama dengan tutur kata, tetapi kita tak pernah menyadarinya. Sebaliknya saat orang lain melontarkan kata-kata yang belum tentu berniat untuk menyakiti kita, kita sudah merasa tersinggung. Suasana hati lantas berubah menjadi tidak enak. Kita tidak pernah menghitung berapa banyak ucap kata yang telah kita lontarkan dan melukai perasaan orang lain, namun kita begitu mudah tersinggung dengan sepatah kata dari orang lain yang belum tentu berniat menyakiti kita. Demikianlah kesesatan kita. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci Senantiasa Melakukan Introspeksi Diri. Apa yang membedakan antara Buddha-Bodhisatva dengan manusia awam? Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci senantiasa melakukan introspeksi diri. Mata bukan untuk menilai orang lain, tetapi untuk menilai diri sendiri. Telinga untuk mendengar kata-kata sendiri, mulut untuk menasihati diri sendiri, hati untuk mengevaluasi diri sendiri. Inilah sikap Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci. Tinggalkanlah pandangan bahwa pribadi Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci begitu jauh dan tinggi sehingga tak mungkin dijangkau. Juga anggapan bahwa mereka adalah sosok yang sangat luar biasa, yang bisa terbang di angkasa. Ini adalah pandangan yang salah.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci juga berasal dari kalangan manusia biasa. Jasmani manusia adalah media untuk mencapai Kebuddhaan dan kesucian. Dengan mengamalkan pribadi luhur sebagai seorang manusia dengan sempurna, tercapailah kesempurnaan Kebuddhaan. Jika sebagai manusia saja tidak mengamalkan pribadi yang luhur, tak mungkin mencapai Kebuddhaan. Tak pernah ada dalam sejarah, di mana manusia yang tidak sempurna dalam mengamalkan pribadi luhur sebagai seorang manusia, dapat mencapai Kebuddhaan. Ini adalah mustahil. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci memancarkan pribadi luhur manusia yang indah dan sempurna. Semua tindakannya selalu menguntungkan orang lain, bukan mendatangkan penderitaan dan kegelisahan. Mereka tidak pernah mau mencelakai orang lain. Perilaku-Nya menggugah hati, sehingga umat manusia terpanggil untuk bersembah sujud dan memuliakan-Nya. Sejak dahulu hingga sekarang, sangat sedikit raja ataupun orang kaya yang disembah dan dipuja manusia karena kekuasaan ataupun kekayaannya. Yang dimuliakan umat manusia adalah pribadi yang benar-benar mendatangkan berkah bagi seluruh umat manusia, yang berbudi jasa bagi manusia. Kembali lagi, mengapa kita tidak berbahagia? Mari kita berintrospeksi. Adakah kita mendatangkan kebaikan bagi orang lain, ataukah justru mendatangkan kesulitan dan masalah? Pernahkah kita mendatangkan segudang penderitaan, aneka kegelisahan bercampur kesedihan bagi orang lain? Kini kita hidup di zaman yang penuh persaingan, tiada yang mau mengalah. Hanya dengan berintrospeksi dan memperbaiki diri, barulah kita menemui jalan keluar. Hayatilah hal ini. Dengan Introspeksi Diri Mencapai Kebahagiaan Tertinggi. Orang yang Tak Memahami Arti Pertobatan, Selamanya Takkan Merasakan Kebahagiaan. Dengan memohon tuntunan Buddha Maitreya, maka Beliau akan menggandeng tangan kita. Jari kita tidak akan lagi menunjuk dan menyalahkan orang lain, melainkan selalu menunjuk ke arah diri sendiri untuk melihat, mendengar, menasihati, dan mengevaluasi diri. Terus berintrospeksi, semakin menyadari betapa lemah dan berdosanya diri ini. Ternyata setiap perilaku dan ucapan dalam hidup kita selama ini selalu melukai hati orang lain. Dengan berintrospeksi barulah kita sadar dan merasa bersalah. Kita mulai merasakan pentingnya baktipuja dan pertobatan dalam pembinaan kita. Tanpa memahami arti pertobatan, selamanya kita tidak akan menemukan kebahagiaan. Yang paling dikhawatirkan bukanlah melakukan kesalahan, tetapi tidak menyadari dan menyesali kesalahan tersebut. Memohon Buddha Maitreya untuk menuntun kita menuju kebahagiaan

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

bukanlah takhayul. Buddha Maitreya pasti menuntun kita menuju kebahagiaan. Namun tentunya juga membutuhkan perjuangan dari diri kita. Karena itu, kita harus selalu bertobat kepada Buddha Maitreya, agar memiliki kekuatan jiwa untuk memperbaiki diri. Buddha Maitreya akan menuntun kita berintrospeksi diri, untuk menyadari kesalahan yang telah kita lakukan seumur hidup ini, untuk merenungi sebaik-baiknya setiap kata-kata salah yang pernah kita ucapkan. Dengan penuh ketulusan kita memohon kepada Buddha Maitreya, maka dharma agung-Nya akan bekerja mendamaikan hati kita. Tersadarlah bahwa ternyata kita adalah manusia yang berdosa besar! Rupanya diriku telah menyakiti begitu banyak orang. Saat itu hati nurani mengadili diri sendiri. Betapa lemahnya diri ini! Dengan kesadaran nurani, barulah kita dapat setulus hati berlutut di hadapan Buddha Maitreya untuk memohon pengampunan-Nya. Dengan pertobatan nuraniah, hati nurani terbebas dari belenggu deraan, kembali merasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebenarnya kebahagiaan sangat mudah didapatkan. Asalkan hati nurani merasa damai, itulah kebahagiaan. Hati nurani yang bebas dari penyesalan, itulah kebahagiaan. Hati nurani bebas dari deraan, inilah kebahagiaan. Sangat sederhana bukan? Kebahagiaan bukan secara mutlak ditentukan oleh kekayaan. Tidak ada hubungan antara kebahagiaan dengan uang, kekuasaan, dan kedudukan. Kebahagiaan juga tidak ada hubungannya dengan materi, popularitas, kemuliaan, dan kemewahan. Semoga kita semua menginsafi hal ini. Berpendidikan ataupun tidak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan. Apakah mereka yang tuna aksara dan hidup di pedesaan tidak bisa merasakan kebahagiaan? Bahkan sering kali mereka lebih bahagia dibandingkan dengan kita, karena noda batin mereka lebih tipis. Mungkin pendidikan kita tinggi, namun noda batin kita tebal, dan hambatan dalam jiwa pun semakin banyak, sehingga kebahagiaan semakin jauh dari kita. Karena itu kita harus lebih giat dalam memperbaiki diri! Buddha Maitreya memiliki dharma agung yang tiada tara. Buddha Maitreya sangat mencintai kita. Namun kita sendiri harus menunjukkan ketulusan hati untuk memohon tuntunan-Nya. Beliau pasti mengulurkan tangan. Ini adalah hubungan aksi-reaksi! Tanpa ketulusan, kita tak akan bisa merasakan dharma agung Buddha Maitreya. Jika di dalam hati tidak ada Buddha Maitreya, jika kita selalu menutup diri akan kehadiran Beliau, tentu uluran tangan Buddha Maitreya tak dapat menjamah diri kita. Mulailah bertobat, biarlah Buddha Maitreya menuntun kita menuju kebahagiaan sejati!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab VI

BUDDHA MAITREYA YANG PENUH BERKAH, TUNTUNLAH KAMI HIDUP PENUH BERKAH
Hal yang Terpenting dalam Hidup Bermasyarakat adalah Senantiasa Mendatangkan Berkah Bagi Sesama. Hanya dengan Menjadi Pembawa Berkah bagi Sesama, Barulah Hidup Kita Penuh Akan Berkah. Berkah merupakan kebutuhan dasar hidup ini. Setiap manusia pasti menginginkan berkah di dalam hidupnya. Maka dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan, yang terpenting adalah mendatangkan berkah bagi sesama. Dengan menjadi pembawa berkah bagi sesama, barulah hidup kita dipenuhi berkah! Mengapa kita perlu berkorban, berdedikasi, dan bersumbangsih begitu besar di dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan? Mengapa harus mengalami penderitaan dan mencurahkan semangat, tenaga, dan waktu sedemikian banyak? Semua adalah demi mendatangkan berkah bagi sesama, bagi negara dan bangsa, bagi masyarakat, bagi keluarga, dan setiap insan manusia. Jika hanya diri kita yang hidup penuh berkah, sementara orang lain tidak, maka hati nurani kita takkan damai! Dalam segenap hidup ini tentunya terdapat banyak cobaan, pukulan, kesulitan, halangan, kegagalan, dan kemalangan. Halangan datang silih berganti dan bertubi-tubi, seolah-olah satu kesulitan akan diikuti kesulitan lainnya. Memang penyebab semua itu adalah ikatan dosa karma selama enam puluh ribu tahun. Namun ada satu penyebab yang lebih mendasar, yaitu apakah kita senantiasa mendatangkan berkah bagi sesama? Setiap perbuatan tidak terlepas dari hukum karma. Apa yang ditabur, itulah yang dituai. Bila kita sering menjadi penyebab kemalangan orang lain, mungkinkah kita hidup penuh berkah? Tentu tidak! Hukum kebenaran Tuhan mahaadil. Jika seumur hidup ini pikiran, ucapan, dan perbuatan kita selalu mendatangkan berkah bagi sesama, niscaya berkah akan memenuhi hidup kita. Mengapa kita tidak merasakan hidup yang penuh berkah? Mengapa berkah seakan jauh dari kita? Mari kita bertanya ke dalam diri. Di segenap hidup ini, berapa banyak berkah yang telah kita curahkan bagi orang lain? Bila dalam kenyataannya kita tidak pernah memberikan berkah kepada sesama, namun sebaliknya mengharapkan berkah yang berlimpah, sesuaikah hal ini dengan hukum kebenaran Tuhan? Bolehkah harapan semacam ini terwujud?

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Pahamilah, bahwa bila dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan kita banyak mendatangkan berkah bagi sesama, maka berkah tersebut akan mendatangkan kelanggengan dalam pembinaan kita. Ini merupakan hukum sebab-akibat. Dalam proses membina, semakin banyak mendatangkan berkah bagi orang lain, kita akan semakin terpanggil untuk membina. Semakin giat membina, semakin banyak berkah di dalam hidup kita. Semakin hidup penuh berkah, semakin konsisten dan lestarilah pembinaan kita. Inilah kebenarannya! Jika dalam proses membina kita tidak menemui hidup yang penuh berkah, lantas memilih berhenti dan meninggalkan wadah Ketuhanan, maka problemanya bukan terletak pada wadah Ketuhanan, tetapi kembali pada dasar hati dan pola pembinaan kita. Kita harus memiliki pengertian dan pandangan yang benar. Mengapa kita wajib membina dan mengamalkan Ketuhanan, seakan jadi berbeda dengan orang umumnya? Orang lain mengejar popularitas, kekayaan, kenyamanan, dan kenikmatan. Sebaliknya kita harus menjalankan pembinaan, pengorbanan, dan dedikasi. Mengapa saya harus berbuat demikian? Bukankah ini sebuah kebodohan? Tidak! Karena semua yang kita lakukan adalah demi mendatangkan berkah bagi orang lain. Kita ingin menjadi pembawa berkah dan kita akan melakukannya dengan sepenuh hati. Yang ada di dalam benak kita adalah bagaimana mendatangkan berkah bagi orang lain. Utamakanlah selalu kepentingan sesama. Selalu waspada dalam setiap tutur kata dan perilaku kita, agar jangan sampai menyebabkan penderitaan dan kemalangan bagi sesama. Dengan sikap seperti ini, semua hal akan dilaksanakan secara hati-hati, karena motivasi dasar dari semua itu adalah untuk mendatangkan berkah bagi sesama. Di dalam Wadah Ketuhanan, kita membina dan mengamalkan Ketuhanan juga demi mendatangkan berkah bagi Sesepuh, Pandita, teman sepembina, dan seluruh umat Ketuhanan. Juga demi mendatangkan berkah bagi orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara kita. Pada akhirnya juga demi mendatangkan berkah bagi seluruh umat manusia! Motivasi dasar atas segala yang kita lakukan adalah demi mendatangkan berkah bagi sesama. Marilah setulus hati memohon kepada Buddha Maitreya yang penuh berkah untuk menuntun kita meninggalkan segala pukulan, halangan, kesulitan, kemalangan, penderitaan, dan kegagalan menuju hidup yang penuh berkah. Selangkah lebih maju lagi, mohonlah tuntunan-Nya agar kita dapat mendatangkan berkah bagi sesama. Ini sangat penting.

Dengan penuh ketulusan memohon kepada Buddha Maitreya, maka Beliau akan memancarkan Dharma Agung-Nya dalam segenap hidup kita. Buddha Maitreya akan senantiasa mencurahkan inspirasi kearifan bagi kita, sehingga kita dapat memperbaiki pola pikir dan pandangan yang

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

keliru. Tersadarlah bahwa ternyata kita harus terlebih dahulu memberikan berkah bagi orang lain, barulah kelak hidup dalam berkah yang berlimpah. Tanpa tuntunan Buddha Maitreya, kita tidak akan pernah mengerti mengapa kita terlebih dahulu harus memberikan berkah bagi orang lain, sehingga kelak hidup kita penuh berkah. Namun kini berkat iman kita kepada Buddha Maitreya, di dalam pancaran dharma agung-Nya kita menjadi mengerti bahwa hanya dengan mendatangkan berkah bagi orang lain, maka kita akan semakin jauh dari kemalangan. Semakin banyak mendatangkan berkah bagi sesama, dengan sendirinya kita semakin terjauh segala pukulan, halangan, kesulitan, kegagalan, dan penderitaan. Inilah konsep pandangan yang benar. Kemuliaan Buddha Maitreya terletak pada panggilan hati Beliau untuk mendatangkan berkah bagi enam miliar manusia, bahkan untuk segala kehidupan di alam semesta. Beliau ingin membangun dunia yang penuh berkah, dunia yang berlimpah anugerah: Bumi Suci Maitreya, Dunia Damai Sentosa, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta. Pada akhirnya Beliau mencapai kesempurnaan sebagai Buddha Berkah, Buddha Kebahagiaan! Mari kita teladani sifat dan semangat agung Beliau.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab VII

BUDDHA MAITREYA YANG BERWAJAH KASIH, TUNTUNLAH KAMI BERWAJAH KASIH


Senyuman Kasih Harus Berakar dari Hati Nurani.

Ciri khas Buddha Maitreya adalah berwajah kasih. Di antara kita, siapa yang tidak ingin bila setiap hari dapat selalu tersenyum? Setiap insan pasti sangat mendambakan agar tawa ria senantiasa mengisi kehidupannya. Akan tetapi jarang sekali ada orang yang bisa tertawa penuh sukacita setiap harinya. Mengapa kita tidak dapat selalu tertawa bahagia? Mari kita renungkan dengan seksama. Semua adalah akibat kegelapan batin selama 6 laksa tahun. Terlebih dengan belenggu dosa karma yang terus menjerat, bagaimana mungkin kita bisa tertawa bebas? Oleh karena itulah, kita harus memohon kepada Buddha Maitreya yang senantiasa memancarkan wajah kasih untuk menuntun kita menuju hidup yang dihiasi wajah kasih.

Selama ini kita tidak menyadari bahwa sulit tertawa merupakan bagian dari belenggu dosa karma. Karena itu kita harus setulusnya bersujud kepada Buddha Maitreya yang raut wajah-Nya penuh kasih untuk menuntun kita agar dapat senantiasa berwajah kasih. Lihatlah, Buddha Maitreya setiap hari tertawa haha, sedangkan kita tidak bisa. Setiap hari kita bercermin diri, yang terlihat adalah raut wajah yang kaku, tegang, dingin, muram, ataupun penuh emosi. Singkat kata wajah kita tidak memancarkan kasih. Mari kita mengevaluasi diri. Bila kita ingin mengembangjayakan Maha Tao Maitreya, maka berwajah kasih merupakan hal yang mendasar. Sekalipun kita tidak berkhotbah, asalkan setiap hari bisa berwajah kasih, niscaya kita akan memberikan suatu kesan yang baik di hati setiap orang. Baik kenal ataupun tidak, siapa pun yang melihat wajah kasih kita akan menerima dan senang berteman dengan kita. Berikut ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Su Au, Taiwan. Ada seorang ibu rumah tangga yang di rumahnya terdapat altar pemujaan Buddha Maitreya. Tahukah Saudara apa yang senantiasa dimohon oleh ibu tersebut kepada Buddha Maitreya? Karena setiap hari melihat wajah Buddha Maitreya yang selalu tertawa haha, maka beliau juga ingin seperti Buddha Maitreya. Beliau tidak memohon kemurahan rezeki atau apapun. Yang dimohon hanyalah agar dia juga bisa tertawa haha setiap harinya seperti Buddha Maitreya. Dulunya ibu ini dikenal sangat emosional. Wajahnya selalu tak enak dipandang. Tutur katanya juga tak baik. Di dalam kebulatan tekadnya, setiap malam dengan hati yang tulus beliau

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

bersujud seribu sujudan kepada Buddha Maitreya, agar menuntun dirinya menuju hidup yang penuh dengan wajah kasih. Setahun, dua tahun terus berlanjut tanpa henti, hingga sempurna sebab jodohnya. Akhirnya beliau menjadi adik Buddha Maitreya, karena setiap hari senantiasa tertawa haha. Di mana dan kapan saja, dia selalu tersenyum. Senyumnya bukan dibuat-buat, tetapi merupakan sebuah senyum yang alami, dari pagi hingga malam tidak berubah. Demikianlah ibu ini memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk berwajah kasih. Berkat tekad dan perjuangannya, diapun berhasil! Inilah sebuah kesaksian yang nyata. Saudara Seketuhanan, yang dikhawatirkan adalah kurangnya ketulusan hati, keuletan, tekad, dan kesabaran kita. Karena itu ketulusan hati harus kita pupuk sejak dini. Asalkan setulus hati kita bersembah sujud memohon tuntunan Buddha Maitreya, maka Buddha Maitreya pasti akan menuntun kita hingga kita bisa berwajah kasih. Ini adalah sebuah kenyataan. Apabila kita ingin berwajah kasih, maka kita harus mulai dari akarnya, yaitu hati nurani. Jika hati nurani kita tidak sadar cemerlang, bagaimana kita bisa berwajah kasih? Jika hati nurani masih dipenuhi penyesalan dan deraan, bagaimana kita dapat memancarkan wajah yang penuh kasih? Karena itu, apabila kita ingin berwajah kasih, maka perjuangan harus dimulai dari dasar nurani kita. Bukan karena memiliki harta yang banyak, baru seseorang bisa berwajah kasih! Bukan karena mengenakan pakaian bermerek, baru seseorang dapat berwajah kasih! Bukan karena mengendarai mobil mewah, baru seseorang memancarkan berwajah kasih! Bukan karena tinggal di rumah megah, baru seseorang bisa berwajah kasih! Juga bukan karena menjadi pejabat tinggi, baru seseorang dapat berwajah kasih! Wajah kasih bersumber dari hati nurani yang sadar cemerlang. Asalkan nurani kita berpancar cemerlang, dengan sendirinya kasih berpancar di wajah kita. Untuk dapat memancarkan wajah kasih, tentu saja sebanyak 70% kita mengandalkan uluran kekuatan Tuhan dan para Buddha. Asalkan dengan penuh ketulusan kita memohon kepada Buddha Maitreya, maka Buddha Maitreya pasti akan membentangkan jalan bagi kita. Para Buddha dan Bodhisatva akan menyukseskan kita dalam menggapai hidup yang berhiaskan wajah kasih. Siapapun juga, asalkan dia berangan memiliki wajah kasih dan terbebas dari raut wajah yang sedih, dingin, atau penuh amarah, niscaya para Buddha akan membantunya. Karena para Buddha-Bodhisatva dan Para Suci di jagat raya ini juga berpartisipasi dalam misi agung Buddha Maitreya. Barang siapa berikrar untuk hidup seperti Buddha Maitreya, berhati kasih seperti Buddha Maitreya, berperilaku kasih seperti Buddha Maitreya, dan berwajah kasih seperti

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Buddha Maitreya, maka para Buddha pasti akan membantunya. Para Bodhisatva dan Para Suci sejagat raya juga akan membantunya hingga sukses! Amalkanlah kebenaran ini! Janganlah kita mengabaikan 70% kekuatan yang berasal dari Tuhan dan para Buddha. Jangan pula kita menjadi pongah, mengangap keberhasilan kita semata adalah berkat perjuangan diri sendiri. Marilah kita belajar berendah hati. Dengan segala kerendahan hati kita terima tuntunan Buddha Maitreya! Bagi Saudara yang mengikuti Proyek Suci Berkah Semesta, Saudara akan mendapatkan pratima perunggu Buddha Maitreya. Letakkanlah pratima tersebut di tempat yang paling bersih di rumah Anda. Bersujudlah setiap hari dihadapannya sebelum Anda tidur, tanpa ada permintaan apapun selain ingin menjadi seperti Buddha Maitreya yang selalu tertawa haha! Jika ada waktu, bersujudlah lebih banyak. Lakukan terus menerus dengan tekad yang kuat, penuh kesabaran dan ketekunan, sampai memperoleh jawabannya. Pada saatnya, dengan sendirinya Anda akan bisa tertawa ria setiap harinya. Ini sangat penting bagi kita! Dalam pembinaan Ketuhanan, siapa yang mengamalkan, dialah yang mendapatkan hasilnya. Siapa yang tidak mengamalkan, dia takkan memperoleh apapun. Jadi diri sendirilah yang harus berdaya upaya. Karena tak ada seorang pun yang dapat menggantikan atau mewakili kita dalam membina diri. Membina Ketuhanan merupakan hal yang sangat adil. Diri sendiri harus berjuang, barulah memperoleh keberhasilan. Jika kita ingin berwajah kasih, maka sejak kini kita harus berjuang! Dengan penuh ketulusan kita terus bersembah sujud, bertobat, berkarya suci, dan selamanya menerima tuntunan Buddha Maitreya. Dengan hati yang suci memohon kepada Buddha Maitreya untuk senantiasa melindungi dan menuntun kita berwajah kasih. Barang siapa mempunyai ketulusan dan keyakinan yang teguh kepada Buddha Maitreya, dan selamanya ingin mengikuti jejak Buddha Maitreya, niscaya ia bisa hidup dalam kecemerlangan, kearifan, kebahagiaan, sukacita, keceriaan, dan hidup penuh cinta kasih dan berwajah kasih. Dengan Berwajah Kasih, Seseorang Dapat Mengubah Nasib Orang Lain, Keluarga, Masyarakat, Maupun Negaranya. Memperbaiki Nasib Keluarga, Masyarakat, dan Negara Berarti Memperbaiki Nasib Dunia Ini. Berwajah kasih bisa mengubah nasib seseorang. Betapapun miskinnya hidup seseorang, jika wajahnya selalu memancarkan kasih, niscaya nasibnya akan berubah. Sebaliknya seorang yang hidupnya kaya raya, jika setiap hari wajahnya selalu murung dan bermuram durja, tak bisa tersenyum, maka nasibnya juga dapat berubah mengikuti wajahnya.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Jika setiap rakyat berwajah kasih, maka nasib negara tersebut pasti berubah menjadi baik. Negara akan menjadi damai-sentosa, kaya, kuat, sehat, dan bahagia. Begitu juga dengan sebuah keluarga. Dari ayah, ibu, hingga putra-putrinya, jika hari-harinya selalu dihiasi dengan senyum dan tawa, niscaya nasib keluarga ini akan semakin membaik. Keluarga ini pasti hidup dengan bahagia, sempurna, ceria, harmonis, dan penuh dengan cinta kasih. Dengan wajah yang memancarkan senyum kasih, keluarga yang nasibnya tidak baik bisa berubah menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia! Jika senantiasa berwajah kasih, di manapun kita berada, kita akan selalu diterima dengan baik. Baik kenal maupun tidak, begitu melihat kita memancarkan senyum kasih dan tertawa haha, semua orang pasti menerima kita. Manusia zaman sekarang cenderung bersikap waspada kepada orang lain: apakah kehadiran kita akan mendatangkan keberuntungan atau kerugian baginya? Karena alasan inilah, hubungan antarmanusia menjadi sangat renggang, saling menjauhi dan saling menjaga jarak. Bagaimana kita menjalin kembali hubungan antarmanusia yang telah renggang tersebut? Bagaimana cara untuk menghancurkan tembok pemisah, menghilangkan segala perbedaan yang ada? Jawabannya hanya satu, yaitu dengan memancarkan wajah kasih! Saling memancarkan wajah kasih merupakan cara menjalin relasi yang paling indah. Walaupun orang selalu mewaspadai kita, menjauhi kita, memisahkan diri dari kita, tetapi jika kita bisa memancarkan senyuman yang tulus, maka segala tembok pemisah akan musnah dengan sendirinya, segala jarak dan perbedaan pun akan sirna. Sarana yang Paling Ampuh untuk Membantu Buddha Maitreya Mewujudkan Bumi Sukhavati Adalah Wajah Kasih. Jika kita ingin membantu Buddha Maitreya mewujudkan Dunia Damai Sentosa, maka sarana yang paling utama adalah berwajah kasih. Walaupun kita dapat membabarkan dharma secara luar biasa, orang lain belum tentu bisa menerimanya. Namun, apabila kita bisa berwajah kasih, orang lain akan dengan mudah menerima dharma yang kita sampaikan walaupun sangat sederhana isinya. Sebagai atasan, bila dapat senantiasa berwajah kasih, maka semua bawahan pasti merasa nyaman dalam berkarya. Produktifitas kerja niscaya semakin meningkat. Akan tetapi, jika sebagai seorang atasan selalu berwajah cemberut, muram, dan dingin, maka semangat kerja bawahan pasti menurun. Sebaliknya juga sebagai seorang bawahan, bila kita dapat senantiasa memancarkan wajah kasih, maka atasan pasti akan senang.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Dalam membina diri, bagaimana kita bisa membantu dan membahagiakan Sesepuh kita? Bagaimana mendatangkan sukacita kepada Pandita dan para senior kita? Sangat mudah! Yaitu dengan senantiasa berwajah kasih! Cukup dengan berwajah kasih, maka semangat Sesepuh, Pandita, dan para senior akan bergelora. Namun, jika dari pagi sampai malam raut muka kita dingin, penuh kesedihan dan kepedihan, siapa pun akan merasa gelisah melihat kita. Jika Ingin Menjalin Hubungan Antarmanusia yang Harmonis, Berwajah Kasih Merupakan Pilihan Tunggal. Jika kita menghendaki terciptanya hubungan antarmanusia yang baik - di antara sesama rekan, atasan, juga bawahan - berwajah kasih adalah pilihan utama! Untuk membabarkan kebenaran dalam nama Tuhan, untuk menyelamatkan umat manusia, untuk menyebarluaskan Maha Tao Maitreya sampai ke seluruh pelosok negeri, untuk mengembangjayakan semangat spiritual Buddha Maitreya yang Agung sampai ke hati setiap insan di dunia, maka kita harus memancarkan wajah cinta kasih. Inilah satu-satunya pilihan kita! Setujukah Anda? Demikian pula di dalam kehidupan berumah tangga. Bila sebagai seorang istri, setiap hari Anda bisa tersenyum manis, maka suami Anda pasti sangat menyayangi Anda! Tetapi jika wajah Anda murung dan selalu tampak tak bahagia, bagaimana suami Anda bisa menyayangi Anda? Begitu juga sebaliknya, sebagai suami juga hendaknya memiliki sikap yang sama, setiap hari tersenyum ria. Maka istri Anda akan tetap bersukacita walaupun sibuk seharian. Jika dapat saling menghormati, jika hubungan dijalin dengan wajah kasih, niscaya hari-hari kita jadi menyenangkan.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab VIII

BUDDHA MAITREYA YANG MAHAHARMONIS, TUNTUNLAH KAMI MENUJU KEHARMONISAN


Harmonis Berarti Tidak Melukai Hati Orang Lain, Tidak Memperburuk Keadaan, Tidak Mencelakai Makhluk Lain, dan Tidak Merusak Benda-Benda. Harmonis Berarti Hanya Mendatangkan Berkah bagi Umat Manusia, Semua Makhluk dan Benda, dan dalam Segala Urusan. Bila menghendaki hidup yang harmonis, maka kita harus harmonis dalam menjalin relasi kemanusiaan, harmonis dalam menangani segala urusan, serta bisa menghargai setiap makhluk dan benda. Inilah makna keharmonisan yang sesungguhnya. Jika hanya harmonis dalam relasi kemanusiaan, tetapi tidak harmonis dalam menangani segala urusan, serta tidak menghargai keberadaan setiap makhluk dan benda, ini bukanlah keharmonisan yang seutuhnya. Sama halnya, jika hanya harmonis dalam menangani urusan, tetapi tidak harmonis dalam relasi kemanusiaan, serta tidak menghargai keberadaan setiap insan dan benda, ini juga bukanlah sebuah keharmonisan. Bagaimanakah caranya agar kita dapat mencapai keharmonisan sejati? Inilah yang harus kita perjuangkan bersama! Dengan harmonis dalam relasi kemanusiaan, dalam menangani segala urusan, dan dalam menghargai keberadaan setiap makhluk dan benda, berarti kita telah menjalin jodoh bajik! Sebaliknya, apabila dalam relasi kemanusiaan tidak harmonis, menangani segala urusan tidak harmonis, serta tidak menghargai setiap makhluk dan benda, ini berarti kita telah mengikat jodoh batil. Dengan memiliki banyak jodoh bajik, maka kelak faktor bantuan yang memberkahi kehidupan kita pun banyak. Lalu bagaimana jika kita senantiasa mengikat jodoh batil? Dengan sendirinya banyak pula faktor penghambat dan perintang yang menghadang dalam hidup kita. Dalam menangani segala urusan dan mengambil keputusan, dalam setiap tutur kata dan tindak-tanduk, kita harus selalu bermawas diri. Keharmonisan selalu membuahkan berkah keberuntungan bagi setiap manusia, makhluk, benda, dan dalam segala urusan. Jangan sampai kita melukai hati orang, memperburuk masalah, mencelakai makhluk lain, atau merusak benda. Bahkan terhadap setiap niat yang muncul pun, terlebih kita harus bermawas diri. Janganlah menganggap bahwa jika kejahatan kita hanya sebatas niat saja, bila kita tidak berucap kata atau melakukan perbuatan yang jahat, itu tidak apa-apa. Ini adalah anggapan yang salah. Niat buruk sama saja dengan mengundang datangnya bencana. Mari kita ambil

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

sebuah contoh yang sederhana. Saat di benak kita terbetik kebencian, walaupun itu masih sebatas niat pikiran saja, belum terlontar melalui ucapan maupun perbuatan, niat ini sudah bisa mempengaruhi hati orang, memperburuk masalah, mencelakai makhluk lain, dan merusak benda. Bagaimana mungkin? Jika hati kita penuh dengan kebencian, maka nafas yang kita hembuskan pun mengandung hawa kebencian. Bila hawa kebencian ini dihirup oleh orang lain, maka lama-kelamaan dapat mencemari hati orang yang menghirupnya! Orang lain akan merasa tidak nyaman, hingga bangkitlah benih-benih amarah dan kebencian yang terpendam dalam hatinya. Inilah yang dimaksud pencemaran terhadap hati umat manusia! Perubahaan cuaca yang tidak normal akhir-akhir ini bukanlah merupakan kehendak Tuhan. Semua ini adalah akumulasi hawa kejahatan yang terpancar dari diri seluruh umat manusia di dunia! Setiap hari hati umat manusia dipenuhi hawa iri, dengki, benci, tidak puas, tidak adil, dan pikiran buruk lainnya. Hawa yang dihembuskan melalui nafas ini terkumpul menjadi hawa negatif. Hawa yang mengandung unsur kekerasan dan kejahatan inilah yang mencemari langit dan bumi, sehingga cuaca menjadi tidak normal dan mendatangkan bencana. Oleh karena itu, jika ingin memulihkan dunia ini, membuat cuaca menjadi normal kembali sehingga tiada lagi bencana, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah merombak hati kita sendiri. Demikianlah, membina Ketuhanan berarti membina hati! Bagaimana agar segala hal bisa berjalan harmonis? Pertama-tama kita harus memperhatikan setiap niat, tutur kata, dan perilaku kita. Setiap ucapan dan perbuatan berawal dari pikiran. Apa yang sedang kita pikirkan, itulah yang akan kita ucapkan. Apa yang sedang kita pikirkan, itulah yang akan kita lakukan. Jadi agar segalanya dapat berjalan dengan harmonis, cegahlah akar ketidakharmonisan itu sendiri. Kita harus senantiasa bermawas diri atas segala niat yang timbul di benak kita, agar benih ketidakharmonisan tidak terlanjur terjadi. Sebagai contoh, niat dan tutur kata penuh kebencian adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan keharmonisan. Melampiaskannya melalui perbuatan, lebih-lebih tidak sejalan dengan keharmonisan. Sepatah kata yang mengandung kebencian saja sudah bisa membuat amarah seseorang meledak, apalagi bila kebencian itu diluapkan melalui tindakan! Luka yang didatangkan akan jauh lebih besar. Akibatnya, entah berapa banyak orang yang akan menerima efek-efek sampingnya, entah berapa banyak urusan dan masalah yang menjadi semakin rumit, entah berapa banyak makhluk yang terluka. Oleh karena itu, dengan mencegah terjadinya suatu keburukan, dengan senantiasa bermawas diri akan segala niat pikiran, terwujudlah keharmonisan. Berikut ini adalah contoh yang sederhana. Saat mengendarai mobil, asap knalpot haruslah ramah lingkungan, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kita harus berusaha sedapat mungkin menekan pencemaran sampai ke titik yang paling rendah. Jika asap

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

kotor yang dikeluarkan tidak sesuai standar, maka akan mencemari udara, mencemari langit dan bumi, mencemari orang-orang, mencemari hewan dan tumbuhan. Banyak pihak yang dirugikan oleh polusi ini. Bila kita bersikap demikian, walaupun setiap hari memiliki rezeki yang berlimpah, berkah tersebut menjadi bocor akibat perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu, dalam hal kecil seperti mengendarai mobil pun kita harus berhati-hati. Periksalah asap knalpot kita, jika tidak sesuai standar, berarti kita telah menghamburkan rezeki yang telah terkumpul dalam seumur hidup kita. Sikap seperti ini menunjukkan buruknya budi pekerti kita. Walau sering berdana amal dan menunaikan ikrar, segala kebaikan ini akan terkikis sedikit demi sedikit akibat sikap kita yang sembrono. Begitu Timbul Niat-Niat Buruk: Rasa Benci, Rasa Tidak Puas, Rasa Angkuh, dan Niat Tidak Baik Lainnya, Berarti Kita Sedang Mengikis Jasa Pahala Sendiri. Begitu timbul kebencian, ketidakpuasan, keangkuhan, ataupun niat melukai orang lain, sebenarnya kita tengah mengikis amal pahala yang kita bangun. Pahamilah, setiap orang bisa beramal pahala dan menunaikan ikrar, melakukan triamal, serta membabarkan kebenaran Tuhan. Tetapi bila terdapat celah kebocoran, maka lama-kelamaan semua jasa pahala yang kita bangun akan habis juga! Sadarkah kita akan hal ini? Hal ini sangat penting untuk dicermati. Membangun dan memupuk jasa pahala adalah hal yang tidak mudah. Bila kita tidak berhati-hati, maka sedikit demi sedikit semua itu akan terkikis sampai habis. Sangat disayangkan! Karena itu, apapun yang kita lakukan, apapun yang kita ucapkan, hingga kemunculan niat-niat pun harus harmonis, tiada kebocoran. Begitu ada pihak lain yang terluka oleh kita, berarti telah terjadi kebocoran. Seperti pada contoh mengenai asap knalpot tadi, jika kita melanggarnya berarti setiap hari kita sedang mengikat jodoh batil dengan setiap orang. Setiap hari merugikan orang lain, menodai langit dan bumi, dan melukai segala makhluk. Sehingga walaupun memiliki amal jasa pahala yang besar, telah melunasi ikrar yang besar, semua itu setitik demi setitik akan terkikis sampai habis. Mengapa dunia dipenuhi dengan hawa kekerasan dan kejahatan? Semua berasal dari niat buruk kita, yang kelak mendatangkan mahabencana yang dashyat! Inilah rahasia alam semesta. Sebagai contoh, angin topan merupakan wujud akulumasi hawa kebencian, ketidakadilan, ketidakpuasan, ego, dan permusuhan dari jutaan orang setiap harinya. Hawa jahat yang terkumpul membuat cuaca menjadi tidak normal, sehingga timbullah topan yang besar. Oleh karena itu, janganlah mengira datangnya angin topan adalah tanpa sebab

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

musabab. Semuanya merupakan buah perbuatan manusia. Inilah pencemaran udara yang paling berbahaya.

Jika tidak ingin diliputi hawa kebencian, janganlah berniat melukai orang lain. Jauhi sikap yang tidak berbudi pekerti, yang tidak sejalan dengan nurani. Janganlah menimbulkan hawa kekerasan yang sesat dan jahat. Dengan demikian angin topan pun tidak akan terjadi. Bila angin topan terjadi, maka banyak korban yang berjatuhan, dan betapa besar kerugian materi umat manusia! Hewan dan segala jenis kehidupan pun ikut terluka. Bukankah ini sungguh berdosa?

Marilah dengan setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya yang Mahaharmonis, agar kita dapat menggapai keharmonisan. Mohonlah Beliau untuk menuntun hati, pikiran, tutur kata, dan perbuatan kita setiap harinya, agar selalu sejalan dengan nurani, sejalan dengan kebenaran, tidak melukai orang, memperburuk masalah, mencelakai makhluk hidup, ataupun merusak benda. Ini sangatlah penting.

Setiap musibah dan bencana yang terjadi disebabkan oleh perbuatan manusia, bukan diturunkan oleh Tuhan. Jikalau setiap hari kita memancarkan hawa yang tidak baik, maka dunia luas akan terpengaruh. Hawa kebenaran menjadi sirna karena ternodai oleh kebencian, kesesatan, dan kejahatan yang kita hembuskan melalui napas. Mengapa kini dunia sarat akan bencana? Karena bumi telah kehilangan hawa kebenaran. Oleh karena itu, kita harus membangun kembali hawa kebenaran. Kita harus memiliki hati yang gembira, bersukacita, dan bebas leluasa. Kemudian pancarkanlah hingga hawa sukacita, kebahagiaan, kehangatan, dan kedamaian tersebar dan memenuhi atmosfir bumi.

Mari! Saya, Anda, dan mereka, semua melakukan hal yang sama. Dalam hati tidak ada niat yang tidak baik. Penuhi hati dengan niat bajik, niat kebenaran, niat Ketuhanan. Dengan demikian musibah dan bencana akan sirna! Cuaca pun akan menjadi normal kembali. Binalah diri hingga senantiasa dipenuhi dengan niat Ketuhanan. Jadilah orang yang berintegritas (memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran). Dengan demikian setiap napas yang dihembuskan adalah hawa yang baik. Demi menyelamatkan dunia ini, menyelamatkan negara kita, menyelamatkan seluruh masyarakat dan setiap orang yang ada di sekeliling kita, kita membutuhkan Buddha Maitreya yang Mahaharmonis untuk menuntun kita menuju hidup yang harmonis.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Jika setiap urusan berjalan harmonis, jika relasi antarmanusia juga terjalin harmonis, tidak melukai orang lain, tidak memperburuk masalah, tidak mencelakai semua makhluk, dan tidak merusak benda-benda, maka seluruh kehidupan berlangsung dengan penuh keharmonisan, kehangatan, ketenangan, kedamaian, dan sarat akan getaran kasih. Sirnalah bencana di muka bumi. Mari kita perjuangkan bersama! Bersama memohon tuntunan Buddha Maitreya yang Mahaharmonis menuju keharmonisan.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab IX

BUDDHA MAITREYA YANG MAHASEMPURNA, TUNTUNLAH KAMI MENUJU HIDUP YANG SEMPURNA
Di dunia ini, siapakah yang memiliki pribadi paling sempurna? Dialah Buddha Maitreya yang Mahasempurna, yang memiliki sepuluh semangat kebersamaan: eksistensi bersama, kemuliaan bersama, kebahagiaan bersama, kedamaian bersama, kesadaran bersama, perolehan bersama, berkah bersama, kekayaan bersama, kemilikan bersama, dan kesuksesan bersama. Jika hanya kita sendiri yang dapat eksis di dunia ini, sedangkan orang lain tidak dapat bertahan hidup, sempurnakah hidup dalam kesendirian seperti itu? Apabila kita mendapatkan kemuliaan, sedangkan orang lain nista, sempurnakah kemuliaan yang demikian? Kita hidup bahagia, sedangkan orang lain sengsara, kebahagiaan seperti ini sangatlah tidak sempurna bukan? Apabila hidup kita damai dan tenteram, maka kita harus membantu sesama untuk dapat hidup damai dan tenteram seperti kita. Jika kita telah meraih kesadaran, maka kita harus membantu sesama untuk sadar. Jika hanya kita sendiri yang sadar, sedangkan orang lain masih terlena dalam kesesatan, berarti kesadaran yang demikian tidaklah sempurna. Juga ketika kita memperoleh sesuatu, maka orang lain juga harus mendapatkannya. Jika hanya kita sendiri yang mendapatkan sedangkan orang lain tidak, keadaan seperti ini sungguh jauh dari nilai kesempurnaan yang sesungguhnya.

Sama halnya, apabila kita hidup penuh berkah sedangkan orang lain hidup di tengah kemalangan, ini adalah fenomena yang tidak sempurna. Hanya kita yang kaya berlimpah, sementara orang lain miskin melarat, kenyataan seperti ini juga tidak sempurna. Hanya kita yang memiliki, sementara orang lain tidak, keadaan semacam ini tidaklah sempurna. Kalau kita sukses sementara orang lain mengalami kegagalan, ini sungguh tidak sempurna! Terapkanlah sepuluh semangat kebersamaan Buddha Maitreya yang Mahasempurna hingga menjadi budaya hidup kita, agar Dunia Damai Sentosa segera terwujud, agar semua kehidupan di muka bumi hidup berdampingan. Hidup dalam satu kemuliaan, kebahagiaan, dan kedamaian yang sama. Bersama mencapai kesadaran, bersama mendapatkan, menikmati rezeki, dan kaya berlimpah. Sama-sama memiliki dan meraih kesuksesan. Demikianlah realitas kesempurnaan sejati yang sempurna.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Sangat disayangkan, begitu memiliki badan jasmani, manusia menjadi sulit memancarkan kesempurnaan kodratinya secara utuh. Jasmani ini mendorong kita bersifat egois. Mari kita amati raga ini. Jasmani kita takut akan lapar dan dahaga. Bila tak cukup tidur maka bisa jatuh sakit. Terlalu banyak hal yang ditakuti oleh badan jasmani: takut kepanasan dan kedinginan, hingga takut kehilangan gengsi! Akibatnya hati kita melekat pada makanan yang enak, pakaian yang mahal, rumah yang megah, dan kendaraan yang mewah. Sungguh jasmani ini sangat merepotkan dan tidak sempurna! Jika tidak mendapatkan kepuasan, serta-merta hati kita merasa tidak enak, kesal, dan jengkel. Oleh karena itu, Nabi Lao tze bersabda, Saya membenci jasmani ini, karena jasmanilah sumber dari segala malapetaka! Sesungguhnya secara kodrati, hati nurani kita adalah mahasempurna. Karena itu kita harus berjuang menghancurkan ego kita, biarkanlah hati nurani yang mahasempurna menjadi pengendali jasmani yang tidak sempurna ini. Kala nurani yang mahasempurna semakin menjadi pengendali tubuh ini, maka semua perbuatan yang dilakukan pun akan semakin sempurna. Maka jasmani bukan lagi menjadi penghambat, namun justru menjadi sarana menuju kecemerlangan nurani.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Jika hanya mengandalkan kemampuan dan kekuatan diri sendiri, pengendalian diri menjadi mustahil. Kita harus mengandalkan kekuatan Buddha Maitreya yang Mahasempurna untuk menuntun kita, kita butuh kehadiran Buddha Maitreya yang Mahasempurna untuk menuntun kita menuju kesempurnaan! Buddha Maitreya yang Mahasempurna sebenarnya adalah manifestasi dari hati nurani yang mahasempurna. Buddha Maitreya hanyalah mengaktualisasikan realitas nurani yang mahasempurna saja!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab X

BUDDHA MAITREYA YANG MAHASEJATI, MAHABAJIK, MAHAINDAH, TUNTUNLAH KAMI MENUJU HIDUP YANG SEJATI, BAJIK, DAN INDAH
Setulus Hati Bersujud Memohon Tuntunan Buddha Maitreya untuk Menjauhi Sifat Munafik dan Inkonsistensi (selalu berubah) - Menuju Kesejatian, Menjauhi Dosa - Menuju Kebajikan, Menjauhi Sifat Buruk - Menuju Sifat yang Indah. Kebalikan dari kesejatian hati adalah kemunafikan. Kebalikan dari kebajikan adalah kebatilan. Kebalikan dari keindahan adalah keburukan. Bagaimanakah agar kita dapat meninggalkan kemunafikan? Sebelumnya kita pahami dulu arti kesejatian hati. Kesejatian hati berarti keteguhan hati yang tak berubah. Lawan dari keteguhan hati adalah hati yang labil, selalu berubah-ubah. Mengapa hidup kita sarat akan penderitaan dan kegelisahan? Mengapa hidup ini dipenuhi dosa dan kegelapan? Jawabannya, karena kita munafik. Hati kita tidak tulus, sering berprasangka, dan selalu berubah-ubah, tidak berpendirian. Terlebih, kita selalu mempertahankan dosa dan keburukan kita. Akibatnya kita kehilangan kebahagiaan, kebijaksanaan, cinta kasih, sukacita, dan senyuman kasih. Bagaimana cara untuk meninggalkan kemunafikan, prasangka, dosa, dan sifat-sifat buruk lainnya? Yaitu dengan setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya untuk menjauhi sifat munafik dan prasangka - menuju kesejatian, menjauhi dosa - menuju kebajikan, menjauhi sifat buruk - menuju sifat yang indah. Indah yang dimaksud di sini adalah keindahan jiwa, keindahan hati nurani, bukan keindahan fisik. Asalkan memancarkan nurani yang mahaindah, walaupun seseorang bertampang buruk, di mana saja berada ia tetap akan disenangi banyak orang. Sebaliknya, meski seseorang sangat tampan dan cantik jelita, tetapi jika hatinya tidak indah, maka keindahan tersebut hanyalah bersifat sementara dan cepat berlalu. Hanyalah keindahan hati nurani yang bersifat abadi dan bertahan selamanya. Demi mewujudkan masa depan yang gemilang, demi hidup yang penuh kebijaksanaan, demi memancarkan cinta kasih, demi merasakan sukacita dan kebahagiaan sejati, demi

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

memancarkan wajah kasih, demi hidup yang penuh berkah, dan demi keharmonisan dan kesempurnaan dalam segala hal, kita harus bersujud dan memohon tuntunan Buddha Maitreya yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah untuk menjauhi kemunafikan, dosa, dan segala sifat buruk. Hanya dengan cara inilah kita bisa berhasil! Yang dimaksud dengan keburukan yaitu segala niat, perbuatan, dan tutur kata yang memalukan, yang harus senantiasa dirahasiakan! Untuk memperoleh hari-hari yang terang gemilang, kita harus memperbaiki segala keburukan diri kita. Yakinlah, asalkan kita setulus hati bersujud, memohon tuntunan Buddha Maitreya menuju hidup yang sejati, bajik, dan indah, kita pasti akan berhasil!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab XI

BUDDHA MAITREYA YANG MAHAKASIH, TUNTUNLAH KAMI MENUJU TAMAN SUKACITA SEMESTA
Tujuan Membina Ketuhanan Adalah Mendatangkan Berkah bagi Seluruh Umat Manusia, Mendatangkan Harapan dan Kegemilangan bagi Dunia, Mendatangkan Kebahagiaan dan Sukacita Abadi bagi Umat Manusia. Sebagai siswa Maitreya, kita harus memupuk tekad dan cita-cita yang luhur, sehingga memiliki kekuatan dan semangat juang dalam membina. Jalan pembinaan adalah sebuah jalan yang bertujuan mendatangkan berkah bagi seluruh umat manusia, mendatangkan harapan dan kegemilangan bagi dunia, mendatangkan kebahagiaan dan sukacita abadi bagi umat manusia. Buddha Maitreya adalah Mahakasih. Dengan memiliki tekad dan cita-cita yang luhur, Buddha Maitreya yang Mahakasih akan menuntun kita menuju Taman Sukacita Semesta. Taman Sukacita Semesta bukan tercipta secara ajaib. Kita juga tidak akan memasuki Taman Sukacita Semesta secara kebetulan. Untuk dapat memasuki Taman Sukacita Semesta, menjadi warga Bumi Suci Maitreya, hidup dalam Dunia Damai Sentosa yang bahagia, kita terlebih dahulu harus memiliki berkah yang besar. Tanpa berkah yang besar, semua itu tak mungkin. Bagaimanakah agar kita memiliki berkah yang besar? Yaitu dengan membina Ketuhanan secara benar: membina untuk mendatangkan berkah, kebahagiaan, kesukaciaan, harapan, kepercayaan diri, dan kegemilangan bagi sesama. Siapa yang dapat merealisasikannya, dengan sendirinya dia memiliki berkah yang besar! Pahamilah makna membangun dan memupuk berkah yang sebenarnya! Janganlah hanya sibuk membangun berkah duniawi yang fana. Kita juga harus membangun berkah ilahi yang kekal abadi! Abad-21 adalah Abad Maitreya, Abad Hati Nurani. Kejayaan Maitreya terus bangkit penuh gelora. Setiap insan manusia mempunyai tanggung jawab ilahi yang tak terelakkan, yaitu membantu Buddha Maitreya mewujudkan Taman Sukacita Semesta! Buddha Maitreya berikrar untuk mewujudkan Bumi Suci, Negeri Buddhata, suasana nirwana di dunia ini. Sekarang, bagaimanakah cara merealisasikan tanggung jawab mulia ini? Langkah pertama bagi setiap siswa Maitreya adalah menegakkan satu ikrar agung yang sama: ikar agung untuk membantu Buddha Maitreya mewujudkan Bumi Suci. Dengan demikian, maka Buddha Maitreya yang Mahakasih akan menuntun kita menuju Taman Sukacita Semesta. Seharusnya istilah negara maju atau negara adidaya bukan dimaknai sebagai negara yang kuat perekonomian atau militernya, melainkan negara yang tinggi moralitas dan kesadaran

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

nuraninya. Bila setiap negara di dunia menjadi negara adidaya nuraniah, niscaya dunia akan menjadi damai dengan sendirinya! Abad-21 adalah abad kehadiran Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta. Bagaimana cara menghadirkannya? Semua ini menjadi tanggung jawab nurani yang tak terelakkan, yang harus diperjuangkan oleh kita. Karena itu, kita semua harus setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya yang Mahakasih untuk menuju Taman Sukacita Semesta. Memasuki Taman Sukacita Semesta haruslah kita capai secara bersama. Hanya memikirkan kepentingan diri dan tak peduli akan orang lain adalah sikap yang tidak mulia. Mari, bersama bergandengan tangan, bersatu hati menuntun seluruh saudara dari segala penjuru dunia untuk memasuki Taman Sukacita Semesta. Demikianlah jiwa Mahakasih. Inilah semangat Maitreya yang nyata! Mari kita insafi misi dan tanggung jawab kita. Jika kita dapat mengantar seluruh umat manusia, seluruh saudara kita menuju Taman Sukacita Semesta, maka kehidupan abadi akan kita capai bersama.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab XII

BUDDHA MAITREYA YANG MAHAABADI, TUNTUNLAH KAMI MENUJU HIDUP ABADI


Keabadian, Hidup Abadi, Bebas dari Ikatan Lahir-Mati Adalah Buah dari Perjuangan Memanifestasikan Kesadaran Nurani. Berdedikasi Besar bagi Umat Manusia, Hidup Pun Menjadi Abadi. Kita harus memahami bahwa keabadian bukanlah sebuah istilah belaka, tetapi adalah suatu perjuangan nurani yang harus direalisasikan. Menuntun seluruh umat manusia memasuki Taman Sukacita Semesta, itulah manifestasi kesadaran nurani. Inilah proses pencapaian keabadian. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang bisa dilihat oleh mata adalah bersifat fana adanya. Demikian juga yang dapat didengar oleh telinga dan diraba oleh tangan, semuanya bersifat fana. Yang dapat dicium oleh hidung, dikecap oleh lidah, dirasakan oleh tubuh, termasuk semua perasaan hati, semuanya adalah bersifat sementara. Hanyalah realitas hati nurani yang bersifat abadi. Bagaimanakah cara memanifestasikan kesadaran nurani? Yaitu dengan menerima kehadiran Buddha Maitreya yang Mahakasih sebagai penuntun hidup kita, mengikuti jejak langkah Buddha Maitreya, meneladani semangat kasih-Nya, dan berperan nyata dalam misi agung Buddha Maitreya agar lebih banyak saudara kita yang dapat memasuki Taman Sukacita Semesta. Inilah manifestasi kesadaran nurani. Inilah wujud keberhasilan dalam penerapan sepuluh semangat kebersamaan Maitreyani! Sepuluh semangat kebersamaan Maitreyani merupakan semangat Buddha Maitreya, semangat hati nurani, semangat moralitas. Dengan demikian, tanpa perlu mencari keabadian, maka keabadian akan kita peroleh dengan sendirinya. Semoga kita semua dapat memahaminya! Keabadian, hidup abadi, bebas dari lahir-mati bukan kita peroleh dengan cara mencarinya di luar diri, melainkan dengan cara memanifestasikan kesadaran nurani dan berdedikasi tinggi bagi umat manusia. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci tidak mencari keabadian hidup. Dalam segenap hidup Mereka hanya mencurahkan kebajikan yang tak terkira besarnya bagi umat manusia. Kini kita mengikuti langkah Buddha Maitreya, mengabdikan diri dalam misi agung-Nya untuk mewujudkan Taman Sukacita Semesta, inilah keabadian. Mari kita realisasikan bersama!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Marilah kita hafalkan lagu Buddha Maitreya Penuntun Hidupku Versi Doa. Insafilah dengan seksama lirik demi lirik. Lantunkanlah dengan baik dan setulus hati. Satu kali melantunkan lagu ini berarti satu kali pula kita memanjatkan doa. Dengan setulus hati melantunkan lagu ini, berarti setulus hati memohon tuntunan Buddha Maitreya dalam segenap hidup kita. Betapa luhurnya! Marilah kita lantunkan lagu tersebut sebaik-baiknya.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab XIII

IKRAR AGUNG BUDDHA MAITREYA ADALAH HARAPAN SELURUH UMAT MANUSIA


Ikrar agung Buddha Maitreya adalah harapan seluruh umat manusia. Ikrar agung Buddha Maitreya yaitu mengubah dunia ini menjadi Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Inilah jawaban dari suara hati setiap insan yang selalu mendambakan kedamaian abadi di dunia; negara dan bangsa yang makmur dan berjaya; masyarakat yang maju, tenteram, dan harmonis; keluarga yang rukun bahagia; dan sebuah kehidupan yang bebas leluasa, dengan masa depan yang gemilang. Budaya Maitreya adalah Budaya Kasih. Budaya Maitreya adalah Budaya Seluruh Umat Manusia. Budaya Maitreya adalah budaya bagi seluruh umat manusia karena budaya Maitreya merupakan budaya kasih. Seperti apakah budaya kasih itu? Dimulai dari budaya berindera kasih. Dengan mata kasih, apapun yang dilihat adalah baik adanya. Dengan telinga kasih, apapun yang didengar adalah suara yang merdu. Dengan lidah kasih, apa saja yang disantap terasa lezat. Dengan mulut kasih, kata-kata yang dilontarkan selalu sejalan dengan kasih. Dengan hidung kasih, apapun yang dicium terasa harum. Dengan jasmani kasih, segala tindakan selalu mendatangkan kebaikan bagi umat manusia. Jiwa penuh kasih senantiasa berbahagia, bersukacita, dan bergembira. Dari sini kita pahami bahwa budaya kasih adalah budaya yang mendatangkan kegemilangan, harapan, optimisme, dan semangat bagi semua orang. Budaya kasih adalah budaya yang mendatangkan kebijaksanaan, cinta kasih, kesempurnaan, sukacita, dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Seluruh umat manusia selalu memandang Buddha Maitreya dari sudut pandang yang universal. Di dunia yang penuh keragaman akan keyakinan religi, kewarganegaraan, adat istiadat, kebiasaan, budaya, ideologi, ras, warna kulit, dan suku bangsa, semua tidak memandang Buddha Maitreya sebagai sebuah patung Buddha, idola, atau wujud rupa belaka. Dalam hati setiap manusia, Buddha Maitreya juga bukanlah milik sebuah religi tertentu, bukanlah milik sebuah bangsa atau negara tertentu, bukanlah milik sebuah organisasi tertentu, dan bukan milik individu tertentu. Buddha Maitreya adalah sosok figur yang universal, lambang kegemilangan, harapan, berkah, kebahagiaan, dan senyuman kasih. Dengan mengimani Buddha Maitreya, maka kita memiliki jaminan dan harapan akan masa depan.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Beriman yang Benar kepada Buddha Maitreya, Bersujud Memohon Tuntunan Buddha Maitreya. Kita harus memiliki iman yang benar terhadap: Buddha Maitreya yang Mahaterang, yang akan menuntun kita meninggalkan kegelapan menuju terang. Buddha Maitreya yang Mahabijaksana, yang akan menuntun kita membuang kebodohan batin dan memulihkan kebijaksanaan. Buddha Maitreya yang Mahakasih, yang akan menuntun kita menjauhi kebencian, kedengkian, kecemburuan, prasangka, dan pertikaian, untuk menjadi seorang pengasih. Buddha Maitreya yang Penuh Sukacita, yang akan menuntun kita menjauhi berbagai kesedihan dan kekhawatiran menuju sukacita. Buddha Maitreya yang Mahabahagia, yang akan menuntun kita meninggalkan penderitaan dan kerisauan menuju kebahagiaan. Buddha Maitreya yang Penuh Berkah, yang akan menuntun kita melampaui halangan, rintangan, kegagalan, dan kemalangan, menuju hidup yang penuh berkah. Buddha Maitreya yang Berwajah Kasih, yang akan menuntun kita meninggalkan kemurungan membangkitkan keceriaan, penuh dengan senyuman kasih. Buddha Maitreya yang Mahaharmonis, yang akan menuntun kita meninggalkan ketidakharmonisan menuju keharmonisan. Buddha Maitreya yang Mahasempurna, yang akan menuntun kita mengubah kepribadian yang buruk menjadi indah sempurna. Buddha Maitreya yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah, yang akan menuntun kita menjauhi segala kemunafikan, kejahatan, dan keburukan, menuju hidup yang sejati, bajik, dan indah. Pedoman dan Prinsip yang Harus Dipegang Teguh Selamanya Adalah, Kesuksesan Pembinaan dan Pengamalan Ketuhanan 70% Bergantung pada Kekuatan Ilahi, dan 30% Mengandalkan Kekuatan Diri Sendiri. Saudara-saudari yang budiman, bagaimanakah agar kita bisa mendapatkan jaminan dalam membina Ketuhanan? Ke manakah kita mencari perlindungan? Bagaimanakah agar kita memiliki masa depan yang gemilang? Hanya ada satu cara: terimalah tuntunan Buddha Maitreya dengan iman yang benar. Sejak dahulu hingga sekarang, di dalam Wadah Ketuhanan terdapat tidak sedikit pembina yang berprestasi, misalnya kader yang ahli dalam berceramah, mampu membangun banyak Vihara, dan memiliki banyak umat. Namun satu hal yang sangat disayangkan adalah, di dalam hati

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

mereka tiada Tuhan, Buddha Maitreya, dan Dwiguru Agung Nurani. Insafilah bahwa prinsip 70% kesuksesan dalam membina bersandar pada kekuatan ilahi, dan 30% sisanya mengandalkan perjuangan manusia merupakan pedoman yang harus ditaati selamanya. Prinsip tersebut haruslah kita pegang teguh, tidak boleh berubah.

Janganlah berpandangan bahwa kita sudah pasti berhasil karena telah banyak menyisihkan waktu, tenaga, dan pikiran, telah banyak menderita, berkorban, dan berdedikasi untuk Wadah Ketuhanan. Jangan pula berpandangan bahwa kita sudah melaksanakan triamal, pandai berkhotbah, menyelamatkan manusia, dan merintis Wadah Ketuhanan, sehingga kita dijamin memiliki masa depan yang gemilang. Pandangan seperti ini sangatlah keliru.

Saudara, kita adalah manusia awam yang sudah lama terbelenggu dalam roda samsara. Kini kita bisa terlepas dari roda samsara, kembali ke Sumber Asal, bersua dengan Tuhan, semua ini adalah berkat rahmat kasih Tuhan, mahakasih Buddha Maitreya, dan budi kebajikan Dwiguru Agung. Sepantasnyalah kita senantiasa menghayati, mensyukuri, dan membalas rahmat kasih Tuhan dan budi kebajikan Guru yang tak terhingga ini. Oleh karena itu, apabila kita hanya mengingat kekuatan manusia dan melupakan kekuatan ilahi, mengesampingkan rahmat kasih Tuhan dan budi kebajikan Guru, maka pembinaan kita akan menjadi sia-sia belaka.

Sejarah perkembangan Wadah Ketuhanan yang berlangsung puluhan tahun telah menjadi cermin. Banyak para pendahulu yang berprestasi, namun karena melupakan rahmat kasih Tuhan dan budi kebajikan Guru, melupakan mahakasih Buddha Maitreya, tidak mengikuti tuntunan Buddha Maitreya, maka akhirnya mereka terjatuh dalam kegagalan.

Saudara-saudari yang terkasih! Untuk menuju jalan kegemilangan, kebijaksanaan, kebahagiaan, keberuntungan, dan hidup yang penuh berkah, kita harus memiliki iman sejati kepada Buddha Maitreya. Yakinlah sepenuhnya, dan serahkan seluruh hidup kita secara total pada tuntunan-Nya. Biarlah Buddha Maitreya yang mengatur seluruh perjalanan pembinaan kita. Hanya dengan demikianlah, kita baru memiliki jaminan keberhasilan dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan.

Memiliki Iman yang Benar pada Buddha Maitreya Berarti Meneladani Pribadi Luhur Buddha Maitreya, Bukanlah Melekat pada Sosok Pratima Buddha Maitreya atau Kata Buddha Maitreya ini.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Beriman yang benar kepada Buddha Maitreya bukanlah melekat pada sebutan Buddha Maitreya, juga bukan pada sosok pratimanya. Iman yang benar berarti meneladani pribadi luhur Buddha Maitreya, yaitu berjiwa kasih, berperilaku kasih, dan berwajah kasih. Mengapa harus terdapat kata kasih di belakang kata hati, perilaku, dan wajah? Karena kasihlah yang mendatangkan kebahagiaan dan berkah bagi sesama, mendatangkan sukacita dan keceriaan bagi sesama, dan menghadirkan kegemilangan serta harapan bagi sesama.

Jika hati meninggalkan kasih, maka hati akan berubah menjadi hati serakah, hati khayal, hati jahat, hati benci, hati cemburu, hati prasangka, hati dengki, dan segala jenis hati yang mencelakai sesama. Semua bertentangan dengan jiwa kasih. Betapa penting keberadaan kasih ini!

Karena kasih bersemayam di dalam hati-Nya, maka Buddha Maitreya bertekad membangun Bumi Suci Maitreya di dunia ini. Inilah wujud jiwa kasih yang sebenar-benarnya! Inilah kasih yang tiada batas. Oleh karena itu, kalaulah kita memiliki iman yang benar pada Buddha Maitreya, berarti kita senantiasa berjuang agar kasih selalu berpancar nyata dari hati kita.

Seorang yang memancarkan kasih, di dalam hatinya tak ada satu orang pun yang dia benci. Hatinya bebas dari rasa cemburu dan prasangka terhadap sesama, bebas dari pertikaian dan perselisihan, tidak timbul sifat egois dan sombong. Seorang pengasih akan sadar seketika saat dalam pikirannya timbul niat yang keliru, niat yang dapat merugikan, mengecewakan, atau menyakiti sesama. Serta merta ia akan merasakan deraan nurani. Seorang pengasih senantiasa mencintai semesta, umat manusia, segala kehidupan dan benda di bumi. Inilah makna iman yang benar kepada Buddha Maitreya, yaitu jiwa yang memancarkan semangat kasih.

Hati Buddha Maitreya adalah hati yang memandang dunia - seluruh bangsa dan negara sebagai satu keluarga. Tanpa bersatu hati dengan Buddha Maitreya, kita tidaklah pantas untuk berpartisipasi dalam misi penyempurnaan-Nya kelak. Hati Maitreya ibarat angkasa raya yang dapat menampung segalanya. Jagat raya, langit dan bumi berada di dalam hati Buddha Maitreya. Buddha Maitreya tidak membedakan apa latar belakang religi kita, termasuk kepada yang tidak berkeyakinan sekalipun. Beliau tidak membedakan antara siapa yang mengenal maupun yang tidak mengenal-Nya. Beliau tak membedakan apakah kita menghormati dan bersembah sujud pada-Nya atau tidak. Asalkan kita berniat menjauhi kegelapan menuju kegemilangan, menjauhi kejahatan menuju kebajikan, menjauhi kegelisahan menuju kebahagiaan, menjauhi tekanan jiwa dan kesedihan menuju sukacita, maka Buddha Maitreya

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

akan mengandeng tangan kita dan senantiasa menuntun kita mencapai tujuan. Inilah hati Buddha Maitreya yang bebas diskriminasi.

Membina dan mengamalkan Ketuhanan tanpa didasari jiwa kasih berarti berjalan tanpa arah dan tujuan, sehingga sampai kapan pun tidak akan memperoleh keberhasilan! Karena itu, kita harus senantiasa berteguh pada jiwa kasih. Jika jiwa kita penuh dengan kasih, maka kita akan mengasihi Sesepuh, Pandita, Pandita Madya, para Senior, dan saudara-saudari se-Ketuhanan lainnya. Kasih terhadap keluarga - orang tua, suami-istri, kakak-adik, dan sanak famili - akan semakin mendalam. Kita juga mencintai masyarakat, bangsa, dan negara kita. Dengan kata lain, tiada yang tidak kita kasihi. Orang yang paling bahagia, paling bijaksana, paling diberkati adalah orang yang mempunyai jiwa kasih. Semakin penuh akan kasih, diri kita akan semakin memiliki berkah dan kebahagiaan. Hidup pun semakin sempurna.

Saudara-saudari yang budiman, sesungguhnya membina dan mengamalkan Ketuhanan tidak membutuhkan teknik-teknik tertentu. Begitu juga dengan berceramah, tidak dibutuhkan keahlian tertentu. Kuncinya adalah, laksanakanlah segalanya dengan jiwa kasih, maka akan muncul suatu kekuatan yang akan membantu kita. Dharma yang tadinya tak mampu diuraikan pun jadi bisa diuraikan. Tugas yang tidak dapat dilaksanakan jadi dapat dilaksanakan.

Membina Ketuhanan adalah sebuah perjuangan memancarkan kasih. Inilah makna sejati dari membina Ketuhanan! Yang diutamakan dalam membina Ketuhanan bukanlah diri sendiri. Meski pembinaan diri kita sangat baik, namun jika tidak mempedulikan orang lain, berarti kita bukanlah seorang pembina diri sejati! Betapapun hebatnya pembinaan diri kita, itu tidaklah penting. Yang terpenting adalah sejauh mana kita dapat mendatangkan berkah dan kasih bagi sesama. Inilah seorang pembina yang berjalan di jalur pembinaan yang benar!

Buddha Maitreya telah mengungkapkan kepada kita, bahwa tak ada artinya seorang diri mencapai Kebuddhaan. Beliau berkata, apabila seluruh umat manusia di dunia dapat mencapai kesucian Buddha-Bodhisatva, maka kesucian Buddha yang Beliau capai barulah ada artinya. Inilah jiwa yang penuh kasih! Apalah maknanya jika hanya kita seorang diri yang tinggal di Nirwana, tinggal di Alam Abadi, tinggal di Bumi Suci - Taman Sukacita Semesta. Alangkah baiknya kalau seluruh umat manusia di dunia pun bersama-sama memasuki Bumi Suci - Taman Sukacita Semesta. Dengan demikian perjuangan kita menjadi jauh lebih bermakna!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Oleh karena itu, jiwa kasih sangatlah penting bagi seorang pembina Ketuhanan. Kasih merupakan sumber kekuatan untuk mengatasi segala rintangan dan cobaan. Hanya dengan memiliki jiwa kasih, barulah perilaku yang penuh kasih dapat terwujud. Melaksanakan tugas-tugas yang mendatangkan berkah dan kebaikan bagi sesama, inilah wujud nyata jiwa kasih.

Salah satu wujud dari perilaku kasih adalah bertutur kata kasih, yaitu tutur kata yang tidak menyakiti dan melukai hati orang lain, tidak mengecewakan dan mendatangkan kegelisahan bagi orang lain. Demikian juga dengan setiap tindak tanduk dan perbuatan kita, haruslah dipertimbangkan secara seksama. Kita harus senantiasa bertanya pada diri sendiri: apakah perbuatan dan ucapan saya ini bisa mengecewakan orang lain? Apakah bersalah kepada orang lain? Apakah termasuk menipu orang lain? Apakah bisa mempermalukan orang lain? Apakah termasuk memperlakukan orang lain secara tidak adil? Apakah bisa melukai, mencelakai, dan menindas orang lain? Kita harus senantiasa mempertimbangkan semua ini!

Di dalam diri Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang luar biasa. Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci hanyalah senantiasa berteguh di dalam jiwa kasih, dan merealisasikannya dalam keseharian. Inilah yang disebut perilaku kasih. Perilaku kasih adalah perbuatan dan ucapan yang mendatangkan kebaikan bagi sesama. Pencapaian Kebuddhaan juga demi mendatangkan berkah kepada umat manusia. Karena itu, marilah kita senantiasa mendatangkan berkah dan kebaikan bagi sesama.

Saudara-saudari se-Ketuhanan, ada hal yang sangat penting yang harus kita sadari. Bila seumur hidup kita membina Ketuhanan, namun tidak memupuk perilaku kasih dan tidak mendatangkan kebaikan bagi sesama, maka pembinaan demikian adalah sia-sia. Membina dan melaksanakan Ketuhanan bukanlah sebuah pertandingan membangun banyak Vihara dan memiliki banyak umat. Terlebih bukan bersaing tentang siapa yang paling terkenal, berpengaruh, dan berkuasa di dalam Wadah Ketuhanan. Hal-hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan pencapaian 3.600 Buddha-Bodhisatva dan 48.000 Arif-Budiman. Untuk mencapai kesucian ini, syaratnya adalah memancarkan jiwa kasih dan mengamalkan perilaku kasih secara nyata. Oleh karena itu, mengimani Buddha Maitreya adalah beriman pada jiwa kasih dan perilaku kasih, bukan melekat pada kata Maitreya. Bukan juga terikat pada sosok pratima Buddha Maitreya.

Berikutnya adalah senyuman kasih. Mengapa di belakang kata senyuman harus ditambahi kata kasih? Karena senyuman tanpa kasih tidaklah mulia. Contohnya, raja setan dan para iblis

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

juga memiliki senyuman. Penjahat, penyamun, pengusaha gelap, pejabat korup juga mempunyai senyuman. Orang yang hidup berfoya-foya, berjudi, dan berprostitusi juga mempunyai senyuman. Namun senyuman seperti itu tidaklah mulia. Sebaliknya senyuman yang didasari kasih nilainya sangat luhur dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Senyuman kasih dapat mendatangkan berkah, kebahagiaan, harapan, kepercayaan diri, dan kegemilangan bagi sesama. Mendatangkan kesejatian, kebajikan, dan keindahan bagi sesama. Mendatangkan keharmonisan, kesempurnaan, dan keabadian bagi sesama. Senyuman kasih sungguh mulia dan luar biasa. Dengan senyuman kasih, wajah memancarkan getaran kasih. Inilah senyuman Maitreya.

Mengapa Buddha Maitreya dapat mendatangkan sukacita dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia? Karena Buddha Maitreya memancarkan senyuman kasih, sebuah senyuman yang mendatangkan kebahagiaan, sukacita, dan berkah yang abadi bagi seluruh umat manusia. Sebuah senyuman yang menyimpan tekad untuk mewujudkan Dunia Damai Sentosa bagi umat manusia. Buddha Maitreya yakin bahwa Beliau pasti dapat membangun Dunia Damai Sentosa, Bumi Sukawati, Negeri Buddhata, Bumi Suci Maitreya, Taman Sukacita Semesta di dunia ini. Karena itulah senyuman Buddha Maitreya dapat mendatangkan kebahagiaan dan sukacita bagi setiap insan.

Setiap manusia, apapun latar belakang keyakinannya, kewarganegaraannya, ras, warna kulit, dan suku bangsanya, apapun kebudayaan dan ideologinya, apapun adat istiadat dan kebiasaannya, apapun jenis kelamin dan umurnya, ketika melihat senyuman kasih Buddha Maitreya, maka serta merta ia akan ikut tersenyum. Betapapun gelisahnya seseorang, bila ia menatap wajah kasih Buddha Maitreya, maka kegelisahannya akan sirna. Betapapun sedihnya seseorang, saat menatap senyuman Buddha Maitreya, maka kesedihannya akan lenyap. Betapapun marah dan jengkelnya seseorang, bila melihat senyuman Buddha Maitreya, maka kemarahannya akan segera reda. Betapapun angkuh dan sombongnya seseorang, ketika melihat senyuman Buddha Maitreya, maka keangkuhan dan kesombongannya pun dapat tertaklukkan. Betapapun egoisnya seseorang, ketika melihat senyuman Buddha Maitreya, maka ia akan segera mawas diri. Orang yang suka bertikai dan berselisih, serta-merta menjadi tenang dan damai ketika melihat senyuman Buddha Maitreya. Orang yang timbul niat untuk melukai, mengecewakan, dan menipu sesama, akan segera membuang niat jahat tersebut ketika melihat senyuman Buddha Maitreya. Inilah keagungan wajah kasih Buddha Maitreya. Senyuman kasih yang berpancar sempurna membuat Buddha Maitreya disukai seluruh umat manusia!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Mengimani Buddha Maitreya adalah mengimani jiwa kasih, perilaku kasih, dan wajah kasih. Merealisasikan jiwa kasih, perilaku kasih, dan wajah kasih merupakan langkah awal. Langkah selanjutnya yaitu, selain diri sendiri berjiwa kasih, kita juga harus membantu orang lain berjiwa kasih. Selanjutnya mendorong orang lain untuk mendorong yang lainnya, bersama memancarkan jiwa kasih dengan benar. Jika hanya kita sendiri yang berjiwa kasih, sementara orang lain masih dipenuh rasa benci, dengki, cemburu, prasangka, serakah, egois, angkuh, dan sombong, berarti jiwa kasih kita belum berpancar sempurna.

Selain diri sendiri berperilaku kasih, kita juga harus mendorong sesama untuk berperilaku kasih. Inilah budaya kasih. Apabila hanya kita yang dapat merealisasikan perilaku kasih, sementara orang lain masih melakukan perbuatan yang membelakangi kebenaran Tuhan, tak bermoral, dan melawan hati nurani, menyebabkan dunia, negara, masyarakat, keluarga, dan sesama menderita dan gelisah, ini belumlah sempurna!

Memasyarakatkan semangat kasih Buddha Maitreya diawali dengan perilaku kasih diri sendiri, kemudian membimbing orang lain berperilaku kasih. Inilah kasih yang sempurna! Jika hanya kita yang bisa berwajah kasih, sementara orang lain berwajah muram, selalu murung dan sedih, selalu tampak marah dan jengkel, atau tampak dingin dan kaku, ini berarti kasih yang kita pancarkan masih belum sempurna! Oleh karena itu, selain diri kita memancarkan wajah kasih, kita juga harus membimbing orang lain berwajah kasih. Demikian baru benar-benar sempurna!

Sepenuhnya Menerima Tuntunan Buddha Maitreya, Barulah Kita Dapat Kembali ke Sumber Asali dan Bersua Dengan-Nya. Wahai Saudara, alasan lain mengapa kita harus menerima tuntunan Buddha Maitreya adalah karena di masa mendatang kita akan menghadapi banyak Buddha dan Guru palsu. Kita juga akan menghadapi berbagai ilmu sihir, magis, dan ajaran-ajaran sesat. Kita harus waspada akan hal ini.

Kita harus memahami satu hal, Sesepuh dan Pandita tidak selamanya bersama kita. Suatu saat mereka akan berpisah dengan kita! Saat itu siapakah yang bisa kita jadikan panutan? Siapa yang harus kita ikuti? Siapa yang dapat menuntun kita? Di dalam Maha Tao Maitreya yang menjunjung tinggi Kuasa Firman Tuhan, membina diri tidak boleh terikat pada individu tertentu. Yang harus selalu kita ikuti adalah Tuhan, Buddha Maitreya, dan Dwiguru Agung Nurani.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kini telah tiba masa kehadiran Buddha Maitreya. Kita harus lebih memantapkan hati untuk setia mengikuti Buddha Maitreya. Sepenuhnya memohon Buddha Maitreya agar menuntun, melindungi, dan mengayomi kita, membuka kearifan dan melimpahkan kekuatan kepada kita. Maka saat para Buddha dan Guru palsu muncul, saat ilmu bidaah dan ajaran sesat muncul, kita tak perlu cemas, khawatir, dan takut lagi, karena Buddha Maitreya yang sejati telah menjadi tuan rumah dalam diri kita. Buddha Maitreya akan senantiasa memegang tangan kita. Pada waktu itu meskipun rintangan dan cobaan datang bertubi-tubi, kita takkan tersesat dan salah jalan.

Saudara, kita tidak dapat mengelak dari hutang dosa karma yang telah kita tanam pada kehidupan-kehidupan sebelumnya selama enam puluh ribu tahun. Hutang karma yang tak terhitung banyaknya tentu selalu ingin menagih dan menjerat kita. Belum lagi ditambah kebodohan batin dalam diri yang belum dapat kita lenyapkan, sehingga ketika jodoh karma buruk kita matang, kita akan kehilangan akal sehat dan pengendalian diri. Saat itu, bertemu dengan berbagai ilmu bidaah, ilmu sihir, ilmu magis, ajaran sesat, dan guru palsu, dengan senang hati kita mengikuti mereka, tanpa disadari. Oleh karena itulah, kita semua membutuhkan tuntunan Buddha Maitreya untuk mendapatkan keselamatan dan keberhasilan pada kesempatan tunggal ini, untuk kembali kepada Sang Sumber Asal dan berpadu dengan-Nya!

Pengalaman sepanjang sejarah perjalanan Wadah Ketuhanan mengajarkan kita bahwa melupakan rahmat kasih Tuhan, kasih Buddha Maitreya, dan budi kebajikan Guru, sama dengan melupakan 70% kekuatan ilahi, melepaskan tuntunan Buddha Maitreya. Berarti akhir dari perjalanan pembinaan, pengamalan, dan pembabaran Ketuhanan kita adalah kegagalan.

Dalam membina dan melaksanakan Ketuhanan, kita harus mengikuti tuntunan Buddha Maitreya dengan sebaik-baiknya. Jika tidak mengikuti-Nya, kita ibarat domba yang tersesat. Ibarat kapal yang kehilangan arah di samudera yang tak bertepi. Sungguh berbahaya! Masa depan jadi tak menentu karena kita telah kehilangan arah dan tujuan. Oleh karena itu, kita harus lebih banyak bersujud, bertobat, dan senantiasa memohon tuntunan Buddha Maitreya. Dengan demikian barulah kita takkan tersesat dan kehilangan arah, barulah perjuangan pembinaan kita tidak sia-sia.

Sekali lagi, marilah kita insafi secara mendalam! Dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan, janganlah membanding-bandingkan siapa yang paling banyak membangun Vihara dan memiliki banyak umat. Juga jangan bertanding, siapa lebih mahir dalam berceramah.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Apalagi menonjol-nonjolkan kemampuan, kepintaran, kejeniusan, dan pengetahuan pribadi. Karena fakta dan sejarah telah membuktikan bahwa banyak pembina senior yang berprestasi luar biasa, dengan kemampuan, kepintaran, dan kejeniusan melebihi orang lain, yang mahir berkhotbah, memiliki Vihara dan umat yang banyak, namun pada akhirnya terjerumus ke dalam kegelapan, gagal dalam pembinaan.

Penyebab semua ini adalah tidak adanya iman yang benar pada Buddha Maitreya, tidak menerima tuntunan Buddha Maitreya. Oleh karenanya, terimalah tuntunan Buddha Maitreya sepenuhnya. Menerima tuntunan Buddha Maitreya berarti menerima tuntunan Tuhan dan Dwiguru Agung Nurani. Janganlah sekali-kali melupakan rahmat kasih Tuhan dan budi kebajikan Guru.

Dalam membina Ketuhanan, hindarilah keinginan untuk mencari popularitas, pengaruh, dan kekuasaan di dalam Wadah Ketuhanan. Kita harus mengerti bahwa terwujudnya Bumi Suci Maitreya, Dunia Damai Sentosa, Bumi Suci Sukawati, Negeri Buddhata, bergantung pada usaha kita bersama saat ini. Setiap individu hendaklah bertutur kata kasih, memancarkan jiwa kasih, berperilaku kasih, dan berwajah kasih, mencintai alam semesta dan memancarkan pesona kodrati manusia. Maksudnya, Dunia Damai Sentosa bukanlah tercipta secara gaib. Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata takkan jatuh dari langit. Taman Sukacita Semesta yang sejati, bajik, dan indah bukan muncul secara tiba-tiba.

Buddha Maitreya telah datang! Mari kita bertemu dengan Beliau! Ini adalah pemikiran yang salah. Jangan sekali-kali mempunyai konsep pikiran yang demikian! Kita harus memahami bagaimana proses terjadinya pertemuan antara Buddha Maitreya dengan siswa-siswa-Nya, yaitu pertemuan melalui kasih dalam hati. Di saat kita memancarkan jiwa kasih, merealisasikan perilaku kasih, dan menampilkan wajah kasih, berarti kita telah bertemu dengan Buddha Maitreya yang sejati. Setiap hari, setiap menit, dan setiap detik kita senantiasa bersama dengan Buddha Maitreya! Demikianlah makna bertemu dengan Buddha Maitreya yang sejati, bukan dengan cara mencari, melihat, dan bertemu seorang yang diakui sebagai Buddha Maitreya. Itu berarti kemelekatan pada wujud rupa!

Pahamilah bahwa apabila kita memiliki sebetik keinginan untuk mencari Buddha Maitreya di luar diri, maka Buddha dan Guru palsu akan mengetahuinya. Lantas mereka akan hadir untuk menyesatkan kita. Ketika muncul keinginan untuk mencari Buddha Maitreya secara fisik dan di luar diri, berarti kita telah berpisah dengan hati nurani kita sendiri. Buddha Maitreya bukanlah ditemukan di luar diri, melainkan di dalam diri kita, yaitu dengan senantiasa

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

mengaktualisasikan jiwa kasih, perilaku kasih, dan wajah kasih. Jika kita tidak berjiwa kasih, tidak berperilaku kasih, dan tidak berwajah kasih, maka kelak Buddha Maitreya yang akan kita temui adalah Buddha yang palsu. Semoga kita semua dapat menginsafi hal ini sebaik-baiknya!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab XIV

BUDDHA MAITREYA ADALAH SANG MAHA TERANG, SANG MAHA BIJAKSANA, SANG PEMBAWA KEBAHAGIAAN UNIVERSAL, SANG PEMBAWA SUKACITA, SANG PEMBAWA BERKAH, SANG SENYUM KASIH, SANG MAHAHARMONIS, SANG MAHA SEMPURNA, SANG MAHA SEJATI, SANG MAHA BAJIK, SANG MAHA INDAH. BUDDDHA MAITREYA TELAH MEWUJUDKAN SELURUH KEWAJIBAN NURANI-NYA DENGAN SEMPURNA!
Buddha Maitreya Adalah Sang Mahaterang
Oh Buddha Maitreya yang Mahaterang! Buddha Maitreya adalah Sang Mahaterang? Mengapa? Karena Buddha Maitreya telah mengaktualisasikan kesadaran nurani-Nya. Sama dengan hati nurani yang dimiliki oleh setiap manusia, sama dengan hati nurani yang dimiliki hewan-hewan yang hidup di darat, laut, dan udara. Demikian pula dengan semua Buddha dan Bodhisatva, mereka juga memiliki hati nurani yang sama seperti hati nurani Buddha Maitreya. Hati nurani pada hakekatnya adalah mahaterang. Buddha Maitreya hanyalah menjalankan kewajiban nurani semata, yaitu memancarkan terang nurani-Nya. Sosok Buddha Maitreya yang Mahaterang adalah wujud dari hati nurani yang mahaterang. Hati nurani umat manusia telah tersesat hingga terang nurani tak lagi berpancar. Inilah sebabnya kita membutuhkan tuntunan Sang Buddha Maitreya yang Mahaterang agar terang nurani kita bisa kembali berpancar. Menerima Buddha Maitreya yang Mahaterang sebagai penuntun hidup kita menuju terang, bukanlah berarti Buddha Maitreya secara gaib mengubah hati nurani kita dari gelap menjadi terang, tanpa disertai perjuangan kita. Yang dimaksud tuntunan Buddha Maitreya menuju terang adalah, melalui perjuangan kita dalam meneladani semangat Buddha Maitreya, disertai kekuatan ilahi Buddha Maitreya, pada akhirnya kita pun dapat memulihkan terang nurani. Demikianlah, Buddha Maitreya adalah suri teladan sejati. Beliau memiliki dharma agung yang tiada tara. Beliau adalah wujud dari hati nurani yang mahaterang. Buddha Maitreya dengan kekuatan dharma agung-Nya akan membantu kita mencapai terang nurani. Akan tetapi, terlebih

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

dahulu kita harus berjuang meneladani semangat Buddha Maitreya. Bila kita ingin mencapai terang nurani dengan menunggu Buddha Maitreya menerangkan hati nurani kita begitu saja, sementara diri kita pasif tanpa perjuangan, ini adalah hal yang tidak mungkin. Ini merupakan pandangan yang sangat keliru! Dalam menggapai terang nurani, walaupun peran kekuatan manusia hanyalah tiga puluh persen, namun juga sangatlah penting dan menentukan! Kita harus sepenuh hati dan sekuat tenaga berjuang meneladani semangat Buddha Maitreya sampai akhir hayat. Berjuang setiap menit dan detik, senantiasa berusaha merealisasikan hati nurani yang mahaterang! Di dunia ini tidaklah mudah untuk menemukan sosok teladan yang memancarkan terang nurani demikian sempurna! Namun kini telah hadir Buddha Maitreya yang telah merealisasikan terang nurani yang tak terbatas. Beliau adalah perwujudan hati nurani yang mahaterang yang bisa dilihat oleh mata kita. Melalui diri Buddha Maitreya-lah kita jadi mengerti bagaimana sesungguhnya manifestasi terang nurani yang tak terbatas. Buddha Maitreya yang mahaterang - sang manifestasi terang nurani yang tiada tara - akan senantiasa menuntun dan membimbing kita menuju terang. Kita harus berjuang untuk menggenapi 30% penentu kesuksesan, yaitu iman sejati dan perjuangan kita sebagai manusia. Dengan penuh ketulusan bertobat di hadapan Buddha Maitreya, memperbaiki diri, beramal dengan cara: menyampaikan kebenaran, membangun Vihara, menyelamatkan umat manusia; membahagiakan keluarga dan setiap orang di sekeliling kita; serta membangun berkah untuk masyarakat, negara, dan seluruh dunia. Dengan demikianlah kelak terang nurani kita kembali berpancar terang! Buddha Maitreya Adalah Sang Mahabijaksana Oh Buddha Maitreya yang Mahabijaksana...! Buddha Maitreya adalah Sang Mahabijaksana. Beliau telah menjalankan kewajiban nurani-Nya, yaitu memancarkan hati nurani yang mahabijaksana. Secara kodrati, hati nurani memiliki kebijaksanaan yang tiada tara. Sosok Buddha Maitreya adalah wujud nyata dari kebijaksanaan yang tiada tara. Mari kita teladani Buddha Maitreya. Kalaulah Buddha Maitreya mampu memanifestasikan hati nurani yang mahabijaksana, kita juga pasti bisa. Mengapa demikian? Karena hati nurani kita dengan hati nurani Buddha Maitreya adalah sama adanya. Namun kenyataannya, mengapa Buddha Maitreya bisa memancarkan hati nurani yang mahabijaksana, sedangkan kita tidak? Oleh sebab itu, kita tidak boleh malas untuk bertobat dan bersujud, memohon tuntunan Buddha Maitreya. Kita juga harus berjuang mendatangkan berkah dan kebahagiaan untuk orang lain,

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

senantiasa berpikir demi kebaikan orang lain. Dengan demikian kita akan membuang kebodohan dan kembali pada hati nurani yang mahabijaksana. Buddha Maitreya Adalah Sang Mahakasih. Oh Buddha Maitreya yang Mahakasih...! Buddha Maitreya bukanlah manusia super. Buddha Maitreya hanyalah merealisasikan kewajiban nurani yang secara kodrati memiliki kasih yang tiada tara. Selama ini hati nurani kita telah ditutupi oleh dosa karma dan kesesatan sejak berlaksa tahun lamanya, sehingga hati nurani yang mahakasih tidak memancarkan fungsinya. Oleh karena itu, agar hati nurani yang mahakasih bisa kembali berpancar dari dalam diri kita, maka kita harus berjuang sepenuh hati dan sekuat tenaga, hingga 30% penentu kesuksesan kita genapi. Banyaklah bersujud, bertobat, memberikan kebaikan bagi orang lain, membangun berkah dan kebaikan untuk sesama. Buddha Maitreya adalah wujud mahakasih nurani. Beriman teguh kepada Buddha Maitreya sebenarnya juga berarti beriman pada hati nurani yang mahakasih. Buddha Maitreya Adalah Sang Pembawa Kebahagiaan Universal Oh Buddha Maitreya yang Mahabahagia...! Buddha Maitreya adalah Sang Pembawa Kebahagiaan Universal. Kebahagiaan sesungguhnya adalah kodrat nurani. Kebahagiaan sejati tidak terdapat di luar diri, karena itu tidak perlu dicari dan dikejar. Asalkan terang nurani berpancar dan menjadi pengendali diri, maka sejalan dengan itu, kebahagiaan nurani pun berpancar. Buddha Maitreya dapat mendatangkan kebahagiaan bagi seluruh makhluk hanyalah dengan memancarkan kebahagiaan nurani-Nya saja. Pikirkanlah bagaimana caranya mendatangkan kebahagiaan bagi orang di sekitar kita. Jika hanya diri sendiri yang berbahagia, tidak mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain, ini bukanlah kebahagiaan sejati, ini berarti kita masih tersesat! Oleh karena itu, di saat berbahagia, kita harus berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Di saat maksud hati kita terpenuhi, kita juga harus berjuang memenuhi harapan orang lain. Di saat bergembira, kita juga harus mengembirakan orang lain. Jika kesadaran nurani kita semakin berpancar, kita juga harus bisa membantu orang lain memulihkan terang nurani. Segala hal yang kita lakukan dalam setiap waktu - baik setiap niat, pikiran, ucapan, dan tindak tanduk - haruslah senantiasa mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain. Dengan kekuatan tekad seperti itu, berarti 30% penentu kesuksesan yaitu usaha manusia - telah kita penuhi. Maka kekuatan Buddha Maitreya akan bekerja dalam diri kita, hingga kita dapat kembali memancarkan kebahagiaan universal dari nurani kita.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kebahagiaan universal Buddha Maitreya adalah kebahagiaan universal nuraniah. Begitu wajar, tiada sesuatu yang luar biasa di dalamnya. Mengikuti jejak langkah Buddha Maitreya berarti belajar memancarkan kebahagiaan universal nuraniah yang direalisasikan Buddha Maitreya. Nurani kita sama dengan nurani Buddha Maitreya, sama-sama memiliki kebahagiaan universal. Masalahnya adalah, maukah kita berjuang untuk memancarkannya? Buddha Maitreya Adalah Sang Pembawa Sukacita Oh Buddha Maitreya yang Penuh Sukacita! Buddha Maitreya memiliki sukacita yang tak berkesudahan, karena Buddha Maitreya telah menjalankan kewajiban nurani-Nya, yaitu merealisasikan sukacita nurani yang tak terbatas. Melalui sosok Buddha Maitreya bisa kita lihat wujud nyata sukacita nurani yang sejati. Hati nuraniku pada dasarnya juga memiliki sukacita yang tak terbatas. Sukacita bukanlah berada di suatu tempat tertentu, karena itu kita tak perlu mencarinya di luar diri. Sukacita sejati ada di dalam hati nurani kita. Asalkan nurani telah menjadi pengendali diri, maka dengan sendirinya sukacita berpancar dari dalam diri kita. Mengapa Buddha Maitreya bisa memancarkan nurani yang penuh sukacita, sedangkan kita tidak? Karena kita tidak sungguh-sungguh menggenapi perjuangan sebagai manusia - setulus hati membalas rahmat kasih Tuhan dan budi kebajikan Guru; menunaikan ikrar dan melunasi dosa karma; bertobat di hadapan Buddha Maitreya, memperbaiki diri, serta senantiasa mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain. Bila kita dapat melaksanakan semua itu, maka hati nurani yang penuh sukacita pasti akan berpancar. Saudara, marilah senantiasa bersyukur dan berterimakasih kepada Buddha Maitreya yang senantiasa menuntun kita. Buddha Maitreya menuntun kita untuk segera membangkitkan sukacita nurani. Ini adalah hal yang paling mendasar dalam mengimani Buddha Maitreya. Buddha Maitreya Adalah Sang Pembawa Berkah. Oh Buddha Maitreya yang penuh berkah! Buddha Maitreya memiliki berkah yang tiada tara, karena pada dasarnya hati nurani merupakan sumber berkah yang tiada tara. Berkah sejati bukanlah didapat dari luar diri. Anggapan bahwa berkah adalah memiliki kedudukan, jabatan, kekuasaan, kekayaan, nama, harta, dan kenikmatan jasmani, merupakan pandangan yang sangat keliru! Karena berkah semacam ini hanya bersifat sementara, tidak bisa bertahan selamanya. Bisa memancarkan kesadaran nurani, bisa menjadikan nurani sebagai pengendali diri, inilah berkah ilahi yang terbesar di dalam hidup kita.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bertutur kata kasih berarti bertutur kata nuraniah. Berjiwa kasih berarti berteguh dalam hati nurani. Berperilaku kasih berarti merealisasikan perilaku nuraniah. Memancarkan senyuman kasih berarti memancarkan senyuman nuraniah. Dengan merealisasikan semua ini, barulah kita bisa mendapatkan berkah sejati! Singkat kata, dengan senantiasa berteguh pada hati nurani, merealisasikan perilaku nuraniah, bertutur kata nuraniah, dan memancarkan senyuman nuraniah, maka berkah sejati pun menjadi milikmu. Saudara-saudari yang budiman! Kecemerlangan tidak berada di luar diri kita. Kearifan, cinta kasih, berkah, kebahagiaan, dan sukacita juga tidak berada di luar diri kita. Semua telah kita miliki secara kodrati di dalam nurani. Sosok Buddha Maitreya adalah wujud dari hati nurani, sama dengan nurani yang dimiliki oleh setiap orang. Oleh karena itu, ketika kita melihat Buddha Maitreya Sang Mahaterang, Sang Mahabijaksana, Sang Mahakasih, Sang Pembawa Kebahagiaan Universal, dan Sang Pembawa Berkah, sebenarnya yang kita lihat bukanlah orang lain, melainkan aku sejati, sang hati nurani! Saat kita menampilkan aku sejati berarti kita telah bersatu hati dengan Buddha Maitreya dan menjadi salah satu dari emanasi Buddha Maitreya. Marilah kita sadari, bahwa di dalam diri kita juga terdapat Maitreya. Maitreya adalah hati nurani, hati nurani adalah Maitreya. Oleh karena itu, nama lain dari Maitreya adalah hati nurani. Mengagungkan Maitreya berarti mengagungkan hati nurani! Mari kita pahami hal ini dengan seksama! Buddha Maitreya Adalah Sang Wajah Kasih Oh Buddha Maitreya yang penuh senyum kasih...! Mengapa Buddha Maitreya senantiasa memancarkan senyum kasih? Karena senyum kasih adalah manifestasi hati nurani. Buddha Maitreya hanyalah melaksanakan kewajiban nurani-Nya saja. Kini karena terang nurani kita tidak berpancar, tidak menjadi pengendali diri, maka di wajah kita tidak berpancar senyuman kasih seperti halnya Buddha Maitreya. Bila kita telah memulihkan terang nurani hingga menjadi pengendali diri, maka senyuman kasih berpancar dengan sendirinya. Mengapa semua orang ketika melihat senyuman kasih Buddha Maitreya, serta merta di hatinya timbul sukacita? Karena melihat senyuman kasih Maitreya sama dengan melihat sang aku sejati. Dapat melihat sang aku sejati tentu adalah sebuah hal yang membahagiakan. Jadi, melihat senyuman kasih Buddha Maitreya sesungguhnya adalah melihat sosok diri kita yang asali. Marilah kita memohon tuntunan Buddha Maitreya yang penuh senyuman kasih agar kita dapat kembali ke wujud asali kita, kembali memancarkan terang nurani, kembali menjadikan nurani

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

sebagai pengendali diri. Hanya dengan demikian, wajah kita akan kembali memancarkan senyuman kasih! Buddha Maitreya Adalah Sang Mahaharmonis dan Mahasempurna Oh Buddha Maitreya yang Mahaharmonis...! Oh Buddha Maitreya yang Mahasempurna! Buddha Maitreya adalah Sang Mahaharmonis. Mengapa? Karena hati nurani pada dasarnya adalah mahaharmonis. Buddha Maitreya adalah Sang Mahasempurna, mengapa? Karena Buddha Maitreya telah memancarkan kesempurnaan hati nurani. Buddha Maitreya telah memperlihatkan kepada kita bahwa sebenarnya hati nurani adalah mahasempurna. Bahwa keharmonisan dan kesempurnaan yang sesungguhnya tidak berada di luar diri. Mencari keharmonisan dan kesempurnaan di luar diri berarti meninggalkan hati nurani. Bagai mencari ikan di atas pohon, semuanya akan sia-sia! Hanya dengan berpancarnya terang nurani, hanya dengan menjadikan nurani sebagai pengendali diri, maka keharmonisan dan kesempurnaan sejati kembali berpancar. Mengikuti Buddha Maitreya yang Mahaharmonis dan Mahasempurna berarti mengikuti hati nurani yang mahaharmonis dan mahasempurna, berpaling pada aku sejati. Yang Suci Maha Sesepuh Kao San pernah bersabda, Berpalinglah ke dalam diri, temukanlah sang aku sejati! Ternyata wujud sang aku sejati adalah mahaharmonis dan mahasempurna. Memiliki iman yang benar kepada Buddha Maitreya berarti beriman sejati kepada Tuhan, hati nurani, kasih, dan hati ilahi. Karena itu, apabila kita tidak beriman sejati kepada Buddha Maitreya, kepada Tuhan, kepada hati nurani, kasih, hati ilahi, berarti kita menapak di jalan yang salah. Pahamilah kebenaran ini! Jika kita ingin berhasil dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan, tiada pilihan lain selain beriman sejati kepada Buddha Maitreya. Beriman kepada Buddha Maitreya bukanlah mengimani pratima-Nya, melainkan beriman teguh kepada hati nurani, beriman teguh kepada percikan roh Tuhan, beriman teguh kepada sang aku sejati! Buddha Maitreya Adalah Sang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah! Oh Buddha Maitreya yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah! Buddha Maitreya Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah, karena hati nurani pada dasarnya adalah mahasejati, mahabajik, dan mahaindah. Marilah bersama kita memohon Buddha Maitreya untuk menuntun kita berpaling ke dalam diri, berintrospeksi - menilik diri, kembali kepada aku sejati, kembali kepada hati nurani, menyadari bahwa sang aku sesungguhnya adalah mahasejati, mahabajik, dan mahaindah.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab XV

BUDDHA MAITREYA ADALAH SANG MAHAKASIH


Buddha Maitreya Adalah Sang Mahakasih
Oh Buddha Maitreya yang Mahakasih, tuntunlah kami menuju Taman Sukacita Semesta! Oh Buddha Maitreya yang Mahaabadi, tuntunlah kami menuju kehidupan yang kekal abadi! Ke manakah arus zaman akan mengalir? Bagaimanakah masa depan umat manusia dan dunia? Inilah yang menjadi objek perhatian sekaligus pertanyaan bagi banyak orang. Namun tiada seorang pun yang benar-benar tahu dan mampu memberikan jawaban yang tepat. Kini dalam iman sejati kepada Buddha Maitreya, segalanya menjadi sangat jelas bagi kita. Kita dapat memastikan dan yakin sepenuhnya, ke mana arus zaman akan mengalir serta bagaimana masa depan umat manusia dan dunia. Abad-21 adalah Abad Maitreya, karena abad-21 merupakan abad terang nurani. Dunia yang mendatang adalah Taman Sukacita Semesta. Masa depan umat manusia akan penuh dengan keindahan, kegemilangan, keceriaan, berkah, dan kebahagiaan. Bukanlah seperti ramalan-ramalan di masyarakat yang tidak menentu dan tidak pasti. Baru-baru ini, di sebuah surat kabar diberitakan bahwa di bulan terdapat sebuah area yang memungkinkan bagi berlangsungnya kehidupan manusia. Para ilmuwan terus berpikir, bagaimana menemukan sebuah tempat yang sesuai bagi kehidupan manusia selain di planet bumi ini, seperti di Bulan, di Mars, ataupun planet lainnya. Sungguh memprihatinkan, seakan bumi ini sudah tidak layak huni lagi. Demikianlah, para ilmuwan umumnya hanya terfokus pada pencarian solusi ke luar diri - pada pengembangan iptek dan kebendaan. Seharusnya kita mencari jawaban ke dalam diri dan memikirkan cara untuk melestarikan bumi ini agar tetap layak huni. Seorang profesor berpendapat, Iptek dari segala iptek adalah filsafat, sementara filsafat dari segala filsafat adalah religi. Di dunia ini banyak masalah yang tidak dapat ditelusuri dan diatasi dengan iptek semata. Iptek hanya dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat fisik saja, sedangkan masalah di luar dari itu tidak mampu untuk dirumuskan dan diselesaikan secara ilmiah. Di dalam tuntunan Buddha Maitreya yang Mahakasih, kita menjadi yakin, percaya diri, dan merasa aman, karena kita mengetahui dengan jelas arah masa depan dunia: sebuah dunia

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

yang gemilang, penuh harapan, penuh berkah, penuh sukacita dan kebahagiaan, penuh kedamaian, sebuah kehidupan yang kaya berlimpah! Namun masalahnya adalah, yakinkah kita? Saudara, yakinkah Anda? Para ilmuwan hendak memindahkan manusia ke Bulan atau ke planet Mars. Berbagai keyakinan juga membimbing umatnya bahwa untuk mencapai alam surga, Negeri Buddha, Bumi Suci, adalah dengan meninggalkan tanggung jawab moral-nurani di dunia ini. Hal ini membuat sebuah alam yang penuh sukacita menjadi nampak jauh seakan tidak tergapai. Sesungguhnya pola pikir yang seperti ini bersifat pesimis dan kurang realis! Buddha Maitreya sangatlah mencintai bumi ini. Mengapa sosok pratima Buddha Maitreya perunggu setinggi 72 meter - yang sedang dibangun di tanah suci Erl-Mei - memegang bola bumi? Ini bukan berarti Buddha Maitreya memiliki tangan yang begitu besar sehingga dapat menggenggam bumi. Namun maknanya adalah bahwa Buddha Maitreya mencintai bumi, mencintai umat manusia, mencintai alam semesta dan seisinya. Beliau yakin bahwa diri-Nya dapat mendatangkan kebahagiaan, sukacita, dan berkah bagi semua insan. Inilah tekad dan ikrar agung Beliau. Buddha Maitreya adalah Buddha Tawa Ria. Beliau pasti dapat mendatangkan tawa ria bagi seluruh umat manusia di bumi. Buddha Maitreya adalah Buddha Bahagia dan Sukacita. Beliau pasti dapat mendatangkan kebahagiaan dan sukacita bagi seluruh umat manusia di bumi. Buddha Maitreya adalah Buddha keberuntungan. Beliau pasti dapat mendatangkan berkah dan kebaikan bagi seluruh umat manusia di bumi. Oleh karena itu, janganlah terlalu risau dan khawatir akan masa depan umat manusia dan nasib dunia ini. Yakinlah sepenuhnya bahwa Buddha Maitreya mampu mewujudkan ikrar Agung-Nya. Saudara, keyakinan merupakan hal yang terpenting. Keyakinan adalah sumber kekuatan! Dalam kurun waktu dua ratus tahun terakhir ini, nasib umat manusia malah semakin dikendalikan oleh kemajuan iptek. Ke manakah selanjutnya manusia akan dibawa? Manusia bingung dan tidak tahu, bagaikan berhadapan dengan jalan buntu. Sementara para ilmuwan sendiri memiliki teorinya masing-masing, tanpa ada satu kesepakatan. Kenyataan ini membuat umat manusia menjadi khawatir. Perkembangan iptek yang pesat ternyata juga berperanan besar dalam menghancurkan kehidupan umat manusia sendiri. Kemajuan iptek malah digunakan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara habis-habisan, hingga mencemari lingkungan hidup dan merusak keseimbangan alam. Demi mengembangkan teknologi, manusia rela menanggung akibat yang begitu tragis dan menyedihkan, yaitu rusaknya ekosistem dunia. Dan akhir dari semua ini, manusia jugalah yang harus menanggung akibat atas ulahnya sendiri.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Buddha Maitreya memiliki dharma agung yang tiada tara. Buddha Maitreya yang Mahakasih pasti akan menuntun kita menuju Taman Sukacita Semesta. Yakinlah pada-Nya, karena keyakinan adalah kunci dari segalanya! Teladanilah semangat dan pribadi mahakasih-Nya. Apabila Anda berjiwa kasih, saya juga berjiwa kasih, dia juga berjiwa kasih, semua orang memancarkan kasih, maka Taman Sukacita Semesta dengan sendirinya terwujud. Bagaimana agar kita bisa memancarkan semangat kasih? Seringlah bersujud, bertobat, dan menyelamatkan umat manusia secara nuraniah. Dengan demikian barulah kita dapat memancarkan kembali realitas nurani kita yang secara kodrati penuh kasih. Kelak Taman Sukacita Semesta bukanlah terwujud secara gaib. Bukan pula dipersembahkan begitu saja oleh Buddha Maitreya bagi kita. Mewujudkan Taman Sukacita Semesta merupakan ikrar agung Buddha Maitreya, namun prosesnya melibatkan perjuangan nyata umat manusia bersama Buddha Maitreya. Kita semua terlahir tepat pada masa emas, ini merupakan sebuah berkah yang teramat besar! Mengapa? Karena berarti kita memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam misi Buddha Maitreya, yaitu mewujudkan Dunia Damai Sentosa, Taman Sukacita Semesta. Ini merupakan sebuah misi agung yang gegap gempita, yang belum pernah ada di sepanjang sejarah umat manusia. Adalah sebuah misi suci yang bertujuan membangun berkah dan kebaikan bagi seluruh umat manusia dan insan trilokya. Kalau saja kita lebih cepat ataupun lebih lambat terlahir di dunia ini, maka kita tidak akan mendapatkan kesempatan emas ini. Kini kesempatan emas telah kita miliki. Sungguh, kita semua adalah putra-putri Tuhan yang paling berbahagia dan diberkati. Betapa Tuhan mengasihi kita! Misi suci yang teramat agung dan langka sedang menanti kita. Asalkan kita membulatkan tekad dan setulus hati menerima tuntunan Buddha Maitreya yang Mahakasih; sepenuh hati dan sekuat tenaga melakukan sujud, tobat, dan penyelamatan nuraniah; senantiasa setia mengikuti jejak langkah Buddha Maitreya membangun Taman Sukacita Semesta, maka Dunia Damai Sentosa pasti akan terwujud! Selama enam puluh ribu tahun kita telah terlena, menghabiskan waktu dalam ketidaktahuan dan kesesatan. Kini tibalah saatnya kita bangkit dan sadar. Yang terbentang di depan mata adalah sebuah misi agung yang menggemparkan alam semesta - misi suci penyelamatan trilokya. Kini tugas agung berada di pundak kita. Marilah bersama Buddha Maitreya mewujudkan Taman Sukacita Semesta di dunia tempat kita tinggal sekarang ini!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Ikrar Agung dan Mahakasih Buddha Maitreya adalah Mengubah Dunia yang Penuh Kekacauan Ini Menjadi Dunia Damai Sentosa, Dunia yang Penuh Kekotoran Ini Menjadi Bumi Sukawati, Dunia yang Penuh Dosa Kejahatan Ini Menjadi Negeri Buddhata, Dunia yang Penuh Penderitaan Ini Menjadi Bumi Suci Maitreya, Dunia yang Penuh Bencana dan Malapetaka Ini Menjadi Taman Sukacita Semesta yang Mahasejati, Mahabajik, dan Mahaindah. Oh Buddha Maitreya yang Mahakasih, tuntunlah kami menuju Taman Sukacita Semesta! Buddha Maitreya sungguh Mahakasih. Beliau ingin mengubah dunia yang penuh kekacauan ini menjadi Dunia Damai Sentosa, dunia yang penuh kekotoran ini menjadi Bumi Sukawati, dunia yang dipenuhi dosa kejahatan ini menjadi Negeri Buddhata, dunia yang penuh penderitaan ini menjadi Bumi Suci Maitreya, dunia yang penuh bencana dan malapetaka ini menjadi Taman Sukacita Semesta yang paling sejati, bajik, dan indah. Inilah ikrar agung Buddha Maitreya. Inilah Mahakasih Buddha Maitreya. Hendaknya kita juga memancarkan cinta kasih Maitreyani dari dalam jiwa kita. Hendaknya kita terpanggil untuk turut mewujudkan ikrar agung Buddha Maitreya. Dengan demikian ikrar Buddha Maitreya bukanlah ikrar pribadi Beliau, tetapi menjadi ikrar seluruh umat Maitreya. Ikrar Buddha Maitreya merupakan harapan hati seluruh insan manusia. Jika ikrar ini tidak terwujud berarti kita tidak mewujudkan harapan setiap insan manusia. Jika Engkau tidak menunaikan ikrarmu, maka kelak tidak dapat kembali ke Kampung Halaman. Jika Engkau tidak menjalankan ikrarmu, maka kelak akan menerima deraan hati nurani. Ini merupakan salah satu bait gadha dhiksa di saat memohon Ketuhanan. Saudara, ikrar kita bukan hanya ikrar memohon Ketuhanan saja, juga bukan sebatas ikrar Pandita Madya ataupun ikrar Pandita saja. Ikrar agung Buddha Maitreya juga merupakan ikrar setiap umat Maitreya, bahkan merupakan sebuah ikrar yang paling mendasar. Apabila ikrar ini tidak mampu kita wujudkan, berarti kita belum dapat kembali ke kampung halaman. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk meneladani semangat kasih Buddha Maitreya. Kita juga harus memiliki pola pandang Dunia Damai Sentosa, memiliki jiwa dan semangat Bumi Suci Maitreya, Negeri Buddhata, Taman Sukacita Semesta. Dengan demikian, maka dengan sendirinya hati kita menjadi lapang, berjiwa besar, dan berpandangan jauh ke depan. Sebaliknya jika kita tidak memiliki pola pandang demikian, maka pandangan kita menjadi sempit, jiwa dan hati kita juga sempit, sehingga tidak akan mampu mengemban tanggung jawab besar nan agung ini.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Dengan menjadikan ikrar agung Buddha Maitreya sebagai ikrar kita bersama, maka kekuatan ikrar menjadi semakin besar. Dengan menjadikan ikrar agung Buddha Maitreya sebagai ikrar kita bersama, maka dengan sendirinya kita akan memancarkan semangat cinta kasih. Kita menjadi orang yang berjiwa besar, berlapang dada, dan memiliki pandangan yang jauh ke depan. Kita jadi mampu menerima perbedaan kewarganegaraan, ras, warna kulit, budaya, ideologi, religi, adat-istiadat, dan kebiasaan yang beraneka ragam. Kita juga dapat menerima kawan maupun lawan tanpa diskriminasi. Miskin maupun kaya, hina maupun mulia, pintar maupun bodoh, rupawan maupun buruk rupa, dengan semangat cinta kasih, semua itu dapat kita terima. Inilah semangat Buddha Maitreya. Dengan semangat Buddha Maitreya, barulah kita dapat mengemban misi agung Buddha Maitreya yang akbar ini dengan sempurna. Demikianlah, ikrar agung Buddha Maitreya menjadi ikrar bersama seluruh umat Maitreya. Marilah senantiasa kita hayati dan kita wujudkan secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari! Menurut Cen Cong Thien Cun (Maha Sesepuh Su), semua pembina terdahulu yang telah mencapai tingkat kesucian Mahabuddha, Buddha, Bodhisatva, dan Mahadewa, kini telah datang kembali ke dunia ini. Mengapa demikian? Karena mereka semua ingin berpartisipasi dalam mewujudkan ikrar agung Buddha Maitreya. Semoga kita semua juga memiliki panggilan dan pandangan yang benar seperti ini. Dengan menjiwai tembang suci Buddha Maitreya Penuntun Hidupku versi doa ini, maka pandangan kita menjadi jauh ke depan. Walaupun kedua kaki berpijak di bumi, namun sepasang mata memandang trilokya. Kita jadi paham bahwa budaya Maitreyani akan menjadi budaya masa depan umat manusia, budaya yang baru untuk seluruh manusia di dunia. Peradaban dunia yang baru adalah peradaban Maitreyani. Ideologi manusia yang baru adalah ideologi Maitreyani. Iman manusia di masa depan adalah iman terhadap Buddha Maitreya. Ini merupakan sebuah fenomena yang akan terwujud, percayalah! Kita adalah orang yang berjalan di barisan terdepan di antara seluruh manusia pada zaman sekarang ini, karena kita telah melihat jelas bagaimana budaya, peradaban, tatanan moralitas, ideologi, dan iman umat manusia di masa depan! Semua perjuangan yang kita lakukan setiap hari di dalam tugas suci Ketuhanan adalah demi terwujudnya semua ini! Inilah yang disebut sebagai manusia yang sadar, yaitu manusia yang tahu dan menginsafi terlebih dahulu, bukanlah telat mengetahui dan telat menyadari. Terlebih bukan tidak tahu dan tidak sadar sama sekali.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Bab XVI

BUDDHA MAITREYA ADALAH SANG MAHAABADI


Oh... Buddha Maitreya yang Mahaabadi, tuntunlah kami menuju Hidup Abadi! Keabadian merupakan watak asali kita, karena hati nurani - percikan roh Tuhan yang ada di dalam diri kita bersifat di luar lahir-mati. Tidak perlu mencari keabadian ke luar diri, karena keabadian tidak berada di luar, melainkan di dalam diri kita. Lalu bagaimanakah kita memanifestasikan keabadian ini? Di dunia ini tiada sesuatu apapun yang kekal abadi selain hati nurani, percikan roh Tuhan. Karena itu, dengan mengamalkan realitas kesadaran nurani berarti kita tengah memanifestasikan keabadian dan menuju terang nurani. Tanpa kesadaran nurani, setiap hal yang kita lakukan bersifat fana dan sementara. Keluhuran nurani yang sadar cemerlang melebihi keluhuran Nirwana, alam Buddha, Tanah Suci, Kerajaan Tuhan, dan alam Surga. Memiliki sebuah nurani yang sadar cemerlang melebihi keluhuran kedudukan Buddha, Nabi, dan Bodhisatva. Terang nurani adalah yang termulia, lebih mulia daripada aktivitas pembabaran dharma, penyelamatan umat manusia, mengajak orang memohon Ketuhanan, beramal jasa pahala, membangun Vihara, ataupun melakukan triamal. Keluhuran terang nurani jauh melebihi keluhuran segala pengorbanan dan dedikasi. Mengapa? Karena terang nurani adalah sumber dan dasar dari segalanya! Tanpa kesadaran nurani, berarti semua aktivitas dan pengorbanan kita adalah sia-sia, karena tanpa didasari kesadaran nurani, maka segala hal yang kita lakukan masih berada dalam kefanaan! Keabadian bukan sebuah konsep pemikiran belaka, bukan juga segala bentuk aksara dan bahasa. Keabadian adalah sesuatu yang nyata, yang dicapai saat kita memanifestasikan realitas nurani yang pada dasarnya abadi. Para Buddha memiliki hati nurani yang abadi. Manusia awam juga memilikinya. Namun mengapa umat manusia masih berada dalam perputaran roda samsara, sedangkan para Buddha tidak? Jawabannya adalah, karena dalam kehidupannya para Buddha mengamalkan realitas kesadaran nurani yang asali, sedangkan manusia tidak. Kesesatan telah menutupi terang nurani kita sehingga tidak berpancar. Karena itulah manusia terus berputar dalam roda samsara! Kita dan para Buddha-Bodhisatva sama-sama memiliki hati nurani yang abadi, namun apabila kita tidak memanifestasikannya

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

secara nyata, maka selamanya kita tidak akan mencapai kehidupan yang kekal abadi seperti para Buddha dan Bodhisatva. Yang Suci Hao Che Ta Ti Bersabda, Jika di dalam Hati Masih Ada Keterikatan, Berarti Kita Adalah Pendosa. Mengapa kita harus senantiasa bersujud dan bertobat dengan penuh ketulusan? Semua ini adalah demi mencapai keabadian. Jika kita bisa bersujud hingga mencapai kondisi hati yang bebas dari segala keterikatan, itulah keabadian. Jika di dalam hati masih ada keterikatan, berarti kita adalah pendosa. Inilah sabda Yang Suci Hao Che Ta Ti sebelum mencapai parinibhana. Banyaknya ikatan hati mencerminkan banyaknya dosa dan kesesatan yang harus kita pertobatkan. Penuh ikatan hati sama dengan membelakangi sifat nurani yang leluasa. Penuh ikatan hati berarti membelakangi hati nurani, membelakangi Tuhan, sehingga terus berada dalam kefanaan. Amalkanlah realitas kesadaran nurani, maka tercapailah keabadian. Namun untuk itu, bila hanya mengandalkan kekuatan manusia tentu tidaklah mungkin. Kita sangat membutuhkan kehadiran Buddha Maitreya untuk menuntun kita. 70% kesuksesan kita menuju Bumi Suci Maitreya yang kekal abadi bersandar pada kekuatan Tuhan dan Buddha Maitreya, dan sisanya 30% mengandalkan perjuangan kita. Mengamalkan Persujudan Nuraniah, Pertobatan Nuraniah, dan Penyelamatan Umat Manusia Secara Nuraniah, Inilah Karya Nyata dalam Keabadian. Buddha Maitreya ingin membangun sebuah Bumi Suci, Kerajaan Tuhan di Dunia, Taman Sukacita Semesta, Dunia Damai Sentosa yang abadi. Semua ini adalah semata pengamalan kewajiban nurani-Nya. Jika semasa hidup tidak menanam bibit keabadian, mungkinkah kelak kita bisa menuai buah keabadian? Bisakah kita memasuki Dunia Damai Sentosa, Kerajaan Tuhan di Dunia, Bumi Suci, Taman Sukacita Semesta yang abadi? Hanya dengan menanam benih keabadian di saat ini juga, maka kelak barulah bisa menuai buah keabadian. Marilah berjuang menanam bibit keabadian, yaitu dengan setulus hati melakukan persujudan nuraniah, pertobatan nuraniah, dan penyelamatan umat manusia secara nuraniah. Dalam melakukan semua kewajiban ini, kita padukan perjuangan maksimal kita dengan kekuatan ilahi, maka semua perjuangan ini akan membuahkan keabadian. Tercapainya keabadian berarti tercapainya terang nurani. Nurani kembali berpancar terang, percikan roh Tuhan kembali menjadi pengendali atas diri.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Kodrat nurani adalah kekal abadi, karena itu setiap aktivitas persujudan, pertobatan, dan penyelamatan manusia haruslah didasari kesadaran nurani. Tanpa didasari kesadaran nurani, berarti persujudan, pertobatan, dan penyelamatan manusia yang kita lakukan didasari dengan hati duniawi yang fana, yang bertolak belakang dengan kebenaran nurani. Jerih payah kita menjadi tiada arti, dan akhirnya jiwa kita tetap berada dalam kefanaan! Persujudan, pertobatan, dan penyelamatan manusia secara nuraniah sungguh penting. Jika kita bisa melakukannya hingga bebas dari segala keterikatan, yang ada di dalam hati hanyalah mengenang rahmat kasih Tuhan dan budi kebajikan Guru, bersyukur serta terpanggil untuk membalasnya, inilah yang dinamakan persujudan, pertobatan, dan penyelamatan nuraniah yang sesungguhnya! Saudara, bila saat menolong sesama kita menganggapnya sebagai kehebatan pribadi, urusan pribadi, jerih payah, pengorbanan, dedikasi, dan jasa pahala pribadi, maka segala kebaikan yang telah kita lakukan tadi sungguh teramat jauh dari makna penyelamatan nuraniah yang sebenarnya. Pahamilah, sebuah penyelamatan belum tentu didasari kesadaran nurani. Bila di dalam hati masih ada konsep akulah yang menyelamatkan, berarti masih ada ikatan hati. Berarti telah meninggalkan kesadaran nurani, melupakan rahmat Tuhan, kasih Buddha Maitreya, dan budi Kedua Guru Agung! Persujudan dan pertobatan juga harus didasari kesadaran nurani. Persujudan nuraniah adalah persujudan yang penuh ketulusan, dengan segenap penghormatan tertinggi, lepas dari segala niat, dan berpijak pada keilahian yang tiada tara. Jika kita bersujud sambil tidur atau memikirkan hal yang bukan-bukan, ataupun bertobat secara asal-asalan, ini tentu tidak termasuk persujudan dan pertobatan nuraniah! Demikianlah, hanya persujudan, pertobatan, dan penyelamatan yang didasari kesadaran nuranilah yang terbilang sebagai perjuangan menuju keabadian. Di luar kesadaran nurani tiada keabadian. Tanpa kesadaran nurani, meski misi penyelamatan trilokya ini mampu kita rampungkan seorang sendiri, tetap saja kita tidak akan mencapai keabadian, tidak terbebas dari lahir-mati. Dalam mengamalkan penyelamatan nuraniah, marilah kita meneladani semangat Yang Suci Hao Che Ta Ti yang tertuang di dalam sabda suci-Nya: Sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu orang lain meraih kesuksesan, tanpa mengharapkan imbalan dan pamrih, jiwa tiada keakuan!

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Berikut ini contoh-contoh penyelamatan nuraniah: Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam membina dan mengamalkan Ketuhanan. Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam menyampaikan kebenaran. Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam beramal dan menunaikan ikrar. Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam mengajak orang memohon Ketuhanan. Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam merintis Vihara. Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam beramal jasa pahala dan menunaikan ikrar. Sepenuh hati dan sekuat tenaga mendukung kesuksesan orang lain dalam berkorban dan berdedikasi demi tugas Ketuhanan. Demikianlah, di seluruh jagat raya, hanya hati nuranilah yang kekal abadi. Di luar hati nurani, semuanya berada dalam kefanaan. Pelaksanaan segala urusan haruslah dilandasi kesadaran nurani. Lepas dari kesadaran nurani, sia-sialah semua jerih payah! Sebagai seorang Sesepuh, jadilah seorang Sesepuh yang bernurani. Sebagai seorang Abdi Korda, jadilah seorang Abdi Korda yang bernurani. Menjadi seorang Pandita juga harus bernurani. Demikian pula sebagai seorang biarawan, jadilah biarawan yang bernurani, dengan demikian segala pengorbanan Anda barulah bermakna! Tanpa kesadaran nurani, betapapun besarnya pengorbanan Anda, itu berarti hanya menyandang status sebagai biarawan saja. Walaupun raga telah dipersembahkan, namun hati tidak. Berartikah sebuah pengabdian yang demikian? Namun untuk sungguh-sungguh menjadi seorang Sesepuh, Abdi Korda, Pandita, Biarawan, Pandita Madya, Pelaksana Vihara, dan menjadi umat yang bernurani tidaklah mudah! Kenyataannya, tidak banyak pembina yang mampu mencapai tingkat kesucian Buddha, Bodhisatva, dan Mahadewa. Tidak banyak orang yang mampu menjalankan kewajibannya sebagai Sesepuh, Abdi Korda, Pandita, Biarawan, Pandita Madya, Pelaksana Vihara, ataupun umat yang bernurani. Yang Suci Hao Che Ta Ti pernah bersabda, Hati nurani adalah Buddha. Siapa yang bisa mengamalkan kesadaran nurani, dialah Buddha, Bodhisatva, Orang Suci. Sekalipun Anda hanyalah seorang umat biasa, asalkan Anda membina dan mengamalkan Ketuhanan dengan kesadaran nurani secara konsisten, maka kelak Anda pasti mencapai kesucian Buddhata.

DPP MAPANBUMI

Tuntunan Buddha Maitreya

Sebaliknya, walaupun Anda adalah seorang Sesepuh, Abdi Korda, Pandita, Pandita Madya, atau umat yang senior, namun jika dalam pembinaan dan pengamalan Ketuhanan tidak menjalankannya dengan kesadaran nurani, maka untuk mencapai kesucian Mahadewa pun sulit! Bahkan mungkin saja kita tetap berstatus sebagai roh sesat. Dan yang lebih parah lagi, jika kita selalu membelakangi kesadaran nurani, niat dan perbuatan kita selalu bertentangan dengan kebenaran nurani, maka kelak kita terjatuh ke neraka, penjara nirwana, atau dikurung dalam ruang pertobatan! Mencapai keabadian sungguh bukanlah hal yang mudah. Setiap hari di dalam benak kita timbul ribuan hingga laksaan niat. Sebagian di antaranya adalah niat buruk. Ini berarti ketidakabadian! Bila terus seperti ini, mungkinkah setelah nafas berakhir nanti kita mencapai keabadian? Oleh karena itu, di bawah ayoman kekuatan Buddha Maitreya, tekunlah melakukan persujudan, pertobatan, dan penyelamatan nuraniah. Mari kita berjuang menghapus segala niat khayal, pikiran yang kacau, hawa nafsu, pikiran jahat, dan segala pikiran yang tidak baik. Dengan demikian barulah kelak kita bisa mencapai keabadian! Watak kodrati kita adalah di luar kelahiran dan kematian. Tiada kelahiran dan kematian adalah wajah kita yang sejati. Kini, biarlah Buddha Maitreya yang Abadi yang bebas dari lahir dan mati - menuntun kita di sepanjang hidup ini. Menuntun kita dalam perjuangan introspeksi diri, berpaling kepada nurani yang abadi, berteguh pada jiwa ilahi. Sadarlah bahwa sesungguhnya keabadian berada di dalam diri, bukan dicari di luar diri. Berpalinglah ke dalam diri! Tataplah watak asali - aku sejati yang abadi - yang bersemayam di dalam diri ini. Dengan berpaling ke dalam sang aku sejati yang abadi, baru kita akan sungguh-sungguh bersyukur kepada Buddha Maitreya. Dengan berman sejati kepada Beliau, berarti kita beriman sejati kepada hati nurani - aku sejati yang kekal abadi - aku ilahi yang bebas dari lahir-mati. Selamanya hidup kekal abadi bersama Buddha Maitreya di dalam Taman Sukacita Semesta Raya!

DPP MAPANBUMI

Anda mungkin juga menyukai