Anda di halaman 1dari 16

ABC (Activity-Based Costing)

Pendahuluan Elemen biaya merupakan jumlah dari yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan yang terkandung didalam cost pool . Misalnya, untuk hal-hal yang berkaitan dengan mesin mungkin mengandung elemen biaya untuk tenaga, elemen biaya teknik, dan elemen biaya depresiasi. Cost driver merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, juga merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk atau jasa. Ada dua jenis cost driver yaitu : 1. Driver sumber daya (resources driver) Adalah ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Resources driver ini digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke cost pool tertentu. Contohnya, adalah persentase dari luas total yang digunakan oleh suatu aktivitas. 2. Driver aktivitas (activity driver) Adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya. Activity driver digunakan untuk membebankan biaya dari cost pool ke objek biaya. Contohnya, adalah jumlah suku cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir untuk mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk. Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu prosedur yang menghitung biaya objek seperti produk, jasa, dan pelanggan. Activity-Based Costing (ABC) pertama-tama membebankan biaya sumber daya ke aktivitas yang dibentuk oleh organisasi, kemudian biaya aktivitas dibebankan ke produk, jasa, dan pelanggan yang berguna untuk menciptakan permintaan atas aktivitas. Objek Biaya dan Cost Driver (pemicu daya) : 1. Objek Biaya merupakan sesuatu atau aktivitas di mana biaya diakumulasikan 2. Empat jenis objek biaya adalah : a. b. c. d. Produk atau kelompok produk yang saling berhubungan; Jasa; Departemen (teknik, dan sumber daya manusia); Proyek, seperti penelitian, promosi pemasaran atau usaha jasa

3. Cost Driver merupakan faktor-faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total untuk suatu objek biaya

Activity-Based Costing (ABC) pada dasarnya merupakan metode penentuan cost produk (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi cost produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Activity-Based Costing (ABC) menitikberatkan penentuan cost produk di semua fase pembuatan produk, sejak fase desain dan pengembangan produk, fase produksi, sampai dengan penyerahan produk kepada customers. Dengan pendekatan Activity-Based Costing (ABC), aktivitas pembuatan produk dibagi menjadi tiga yaitu fase desain dan pengembangan, fase produksi, dan fase dukungan logistik. Jika perusahaan menggunakan pendekatan Activity-Based Costing (ABC) dalam menentukan cost produknya, full cost of product mencakup total biaya desain dan pengembangan produk (seperti biaya desain, biaya pengujian produk), biaya produksi (unit-level activity costs + batch-related activity costs + product sustaining activity cost + facility sustaining activity cost) ditambah dengan biaya dukungan logistik (biaya iklan + biaya distribusi + biaya garansi produk). Pengertian Activity-Based Costing (ABC) Pengertian Activity-Based Costing, adalah sebagai berikut : Activity-Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Dalam Activity-Based Costing (ABC) terdapat : 1. Biaya Non-Produksi dan Activity-Based Costing (ABC) Misalnya, komisi yang dibayarkan kepada tenaga penjualan, biaya pengiriman dan biaya garansi dapat dengan mudah ditelusuri ke produk. Untuk menentukan tingkat profitabilitas barang dan jasa, biaya-biaya non-produksi tersebut dalam Activity-Based Costing (ABC) dibebankan ke produk. 2. Biaya Produksi dan Activity-Based Costing (ABC) Dalam Activity-Based Costing (ABC), biaya produksi hanya akan dibebankan ke produk, apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut dipengaruhi oleh produk yang dibuat. Berbeda halnya dalam akuntansi tradisional, semua biaya produksi dibebankan ke produk, bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Sebagai contoh untuk keamanan pabrik akan

dialokasikan ke produk meskipun upah penjaga keamanan tersebut sama sekali tidak akan terpengaruh apakah perusahaan berproduksi atau tidak. 3. Biaya Kapasitas Menganggur dalam Activity-Based Costing (ABC) Dalam Activity-Based Costing (ABC), produk hanya dibebani biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya kapasitas yang tidak digunakan. Metode ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang menyebabkan aktivitas. Tujuan dan Peranan Activity-Based Costing (ABC) Tujuan Activity-Based Costing (ABC) : Tujuan ABC digunakan untuk meningkatkan akurasi analisis biaya dengan memperbaiki cara penelusuran biaya ke objek biaya. Activity-Based Costing (ABC) digunakan juga untuk berbagai objek biaya yang berbeda-beda yaitu produk secara individual, kelompok produk yang saling berhubungan dan pelanggan secara individual. Activity-Based Costing (ABC) juga sangat membantu perusahaan untuk dapat mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga pokok tradisional dan mendapatkan biaya produk yang lebih akurat. Activity-Based Costing (ABC) juga menyediakan pandangan yang jelas tentang bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa, dan aktivitas yang memberi kontribusi dalam jangka panjang. Peranan dari sistem Activity-Based Costing (ABC) : 1. Pembebanan biaya tidak langsung dan biaya pendukung 2. Pembebanan biaya dan aloksai biaya : Biaya langsung dan tak langsung. Pembebanan biaya merupakan suatu proses pembebanan biaya kedalam cost pool atau dari cost pool ke objek biaya. Biaya yang langsung dapat ditelusuri secara langsung ke biaya atau objek biaya secara mudah dan dapat dihubungkan secara ekonomi. Biaya yang tidak langsung tidak dapat ditelusuri secara mudah, dan bahkan sulit untuk dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau cost pool ke cost pool atau objek biaya.

Manfaat Activity-Based Costing (ABC) Manfaat utama Activity-Based Costing (ABC) : 1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan stratejik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal. 2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat menbantu manajemen untuk meningkatkan product value dan process value dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan proyek-proyek peningkatan value . 3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis. Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari suatu Activity-Based Costing (ABC) adalah untuk menyajikan biaya produk yang lebih akurat serta informatif, dan untuk menyajikan pengukuran yang lebih akurat juga serta guna untuk memudahkan para manajer untuk memberikan suatu informasi tentang biaya yang lebih relevan guna untuk pengambilan keputusan bisnis. Keterbatasan Activity-Based Costing (ABC) Activity-Based Costing (ABC) dapat memberikan alternatif untuk penelusuran biaya ke produk individual secara lebih baik, tetapi juga memiliki keterbatasan yang harus diperhatikan oleh para manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk tersebut. keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk adalah sebagai berikut : 1. Alokasi. Bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contoh beberapa biaya untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik dan pengelolaan proses produksi. 2. Mengabaikan Biaya. Keterbatasan lain dari ABC adalah beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi, riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim garansi. Tambahan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produksi untuk menentukan biaya produk total. Secara tradisional biaya pemasaran dan administrasi tidak dimasukkan kedalam

biaya produk karena persyaratan pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh GAAP mengharuskan memasukkan kedalam biaya periode. 3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu lebih dari 1 untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ABC dengan sukses.

Kelemahan Activity-Based Costing (ABC) mengatakan bahwa kelemahan Activity-Based Costing (ABC) : 1. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik dan pengelolaan proses produksi. 2. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya. 3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama. Activity-Based Costing (ABC) memiliki kelemahan yaitu pengalokasian biaya yang secara sembarangan, pengabaian biaya, dan memerlukan biaya yang mahal juga waktu yang cukup lama. Tingkatan Biaya dan Pemicu Didalam Activity-Based Costing (ABC), dasar yang biasa digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead dinamakan pemicu biaya atau yang disebut sebagai cost drivers. Karena biaya juga merupakan sumber daya atau resource yang dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lebih dari satu periode akuntansi, maka pemicu biaya ini juga dapat dinamakan dengan pemicu sumber daya (resources drivers). Pemicu sumber daya merupakan dasar yang digunakan untuk mengalokasikan berbagai biaya terhadap aktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut. Istilah pemicu sumber daya Contohnya, hampir setiap sistem akuntansi tradisional mengalokasikan beberapa biaya tingkat pabrik ke departemen berdasarkan jumlah karyawan atau luas lantai dalam satuan meter persegi yang ditempati oleh masing-masing departemen. Meter persegi dan jumlah karyawan disebut sebagai dasar alokasi dalam konteks tersebut. Jika suatu sistem Activity-Based Costing (ABC) mengaloksaikan biaya dari suatu sumber daya ke beberapa aktivitas berdasarkan meter persegi atau jumlah karyawan yang disediakan untuk setiap aktivitas, maka meter persegi dan jumlah karyawan disebut dengan pemicu sumber daya.

lingkungan produksi, Activity-Based Costing (ABC) membagi tingkatan biaya menjadi 4, yaitu : 1. Tingkatan Unit Biaya yang termasuk kedalam tingkatan unit yaitu biaya yang akan bertambah besar jika produksi ditingkatkan. Biaya ini merupakan satu-satunya biaya yang dapat dialokasikan secara akurat terhadap setiap unit sebanding dengan volumenya. Contohnya adalah biaya listrik, jika mesin menggunakan listrik didalam memproduksi produk dan biaya tenaga kerja pemeriksa jika setiap unit yang diproduksi harus diperiksa oleh tenaga kerja. Biaya ini merupakan biaya variabel yang sangat berfluktuasi sejalan dengan fluktuasi produksi. Pemicu tingkatan unit adalah ukuran dari berbagai aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Seluruh pemicu tingkat unit akan selalu sebanding dengan volume produksi. Contoh dari pemicu tingkat unit adalah meliputi jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung. Jam mesin, berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung, jumlah komponen bahan baku, total biaya utama, total biaya langsung, dan unit yang diproduksi. 2. Tingkatan Batch Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah tingkatan batch. Biaya tingkatan batch adalah semua biaya yang disebabkan oleh sejumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contohnya adalah biaya tatanan produksi atau biaya pendirian dan biaya penangan bahanbahan yang akan dimasukkan kedalam proses produksi. Jika biaya pesanan muncul dari pemasok karena adanya batch, maka sebagian biaya untuk mendapatkan bahan akan berada biaya pada tingkatan batch. Jika unit pertama yang seringkali dijadikan sampel diperiksa, maka biaya pemeriksaaan ini juga termasuk biaya pada tingkatan batch. Diluar fungsi produksi juga ada biaya tingkatan batch yang cukup berarti (cukup besar atau cukup materiil). Sebagai contoh, jika dari suatu produk tidak dimasukkan kedalam persediaan melainkan diproduksi secara batch untuk setiap pesanan konsumen, maka biaya tingkatan batch meliputi biaya pemasaran dan biaya administrasi. Contoh dari biaya pemasaran ini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan penjualan. Pemicu tingkatan batch adalah ukuran dari berbagai aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual.

Contoh dari pemicu tingkatan batch adalah meliputi biaya penataan proses produksi, biaya pesanan produksi, pesanan kerja dan biaya permintaan dan pemakaian bahan baku.

3. Tingkatan Produk Tingkatan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi lagi dan berada pada satu tingkatan diatas tingkatan batch. Biaya tingkatan produk adalah semua biaya yang terjadi karena digunakan untuk mendukung jumlah yang berbeda-beda dari produk yang diproduksi. Tingkatan ini tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan oleh penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. Contoh biaya tingkatan produk adalah biaya untuk mendesain produk, biaya untuk pengembangan produk, untuk membuat proto tipe produk serta untuk merekayasa produksi. Jika tenaga kerja yang ditugaskan untuk memproduksi perlu menjalani latihan sebelum melakukan aktivitas produksi, maka biaya latihan ini akan dimasukkan sebagai biaya dalam tingkatan produk. 4. Tingkatan Pabrik Beberapa tingkatan biaya dan pemicu atau drivers dapat muncul diatas tingkatan produk. Hal ini meliputi tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. Sebagian besar penerapan Activity-Based Costing (ABC) menyadari hanya salah satu tingkat yaitu tingkat pabrik. Biaya tingkatan pabrik adalah biaya untuk memelihara kapasitas pada suatu tempat perusahaan atau di lokasi produksi. Contoh dari biaya tingkat pabrik adalah sewa, depresiasi atau penyusutan, pajak properti, dan asuransi untuk bangunan pabrik. Sedangkan ruangan kantor yang ditempati atau luas lantai yang ditempati seringkali disebut sebagai pemicu tingkatan pabrik untuk membebankan biaya tingkat pabrik. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa keberadaan pemicu disebabkan adanya keterkaitan antara biaya tingkat pabrik dengan produk. Bahkan didalam sistem Activity-Based Costing (ABC), biaya tingkat pabrik seringkali dialokasikan kepada hasil produksi atau output dengan menggunakan ukuran tingkat unit meskipun kenyataannya bahwa biaya tingkat pabrik sangat berbeda sekali dengan biaya tingkat unit.

lingkungan manufaktur maju, rincian biaya setiap jenis aktivitas desain, produksi, dan distribusi produk adalah sebagai berikut : 1. Unit-level activity costs Biaya ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi, dan biaya angkutan adalah contoh biaya yang termasuk kedalam golongan ini. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan. 2. Batch-related activity costs Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Setup cost, yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan equipment sebelum suatu order produksi diproses, biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi, biaya order pembelian adalah contoh biaya yang termasuk kedalam golongan biaya ini. Besar atau kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. 3. Product-sustaining activity costs Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian produk. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut. 4. Facility-sustaining activity costs Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci perusahaan adalah contoh jenis biaya yang termasuk dalam golongan facility-sustaining activity costs. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.

Tingkat dan Contoh Aktivitas, Biaya dan Pemicu Aktivitas

TINGKAT UNIT BATCH PRODUK PABRIK

CONTOH AKTIVITAS : Pemotongan Pematerian Pengecetan Penggabungan Pembungkusan Penjadwalan Penataan Pencampuran Pemindahan Perancangan Pengembangan Membuat bentuk dasar Periklanan Penggudangan CONTOH BIAYA : Beban listrik Bahan tak langsung Gaji penjadwal Penataan Kepegawaian Penanganan bahan Gaji perancang dan Depresiasi Asuransi Pajak bangunan Pemanasan Penerangan Pendinginan Penyediaan Keamanan

programer Fee periklanan Biaya paten

CONTOH PEMICU AKTIVITAS : Unit output Banyaknya batch Banyaknya produk Perubahan desain Jam mendesain Luas kaki yang

Jam tenaga kerja Pemindahan bahan langsung Jam mesin Order produksi

ditempat

Prosedur Alokasi Dua Tahap Alokasi dua tahap yaitu membebankan biaya sumber daya suatu perusahaan, yang disebut sebagai biaya overhead pabrik ke cost pool dan kemudian ke objek biaya berdasarkan bagaimana suatu objek biaya menggunakan sumber daya tersebut. Dengan sistem ABC, alokasi tahap pertama adalah proses pembebanan biaya sumber daya, yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke cost pool aktivitas atau kelompok aktivitas yang disebut pusat aktivitas (activity center) dengan menggunakan driver sumber daya (resouces driver) yang tepat. Alokasi tahap kedua adalah proses pembebanan biaya, dimana biaya aktivitas dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan driver aktivitas (activity driver) yang tepat. Driver aktivitas mengukur berapa banyak aktivitas yang digunakan oleh objek biaya.

Sistem Activity-Based Costing (ABC) berbeda dengan sistem tradisional dalam dua hal : Pertama, cost pool didefinisikan sebagai aktivitas atau pusat aktivitas dan bukan sebagai pabrik atau pusat biaya departemen. Kedua, cost driver yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya adalah driver aktivitas yang mendasarkan pada hubungan sebab akibat. Pendekatan tradisional menggunakan driver tunggal yang mendasarkan kepada volume yang seringkali tidak melihat hubungan antara biaya sumber daya dengan objek biaya. Modifikasi ini menyebabkan prosedur dua tahap menyebabkan sistem Activity-Based Costing (ABC) melaporkan biaya akitvitas yang berbeda secara lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional. Karena sistem tersebut mengidentifikasikan secara jelas biaya dari aktivitas yang berbeda-beda yang ada di perusahaan. Sistem tersebut juga membebankan biaya aktivitas ke objek biaya output dengan menggunakan ukuran yang dapat menunjukkan permintaan produk atau jasa terhadap aktivitas tersebut. Skema Alokasi Dua Tahap

Biaya Sumber Daya

Tahap Pertama

Cost pool : Pabrik atau Departemen

Tahap Kedua

Objek Biaya

Tahap Tradisional

Biaya Sumber Daya

Tahap Pertama

Cost pool : Aktivitas atau Pusat Aktivitas Tahap Kedua

Objek Biaya Tahap Berdasarkan Aktivitas Perencanaan Laba Perencanaan Laba adalah sebagai berikut : Perencana laba adalah gambaran keuangan dan naratif mengenai hasil yang diharapkan dari keputusan perencanaan. Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa laba adalah penting dalam perencanaan, karena tujuan utama dari suatu rencana adalah mendapatkan laba yang memuaskan. Perencanaan laba akan efektif hanya bila semua pihak yang bertanggujngjawab melaksanakan usaha yang terus-menerus dan agresif untuk mencapai tujuan. Manajer pusat tanggungjawab harus menerima tanggungjawab untuk mencapai atau melampaui sasaran departemen yang tercantum di perencanaan laba. Seluruh tingkatan manajemen harus mengerti program, harus menyadari relevansi rencana bagi pelaksanaan fungsinya dan harus berpartisipasi dalam penerapannya dengan cara yang tepat. Perencanaan laba tidak dapat menggantikan manajemen. Perencanaan laba ini merupakan sistem yang dapat membantu melaksanakan proses manajemen. Manual anggaran sebuah perusahaan terkemuka menyatakan bahwa perencanaan laba harus dianggap bukanlah sebagai tujuan (master), tetapi sebagai pramuwisma (servant). Ini merupakan salah satu alat yang terbaik

untuk meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan para individu yang ada di perusahaan tersebut, dalam berbagai kegiatan manajerial. Ini tidak berarti bahwa semua dari perencanaan laba itu adalah sempurna. Pertimbangan yang paling terpenting yang harus dibuat adalah keyakinan bahwa dengan adanya penggunaan perencanaan laba yang cermat serta baik, maka seluruh laba yang dapat diperoleh dari penggunaan rencana tersebut dapat dicapai dan perencanaan kembali karena alasan bisnis dapat dilakukan. Menetapkan Tujuan Laba Mengatakan bahwa dalam Activity-Based Costing (ABC) : 1. Dalam metode priori, tujuan laba mendominasi perencanaan. Pertama-tama manajemen menentukan tingkat pengembalian yang diinginkan dan berusaha untuk merealisasikannya melalui perencanaan 2. Dalam metode posteriori, tujuan laba berada dibawah perencanaan dan diidentifikasikan sebagai hasil dari perencanaan 3. Dalam metode pragmatis, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah diuji dan dibuktikan melalui pengalaman . Dalam menentukan tujuan laba, manajemen sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :   Laba atau rugi yang diakibatkan dari volume penjualan tertentu Volume penjualan yang diperlukan untuk menutup semua biaya plus menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar dividen serta menyediakan kebutuhan bisnis masa depan     Titik impas Volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi sekarang Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba Pengembalian atas modal yang digunakan Harapan publik dan tanggungjawab sosial mengharuskan perusahaan untuk selalu dapat mempertimbangkan konsekuensi dari tujuan laba perusahaan. Sekarang ini, semakin banyak tindakan yang dievaluasi dalam konteks yang melibatkan dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dampak sosial potensial termasuk polusi lingkungan, konsumsi sumber daya yang tidak dapat diperbarui, dan faktor-faktor ekologi lainnya, hak-hak individu maupun kelompok, pemeliharaan pelayanan publik, keselamatan publik, kesehatan dan pendidikan, serta banyak pertimbangan sosial lainnya.

Perencanaan laba atau anggaran jangka pendek Perencanaan jangka panjang suatu pihak manajemen hanya dapat dicapai melalui prestasi laba jangka panjang yang berhasil dan sukses, dan ini memerlukan perkembangan dan tingkat laba yang cukup tinggi dan tetap. Sebaliknya rencana untuk jangka panjang dengan segala perhitungan laba yang diharapkan serta perkembangannya haruslah dimasukkan kedalam perencanaan untuk jangka waktu yang lebih pendek bagi perencanaan maupun pengawasan terhadap arah usaha yang diinginkan. Meskipun satu tahun merupakan periode perencanaan yang umum, anggaran jangka pendek dapat meliputi suatu masa selama 3, 6, atau 12 bulan, tergantung kepada jenis bidang usahanya. Untuk perencanaan yang efisien, maka suatu anggaran tahunan harus diperpanjang menjadi anggaran untuk jangka waktu 18 bulan, dengan memperhitungkan periode 3 bulan terakhir dari tahun lama, 12 bulan dari periode anggaran reguler, dan 3 bulan kedalam tahun berikutnya. Kelebihan perhitungan bulan-bulan ini diperlukan untuk memberikan kemungkinan peralihan dari satu tahun ke tahun berikutnya serta untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kejadian kejadian pada bulan-bulan sebelumnya. Perencanaan laba atau anggaran jangka panjang Perencana jangka panjang telah didefinisikan sebagai proses terus-menerus untuk membuat keputusan-keputusan saat ini secara sistematis dan dengan pengetahuan terbaik yang memungkinkan mengenai dampak di masa depan, mengorganisasikan secara sistematis, usahausaha yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan-keputusan tersebut, dan mengukur hasil dari keputusan-keputusan itu terhadap ekspektasi melalui umpan balik yang terorganisir dan sistematis. Perkembangan dunia bisnis ini semakin lama semakin menyadari akan kebutuhan untuk mengembangkan rencana laba jangka panjang. Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam rencana jangka panjang tidak dinyatakan secara tepat, dan tidak diharapkan sebagai rencana masa depan yang terkoordinasi secara menyeluruh. Rencana jangka panjang biasanya berurusan dengan area-area khusus seperti penjualan, pengembangan, serta kebutuhan-kebutuhan untuk pendanaan. Didalam perencanaan jangka panjang, pihak dari manajemen harus berusaha untuk menemukan urutan kejadian yang paling mungkin. Tetapi yang terpenting adalah fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap kondisi yang terus berubah. Perencanaan jangka panjang tidak dapat menghilangkan resiko, karena pengambilan resiko adalah inti dari aktivitas ekonomi. pengeluaran modal, riset dan

Keuntungan Perencanaan Laba Perencanaan laba, atau anggaran, memiliki manfaat dan keuntungan berikut ini : 1. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas identifikasi dan penyelesaian masalah. Manajemen wajib mempelajari semua aspek bisnis dalam

mengembangkan anggaran. Hal ini memungkinkan adanya kesempatan untuk menilai kembali setiap segi dari operasi dan memeriksa kembali kebijakan dan program. 2. Perencanaan laba menyediakan pengarahan ke semua tingkatan manajemen. Hal itu membantu mengembangkan kesadaran akan laba di seluruh lapisan organisasi dan merangsng kesadaran akan biaya serta efisiensi biaya. 3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi. Hal tersebut memberikan suatu cara untuk menyesuaikan usaha-usaha dalam mencapai cita-cita. Anggaran membuat identifikasi dan eliminasi dari halangan serta ketidakseimbangan menjadi mungkin, sebelum kedua hal itu terjadi serta untuk menyalurkan usaha-usaha ke aktivitas-aktivitas yang paling

menguntungkan. 4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerjasama dari semua tingkatan manajemen. Keahlian dan pengetahuan dari semua manajer dibutuhkan untuk mengembangkan rencana yang paling efektif. Partisipasi dari semua tingkatan mengeluarkan ide-ide dan menyediakan suatu cara untuk mengkomunikasikan tujuan serta untuk memperoleh dukungan atas rencana akhir. Manajer yang berpartisipasi belajar mengenai apa yang diharapkan; yaitu mereka mengembangkan komitmen terhadap cita-cita di mana mereka turut berpartisipasi dalam penetapannya. 5. Anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk menevaluasi kinerja aktual dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu. Hal ini memicu manajer untuk merencanakan dan berkinerja secara efisien. Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya suatu perencanaan laba akan memberikan suatu jalan keluar yang teratur dalam pemecahan suatu permasalahan dari suatu perusahaan, dan dapat memaksa pihak manajemen untuk dapat meneliti masalah yang dihadapinya sedini mungkin dan dapat menanamkan suatu kebiasaan pada perusahaan untuk mengadakan penelitian yang rapi sebelum mengambil suatu keputusan.

Keterbatasan Perencanaan Laba Perencanaan laba juga memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai berikut : 1. Prediksi bukanlah suatu ilmu pengetahuan pasti; ada sejumlah pertimbangan dalam estimasi manapun. 2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen pada cita-cita (seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan dari organisasi. 3. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan kerjasama dari semua anggota manajemen. 4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional. 5. 6. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peranan administrasi. Penyusunannya memakan waktu. Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa keterbatasan dari perencanaan laba adalah bahwa dalam suatu anggaran itu harus didasarkan pada peramalan atau prediksi, dan peramalan tersebut bukan merupakan dari suatu ilmu pengetahuan yang pasti. Sebaiknya dari perencanaan laba juga harus dapat memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan memerlukan kerjasama dan peran serta dari seluruh anggota staf manajemen. Perencanaan laba juga memerlukan waktu yang tidak sedikit dalam penyusunannya dan penerapannya itu, dan juga dibutuhkan orang-orang yang dapat bertanggungjawab dalam menentukan suatu anggaran. Peranan Activity-Based Costing (ABC) dalam Perencanaan Laba Activity-Based Costing (ABC) Tujuan utama Berfokus jangka panjang: Analisis terhadap semua biaya produk, yang meliputi bahan, tenaga langsung dan overhead Kapasitas dan kendala Tidak secara eksplisit dimasukkan sumber daya Cost driver Mengembangkan pemahaman tentang cost pada level unit, batch, produk dan fasilitas Penggunaan utama Penentuan harga jual stratejik dan perencanaan laba

Activity-Based Costing (ABC) digunakan untuk menilai profitabilitas produk, juga ActivityBased Costing (ABC) menggunakan analisis jangka panjang, dan sementara Activity-Based Costing (ABC) memasukkan semua biaya produk. Dilain pihak, Activity-Based Costing (ABC) tidak secara eksplisit memasukkan kendala sumber daya dan kapasitas produksi, jadi Activity-Based Costing (ABC) tidak bisa digunakan untuk menentukan komposisi produk terbaik dalam jangka pendek. Activity-Based Costing (ABC) merupakan metode yang komplementer. Activity-Based Costing (ABC) melakukan analisis secara komprehensif terhadap cost driver dan biaya per unit atau unit cost yang akurat, yang digunakan sebagai dasar untuk keputusan stratejik tentang penentuan harga jual dan komposisi produk dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai