Mungkin Anda pernah menemui kejadian ini: seorang siswa SMA yang pintar dengan nilai UNAS bagus dan memegang peringkat di sekolah, ternyata tidak lolos SNMPTN. Ini jelas akan menyebabkan siswa yang bersangkutan shock! Apalagi jika pemilihan jurusan idaman sudah disesuaikan dengan parameter kemampuan intelektualnya. Nah, bisa jadi itu karena siswa salah memperlakukan LJK. Akibatnya Anda bisa gagal lolos SNMPTN ! Ada kecenderungan dari tahun ke tahun bahwa tingkat kesalahan pengisian formulir masih di atas 2,5 %. Contohnya pada seleksi PMDK Umum I Tahun 2009 Unair, kesalahan terbanyak ada pada kesalahan pengisian kode soal sebesar 0,78% dan disusul kesalahan identitas sebesar 0,70%. Kesalahan ini kecenderungan meningkat di gelombang II dan bahkan meningkat lagi hingga di atas 2,5 % pada saat seleksi jalur diploma. Lalu apa pengaruhnya dengan peserta ? Jelas dengan kode soal yang tidak benar maka jawaban tidak bisa dicocokkan dengan kunci berdasarkan kode soal tersebut. Akibatnya jawaban tidak terkoreksi sehingga tidak muncul di daftar penilaian. Kalau sudah begini, sepandai apapun, sehebat apapun, bisa mengerjakan soal-soal atau tidak, Anda bisa gagal lolos SNMPTN karena salah memperlakukan LJK.
Mungkin Anda bertanya: apakah LJK yang error tidak dikoreksi secara manual? Hah? Siapa yang mau melakukan koreksi manual terhadap LJK error sebanyak ribuan itu? Selain koreksi dilakukan menggunakan scanner, tidak ada kebijaksanaan untuk koreksi manual. Lagian para petugasnya tidak ada hubungan apa pun dengan Anda. Mereka akan bilang: emang gue pikirin? Memahami cara kerja scanner LJK Perlu diingat bahwa komputer dan scanner bukan manusia. Ia juga tidak punya perikemanusiaan dan perikekomputeran. Itu artinya komputer sangat bergantung kepada manusia. Demikian juga dalam ujian tulis dimana lembar jawaban menggunakan lembar yang nantinya akan discan. Kemampuan komputer untuk menjalankan tugasnya sepenuhnya bergantung pada kondisi lembar jawaban tersebut. Scanner sebagai partner komputer hanya tahu pengisian itu benar atau salah. Benar diproses dan salah tidak akan diproses. Itu saja. Celakanya, dari tahun ke tahun banyak peserta tes tulis melakukan kesalahan yang sama dengan kesalahan yang dilakukan oleh peserta sebelumnya. Nah, untuk membantu meminimalisir kesalahan saat pengisian LJK, ada baiknya Anda mengetahui dasar cara kerja scanner. Secara sederhana beginilah langkah kerja yang dilakukan scanner: 1. membaca koordinat permukaan berdasarkan kotak kotak kecil hitam di tepi lembar LJK 2. membaca data sesuai dengan setting Lembar Jawaban. 3. membaca dimana posisi bulatan hitam. Bukan menentukan apakah di posisi tertentu ada bulatan hitam seperti kalau seorang guru memeriksa kertas ujian multiple choice. Tahap 3 itulah yang kebanyakan dari kita yang awam masih sering salah paham. Scanner hanya mendeteksi posisi bulatan hitam. Bila keberadaannya tidak pada posisi yang benar maka scanner akan menolaknya. Itu saja. Yang dimaksud dengan posisi yang tidak benar termasuk di dalamnya adalah adanya penulisan jawaban rangkap. Scanner biasanya diset supaya menolak bila pada koordinat tertentu terdapat bulatan hitam lebih dari satu buah. Dengan demikian argumen bahwa scanner dapat ditipu dengan jawaban ganda adalah salah besar. Penggunaan scanner dan komputer untuk melakukan pemeriksaan formulir dan lembar jawaban peserta SNMPTN memang sangat membantu panitia dalam melakukan tugasnya dan tampaknya memang satu-satunya cara yang masuk akal untuk memeriksa ribuan LJK. Coba Anda bayangkan, hanya dengan beberapa menit saja pemeriksaan jawaban dari sekian ratus peserta tes dapat diselesaikan. Jadi dengan proses scanning tersebut pemeriksaan LJK dapat dilakukan dengan cepat hingga ribuan lembar per jam. Jika sekarang Anda sudah lebih paham mengenai LJK dan proses scanning, maka hukumnya wajib bagi Anda untuk berhati-hati dan cermat dalam mengisi LJK. Karena bisa saja Anda gagal lolos SNMPTN karena salah memperlakukan LJK meskipun Anda seorang siswa yang sakti!