Anda di halaman 1dari 2

Kesabaran Adalah Jiwa Ibadah Kita

"Dikala beliau menerima berbagai kedzhaliman itu beliau memanjatkan do'a : Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui (H.R. Bukhari, Kitabul Istitabil Murtadin wal Mu'anidin, dan H.R. Muslim dalam Kitabul Jihad, bab : Ghazwatu Uhud). "

Sahabat-sahabat CyberMQ yang terhormat, Dalam pembukaan kitab Tsalatsatul Ushul yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab termaktub : Ketahuilah, rahimakallah, sesungguhnya wajib bagi kita mempelajari empat masalah : Pertama, ilmu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal Dinul Islam berdasarkan dalil-dalil. Kedua, mengamalkannya. Ketiga, mendakwahkannya. Keempat, bersabar terhadap gangguan didalamnya. Dari empat masalah tersebut, yang melandasi dan menjiwai seluruh prosesnya adalah kesabaran. Kesabaran sendiri merupakan hal yang utama, menjadi inti setiap ibadah mahdhah dan ghayr mahdhah, semisal contohnya ibadah shalat. Shalat adalah amalan yang pertama dihisab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dengan sanad Abu Hurairah r.a. dan perawi Imam Turmudzi : "Sesungguhnya amal seseorang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka ia benar-benar beruntung dan berhasil, tetapi jika shalatnya rusak maka ia benar-benar merugi... Shalat bagaimana yang baik ? Saat para mufasir mengaitkannya dengan ayat : Hai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.''(Q.S. 2 : 153), maka dapat kita insyafi bahwasanya shalat berhiaskan kesabaranlah yang bisa menjadi penolong, pelipur, membawa kita pada keridlaan Allah. Setelah kita membahas perihal sabar sebagai jiwa dari ibadah yang bersifat khusus semisal shalat, maka mari kita kembali menelisik pengertian sabar sebagai jiwa dari empat hal yang diungkapkan pada alinea awal. Menurut Syarah Tsalatsatul Ushul, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, pengertian sabar yang melingkupi keempat perkara tersebut adalah : menahan diri untuk tetap menaati Allah, tidak bermaksiat kepada-Nya, dan tidak membenci takdir-takdir yang ditetapkannya. Wujud dari kesabaran itu tergambar dari : (1) ketahanan diri, atau tidak membenci, bosan, berkeluh-kesah dalam menetapi ilmu ma'rifatullah, ma'rifatud din, ma'rifatun nabi ; (2) ketahanan diri, atau tidak membenci, bosan, berkeluhkesah dalam mengamalkan ilmu ma'rifatullah, ma'rifatud din, ma'rifatun nabi ; (3) ketahanan diri atau tidak membenci, bosan, berkeluh-kesah dalam mendakwahkan ilmu ma'rifatullah, ma'rifatud din, ma'rifatun nabi kepada orang lain ; (4) ketahanan diri atau tidak membenci, bosan, berkeluh-kesah saat mendakwahkan ilmu ma'rifatullah, ma'rifatud din, ma'rifatun nabi kepada orang lain, sedang orang lain itu malah mengacuhkan, merintangi, atau malah mengganggu usaha kita. Sahabat-sahabat CyberMQ,

Semoga kita bisa menginsyafi betapa sabar merupakan jiwa dari setiap gerak ibadah kita. Uswah kita, Rasulullah SAW-pun telah memberi teladan, bagaimana beliau begitu bersabar saat menghadapi gangguan dan penganiayaan dari kaumnya, kendati darah sampai mengucur membasahi wajah beliau. Dikala beliau menerima berbagai kedzhaliman itu beliau memanjatkan do'a : Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui (H.R. Bukhari, Kitabul Istitabil Murtadin wal Mu'anidin, dan H.R. Muslim dalam Kitabul Jihad, bab : Ghazwatu Uhud). Sebuah kesabaran yang tak ada bandingannya, mengingat kalau beliau mau, tentu bisa saja beliau tinggal meminta Jibril a.s. memusnahkan orang-orang yang mengganggunya dengan sekali tepuk. Tapi karena kesabarannya, Rasulullah SAW lebih memilih untuk memberi kesempatan kepada kaum yang diserunya. (red/aea)

Anda mungkin juga menyukai