01 Studi Kandungan Logam Indrajati
01 Studi Kandungan Logam Indrajati
STUDI KANDUNGAN LOGAM Pb DALAM BATANG DAN DAUN KANGKUNG (Ipomoea reptans) YANG DIREBUS DENGAN PENAMBAHAN NaCl DAN ASAM ASETAT
Indrajati Kohar, Poppy Hartatie Hardjo, Melyana Jonatan, dan Onie Agustanti
Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Surabaya 60293, Indonesia E-mail: us1113@fox.ubaya.ac.id; us1130@wolf.ubaya.ac.id
Abstrak
Kangkung termasuk sayuran yang banyak digemari, yang mudah tumbuh ditempat berair ataupun di dekat sungai, dan karena itu banyak ditanam di dekat sungai dan disirami dengan air sungai tersebut. Jika sungai tercemar dengan logam berat, maka kemungkinan besar tanaman yang tumbuh disitu juga tercemar. Suatu penelitian terhadap kangkung yang ditanam di media yang tercemar oleh Pb membuktikan bahwa kangkung tersebut juga mengandung Pb. Untuk mengetahui sejauh mana perebusan dapat mengurangi kandungan Pb dalam kangkung dilakukan penelitian dengan berbagai cara perebusan. Pada penelitian ini digunakan kangkung darat (Ipomoea reptans) sebagai sampel, dan ditanam secara hidrofonik, serta disiram dengan larutan Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) dan larutan Pb (2 mg/L dua kali sehari. Kangkung dipanen pada usia 54 hari, kemudian daun dan batangnya direbus dengan berbagai cara. Perlakuan I: direbus dengan air saja, perlakuan II: direbus dengan penambahan NaCl, perlakuan III: direbus dengan penambahan asam asetat 25%. Perlakuan IV: sampel yang tidak direbus, sebagai kontrol. Untuk mengukur kandungan Pb digunakan alat Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+. Penambahan asam asetat ternyata tidak mengurangi kandungan Pb dalam daun dan batang kangkung sebanyak yang disebabkan oleh perebusan tanpa penambahan NaCl atau asam asetat, ataupun perebusan dengan penambahan NaCl. Perbedaan ini sangat signifikan pada batang kangkung, sedangkan pada daun tidak signifikan.
Abstract
Study on The Content of Pb in Twigs And Leaves of Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Boiled With The Addition of NaCl And Acetic Acid. Kangkung is a kind of favorable vegetables that used to grow near a river, and is cultivated and watered with water from the river. If the river is polluted by heavy metals, there is a risk that the plant is contaminated too. A study on the content of Pb in kangkung planted in Pb contaminated media has been conducted, and it was proven that Pb was found in the plant. Land kangkung (Ipomoea reptans) was used as sample, and was planted in hydrophonic media, and watered with Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) and Pb solution (2 mg/L) twice a day. Samples were taken based on the age of 54 days, then the twigs and leaves were boiled in different ways: I. Boiled with no addition, II. Boiled with addition of NaCl , and III. Boiled with addition of acetic acid. IV. Unboiled sample as the control. Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ was used to measure the Pb content. It was shown that boiling the kangkung reduced the Pb content in the leaves as well as in the twigs; however, the acetic acid addition showed the least effect. In the leaves the three different ways of boiling did not show significant different, while in twigs the different was significant. Keywords: heavy metals, kangkung, lead contamination, contamination in vegetables, way of cooking
1. Pendahuluan
Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat kritis bagi negara maju dan berkembang. Terjadinya
85
2. Metode Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir), ditanam secara hidroponik di Surabaya. Asam nitrat p.a., larutan baku Pb 1000 mg/L (E.Merck, Germany), HClO4 p.a. (Riedel de Hen, Germany), air bebas mineral (Laboratorium Fakultas Farmasi UBAYA), gas Argon welding grade (Surabaya Oxygen, Surabaya), pupuk Multigrow Complete Plant Food (P.T. Namarobu Multigro Sejati), pasir, batu apung, polybag, dan kertas saring Whatman no 41. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS), Timbangan analitik Sartorius 2842, Oven (Memmert), hotplate, dan alat-alat gelas. Penanaman kangkung: biji kangkung disemaikan dalam kotak dengan menggunakan pasir steril, setelah berkecambah diseleksi kecambah yang bagus dan hasil seleksi dipindahkan ke polybag untuk ditanam dengan menggunakan media batu apung dan pasir. Setiap pagi dan sore disiram dengan larutan pupuk sebanyak 300 ml (konsentrasi 2g/L) [4] dan larutan pupuk yang mengandung logam Pb 2 bpj. Tanaman dipanen pada umur 54 hari. Tanaman kangkung yang berumur 54 hari diambil seluruh bagian tanaman, kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah yang melekat, dan dibilas dengan air bebas mineral, kemudian diambil daun dan batangnya, yang digunakan sebagai sampel. Sampel dibagi dalam 4 kelompok masing-masing diberi perlakuan: Perlakuan I. Daun dan batang kangkung (yang sudah dipotong 3 cm) ditimbang masing-masing 50 g, dididihkan dengan air dalam gelas piala sebanyak 200 ml; setelah air mendidih batang dan daun kangkung masing-masing dimasukkan dan direbus selama 5 menit, lalu ditiriskan. Air yang digunakan untuk merebus disimpan, kemudian dianalisis kandungan Pb nya. Masing-masing perlakuan dilakukan 3 replikasi. Perlakuan II. Perlakuan sama dengan perlakuan I, tetapi sampel direbus dengan penambahan NaCl sebanyak 2 gram. Perlakuan III. Sama dengan perlakuan I, tetapi sampel kangkung direbus dengan penambahan asam asetat 25% sebanyak 4 ml. Perlakuan IV. Sisa batang dan daun yang tidak direbus ditimbang masing-masing 50 g, kemudian dianalisis kandungan Pbnya.
Perlakuan I II III IV
Tabel 2.
Daun Kangkung 93,34 0,21 91,88 0,19 93,02 0,30 90,98 1,34
Batang Kangkung 96,66 0,16 95,51 0,19 96,05 0,13 94,26 0,15
Rata-rata Kandungan Pb Dalam Daun dan Batang Kangkung Setelah Berbagai Perlakuan (mg/100 g sampel)
Perlakuan I II III IV
Tabel 3.
Rata-rata Kandungan Pb Dalam Air Rebusan Daun dan Batang Kangkung Setelah Berbagai Perlakuan (mg/100 g sampel)
Perlakuan I II III
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata dengan uji BNT pada
Dari Tabel 2 di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah kadar Pb dalam daun maupun batang kangkung setelah mendapat perlakuan (I s/d III) ternyata melebihi dari batas persyaratan untuk sayuran untuk logam Pb, berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725 tahun 1989 tentang batas maksimal cemaran logam dalam makanan, yaitu 2,0 mg/kg bahan atau 0,2 mg/100 g bahan [7].
4. Kesimpulan
Perebusan batang maupun daun kangkung yang tercemar dengan logam Pb dapat mengurangi kandungan Pb dalam daun maupun batang kangkung. Penambahan asam asetat ternyata tidak mengurangi kandungan Pb dalam daun dan batang kangkung sebanyak yang disebabkan oleh perebusan tanpa penambahan NaCl atau asam asetat, ataupun perebusan dengan penambahan NaCl. Perbedaan ini sangat signifikan pada batang kangkung. Meskipun perebusan dapat mengurangi kandungan Pb dalam daun dan batang, ternyata untuk tanaman kangkung yang tumbuh pada media yang terkontaminasi Pb secara terus menerus dengan kadar 2 mg/L, meskipun telah dilakukan perebusan, daun dan batangnya tetap tidak layak untuk dikonsumsi.
Daftar Acuan
[1] A.W. Wisnu, Dampak Pencemaran Lingkungan, 1st ed., Andi Offset, Jakarta, 1995. [2] I.G. Seregeg, M.S. Saeni, Media Litbangkes V (1995) 18. [3] F.B.Salisbury, C.W.Ross, Fisiologi Tumbuhan, Lukman dan Sumaryono (terjemahan), Penerbit ITB, Bandung, 1995. [4] S. Soeseno, Bercocok Tanam secara Hidroponik, 6th. ed., PT Gramedia, Jakarta,1993. [5] Kenneth Helrich (Ed.), Official Methods of Analysis, vol. 1, 15th ed., the Association of Official Analytical Chemists, Inc., Maryland, USA, 1990.