Anda di halaman 1dari 9

I. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Usia Alamat Suku Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn.

A : Laki-laki :30 tahun : Kampung Jambulati : Sunda : Islam : 3 SMP : Tidak ada kerja menetap (tukang rumah, paling banyak pernah 800-1 Juta)

Status Marital : Menikah ( tahun 2004) 1 anak laki-laki usia 7 tahun

Pekerjaan Isteri : Pekerja tekstil (1,2 Juta ) II. ANAMNESA AUTOANAMNESA Keluhan Utama : Tidak tahu kenapa, pada saat sadar sudah di rumah sakit Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari yang lalu, saat pasien bangun tiba-tiba sudah ada di rumah sakit dan tidak ingat peristiwaperistiwa yang terjadi sebelum ada di rumah sakit. Pasien tidak tahu kenapa dimasukkan ke rumah sakit bagian jiwa dan tidak ingat siapa yang mengantar. Terakhir yang pasien masih ingat, pasien ada di rumah peninggalan ibu bapa untuk memberi makan pada 6 ekor burung merpati yang dipelihara pasien. Orang terakhir yang pasien ketemu adalah adik pasien. Tujuan pertemuan adalah untuk meminta uang pembagian hasil pasien dari penjualan rumah peninggalan ibu bapa sebanyak 500 ribu rupiah. Namun pasien belum dapat uang tersebut karena adik pasien mengatakan uang itu belum ada. Pasien berasa kecewa tetapi seingat pasien, pasien dapat menerima hakikat tersebut karena pasien merasakan akan dapat uang itu dan hanya perlu sabar sebentar. Uang tersebut pasien merencanakan untuk memulakan perusahaan sendiri yaitu penjualan pellet ayam dan itik daripada ikan asin. Pasien berharap dengan ada perusahaan tersebut, akan ada

pendapatan yang tetap dan sebagai pembuktian kepada diri sendiri bahwa pasien berkemampuan. Pasien ada merasa malu, sedih dan kecewa dengan diri sendiri karena tidak berpendidikan tinggi dan tidak punya pekerjaan yang tetap. Pasien juga ada merasa kurang harga diri dan kadang-kadang merasakan hidupnya kurang memuaskan bahkan merasa kehidupannya kosong. Pasien kadang-kadang ada merasa putus asa tetapi tidak pernah ada keingingan untuk melukai atau membunuh diri. Pasien mengatakan hubungan dengan isteri masih baik tetapi ada perubahan setelah isterinya melahirkan anak 7 tahun yang lalu. Emosi isteri pasien menjadi tidak stabil, yaitu sering menangis tanpa ada sebabnya. Saat ditanya pasien, isteri hanya diam dan tidak mau bicara. Pasien tidak suka jika isterinya menangis tanpa sebab dan itu membuatkan pasien merasa pusing dan gelisah tetapi tidak tau caranya untuk menghadapi isteri. Jadi, pasien suka keluar dari rumah dan berjalan-jalan di sekitar kampung jika isteri lagi menangis. Pernah beberapa kali, pasien berasa tidak tahan karena isteri diam sahaja dan tidak mau menjawab pertanyaan pasien tentang apa yang membuatkan dia menangis, pasien marah lalu membanting barang-barang yang ada di rumah. Lemari dan piring-piring kaca dipecahkan tetapi pasien akan membersihkan dengan sendiri setelah itu. Isteri pasien masih diam sahaja dan tidak pernah menegur. Pasien mengatakan keinginan seksual pasien masih biasa tetapi ada merasa malas untuk ke isterinya karena ada masalah komunikasi. Pasien merasakan sendiri mendapat perhatian yang kurang dari isteri dan jika ada masalah yang dipikirkan, pasien akan memendamkan sendiri. Pasien ada tementemen yang dekat yaitu temen-temen futsal yang sudah kenal sejak kecil tetapi juga tidak pernah menceritakan masalah sendiri kepada mereka. Pasien mengatakan tidak ingin menyusahkan orang lain. Satu minggu SMRS pasien masih ada main futsal dengan temen-teman yang sudah kenal sejak kecil seperti biasanya dan kalau ada kerja, pasien masih semangat bekerja. Pasien mengatakan bahwa jika ada kerja, pasien akan semangat mengerjakannya dan kalau berasa putus semangat jika sedang menganggur. Pasien ada kurang nafsu makan dan ada penurunan berat badan sebanyak 4 kg dalam sebulan dari 56 kg ke 52 kg. Pasien ada kesulitan untuk tidur. Pasien akan menonton TV sehingga merasa penat yaitu sekitar jam 12-1 pagi, baru dapat tidur dan bangunnya sekitar jam 4-5 pagi. Pasien merasa cepat lelah dan kurang bertenaga di siang hari. Pasien sangat erat dengan anak karena banyak waktu bersama anak di rumah berbanding isteri yang sibuk bekerja. Pasien pernah merasakan sendiri tidak berguna dan berharap bahwa anaknya kalau sudah besar nanti, jangan meneladani ayahnya. Pasien pernah merasa khawatir tentang yuran sekolah anaknya kalau sudah besar nanti namun soal keuangan di rumah, pasien kurang masuk campur dan membiarkan isteri yang menguruskan.

Pasien ada nenek yang tinggal di Jawa. Pasien dekat dengan nenek dan sering memikirkan neneknya. Pasien pernah ada keingingan yang kuat untuk menjenguk nenek di Jawa, langsung berangkat tanpa memberitahu isteri terlebih dahulu. Jika pasien lagi memikirkan nenek tetapi tidak mampu ke Jawa, pasien akan merasa sedih. 1 minggu SMRS, pasien tiba-tiba teringatkan ibu dan bapa pasien yang telah meninggal karena mereka muncul dalam mimpi. Dalam mimpi tersebut, pasien merasa sangat bahagia dan apabila pasien sadar itu hanya mimpi, pasien tiba-tiba merasa sangat sedih yang sebelum ini tidak pernah. Riwayat Keluarga Dahulu Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Ibu pasien sudah meninggal lama kemudian diikuti ayannya 3 tahun SMRS. Saat ayah meninggal, pasien dapat menerima dengan baik karena sudah lebih bersedia; ayah sudah sakit lama dan sempat dirawat inap 1 bulan. Riwayat Keperibadian Sebelumnya Pasien seorang yang pemalu, pendiam, kurang percaya diri dan kalau marah cenderung diam. Pasien tidak suka menyusahkan orang lain dan kalau ada masalah suka memendamkan seorang diri. Pasien kenal isterinya dari tempat hiburan malam dan menikah setelah berpacaran 6 bulan. HETEROANAMNESA 5 hari SMRS, pasien tampak perubahan sikap dan tingkah laku. Kelihatan sedih, murung dan sering melamun, tidak mau makan, aktivitas berkurang dan hal ini terjadi setalah bertengkar dengan istri. Pasien sudah 4 bulan tidak datang ke tempat adik tetapi 4 hari SMRS, pasien datang ke tempat adik mengeluh tentang pertengkaran dengan istrinya. III. STATUS PEMERIKSAAN FISIK UMUM : Compos Mentis : Cukup : T : 130/80 N : 88x/min R : 16x/min S : afebris : Mata : Konjuntiva tidak anemis

Kesadaran Gizi Tanda Vital Kepala

Sklera tidak ikterik Leher : JVP 5+2 cmH20 Ada kesan luka sepanjang 20 cm x 0.5 cm KGB tidak teraba Thorax Abdomen Ekstremitas IV. : Cor dan Pulmo : Dalam batas normal : Dalam batas normal Ada kesan sikatriks bekas appendektomi : Dalam batas normal

STATUS PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Roman wajah : Biasa Kontak Rapport Emosi Memori : : Ada : Baik : Mood Affect Immediate Recent Remote Illusi Pikiran : Bentuk Jalan Isi Ide bunuh diri : Biasa : Appropriate : Baik : Buruk : Baik : Tidak Ada : Realistik : Koheren : Tidak ada gangguan isi : Disangkal

Persepsi : Halusinasi : Tidak Ada

Insight of Illness : Buruk V. DIAGNOSIS BANDING

F 32.2 Episode Depresi Sedang + 'Tentamen Suicide' + 'Recent Memory Loss'

VI.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F32.1 Episode Depresi Sedang + Tentamen Suicide + Recent Memory Loss Aksis II : Tidak ada Aksis III : Tidak ada Aksis IV : Masalah dengan isteri, masalah pekerjaan dan masalah berhubungan dengan agama Aksis V : GAF 41-50 VII. PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka Setraline 50 mg 2x1 Psikoterapi CBT Family VIII. PROGNOSIS Quo ad vitam : Dubia ad bonam Quo ad functionam : Ad bonam

PEMBAHASAN 1. Kenapa pasien didiagnosa Depresi Sedang + Tentamen Suicide + Recent Memory Loss? 2. Apakah psikodinamika untuk pasien ini? 3. Apakah penatalaksanaan untuk pasien ini dari segi psikofarmaka dan psikoterapi? 1. Kenapa pasien didiagnosa Depresi Sedang + Tentamen Suicide + Recent Memory Loss? I. Depresi Sedang Pasien mempunyai 2 daripada 3 gejala utama depresi yaitu afek depresif (perasaan sedih) dan mudah lelah. Pasien ada 4 daripada 6 gejala penyerta yaitu kurang harga diri dan kepercayaan diri, rasa bersalah dan berasa tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang. II. Tentamen Suicide Pasien mencoba untuk membunuh diri dengan cara menggantungkan diri dengan menggunakan tali tetapi tidak berjaya. III. Recent Memory Loss Pasien tidak ingat peristiwa yang terjadi , tidak tahu siapa yang menghantarkan pasien ke rumah sakit dan tidak mempunyai ide tentang luka yang ada pada leher.

2. Apakah psikodinamika untuk pasien ini? I. Faktor predisposisi Berpendidikan rendah Tidak ada pekerjaan tetap, pengangguran Kurang harga diri, kurang percaya diri + masalah hubungan dengan isteri + Pendiam dan tidak suka menyusahkan orang lain, menggunakan 'represi' sebagai mekanisme 'defense' merasa tidak puas dengan hidup depresi : sedih, sulit tidur, cepat lelah, merasa hidup kosong, tidak ada harapan lagi ingin menamatkan sengsara hidup

II. Faktor pencetus Tidak mendapat uang dari adik yang diperlukan untuk memulakan usaha hilang harapan merasa hidup ini tidak bermakna lagi tidak dapat melihat jalan keluar ide bunuh diri + 'Impulsivity' bunuh diri gagal = 'Tentamen suicide III. Faktor Psikososial : (1) (a)Teori Freud Bunuh diri mewakili perasaan agresi yang tertoleh ke dalam melawan suatu objek yang dicintai yang terintrojeksi. Freud merasakan ide bunuh diri timbul dari keinginan untuk membunuh orang lain. (b)Teori Menninger Bunuh diri adalah suatu 'inverted homicide' karena perasaan marah terhadap orang lain, ditambah dengan 3 komponen : keinginan untuk membunuh, dibunuh dan keningan untuk mati. (c)Teori Terbaru Pasien yang bunuh diri biasanya ada fantasi yang diharapkan setelah mereka mati. Fantasi biasanya melibatkan 'revenge', 'power control' atau 'punishment'; 'escape' atau 'sleep', 'rebirth' dan 'reunion with the dead'. Bunuh diri juga dilihat sebagai suatu penyelesaian dari perasaan depresi yang tidak dapat lagi ditoleransi serta perasaan kehilangan harapan yang kuat. IV. Dari segi Biologi Pasien yang bunuh diri mempunyai kadar serotonin yang lebih rendah.

3.

Apakah penatalaksanaan untuk pasien ini? I. Pasien dirawat inap. Pasien dirawat inap karena terdapat kurang sistem pendukungan, riwayat adanya tindakan yang 'impulsive', dan telah melakukan percobaan untuk membunuh diri. II. Menjalinkan hubungan antara dokter dan pasien. Dokter yang bertanggungjawab untuk pasien harus dapat dihubungi 24 jam sehari dan mendapatkan kepercayaan dan keyakinan pasien. III. Mengurangkan penderitaan psikologi dengan mengubah situasi sekeliling, mendapatkan bantuan dan kerjasama dari isteri pasien, temen-temen dan mencari penyelesaian untuk pasien selain dari bunuh diri. IV. Menjauhkan objek-objek yang dapat digunakan oleh pasien untuk bunuh diri. V. Psikofarmaka anti-depresi yaitu Setraline 50 mg 2 x 1. VI. Psikoterapi dengan menunjukkan empati dapat mengurangkan perasaan sengsara pasien. Pasien dielakkan daripada melakukan keputusan mengenai hal-hal yang penting pada saat depresi dengan keinginan untuk bunuh diri. VII. Hati-hati dengan 'paradoxical suicide' dan jika pasien tiba-tiba kelihatan tenang karena

mungkin secara diam telah memutuskan untuk membunuh diri sekali lagi.

DAFTAR PUSTAKA 1. B.J Sadock, M.D, V.A Sadock, M.D, Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences /Clinical Psychiatry, 9th Edition, 2003 , Chapter 34.2 page 917-918.

Anda mungkin juga menyukai