Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan Kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berdasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam pengembangan, untuk mencapai derajat kesehatan pada tahun 2000 khususnya yang berkaitan dengan kelangsungan hidup anak oleh UNICEF (1984) direncanakan suatu tema yaitu revolusi kelangsungan hidup anak (child survival revolution). Inti pemikiran yang terkandung didalamnya adalah untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita serta meningkatkan mutu hidup anak dengan memperkenalkan suatu program dengan teknologi tepat guna terutama bagi negara yang sedang berkembang. Teknologi sederhana itu mencakup program : tumbuh kembang anak yaitu dengan menilai berat badan yang berkala, menggalakkan promosi dan pemberian ASI, rehidrasi oral pada penyakit gastrointeritis dengan larutan garam gula oralit, dan meningkatkan cakupan pada anak dan ibu hamil tentang pemberian imunisasi (Markum, 2002). Imunisasi adalah Respon imun dan memori mirip dengan infeksi alamiah, tetapi tanpa menimbulkan penyakit (tinggi imunogenitas, rendah reaktogenitas). Di Indonesia ada 2 kelompok imunisasi yaitu imunisasi yang diharuskan dan imunisasi yang dianjurkan. Imunisasi yang diharuskan adalah: BCG (Bacillus Calmette-Guerin) ; Hepatitis B; DPT (Difteri Pertusis Tetanus); Polio; Campak. Imunisasi yang dianjurkan adalah MMR (Measles/campak,

Mumps/parotitis, Rubella/ campak jerman); Hib (Haemophilus influenzae b); demam tifoid; Hepatitis A (Satgas Imunisasi IDAI, 2008). Pengaruh imunisasi pada epidemiologi penyakit dipengaruhi oleh apakah vaksin dapat melindungi manusia dari infeksi ataukah vaksin hanya mampu mengurangi beratnya penyakit tanpa sepenuhnya melindungi dari penyakit. Vaksin yang hanya dapat mengurangi beratnya penyakit, seperti vaksin pertusis dan BCG, atau menghambat munculnya gejala penyakit, seperti toksoid tetanus, tidak dapat menimbulkan imunitas komunitas. Imunitas komunitas menyangkut efek tidak langsung vaksin, yaitu apabila sebagian besar komunitas diimunisasi, transmisi agen infeksi akan berkurang sehingga menurunkan risiko terpajannya individu (termasuk orang yang tidak diimunisasi) pada agen infeksi. Vaksin yang dapat melindungi dari infeksi, seperti vaksin campak, rubella, parotitis dan poliomielitis, mempunyai dua efek penting pada epidemiologi penyakit. Kedua efek tersebut berhubungan dengan imunitas komunitas yang ditimbulkannya (Latief, 2000). Salah satu penyakit yang dinilai dapat menimbulkan wabah adalah campak. Campak adalah penyakit infeksi virus yang dapat menyebar dan menimbulkan wabah. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada bayi dan anak, serta dapat memberikan komplikasi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang, pneumonia bahkan kematian. Oleh karena itu tujuan imunisasi campak adalah untuk mereduksi campak (Samik Wahab, 2002).
Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Salaman I periode Januari-April 2011, cakupan imunisasi campak yaitu 82,17%. Angka ini memperlihatkan bahwa program Puskesmas Salaman I mengenai cakupan imunisasi campak tidak memenuhi target dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yaitu

95%. Dalam pelaporan PWS, terlaporkan bahwa desa Kalirejo hasil cakupannya dalam lima bulan adalah sebesar 38,8% dari yang seharusnya 39,58% dan dengan pencapaian sebesar 98,02% dari yang seharusnya 100%. Salah satu dusun di desa Kalirejo yang mempunyai pelaporan adanya bayi yang belum diimunisasi campak saat berusia 9 bulan adalah dusun Kobar. Untuk itu penulis memilih dusun Kobar

desa Kalirejo sebagai dusun yang ingin diteliti apakah masalah di dusun tersebut dan setelah ditemukan adanya kekurangan maka akan dilakukannya intervensi di dusun tersebut. 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, dapat dirumuskan masalah: cakupan imunisasi campak desa Kalirejo tidak memenuhi target, yaitu 38,8% dari yang seharusnya 39,58% dan dusun Kobar merupakan salah satu dusun yang mempunyai pelaporan bayi yang belum diimunisasi campak saat usia 9 bulan. 1.3.Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan ini antara lain: A. Tujuan Umum Dapat mengetahui gambaran umum cakupan imunisasi campak di dusun Kobar desa Kalirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. B. Tujuan Khusus

Mengetahui penyebab kurangnya pencapaian program imunisasi campak di dusun Kobar desa Kalirejo periode Januari-Mei 2011. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ada dengan metode pendekatan sistem hingga penyusunan Plan of Action (POA). 1.1.Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah penyakit-penyakit menular, dalam hal ini adalah terutama tentang imunisasi campak.

B. Bagi Puskesmas Dapat dijadikan sebagai masukan untuk Puskesmas Salaman I dalam pengambilan tindakan dalam program penyakit-penyakit menular terutama dalam hal imunisasi campak. C. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat dapat lebih mengerti dan sadar akan pentingnya imunisasi campak sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
1.1.Batasan Pengkajian

A. Batasan Judul Penulis memilih judul Peningkatan Pencapaian Program Imunisasi Campak di Dusun Kobar Desa Kalirejo Sebagai Evaluasi Manajemen Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang karena belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan batasan pengertian judul sebagai berikut : 1. Peningkatan Suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan sesuatu, baik dengan suatu kegiatan ataupun dengan yang lain. 2. Pencapaian Suatu proses atau cara yang dilakukan untuk mencapai sesuatu.
3. Program Imunisasi Campak

Program dari Puskesmas yang terdapat dalam SPM yang merupakan bagian dari program penyakit-penyakit menular. 4. Imunisasi campak Salah satu imunisasi wajib pemerintah yang diberikan pada saat anak berusia 9 bulan.
5. Dusun Kobar

Dusun Kobar merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa Kalirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. 6. Desa Kalirejo Desa Kalirejo merupakan salah satu dari 10 desa yang terdapat di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. 7. Puskesamas Salaman I Puskesamas Salaman I adalah salah satu puskesmas yang terdapat di Kecamatan Salaman. 8. Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. A. Batasan Operasional Sasaran adalah balita yang terdapat di dusun Kobar desa Kalirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. 1.1.Metodologi Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan, bidan dan kader dusun Kobar desa Kalirejo, sedangkan data sekunder diperoleh dari SPM dan PWS bulan Januari-Mei 2011 yaitu mengenai jumlah data bayi peserta imunisasi campak dusun Kobar desa Kalirejo. Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif. Kemudian dilakukan identifikasi masalah dan ditentukan prioritas masalah dari prioritas masalah dilakukan analisis penyebab masalah dengan pendekatan sistem. Kemudian analisis faktor penyebab masalah tersebut dimasukkan ke dalam Fish Bone Analyze. Penyebab masalah diprioritaskan lalu ditentukan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne) (Darmowandono & Parwati, 2006). 2.2. Etiologi Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang (Jawetz, 2006) 2.3. Patofisiologi Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktus respiratorius mulai dari hidung sampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi lokal pada mukosa respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar dalam leukosit pada sistern retikukoendotelial. Setelah terjadi nekrosis pada sel retikuloendotelial sejumlah virus terlepas kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel yang paling banyak terinfeksi adalah monosit. Jaringan yang terinfeksi termasuk timus, lien, kelenjar limfe, hepar, kulit, konjungtiva, dan paru. Setelah terjadi viremia kedua seluruh mukosa respiratorius terlibat dalam perjalanan penyakit sehingga menyebabkan timbulnya gejala batuk dan korisa. Campak dapat secara langsung menyebabkan croup, bronchiolitis dan pneumonia, selain itu adanya kerusakan respiratorius seperti edema dan hilangnya silia menyebabkan timbulnya komplikasi otitis media dan pneumonia. Setelah beberapa hari sesudah seluruh mukosa respiratorius terlibat, maka timbullah bercak koplik dan kemudian timbul ruam pada kulit. Kedua manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan multinucleated giant cells, edema inter dan intraseluler, parakeratosis, dan diskeratosis (Price, 2006)

Timbulnya ruam pada campak bersamaan dengan timbulnya antibodi serum dan penyakit menjadi tidak infeksius. Oleh sebab itu dikatakan bahwa timbulnya ruam akibat reaksi hipersensitivitas host pada virus campak. Hal ini berarti bahwa timbulnya ruam ini lebih ke arah imunitas seluler. Pernyataaan ini didukung data bahwa pasien dengan defisiensi imunitas seluler yang terkena campak tidak didapatkan adanya ruam makulopapuler, sedangkan pasien dengan 5a-gamaglobulinemia bila terkena campak masih didapatkan ruam makulopapuler (Price, 2006). 2.4. Fase campak Fase-sae yang terjadi pada campak, yaitu:

Fase inkubasi Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.

Fase prodromal Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5C. Di fase kedua bercak merah belum muncul.

Fase Makulopapuler Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain,

umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masingmasing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat. Fase Penyembuhan Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak (Anonim, 2011). 2.1. Gejala Klinis Gejala klinis yang dijumpai pada penderita campak, antara lain (Darmowandono & Parwati, 2006):

Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar. Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat pans menurun. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia. Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu. Munculnya Kopliks spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Kopliks spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal

yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang pathognomonik untuk campak.

Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi. 2.1. Imunisasi Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat

imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Antibodi mencegah adherns mikroba masuk ke dalam sel untuk menginfeksinya. Imunisasi adalah cara yang lebih baik dan lebih murah dalam mencegah penyakit (Baratawidjaja, 2006). Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegahs u a t u penyakit. Vaksin ini membantu berfungsi tubuh untuk m e n g h a s i l k a n antibodi. Antibodi melindungi

terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak t e t a p s e h a t , t e t a p i j u g a m e m b a n t u m e m b a s m i p e n y a k i t yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukupa m a n . Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih b e s a r daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka b a n y a k p e n y a k i t m a s a k a n a k - k a n a k y a n g s e r i u s , y a n g s e k a r a n g i n i s u d a h jarang ditemukan. Di Indonesia imunisasi wajib terdiri dari 5 jenis yaitu bcg, polio, dpt, hepatitis b, dan campak. Kontraindikasi yang umum terjadi untuk semua jenis vaksin (DPT/DTAP, OPV, Campak, HIB, Hepatitis B, VZV) adalah : reaksi anafilaktik terhadap vaksin yang mengkontraindikasikan dosis lanjut dari

10

vaksin tersebut dan yang mengkontraindikasikan penggunaan vaksin yang mengandung substansi tersebut (Anonim, 1998). Selain itu penyakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam juga merupakan kontraindikasi yang umum terjadi (Wong, 2004). Sedangkan reaksi yang terjadi dan bukan merupakan kontraindikasi untuk diberikan vaksin adalah reaksi lokal ringan sampai sedang (luka, kemerahan, bengkak) setelah diberikan vaksin. Penyakit ringan akut dengan atau tanpa demam ringan, riwayat alergi penisilin atau alergi non-spesifik lain atau riwayat keluarga tentang alergi (Wong, 2004). Sedangkan untuk pengelompokan kontraindikasi dari berbagai vaksin sendiri adalah sebagai berikut:

BCG Reaksi uji tuberkulin > 5 mm, keadaan imunokompromais, HIV, dalam terapi kortikosteroid, gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit yang luas, pernah sakit TBC, kehamilan.

Polio Kontraindikasinya adalah jika terdapat reaksi anafilaktik terhadap neomisin atau streptomisin. Keadaan yang harus mendapatkan kewaspadaan untuk pemberian IPV ini adalah kehamilan (Wong, 2004).

DPT Kontraindikasinya adalah ensefalopati dalam 7 hari pemberian dosis DPT sebelumnya. Sedangkan yang perlu diwaspadai adalah jika terjadi demam 40,5C dalam 48 jam setelah vaksinasi dengan dosis DPT sebelumnya. Kolaps atau status seperti syok dalam 48 jam pemberian dosis DPT sebelumnya. Kejang dalam 3 hari pemberian dosis DPT sebelumnya, menangis terus menerus dan tidak dapat didiamkan yang berakhir 3 jam dalam 48 jam pemberian dosis DPT sebelumnya.

11

Selain itu ada gejala yang bukan merupakan kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT yaitu jika suhu <40,5C setelah dosis DPT sebelumnya, riwayat keluarga tentang kejang sebelumnya, riwayat keluarga tentang sindrom kematian bayi, riwayat keluarga tentang kejadian merugikan setelah pemberian DPT (Wong, 2004). Hepatitis B Kontraindikasinya adalah tidak ada, sedangkan yang bukan merupakan kontraindikasi adalah jika terdapat riwayat penyakit Hepatitis B (Wong, 2004). Campak Kontraindikasi untuk dilakukan imunisasi campak adalah bila anak diketahui mempunyai riwayat alergi terhadap antibiotika spesifik yang digunakan dalam persiapan vaksin tersebut atau alergi telur berat, TB aktif, keganasan, atau defisiensi imun, atau sedang mendapatkan terapi sitostosik steroid. Tunda pemberian selam anak demam dan selama 3 bulan setelat mendapatkan tranfusi darah (Insley, 2005). Efek samping untuk masing-masing imunisasi adalah sebagai berikut : BCG Menurut Newell dan Meadow tahun 2002 efek samping yang ditimbulkan dari vaksinasi BCG muncul setelah 3-6 minggu yaitu dengan munculnya eritema, indurasi, dan kadang ulserasi. Kelenjar getah bening aksilaris mungkin membesar dan terasa nyeri. Tanda-tanda lokal tersebut akan menghilang dalam 2-6 bulan. Pada umumnya reaksi kulit tuberkulin yang 10 mm pada anak atau orang dewasa yang divaksinasi BCG menunjukkan infeksi dengan M. Tuberkulosis, yang perlu evaluasi diagnostik dan pengobatan lebih lanjut. Polio Vaksinasi sebelumnya dengan BCG tidak pernah terkontraindikasi dengan uji tuberkulin (Behram, 2000).

12

Secara esensial tidak ada efek samping yang segera. Paralisis karena vaksin jarang terjadi dalam 2 bulan imunisasi (resiko diperkirakan 1:7,8 juta dosis), lebih cenderung terjadi pada kontak erat daripada resipien OPV (Wong, 2004). DPT Menurut Newell dan Meadow tahun 2002 reaksi minor akibat komponen pertusis dari imunisasi Hib/DPT umum terjadi adalah gelisah, demam, dan menangis selama beberapa jam setelah penyuntikan dengan lokasi penyuntikan terasa sakit.

Hepatitis B Reaksi lokal ringan (eritema, nyeri) pada sisi injeksi dan juga dapat terjadi demam ringan (Wong, 2004).

Campak Menurut Wong tahun 2004 efek samping yang ditimbulkan oleh imunisasi campak adalah anoreksia, malaise, ruam, dan demam yang gejalanya dapat terjadi 7 sampai 10 hari setelah pemberian imunisasi. Ensefalitis jarang terjadi, perbandingan resikonya diperkirakan mencamapai 1 : 1 juta dosis.

13

Gambar 1. Jadwal imunisasi


2.1. Imunisasi campak

Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6 bulan-59 bulan dan masa SD (6 - 12tahun). Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 k a l i d i u s i a 9 b u l a n , 1 k a l i d i u s i a 6 t a h u n . D i a n j u r k a n , pemberian c a m p a k ke-1 sesuai jadwal. Selain karena a n t i b o d i d a r i i b u s u d a h menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum

14

mendapatkan imunisasi campak,m a k a p a d a u s i a 1 2 b u l a n h a r u s d i i m u n i s a s i M M R ( Measles Mump Rubella) (Arvin, 2005).

BAB III PROFIL DESA


3.1 Keadaan Geografis Desa Luas wilayah desa Kalirejo 679,049 HA 3.2 Keadaan Demografis Desa

Jumlah penduduk 4.692 jiwa Jumlah kepala keluarga 1.340 kk

15

Tabel 1. Usia Penduduk Desa Kalirejo


Kelompok Usia 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-39 40-49 50-59 60+ Jumlah Laki-laki 183 160 287 170 233 153 357 365 236 166 2.305 Perempuan 204 167 289 158 241 307 349 324 231 225 2.387 Jumlah 387 327 516 328 474 460 751 685 467 391 4.692

Mata pencaharian (umur 10 tahun keatas)


Petani sendiri Buruh tani Nelayan Pengusaha Buruh industri Pedagang Pengangkutan Pegawai negri

: 709 orang : 907 orang :orang : 425 orang : 265 orang : 125 orang : 70 orang : 80 orang

Buruh bangunan : 196 orang

3.1 Komponen Desa Siaga 1. Sarana dan Prasarana a. Sarana:


Rumah sakit Puskesmas Puskesmas pembantu PKD Polindes

: tidak ada : 1 buah : 1 buah : tidak ada : tidak ada

16

a. SDM:

Dokter umum Dokter gigi Perawat Bidan Dukun bayi

: 2 orang : 1 orang : 4 orang : 4 orang (1 bidan desa, 3 BPS) : 2 orang

1. Forum Kesehatan Desa Belum terbentuk 2. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat


a. KPKIA b. Ambulance desa c. Donor darah

: belum ada : belum ada : belum ada

d. Pemanfaatan upaya kesehatan Posyandu balita


e. Gerakan pengendalian faktor risiko penyakit : belum ada

1.4 Upaya Kesehatan


1. Promotif, preventif oleh kader 2. Promotif, preventif oleh bidan

: dilakukan secara berkala : melalui posyandu

3. Pemantauan kesehatan bumil, balita, dan pengendalian risiko : melalui

posyandu 3.5 Pengamatan dan Pemantauan Kesehatan Pengamatan dan pemantauan kesehatan yang terdapat di desa Kalirejo diantaranya:
1. Buku KIA 2. Buku SIP 3. Buku catatan kasus/rujukan kader 4. Buku catatan keluarga miskin

: ada : ada di tiap posyandu :belum ada : ada

5. Buku catatan kelahiran dan kematian: ada

17

1.5 Pembiayaan Kesehatan


1. Tabulin/dasolin 2. Pokmair 3. Dana posyandu 4. Dana sehat 5. Dana kematian

: belum berjalan : ada : ada : belum ada : ada

BAB IV ANALISIS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH


4.1. Alur Pemacahan Masalah Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah (Hartoyo, 2011) Program imunisasi campak merupakan program wajib puskesmas yang berada di dalam program P2M (Penyakit-Penyakit Menular). Berdasar Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Salaman I periode Januari-April 2011 didapatkan bahwa program imunisasi campak merupakan salah satu program yang cakupannya masih rendah yaitu sebesar 82,17% yang mana belum mencapai target puskesmas Salaman I sebesar 95%. Dari hasil olahan ini didapat data bahwa cakupan program imunisasi campak belum maksimal dan belum mencapai target puskesmas Salaman I, maka langkah selanjutkan dilakukan

18

analisis dengan menggunakan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan dan output) untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah. Berdasarkan siklus pemecahan masalah, proses dan identifikasi masalah dilakukan dengan mengevaluasi program Puskesmas Salaman I periode Januari- April 2011. Setelah dilakukan evaluasi ditemukan program-program yang masih menjadi 5tmasalah karena pencapaianya kurang. Program imunisasi campak menjadi salah satu program Puskesmas yang menjadi masalah sehingga perlu dicari pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut:

Lingkungan : Fisik, Kependudukan, Sosial, Budaya, Ekonomi dan Kebijakan

INPUT Man Money Method Material Machine

PROSES P1 P2 P3

Out put

Outcome

Gambar 3. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

4.2. Pencapaian Program SPM Yang Masih Bermasalah Berdasarkan data SPM Puskesmas Salaman I periode Januari-April 2011, didapatkan beberapa program yang bermasalah yaitu program yang pencapaiannya kurang. Tabel 2. Pencapaian Program (SPM) yang Masih Bermasalah di Puskesmas Salaman 1 Periode Januari - April 2011

19

No

Program

Pencapaian (<100%)

Besarnya masalah ( 100% - % pencapaian) 7.55 20.38 61.29 100 100 2.58 10.64 5.94 5.94 0.71 13.04 18.26 10.63 19.18 4.65 62.00 53.42 90.86 10.44 17.11 15.31 2.24 17.56 13.51 14.41 15.31 10.80 2.24 78.57 78.57 99.54

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Cakupan Kunjungan bumil K1* Cakupan Kunjungan bumil K4 Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil* Ibu hamil resti yg ditangani (PONED) Ibu hamil dg komplikasi yg ditangani (PONED) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Cakupan Kn1*) ( 6 jam sd 48 jam) Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) ( hari ke 3 s/d hari ke 7 ) Cakupan kunjungan neonatus (Kn3) ( 8 hr - 28 hr) Cakupan kunjungan Bayi Jumlah dukun bayi yg terlatih Frekuensi pembinaan dukun Balita yg naik berat badannya (N/D) Jml Tempat Tempat Umum (TTU) yg diperiksa* Rumah sehat Cakupan suspek tb paru* Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan / ditangani sesuai standard Jumlah bumil yg mendapat TT2* Imunisasi BCG* Imunisasi DPT 1* Imunisasi DPT 3 * Imunisasi Polio 1* Imunisasi Campak* Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* Imunisasi Hepatitis B1 total* Imunisasi Hepatitis B2* Imunisasi Hepatitis B3* Penyuluhan P3 NAPZA* di sekolah Penyuluhan HIV/ AIDS * di sekolah Deteksi kasus baru dan lama p2ptm

92.45 79.62 38.71 0.00 0.00 87.42 89.36 94.06 94.06 99.29 86.96 81.74 89.37 80.82 95.35 38.00 46.58 9.14 89.56 82.89 84.69 97.76 82.44 86.49 85.59 84.69 89.20 97.76 21.43 21.43 0.46

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pencapaian peserta imunisasi campak di Puskesmas Salaman I belum memenuhi target yaitu 86,49% dan dengan cakupan 82,17%, jumlah cakupan belum sesuai target, jumlah pencapaian tersebut adalah angka kumulatif. Ada beberapa desa yang pencapaian lebih dari pada target tetapi ada beberapa desa yang pencapaiannya dibawah target. Salah satu desa yang pencapaiannya dibawah target adalah Desa Kalirejo. Setelah dilihat dari laporan PWS

20

imunisasi, cakupan imunisani campak di desa Kalirejo yaitu 38,8%. Sehingga perlu analisa dan pemecahan masalah lebih lanjut, apakah benar program posyandu belum mampu meningkatkan cakupan imunisasi campak ataukah ada faktor lain yang menjadi masalah dalam pelaksanaan imunisasi campak sehingga cakupannya rendah. Tabel 3. PWS Pencapaian Imunisasi Campak Perdesa Periode Januari-Mei
No. Desa Sasaran Bayi 63 65 95 85 60 53 83 84 86 27 Target 1 Tahun (%) 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 Target Bulan Berjalan (%) 39,58 39,58 39,58 39,58 39,58 39,58 39,58 39,58 39,58 39,58 Pencapaian (%) 31,7 38,5 38,9 38,8 36,7 39,6 42,2 40,5 33,7 25,9

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Salaman Kalisalak Menoreh Kalirejo Paripurno Ngargoretno Ngadirejo Sidomulyo Kebonrejo Banjarharjo

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


5.1. Penentuan Prioritas Masalah

21

Setelah dilakukan analisa cakupan kegiatan Puskesmas Salaman I melalui data SPM bulan Januari-April 2011, ditemukan beberapa masalah yang kemudian ditentukan prioritas masalahnya.berdasarkan hasil tersebut didapatkan 31 prioritas masalah yang salah satu masalahnya adalah cakupan imunisasi campak dimana skor cakupan 82,17%. Dari laporan PWS, cakupan imunisasi desa Kalirejo tergolong rendah, yaitu 38,8% dari yang seharusnya 39,58%. Langkah selanjutnya adalah dilakukan analisa dengan menggunakan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan output) sampai kemudian dibuat rencana kegiatan dalam bentuk Plan of Action (PoA). 5.2. Analisis Penyebab Masalah 5.2.1. Analisis kuesioner Pengambilan data melalui kuesioner dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2011 pukul 09.00-11.00 WIB. Responden yang diambil sebanyak 9 responden, yaitu ibu yang memiliki balita berusia di bawah 2 tahun di dusun Kobar desa Kalirejo. Pengambilan data dilakukan saat posyandu. Kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan dikategorikan menjadi: 1. Pertanyaan pengetahuan berisi 5 pertanyaan yang menilai tingkat pemahaman responden tentang imunisasi. Masalah-masalah diukur berdasarkan pertanyaan yang diajukan yang diajukan dan dijawab dengan benar. Pengetahuan responden dianggap baik jika menjawab dengan benar 80% pertanyaan.
2. Pertanyaan perilaku berisikan 5 pertanyaan yang menilai pengakuan

responden mengenai program imunisasi campak. Masalah-masalah diukur berdasarkan pertanyaan yang diajukan yang diajukan dan dijawab sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku responden dianggap baik jika menjawab dengan sesuai 80% pertanyaan. Pengamatan yang dilakukan dengan metode pengisian kuesioner terhadap 9 orang responden ibu yang memiliki anak berusia di bawah 2

22

tahun didapatkan 4 responden telah mengimunisasi campak anaknya pada bulan Januari-Mei, sedangkan 5 orang responden belum mengimuisasi campak anaknya. Tabel 4. Jawaban Kuesioner Kategori Pengetahuan dan Perilaku
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Muslimah Imrokanah Sarijah Khanifah St. Mustakomah Tarsi Winarti St. Indah Fatika Konifah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Pengetahuan 2 3 4 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 % 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 60 80 60 60 40 40 60 80 40 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 Perilaku 2 3 4 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 % 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 60 100 60 100 100 100 100 80 40

Tabel di atas memuat jawaban kuesioner yang telah diisi responden. Masing-masing pertanyaan dari tiap kategori diwakili oleh angka 1 sampai 5 untuk pengetahuan dan 1 sampai 5 untuk perilaku. Sedangkan jawaban responden dideskripsikan dengan angka 1 untuk jawaban yang benar atau sesuai dan 0 untuk jawaban salah atau tidak sesuai. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa pertanyaan pengetahuan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan ke-4 yaitu Apakah campak merupakan penyakit menular?, sedangkan pertanyaan perilaku yang paling banyak dijawab dengan jawaban tidak sesuai adalah pertanyaan ke-2 dan ke-4, yaitu Apakah imunisasi campak dilakuakan saat anak berusia 9 bulan lihat KMS)? dan Apakah anak anda diimunisasi campak saat berusia 9 bulan?. Tabel 5. Hasil Kuesioner Kategori Pengetahuan dan Perilaku Variabel Pengetahuan N 2 Baik Persentase 22,22% N 7 Kurang Persentase 77,78% N 9 Total Persentase 100 %

23

Perilaku

66,67%

33,33%

100 %

Berdasarkan tabel di atas, dari 9 responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 2 responden atau 22,22%, sedangkan responden yang memiliki perilaku baik berjumlah 6 responden atau 66,67%. Berdasarkan tabel 4 dan 5 diperoleh alasan bahwa rendahnya cakupan imunisasi campak dikarenakan rendahnya pengetahuan responden. Disamping itu juga dilakukan wawancara dengan kader posyandu dengan kesimpulan bahwa kader tidak terlalu memahami tentang imunisasi dan campak, sedangkan tugas kader selama ini hanya sekedar mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi campak sesuai jadwal di posyandu. 5.2.2. Analisis Input Pendekatan input meliputi 5M (Man, Money, Methode, Material, Machine), yaitu sebagai berikut :

Tabel 6. Analisis Input


Kelebihan Man Terdapatnya petugas imunisasi pada posyandu, yaitu seorang bidan desa, setiap desa 1 bidan. Terdapat kader-kader posyandu terlatih yang membantu kegiatan imunisasi. Kekurangan Jumlah kader terlatih kurang, hanya 4 orang. Peran kader kurang karena kurangnya keterampilan dalam menyampaikan informasi tentang imunisasi.

24

Money

Tersedia anggaran dana dari pemerintah, program ini masuk dalam imunisasi dasar lengkap sehingga seluruh biaya ditanggung pemerintah. Terdapat sistem pencatatan di buku KIA yang diberikan gratis dari puskesmas lalu dari buku KIA dicatat di lembar kohort Kader posyandu memiliki SIP (Sistem Informasi Posyandu) sehingga membantu perekapan data Tersedianya lokasi yang tetap untuk diadakan pemeriksaan posyandu Terdapatnya 1 posyandu di dusun Kobar Tersedianya tempat imunisasi lainnya selain posyandu yaitu polindes, dan puskesmas. Tersedianya alat-alat dan vaksin untuk imunisasi secara gratis Tersediannya vaksin dalam jumlah yang cukup Tersedia tempat penyimpanan vaksin berupa cool box, almari es. Terdapat termometer suhu Adanya lembar kohort, buku KIA, SIP bagi kader

Tidak ada

Methode

Jika hanya 1 balita yang diimunisasi campak maka akan dialihkan ke posyandu terdekat.

Material

Tidak ada

Machine

Tidak ada

Tabel 7. Analisis Proses


Proses P1 (Perencanaan) Kelebihan Terdapat jadwal layanan imunisasi di puskesmas dan posyandu yang telah diatur sedemikian rupa. Sudah adanya PWS dan SPM sebagai indikator keberhasilan program. Pelayanan program imunisasi berjalan rutin 1x sebulan. Kekurangan Tidak adanya jadwal kunjungan rumah pada bayi yang tidak datang pada saat imunisasi.

P2 (Penggerak dan Pelaksanaan)

Jika hanya 1 balita yang diimunisasi campak maka akan dialihkan ke posyandu terdekat. Belum optimalnya kunjungan dari rumah

25

ke rumah P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian ) Terdapat pencatatan data hasil kegiatan imunisasi oleh bidan dibantu oleh para kader. Bidan dan kader kurang aktif dalam pencatatan data imunisasi. Bidan dan kader tidak melakukan evaluasi kedatangan balita yang diimunisasi campak.

Tabel 8. Analisis Lingkungan


Lingkungan Kelebihan Lokasi Puskesmas dan Posyandu berada di dekat tempat tinggal penduduk sehingga memudahkan akses masyarakat Akses menuju PKD dan Pustu cukup mudah. Kekurangan Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya Imunisasi campak Ketidakpatuhan ibu untuk datang ke posyandu sesuai jadwal Terdapatnya balita yang sakit saat jadwal imunisasi campak

5.2.2. Output Tabel 9. Output (Pendekatan SPM)


No 1. Indikator Imunisasi campak Target 95% Sasaran 1 tahun 85 Sasaran bulan berjalan 35,41 Hasil Kegiatan 33 Cakupan 93,19% Skor Pencapaian 98,1%

Hasil cakupan imunisasi campak di dusun Kobar desa Kalirejo kecamatan Salaman periode Januari-Mei 2011 93,19%.

26

5.3. Rumusan Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasar analisis sistem di atas, maka dapat diketahui kemungkinan penyebab masalah, yaitu:
1. Jumlah kader terlatih kurang, hanya 4 orang. 2. Peran kader kurang karena kurangnya keterampilan dalam menyampaikan

informasi tentang imunisasi.


3. Jika hanya 1 balita yang diimunisasi campak maka akan dialihkan ke

posyandu terdekat. 4. Tidak adanya jadwal kunjungan rumah pada bayi yang tidak datang pada saat imunisasi.
5. Belum optimalnya kunjungan dari rumah ke rumah. 6. Bidan dan kader kurang aktif dalam pencatatan data imunisasi. 7. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya Imunisasi campak. 8. Ketidakpatuhan ibu untuk datang ke posyandu sesuai jadwal. 9. Terdapatnya balita yang sakit saat jadwal imunisasi campak.

Berdasar analisis sistem di atas, maka dapat digamabarkan penyebab masalah dengan diagram fish bone.

27

INPUT

Jumlah kader terlatih kurang, hanya 4 orang. Peran kader kurang karena kurangnya keterampilan dalam menyampaikan informasi tentang imunisasi
Man

Jika hanya 1 balita yang diimunisasi campak maka akan dialihkan ke posyandu terdekat
Methode

Hasil cakupan kegiatan adalah 38,8% dari target 95% yang ditentukan

ak adanya jadwal kunjungan rumah pada bayi yang tidak datang pada saat imunisasi
P1

P3

um optimalnya kunjungan dari rumah ke rumah P2 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya Imunisasi campak a hanya 1 balita yang diimunisasi campak maka akan dialihkan ke kurang aktif dalam pencatatan data imunisasi. Bidan dan kader posyandu terdekat Ketidakpatuhan ibu diimunisasi campak. Bidan dan kader tidak melakukan evaluasi kedatangan balita yang untuk datang ke posyandu sesuai jadwal Terdapatnya balita yang sakit saat jadwal imunisasi campak

LINGKUNGAN

PROSES

28

5.4. Penyebab Masalah yang Paling Mungkin Setelah melakukan konfirmasi dengan koordinator program imunisasi, bidan desa, dan kader posyandu maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin sebagai berikut:
1. Peran kader kurang karena kurangnya keterampilan dalam menyampaikan informasi tentang imunisasi.

2. Bidan dan kader kurang aktif dalam pencatatan data imunisasi.


3. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya imunisasi campak.

BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


29

6.1. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah Setelah dilakukan analisis penyebab yang paling mungkin, maka permasalahan rendahnya cakupan imunisasi campak di dusun Kobar desa Kalirejo, selanjutnya disusun alternatif pemecahan masalah tersebut yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 10. Alternatif Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah 1. Peran kader kurang karena kurangnya keterampilan dalam menyampaikan informasi tentang imunisasi 1. Bidan dan kader kurang aktif dalam pencatatan data imunisasi. 1. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya Imunisasi campak. Alternatif Pemecahan Masalah a. Memberikan pembinaan.

a. Pemantauan terhadap pencatatan / pembukuan imunisasi yang berjalan oleh pimpinan program. a. Penyuluhan terhadap ibu mengenai pentingnya imunisasi dan penyakit campak.

6.2. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan masalah Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode matriks:
mxixv c c

Keterangan:
1. Efektivitas Program

Yaitu menunjukkan pada kemampuan program mengatasi penyebab masalah yang ditemukan. Makin tinggi kemampuan, makin efektif cara penyelesaian tersebut. Untuk mengukur efektivitas pemecahan masalah, terdapat beberapa pedoman, yaitu: Magnitude (m)

30

Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan maka akan semakin efektif. Skor untuk penilaian magnitude berkisar antara 1-5, yaitu: 1 = Sangat sedikit penyebab masalah yang dapat diselesaikan 2 = Sedikit penyebab masalah yang dapat diselesaikan 3 = Cukup banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan 4 = Banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan 5 = Sangat banyak penyebab masalah yang dapat diselesaikan

Importancy (i) Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif. Skor umtuk importancy berkisar antara 1-5, yaitu: 1 = Sangat kurang penting 2 = Kurang penting 3 = Cukup penting 4 = Penting 5 = Sangat penting

Vunerability (v) Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitif maka akan semakin efektif. Skor untuk vunerability berkisar antara 1-5, yaitu: 1 = Sangat kurang sensitif 2 = Kurang sensitif 3 = Cukup sensitif 4 = Sensitif 5 = Sangat sensitif

1. Efisiensi Program Yaitu menunjuk pada pemakaian sumber daya. Bila cara penyelesaian deangan biaya (cost) yang kecil, maka cara tersebut disebut efisien. Cost (c) Artinya biaya.
31

Skor untuk (cost) berkisar antara 1-5, yaitu: 1 = Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil. 2 = Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar. 3 = Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar. 4 = Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar. 5 = Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar. Tabel 11. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
No. a. b. Penyelesaian Masalah Memberikan pembinaan pada kader. Pemantauan terhadap pencatatan / pembukuan imunisasi yang berjalan oleh pimpinan program. Penyuluhan terhadap ibu mengenai pentingnya imunisasi dan penyakit campak. Nilai Kriteria M I V C 4 4 3 4 4 3 3 2 Hasil Akhir (M.I.V)/C 12 18 Urutan III II

c.

21,3

Dari hasil metode matriks (m.i.v)/c, maka didapatkan urutan prioritas penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien, yaitu: a. Penyuluhan terhadap ibu mengenai pentingnya imunisasi dan penyakit campak. b. Pemantauan/pembukuan imunisasi yang berjalan oleh pimpinan program. c. Memberikan pembinaan pada kader.

6.3. Kemungkinan Penyelesaian Masalah dan Kemungkinan Penerapannya Berdasarkan analisis penyebab masalah maka kemungkinan penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut: Tabel 12. Rencana Kegiatan dari Strategi Pemecahan Masalah
No. 1. Strategi Penyelesaian Masalah Penyuluhan terhadap ibu mengenai Membuat Kegiatan jadwal pemberian

32

2.

pentingnya imunisasi dan penyakit campak. Pemantauan/pembukuan imunisasi yang berjalan oleh pimpinan program. Memberikan pembinaan pada kader.

penyuluhan dan pembuatan media promosi Membuat jadwal pemantauan kelengkapan pencatatan data imunisasi. Membuat jadwal pembinaan kader posyandu.

3.

33

Tabel 13. Rencana Kerja Kegiatan Peningkatan Cakupan Imunisasi Campak di Dusun Kobar Desa Kalirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
No 1. Kegiatan Penyuluhan imunisasi dan dampak penyakit campak Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi dan dampak penyakit campak Sasaran Waktu Dana Swadana Lokasi Posyandu Pelaksana Metode Tolok Ukur a. Tolak ukur proses: Terlaksananya peyulihan imunisasi dan dampak penyakit campak b. Tolak ukur hasil: Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenaiimunisasi dan ampak penyakit campak. a. Tolak ukur proses: Pemantauan kelengkapan pencatatan data imunisasi dapat terlaksana. b. Tolak ukur hasil: Pendataan

Ibu hamil dan Bulan ibu yang September mempunyai balita

Dokter muda Ceramah dan bidan dan diskusi desa

2.

Pemantauan Agar pendataan Bidan desa kelengkapan imunisasi pencatatan data campak dapat imunisasi. tercakup secara keseluruhan.

Setiap bulan Puskesmas pada minggu pertama

Puskesmas

Koordinator program imunisasi

Pertemuan

34

3.

Pembinaan kader Meningkatkan Kader desa mengenai jumlah kader imunisasi. yang mengerti tentang imunisasi

Minggu ke- Puskesmas/ 2 bulan Desa September.

Dusun Kobar Desa Kalirejo

Dokter puskesmas dan dokter muda

Ceramah dan diskusi

imunisasi campak dapat tercakup secara keseluruhan. a. Tolak ukur proses: terlaksanany a pembinaan kader mengenai imunisasi b. Tolak ukur hasil: jumlah kader yang mengerti tentang imunisasi bertambah.

35

No

Kegiatan

Januari 2011

Februari 2011

Maret 2011

April 2011

Mei 2011

Juni 2011

Juli 2011

Agustus 2011

September 2011

Oktober 2011

November 2011

Desember 2011

1 2 34 1 Pemantauan kelengkapan pencatatan data imunisasi. Pembinaan kader mengenai imunisasi. Penyuluhan imunisasi dan dampak penyakit campak.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Tabel 14. Gant Chart Rencana Kegiatan Peningkatan Cakupan Imunisasi Campak

36

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1. Simpulan Didapatkan faktor-faktor yang menjadi penyebab cakupan imunisasi campak dusun Kobar desa Kalirejo dan dilakukan analisis penyebab masalah melalui pendekatan sistem yaitu: input (man, money, method, machine, material), proses (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengendalian), dan lingkungan didapatkan penyebab paling mungkin dari proses tersebut diketahui ada sembilan masalah yang paling mungkin. Setelah ditentukan penyebab yang paling mungkin dilakukan alternatif pemecahan masalah kemudian dibuat urutan prioritas alternatif pemecahan masalahnya yaitu, didapatkan: a. Penyuluhan terhadap ibu mengenai pentingnya imunisasi dan penyakit campak. b. Pemantauan/pembukuan imunisasi yang berjalan oleh pimpinan program. c. Memberikan pembinaan pada kader. Setelah dibuat urutan prioritas alternatif pemecahan masalahnya dibuatlah rencana kegiatan tindak lanjut (Plan of Action) untuk tiap alternatif pemecahan masalahnya. 7.2. Saran Plan of Action (PoA) yang telah dibuat diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat agar dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Pelaksanaan kegiatannya juga tidak lepas dari kerjasama pihak-pihak yang terkait, sehingga diperlukan suatu tim yang dapat saling memberikan kontribusi secara terkoordinasi agar kegiatan dapat berjalan baik. Setelah pelaksanaan kegiatan juga perlu dilakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan agar dapat ditelaah kembali. DAFTAR PUSTAKA
37

Anonim, 2008. Potensi Penyakit Pada Bayi di Indonesia Meningkat. Diakses melalui : http://www.klikdokter.com/article/detail/1117 Anonim, 2011. Etiologi, Infektivitas, dan Epidemiologi Penyakit Campak. http://fkunhas.com/etiologi-infektivitas-dan-epidemiologi-penyakit-campak201104201243.html Arvin Berhman Klirgman, 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC Baratawidjaja, 2006. Imunologi Dasar (7th ed). Jakarta : FKUI Behrman, et al., 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Jilid I (15th ed). Jakarta: EGC Darmowandowo Widodo & Parwati S. Basuki, 2006. Campak. http://www.pediatrik.com/isi03.php? page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110esnj280.htm Hartoyo. 2009. Handout: Instrumen Analisa Penyebab untuk Pemecahan Masalah, Kalangan terbatas Insley, 2005. Vade-Mecum Pediatri (A Paediatric Vade-Mecum). Jakarta: EGC Jawetz, Melnick, 2006. Mikrobiologi Kedokteran Edisi: 23. Jakarta: EGC Latief abdul, dkk, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: Infomedika Markum, 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: FKUI Newell, Meadow, 2002. Lecture Notes Pediatrika (7th ed). Jakarta: Penerbit Erlangga Price Sylvia, Lorainne, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Suatu Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC Samik Wahab, 2002. Sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. Jakarta: Widya Medika Satgas Imunisasi IDAI, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. penerbit Ikatan dokter anak Indonesia Wong, 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Jakarta: Badan

38

Anda mungkin juga menyukai