Anda di halaman 1dari 17

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA ASPEK DAN DAMPAK PENGECILAN BATUBARA Untuk dapat digunakan dalam suatu proses

batubara perlu dilakukan penyesesuaian ukuran menjadi lebih kecil sesuai dengan peruntukkannya. Bahkan untuk proses industri kimia maupun bahan bakar ukuran batubara dibuat sangat halus. Penghalusan ukuran batubara bertujuan untuk meningkatkan luas kontak spesifik per satuan massa batubara sehingga diharapkan reaksi dapat berlangsung lebih sempurna. Demikian pula pada proses pembakaran, batubara halus dapat diperlakukan seperti gas, seperti proses pengkabutan dan pencampuran dengan udara sehingga pembakaran dapat lebih sempurna. Proses dan produk pengecilan ukuran batubara mempunyai beberapa aspek dan dampak baik terhadap kebutuhan energi dan investasi, kualitas, handling dan storage dan Safety Health & Environmental. 1. Kebutuhan Energi dan Investasi Untuk menghancurkan/melembutkan ukuran batubara maka diperlukan peralatan-peralatan mekanis yang sudah tentu membutuhkan biaya operasional dan biaya investasi. Beberapa aspek dan dampak terhadap kebutuhan energi dan investasi proses pengecilan ukuran batubara adalah: Semakin halus ukuran batubara yang diproduksi maka semakin besar energi dan biaya investasi yang dibutuhkan. Untuk mencapai ukuran yang halus (-200 US Messh) biasanya diperlukan lebih dari satu peralatan size reduction sehingga biaya investasi dan operasional (energi) akan semakin besar. Semakin keras sifat barubara (HGI <<) maka semakin besar kebutuhan energinya. 2. Kualitas Batubara Kualitas batubara terkait dengan nilai kalor, reaktifitas dan kandungan impuritis yang terikut didalamnya. Penghalusan batubara dapat mempengaruhi terhadap beberapa parameter kualitas batubara, yaitu: Nilai kalor (Heating Value). Pada proses size reduction biasanya melibatkan udara kering untuk mengurangi dampak scaling pada
15

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA peralatan. Pemakaian udara kering dapat menurunkan kadar air, volatile matter dan debu. Pengurangan bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan nilai kalor per satuan massa batubara. Semakin halus partikel batubara maka luas permukaan spesifik, luas permukaan per unit massa, menjadi semakin besar. Luas permukaan yang besar berdampak semakin luas permukaan kontak apabila batubara direaksikan dalam suatu proses kimia, sehingga performa reaksi akan semakin sempurna. Proses pembakaran batubara pada industri besar dan pembangkit listrik, perlakuan proses pembakaran batubara dilaksanakan seperti pada bahan cair, dimana dilakukan proses pnegkabutan dan pencampuran dengan udara (Fludizing). Semakin halus ukuran partikel batubara maka prose pembakaran akan semakin sempurna. Kandungan zat-zat pengotor tertentu akan menurun dalam proses size reduction, seperti kandungan belerang yang berupa FeS terdistribusi sesuai dengan kekasaran partikel batubara. Semakin halus ukuran partikel batubara maka kandungan belerang semakin rendah. 3. Handling and Storage Proses pemanfaatan batubara memerlukan tahapan-tahapan angkatangkut, transfer dan penyimpanan. Dimensi partikel batubara sangat mempengaruhi pada perancangan dan spesifikasi sarana dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Beberapa aspek dan dampak dari kehalusan pertikel batubara: Semakin halus ukuran pertikel batubara maka spesifikasi alat angkat dan angkut akan semakin khusus untuk menghindari potensi munculnya debu dan kehilangan massa yang terlalu besar. Misalnya CSU = Continuous Ship Unloader, tidak bisa menggunakan Cangaroo Crane. Semakin halus partikel batubara maka sarana pemindahan yang diperlukan harus mampu menghindari debu dan kehilangan massa
16

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA misalnya berupa pneumatic canveying dan peralatan yang tertutup rapat. Gudang penyimpanan harus betul-betul tertutup dan dilengkapi dengan sarana penangkap debu. 4. Safety, Health and Environmental Debu halus batubara dapat memberikan dampak terhadap aspekaspek safety, health and environmental. Dispersi debu batubara di udara pada konsentrasi tertentu dan dengan adanya sumber panas (api) sangat berpotensi menimbulkan kebakaran dan peledakan (Industrial Dust Explotion). Banyak kebakaran yang terjadi di pertambangan dan pengolahan batubara diakibatkan oleh dispersi debu halus batubara di udara. Kebakaran dapat menimbulkan kerugian terhadap personil, peralatan dan lingkungan. Personil yang terpapar debu halus batubara dalam jangka waktu lama dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan kesehatan. Pada saat hujan debu batubara yang terdispersi di udara akan terbawa turun bersama air hujan, dapat menimbulkan pencemaran berupa tersebarnya debu berwarna hitam dilingkungan sekitarnya. 5. Dampak Terhadap Kadar Belerang Salah satu impuritis dalam batubara yang banyak dipersoalkan terutama dikaitkan dengan isu kesehatan dan lingkungan adalah kandungan belerang. Belerang dalam batubara dapat berupa senyawa organik (Merchaptan CH3S, HS dan sebagainya) dan senyawa anorganik berupa mineral-mineral yang terikut seperti Pyrite (FeS). CH3S dan H2S merupakan gas racun yang sangat berbau yang biasanya terlepas pada proses pemanfaatan batubara. Permasalahan dalam pemanfaatan briket batubara untuk rumah tangga salah satunya adalah adanya senyawa-senyawa tersebut. Pada proses pembakaran batubara, belerang dapat berubah menjadi gas SO2 yang justru sangat bebahaya bagi kesehatan manusia maupun
17

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA kerusakan lingkungan. SO2 mengganggu saluran pernapasan dan iritasi pada mata, sementara perubahan menjadi asam dapat menimbulkan hujan asam yang berbahaya bagi lingkungan. Beberapa metode penurunan dampak adanya belerang dalam batubara dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Pengurangan belerang sebelum proses pembakaran 2. Penangkapan belerang pada saat pembakaran 3. Pemngambilan belerang dari gas hasil pembakaran 6. Pengurangan Belerang dari Sumber Salah satu cara penurunan kadar belerang dalam batubara adalah dengan memisahkan batubara berdasarkan kehalusannya. Terdapat phenomena dimana distribusi belerang terkait dengan ukuran partikel batubara. Semakin halus ukuran partikel batubara kandungan belerang khususnya FeS semakin kesil. Suatu contoh batubara dengan distribusi ukuran diameter partikel 19,9% lebih kesil dari 1 mm didapat 85% dari total belerang terdapat pada batubara dengan ukuran diameter pertikel lebih dari 1 mm. Sebagian besar (48%) dari total belerang terdapat dalam fraksi partikel dengan relatif densiti yang tertinggi (2.0 RD). Dari fenomena tersebut maka banyak dilakukan upaya pemisahan batubara berdasarkan ukuran partikel dan relatif densitinya, sehingga didapat batubara yang rendah sulfur dan disisi lain didapat bagian yang kandungan sukfurnya tinggi yang pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan. Usaha lain dilakukan dengan blending antara batubara rendah sulfur dengan yang kandungan sulfurnya melebihi batasan untuk mendapatnkan batubara yang sesuai. Batasan internasional kadar belerang dalam batubara adalah <2%. DAFTAR PUSTAKA
18

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA 1. Internet --- Departement of Trade and Industry of England, Summary Report: Cleaner Coal Technology Programme Enquiry Unit, 2002

COAL DRYING Proses pengeringan batubara dimulai pada tahun 1957. Pengeringan dengan ukuran besar batubara (-150+30 mm) telah dibuat dengan proses Fleisserns pada vessel tertutup (autoclave). Proses teknologi yang dikembangkan pada temperatur dan tekanan rendah. Pada akhir tahun 1986, pengembangan fasilitas dari alat pengeringan batubara yaitu dengan menambah jumlah autoclave menjadi 16 nuah dengan kapasitas 855.000 ton/jam. Parameter yang digunakan juga berbeda karena menggunakan temperatur dan tekanan yang tinggi (temperatur 234 oC dan tekanan 30 bar) sehingga hasil pengeringan yang didapat mempunyai kualitas yang baik, bisa mereduksi kebasahan batubara sampai 23%.

Gambar II.1. Perkembangan Produksi Batubara Kering dari Tahun 19752004


19

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA Pada tahun pertama operasi, plant digunakan untuk menjangkau kapasitas desain tetapi pada awal tahun 1990an produksi menurun seperti yang terjadi pada wet separator plant. Pada tahun 2001 dilakukan penggantian peralatan dengan peralatan yang menghasilkan kapasitas yang lebih besar 1 juta ton/tahun sebagai akibat dari penambahan 4 autoclave baru.

.Tabel II. 1. Perkembangan Produksi Batubara Kering dari Tahun 19752004.


Year Productio n [x106 t/y W [%] DTE [kJ//kg] 197 5 0.5 31.1 15.8 198 0 0.51 32.4 14.5 198 5 0.79 31.1 15.2 198 7 0.83 30.9 15.3 199 0 0.88 27.9 16.3 199 2 0.84 22.5 18.0 199 4 0.76 22.8 18.0 1996 0.63 23.2 17.9 5 1998 0.67 27.1 16.4 1 2000 0.63 27.3 16.5 1 2002 0.52 25.9 16.8 7 2004 0.61 23.5 17.7 5

20

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA

PENGEMBANGAN PENGERINGAN BATUBARA SAMPAI TAHUN 2020


1. Perluasan Pengeringan Batubara

Pada tahun 1995, dilakukan program investasi untuk memperluas plant pengeringan batubara menjadi 1 juta ton/tahun. Program tersebut dilengkapi lima grup autoclave yang dilengkapi dengan perlengkapan elektrik untuk automatisasi dan kontrol dan mesin teknologi terapan baru. Program investasi ini memerlukan danan 8,6 juta euro yang mencakup purifikasi buangan air. Pada tahun 1994, dimulai studi ekstraksi partikel solid dari buangan air dan sejak tahun 1997 suatu proyek utama dibuat dengan investasi 1,5 juta euro dengan tambahan 1,4 juta euro untuk proses removal fenol dengan treatmen biologi.
2. Alternatif Teknologi dari Pengeringan Batubara

Strategi untuk mengembangkan pengeringan batubara menjadi 2 juta ton/tahun diimplikasikan dari produksi pengeringan batubara sebelumnya yaitu sebesar 1 juta ton/tahun. Kriteria dasar yang diberikan untuk proses yang selanjutnya adalah: Seleksi proses pengeringan harus memproduksi susunan yang cocok untuk proses pembakaran di industri dan perumahan Seleksi proses harus menggunakan batubara yang berukuran < 30 mm

21

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA Kriteria teknologi yang baik harus aman khususnya untuk pengolahan limbah cair

Ada 2 teknologi pengeringan batubara yang ada, yaitu: 1. MTE (Mechanical Termal Procedure) 2. Convective drying in rational dryer 1. MTE (Mechanical Termal Procedure) Mekanisme dari proses MTE adalah: Pemanasan awal dari batubara menggunakan air dari fase pemindahan mekanis dan mengumpulkan produksi air pendingin

Pemanasan batubara dengan cara kondensasi uap jenuh tekanan rendah sampai temperatur sekitar 200 oC

Pemindahan air dengan menerapkan tekenan mekanik sampai 60 bar yang memproduksi air panas dalam storage tank Spesifikasi ini menguntungkan untuk ukuran batubara yang kecil (< 30 mm)

Gambar II. 2. Pengeringan Batubara Secara MTE

22

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA Pada tahun 1996 pembangunan pengering batubara secara MTE memproduksi 170.000 ton unit kapasitas dengan investasi sebesar 12,5 juta euro. 2. Convective drying in rational dryer Pada Convective drying in rational dryer, energi diperoleh dari penguapan air yang diteruskan kebatubara dengan gas panas. Pada proses ini gas panas akan didinginkan dengan membawa uap air ke atmosfer. Aplikasi ini digunakan untuk proses pengeringan brown coal. Penelitian dari Convective drying menggunakan dua ukuran batubara yaitu -120+80 mmsan -80+30 mm. Pengeringan batubara sampai 50% didapatkan dari ukuran 5 mm. Meskipun rata-rata pengeringan batubara sampai 22% dengan ukuran -80+40 mm bisa dikeringkan sempai 48%.

Gambar II. 3. Pengeringan Batubara Secara Convective Drying in Rational Dryer

DAFTAR PUSTAKA 1. Djordjevic, Z, et. Al: Situation and Prospects of Preparation and Processing of Coal, VI Colloquium on Preparation of Ores, Belgrade, 2001
23

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA 2. Technical Documentation Kolubara-DP Kolubara-Prerada

PROSES PEMBUATAN SLURRY BATUBARA Penelitian saat ini dikembangkan pada suatu proses untuk memproduksi slurry bahan bakar padat dalam wujud material yang mengandung karbon yang telah dihaluskan (pulverized). Istilah bahan bakar padat dalam konteks ini meliputi jenis material yang mengandung karbo, seperti aspal, antrachite, sub-bituminous, batubara lignitic, charcoal dan hasil sampingan instalasi penyulingan seperti coke dan asphaltene. Untuk menghasilkan panas pada saat ini sebagian besar didasarkan pada pembakaran bahan bakar cair atau gas, pabrik yang telah ada harus menyesuaikan dengan kondisi ini, termasuk pada proses pengangkutan, penyimpanan dan pembakaran bahan bakar dalam kondisi fisik seperti ini. Penambahan bahan kimia seperti metanol atau hidrokarbon diusulkan untuk menghasilkan suatu slurry dari bubuk batubara di dalam cairan yang berbeda, seperti metanol, minyak, campuran air dan minyak, atau air sendiri.dengan begitu suatu bahan bakar padat eperti batubara mungkin ditangani dan diangkut ebagai cairan, sehingga dapat mengurangi atau
24

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA membuang sejumlah bahan bakar cairan, seperti minyak, untuk digunakan didalam aplikasi bahan bakar berbentuk slurry. Didalam sejumlah kasus, suatu slurry batubara dan air menawarkan keuntungan penghematan biaya dan bersifat praktis. Banyak permintaan terhadap slurry bahan bakar padat, hal terpenting adalah slurry mempunyai suatu solid fuel content yang tinggi dan juga mempunyai viskositas yang rendah serta homogenitas yang baik meskipun telah disimpan dalam waktu yang lama. Berdasarkan US Patent No. 4,282,006 menjelaskan proees periapan pembuatan lurry batubara diamana batubara dihancurkan dalam satu mill (ball mill) atau lebih, hingga didapatkan suatu bubuk batubara yang sesuai untuk digunakan untuk slurry. Distribusi ukuran yang diproduksi sangat tergantung pada jenis batubara yang digiling. Proses lebih lanjut dari slurry batubara diuraikan oleh Atlantic Research Corporation, feed batubara terlebih dahulu dibagi menjadi dua aliran sebelum masuk gilingan. Satu aliran dibawa menuju ke dua proses penggilingan, yaitu dry hammer mill diikuti oleh wet ball mill dan aliran yang lain digiling dalam dry cage mill dengan operasi tertutup. Padatan yang digiling dari kedua aliran kemudian dicampur untuk dibuat slurry. Pengaturan dalam dua aliran paralel di dalam produksi slurry ini menghasilkan distribusi ukuran partikel yang kurang merata. Mengenai distribusi ukuran dalam slurry, fakta menunjukkan bahwa distribusi ukuran suatu agregasi dari partikel dapat dioptimalkan dengan cara meminimalkan suspeni partikel yang teragregasi dalam konsentrasi padatan yang ada. Sebagai suatu contoh, Farris memberikan distribusi ukuran yang ideal untuk suatu 75% wt coal/water dengan suatu ukuran puncak partikel 200 mikron, diasumsikan densitas filter adalah 1.2, sebagai berikut: Tabel II. 2. Distribusi Ukuran Partikel Batubara. Wt % Coal Particel Size (.mu.m)
25

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA 100 92 .79 70 59 42 29 -200 -160 -100 -70 -44 -20 -10

Obyek penelitian saat ini mengarah pada menentukan suatu proses untuk memproduksi suatu slurry, material mengandung karbon yang dihaluskan harus mempunyai ketentuan ditribusi ukuran partikel yaitu pada ukuran maksimum tertentu, termasuk proes yang merupakan suatu tahap berisikan sedikitnya dua langkah penggilingan dan kombinasi material yang digiling dengan suatu cairan untuk menghasilkan slurry, proses terebut adalah: 1. Material mengandung karbon digiling pada penggilingan pertama. 2. Produk yang digiling dari langkah (1) dibagi menjadi material kaar yang mempunyai uatu ukuran partikel rata-rata dimana lebih besar dari ukuran partikel rata-rata distribusi ukuran partikel yang ditentukan dalam material. 3. Material yang kasar dari langkah (2) digiling lebih lanjut. Langkah inin untuk menghasilkan sedikitnya satu bagian material yang lebih halus, rata-rata ukuran partikel lebih kecil dibanding rata-rata ukuran partikel slurry akhir. 4. Suatu slurry diproduksi dengan mengkombinasikan material halus dari langkah-langkah yang berbeda.

26

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA

Gambar II. 4. Hubungan Antara Liqefaction Reaction dan Yield CoalLiquified Oil DAFTAR PUSTAKA 1. Coal liquification.pdf, page: 45 & 63 2. United States Patent No. 4887383 Prose for Prodcing a Slurry of a Pulverized Carbonaceous Material

DIRECT LIQUIFACTION OF COAL 1. Pendahuluan Batubara dapat menjadi sumber energi maupun sumber bahan kimia alternatif, mulai banyak digunakan ditengah keterbatasan berbagai sumber daya alam yang lain. Ada 4 jalur utama prose pemanfaatan batubara, yaitu
27

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA Coal Liquification & Refinary, Briqueting, Gasification and Direct Uses (Coal). Diasamping Proses Gasifikasi batubara, proses pencairan dan pemisahan batubara adalah suatu proses yang menarik dan memberikan dampak yang besar pada industri kimia. Disamping produk utama yang dihasilkan adalah bahan bakar cair namun dapat juga menghasilkan berbagai macam produk kimia dan derivatnya. Pada dasarnya hidrogenasi adalah mereaksikan secara langsung campuran batubara dan solvent (slurry) dengan gas hidrogen untuk memproduksi berbagai jenis senyawa hidrokarbon yang selanjutnya dipisahkan pada kolom fraksinasi untuk mendapatkan produk-produk yang bernilai ekonomi. Reaktor yang digunakan adalah fluidized bed katalitik reaktor pada suhu dan tekanan tinggi serta katalis cobalt molibdate (Co-Mo) atau NickelMolibdate (Ni-Mo) tergantung jenis proses yang digunakan. Secara umum tahapan proses direct liquifaction batubara terdiri dari tiga langkah, yaitu: 1. Pembuatan slurry antara batubara dengan pelarut 2. Disolusi batubara pada suhu dan tekanan tinggi 3. Transfer hidrogen ke permukaan batubara dan reaksi Ada dua tipe hidrogenasi yang dipakai dalam pencairan batubara, yaitu: 1. Hidrogenasi dengan pelarut Proses dilakukan pada tekan 15 Mpa dan suhu 430-460 oC, dimana kan dihasilkan produk yang propertinya seperti asphalt. Produk yang dihasilkan ini kemudain difiltrasi panas dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler atau sebagian umpan dalam pembuatan produk karbon denga kualitas tingi. Beberapa pengembangan telah dilakukan terhadapa ekstrak dari filtrasi
28

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA sehingga dapat dihasilkan Synthetic Oil yang dapat didistilai dan dimurnikan menjadi produk yang dapat dipasarkan. 2. Hidrogen secara katalitik Metode ini dikembangkan oleh Bergius-Pier dimana proses berlangsung pada tekanan 10 Mpa dan 450-480 oC. Kondisi reaksi yang kuat ini akan menghasilkan minyak dengan fraksi ringan yang selanjutnya dapat dimurnikan. Metode baru yang dikembangkan dari proses ini tidak jauh berbeda dari dua proses diatas, dimanan metode yang baru lebih ditekankan pada: Menaikkan selektifitas dan produk liquid yang bermanfaat Mempertimbangkan penurunan tekanan operasi Menaikkan kapaitas reaktor Memanfaatkan residu sehingga dapat dipakai untuk proses lain

Meskipun pencairan batubara secara langsung cocok untuk memproduksi bahan bakar yang rendah belerang dan nitrogen untuk boiler, tetapi lebih bermanfaat jika untuk memproduksi crude oil sintesis, dimana dapat dilakukan pemurnian menjadi light fuel oil, gasoline dan diesel. Prose pencairan batubara sangat terganatung pada suplai atom hidrogen yang setara denga laju pembentukan radikal bebas, dimana merupakan fungsi dari struktur batubara dan temperatur reaksi. Sumber hidrogen dapat diperoleh dari solven dan gas hidrogen.
2. H-Coal Process

Salah satu proses lisensi untuk direct liquification batubara adalah H-Coal Process, pada proses ini solven yang digunakan adalah recycle dari salah satu produknya yang berupa heavy oil. Batubara yang telah dihaluskan dicampur dengan recycle heavy oil selanjutnya direaksikan dengan gas hidrogen pada reaktor fluidized bed dengan menggunakan katalis Supproted
29

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA Cobalt-Molybdate (Co-Mo) pada suhu 726 K dan tekanan partial hidrogen sebesar 12,6 Mpa. Produk reaksi berupa gas dan slurry. Produk gas menuju unit Gas Processing, untuk dipisahkan menjadi sisa hidrogen yang direcycle menuju reaktor, by-produk berupa Amoniak dan Belerang dan produk minyak cair yang akan diproses lebih lanjut. Sedangkan produk slurry diprose lebih lanjut dalam flash drum distilasi untuk menghasilkan produk gas dan slurry. Produk gas bersamasama dengan produk cair dari unit Gas Processing diumpankan ke unit Atmospheric Distillation untuk menghasilkan produk Light oil (top) dan Heavy oil (bottom). Slurry eks. Flash Drum diumpankan pada unit Vacuum Distillation untuk memisahkan produk Heavy oil yang digabungkan dengan produk serupa sebelumnya. Sedangkan pada bottom dihasilkan slurry yang selanjutnya diproses untuk menghasilkan coke dan mineral-mineral (coking). 3. Product Yield Suatu contoh tipycal yield produk dari proses H-Coal Process didapat hasil rate konsumsi dan rate produksi dalam % berat terhadap umpan batubara adalah sebagai berikut: Hydrogen (H2) Air (H2O) H2S, COx dan NH3 C1 C3 C4+ Bottom = -5 %

= 8,3 % =5 %

= 11,3 % = 53,1 % = 28,2 %

Produk bottom diantaranya 6,4% adalah sisa coal yang tidak bereaksi yang selanjutnya menuju proses coking.
30

BAB II PROSES PENGOLAHAN BATUBARA Hidrogen bertanda minus (-) menunjukkan bahwa pada proses dibutuhkan hidrogen sejumlah 5% dari berat batubara yang diproses. H2S, COx dan NH3 adalah by-produk yang dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan yang mempunyai nilai ekonomis. Produk C1 C3 adalah produk fuel gas yang dapat langung dimanfaatkan. Produk C4+ merupakan produk utama bahan bakar cair dan bottom product terdiri dari heavy oil dan coke.

Gambar II. 5. H-Coal Proses Blok Diagram. DAFTAR PUSTAKA 1. Mc Ketta, J. J Encyclopedia of Chemical Processing and Design Vol IX, 1979, Page 289-313. 2. Perry, R. H, Green, D Perrys Chemical Engineers Handbook, 7th edition, Mc Graw-Hill International Edition, 1999, Page 27-18 & 27-21.
31

Anda mungkin juga menyukai