MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011
SAHAM DAN PENILAIAN HARGA SAHAM
1. Definisi Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham juga dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan. Bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO). Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat penampungan untuk perdagangan ini. 2. Klasifikasi Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham; 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a. Saham Biasa (common stock) Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Hak pemegang saham biasa adalah sebagai berikut: 1. Hak kontrol : hak untuk memilih pimpinan perusahaan (hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaan. Hak kontrol dapat dalam bentuk veto. 2. Hak menerima pembagian keuntungan : jika perusahaan membagika dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan hak yang sama. Pembagian dilakukan setelah perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham preferen. 3. Hak prevemptive : hak untuk mendapatkan presentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Tujuannya melindungi hak control pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai . b. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Karakteristik saham preferen antara lain sebagai berikut; 1. Preferen terhadap deviden : pemegang saham preferen berhak menerima deviden terlebih dahulu dibanding pemegang saham biasa, saham preferen umumnya juga memberikan hak dividen kumulatif. 2. Preferen pada waktu likuidasi : pemegang saham preferen lebih dulu berhak atas aktiva perusahaan dibanding pmegang saham biasa. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Cara perhitungan saham preferent Dps Po = Kps
Po : Nilai saham preferen Dps : Dividen saham preferen Kps : Tingkat return yang disyaratkan pada saham preferen Contoh : PT ABC mempunyai saham preferen dengan dividen yang dibayarkan sebesar Rp1.500.000 tiap tahun. Tingkat return yang diinginkan investor adalah 14%. Berapa nilai sekarang saham preferen? Jawab : Diket : DPs : Rp 1.500.000 Kps : 14% = 0,14 Ditanya : Po? Jawab : Dps PO = Kps = 1500.000 0,14 = Rp 10.714.280 Macam-macam saham preferen sebagai berikut : 1. convertible preferred stock (saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa) 2. callable preferred stock (saham preferen yang dapat ditebus) 3. floating atau adjustable-rate preferred stock : saham preferen dengan tingkat dividen mengambang 2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue Chip Stocks Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. c. Growth Stocks 1. (Well Known) Saham saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 2. (Lesser Known) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. d. Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stockss Nilai buku pei lbi saham Total Ekuitas }umlah saham beieuai
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Dan yang terbaru jenis saham yang diperdagangkan di BEI , yaitu ETF (Exchange Trade Fund) adalah gabungan reksadana terbuka dengan saham dan pembelian di bursa seperti halnya saham di pasar modal bukan di Manajer Investasi (MI). ETF dibagi 2, yaitu: 1. ETF index : menginvestasikan dana kelolanya dalam sekumpulan portofolio efek yang terdapat pada satu indeks tertentu dengan proporsi yang sama. Close and ETFs : Fund yang diperdagangkan dibursa efek yang berbentuk perusahaan investasi tertutup dan dikelola secara aktif. 3.Penilaian Saham Ada beberapa nilai yang berhubungan dengan saham: 1. Nilai buku (book value): nilai saham yang didasrkan pembukuan perusahaan emiten.
2. Nilai Pasar : Harga dari saham di pasar pada saat tertentu yang ditentukan pelaku pasar. Nialai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. 3. Nilai Intrinsik : Nilai seharusnya dari suatu saham. Jika nilai pasar > nilai instrinsik overvalued (harga terlalu mahal/tinggi) jual Jika nilai pasar < nilai instrinsik undervalued (harga terlalu murah/rendah) beli
Ada dua analisis yang digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya saham: a. Fundamental security analysis atau company analysis: analisis harga saham yang mendasarkan pada data yang berasal dari keuangan perusahaan ( misal laba, dividen, penjualan) b. Technical analysis : analisis harga saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misal harga saham, volume transaksi). Analsis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu lalu. Analsis ini didasarkan pada argumen bahwa: 1. harga saham mencerminkan informasi yang relevan 2. informasi yang relevan ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu 3. perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Alat analisis pada analisis teknikal adalah didasarkan pada grafik atau chart, sehingga para penganut aliran ini sering disebut chartist. Analis teknikal percaya bahwa gerakan saham akan mengikuti pola head and sholuders (kepala dan bahu): a. seorang analis percaya bahwa suatu saham berada di titik A, akan memutuskan membeli dan menahan dalam jangka pendek untuk memperoleh capital gains. b. Jika suatu saham berada di titik B, maka ia akan menjualnya karena diperkirakan harganya akan turun.
Head and shoulders
harga saham
waktu
Analis teknikal juga percaya bahwa gerakan harga saham akan mengikuti pola triple tops. Mereka berpendapat bahwa suatu saham setelah melalui tiga puncak harga, maka saham tersebut akan jatuh harganya. Jadi apabila seorang analis yang menemukan bahwa suatu saham telah menempuh tiga kali harga tinggi maka saham tersebut harus dijual. Arus Kas (1 + k ) Analisis Fundamental: Ada dua pendekatan dalam analisi fundamental: 1.Present value approach (capitalization of income method) Pendekatan ini didasarkan pada argumen bahwa nilai dari suatu perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa datang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan nilai arus kas di masa depan menjadi nilai sekarang
NPo =
Ket : Alternatif arus kas adalah arus dividen yang diterima oleh investor. Jika investor yang memebeli saham, biasanya bermaksud menyimpan saham tersebut sampai waktu tertentu, maka harga saham atau nilai saham dapat dihitung dengan model diskonto sbb: D1 D2 Dn Po = + + + (1 + Ks) 1 (1 + Ks) 2 (1 + Ks) t
Dt Po = 7 (1 + Ks) 1
Keterangan : Po : harga saham yang diharapkan Dt : deviden periode t Ks : tingkat keuantungan yang disyaratkan oleh investor pada saham
Agar dapat menghitung nilai saham , investor harus memprediksi dividen saham biasa, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan : 1. Pendekatan zero growth ( dividen tidak bertumbuh)
Do Po = Ks
Po : harga saham Do : dividen yang diharapkan akan diperoleh di masa depan Ks : tingkat return yang disyaratkan pada saham
Contoh : Diketahui dividen yang dibayarkan PT ABC yang tiap tahun Rp 500.000 dan tingkat return yang disyaratkan investor sebesar 10%. Berapa harga saham A ? Diket : Do : 500.000 Ks : 10% Ditanya : Po? Jawab : Do 500.000 Po = = = 5.000.000 Ks 0,1
2. Constan growth
Do (1 + g) D1 Po = = Ks g Ks g
Po : Harga saham Do : Nilai deviden terakhir g : Tingkat pertumbuhan perusahaan Ks : Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tersebut.
Contoh Apabila diketahui dividen terakhir PT DEF adalah Rp 1.800.000 Tingkat pertumbuhan perusahaan diperkirakan sebesar 10%. Investor mensyaratkan return sebesar 16%, berapa harga saham A? Diket : Do : 1.800.000 g : 10% = 0.10 Ks : 16% = 0.16 Ditanya : Po ? Jawab : Do (1 + g) 1.800.000 (1 + 0.10) Po = = Ks g 0.16 0.10 = Rp 33.000.000
3. Nonconstan growth Pada umumnya dividen saham biasa suatu perusahaan tidak konstan tetapi berubah sesuai dengan daur hidup perusahaan.
Langkah menghitung nilai saham biasa jika pertumbuhan dividen tidak konstan sbb: a. membuat estimasi pertumbuhan dividen b. menghitung present value dividen selama periode dimana dividen tidak bertumbuh konstan c. menghitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan tidak konstan d. jumlahkan b dan c untuk mendapatkan Po
Contoh: Perusahaan ABC selama ini membagikan dividen yang jumlahnya bervariasi. Perusahaan memperkirakan kenaikan pendapatan sebesar 20% per tahun selama 2 tahun mendatang, tetapi setelah itu pendapatan akan menurun menjadi 5% per tahun sampai waktu tak terhingga. Pemilik perusahaan menginginkan return sebesar 18%.Dividen terakhir yang dibagikan adalah Rp 200/ lembar. Berapakah harga saham perusahaan tsb sekarang Jawab: D1 = D0 (1+ 0,20) = 200 (1,20) = 240 D2 = D0 (1+0,20) 2 = 200 (1,44) = 288 PV (D1, D2) = 240/(1+0,18)+288/(1+0,18) 2
Pendekatan Price Earning Ratio (PER) PER = Harga saham/EPS Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Pendekatan price earning ratio ini merupakan pendekatan yang cukup populer dipakai di kalangan analisis saham dan praktisi saham. Menurut Adler Haymans Manurung (2004:26), secara teknis PER adalah hasil bagi antara harga saham dan laba bersih per saham. Harga saham di pasar merupakan harga yang berlaku, sedangkan laba bersih merupakan laba bersih per saham proyeksi tahun berjalan. Selanjutnya Adler Haymans Manurung (2004:27) mengemukakan: PER dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah. Sementara itu Subekti (2004) menjelaskan mengenai PER sebagai berikut. Misal bunga tabungan dan deposito adalah 20% dan 25%, meski tidak persis sama,
untuk perbandingan dapat dikatakan PER tabungan adalah 100/20 = 5x, dan
Untuk deposito adalah 100/25 4x. Misalkan saham PT. A Tbk dengan PER 11,76x bila dinyatakan dalam persentase menjadi 100/11,76 = 8,5%. Dan misalkan saham PT. B Tbk dengan PER 1,46x bila dinyatakan dalam persentase menjadi 100/1,46 = 68%. Dari Tabel 1 dapat diambil kesimpulan bahwa semakin rendah PER suatu saham adalah semakin baik atau murah harganya, karena memberi hasil yang lebih tinggi. Jadi harga saham PT. A Tbk Rp.250 misalnya, belum tentu lebih murah di banding PT. B Tbk yang Rp.725 per lembar, bila dipertimbangkan PER-nya. Menurut Abdul Halim (2005) : PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : PER = P0 atau PER = (1 - RR) ...................(1) Tabel 1. Hubungan antara PER dan persentase Keterangan Tabun gan Deposi to PT. A Tbk PT. B Tbk PER 5,00x 4,00x 11,76x 1,46x Persentase 20% 25% 8,5% 68% EPS1 (i - g) dimana: P0 = harga saham yang layak dibeli EPS1 = Laba per saham LPS (earning per share) tahun mendatang RR = bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan (Retention Ratio) i = tingkat pengembalian yang diminta g = pertumbuhan dividen EPS = Laba bersih setelah pajak Jumlah lembar saham
Harga saham akan tergantung pada asumsi: a. Suku bunga (r) yang digunakan. b. Proyeksi dividen kedepan
Mengenai penilaian saham dengan metode Price Earning Ratio (PER) dengan pendekatan Dividend Discounted Models/DDMs, Warjiyo (2004)
REFERENSI
1. Nazwirman, 2008. Penilaian harga saham dengan price earning ratio ( PER) studi kasus pada saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta. Journal ekonomi, Jakarta. vol.12, No. 2. 2. Masri, 2008. Penilaian Saham. Makalah Ekonomi Keuangan. Solo. Hal 1-13. 3. Mayer Timothy, 2006. Common Stock. Journal of International Bussinies. USA. Vol.123 No.5