Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG

ENERGI DAN PERUBAHANNYA

(Penelitian Tindakan Kelas di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjan pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh ENCENG MAKI MUNAWAR 208 204 181

BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Suatu pendidikan dipandang bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasionaladalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah Aliyah yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan.

Tujuan pengajaran IPA pada dasarnya mengharapkan siswa peduli terhadap dirinya, yaitu mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA. Siswa juga diharapkan peduli terhadap lingkungan alamnya, yaitu memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam serta dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan ke bidang yang lain. Dalam kurikulum tahun 2006 dikemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006: 2).

Pernyataan di atas mengandung makna bahwa siswa dapat memahami alam sekitar secara mendalam apabila siswa telah mengetahui suatu konsep, prinsip, dan fakta sehingga diikuti dengan suatu kegiatan yang dapat membuktikan konsep, prinsip dan fakta tersebut. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang dimilikinya dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Nasution (1998: 7.5) mengemukakan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis, sistematis tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah yang diikuti dengan pengujian gagasan. Uraian di atas menggambarkan bahwa manfaat belajar Ilmu Pengetahuan Alam sebagai wahana

untuk menanamkan nilai dan sikap social yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut. Melalui pengajaran IPA, pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan dapat dikembangkan bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kardi dan Nur menyatakan bahwa ada lima model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. pembelajaran langsung pembelajaran kooperatif pembelajaran berdasarkan masalah diskusi learning strategi.

Guru sangat membutuhkan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Namun tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan model pembelajaran yang sama. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Model yang dipilih berdasarkan atas pertimbangan bahwa model

pembelajaran dapat menuntun guru untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menunjang keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran

adalah

model

pembelajaran

contextual

teaching

and

learning.

Model

pembelajaran contextual teaching and learning menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu, aktivitas belajar siswa diharapkan lebih bermakna. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. model pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan model pembelajaran daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Kontekstual hanya sebuah model pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Model pembelajaran contextual teaching and learning dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Namun demikian, dalam penerapannya Model pembelajaran contextual teaching and learning bukan merupakan pekerjaan yang mudahm, karena guru harus betul-betul memiliki kompetensi yang mumpuni dalam materi yang diajarkan. Disamping itu, model ini akan mengalami kesulitan apabila keadaan siswa kurang bersemangat dalam materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Selama ini dalam pembelajaran IPA di MI Muhammadiyah Cipasir Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung berjalan secara konvensional, banyak siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran, tidak adanya motivasi, ini terbukti dengan adanya siswa yang makan, ngobrol, malas untuk bertanya, malas mencatat, tidak aktif, dan selalu lupa mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga berimplikasi pada proses dan hasil belajar yang tidak optimal. Selain itu siswa kelas V MI Muhammadiyah Cipasir sering mengalami hambatan dalam

menangkap materi pembelajaran yang sifatnya abstrak. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penlitian dengan judul penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran IPA tentang energi dan perubahannya (Penelitian tindakan Kelas di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir)

B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kajian

Bagaimanakah penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPA bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah di MI Muhammadiyah Cipasir ?. Setelah penulis membatasi permasalahan di atas, selanjutnya masalah itu dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. 2. Bagaimana pembelajaran IPA di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir? Bagaimana penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPA di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir? 3. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning di MI Muhammadiyah Cipasir pada setiap siklus? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPA bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pembelajaran IPA di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir. 2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran IPA di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir.

3. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning di MI Muhammadiyah Cipasir pada setiap siklus. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu manfaat bagi kepentingan teoritis dan kepentingan praktis. Untuk lebih jelasnya kedua manfaat itu penulis uraikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsipprinsip pembelajaran IPA melalui model pembelajaran contextual teaching and learning, khususnya pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah. Hal ini dianggap penting mengingat bahan referensi yang membahas tentang penggunaan

model pembelajaran contextual teaching and learning masih kurang. 2. Manfaat Praktis : diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru,

menjadi bahan masukan terhadap upaya-upaya

peningkatan kualitas

pengembangan kemampuan bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah. E. Kerangka Berpikir Penggunaan pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran yang tidak tepat serta tidak disertai media pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar diasumsikan merupakan salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3). Prosedur pembelajaran Contextual Teaching And learning adalah meliputi: 1. Siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang heterogen 2. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi tujuan) 3. Questioning, eksplorasi, membimbing, menuntun, memberi petunjuk, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi. 4. Learning comunity (seluruh siswa berpartisipasi aktif dalam belajar kelompok, individual, mencoba dan mengerjakan). 5. Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi dan menemukan). 6. Contructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkontruksi konsep aturan, analisis sintesis). 7. Autentic assessment (penilaian selama proses pembelajaran, dan sesudah pembelajaran, penilaian setiap aktivitas usaha siswa, dan penilaian portofolio). 8. Reflektion, (refleksi). Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (1992:100) indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam belajar mengajar, yaitu: 1. Visual activities. Misalnya membaca, melihat gambar, pemperhatikan percobaan dan pekerjaan orang lain.

2. Oral activities. Seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities. Sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities. Seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities. Misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities. Yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities. Sebagai contoh misalnya : menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities. Seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Semua kegiatan tersebut merupakan aktivitas siswa. Siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari sesuatu informasi guna memecahkan suatu permasalahan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, dimana para peserta didik dapat mengembangkan aktivitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Keaktifan siswa tentu juga dipengaruhi oleh guru dalam memberikan pembelajaran, keaktifan tersebut dapat dilihat saat proses pembelajaran berlangsung. Guru tidak hanya mengajarkan materi saja namun juga mempunyai tugas sebagai pembimbing siswa dalam belajar, seperti mengusahakan agar siswanya aktif, jasmani maupun rohani yang meliputi: 1. 2. keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain, keaktifan akal; akal anak-anak harus aktif untuk memecahkan masalah,

3.

keaktifan ingatan, yaitu aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru,

4.

keaktifan emosi, murid senantiasa berusaha mencintai mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Mengerjakan IPA mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas

sebaik baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga murid dapat belajar IPA. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan cirri ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Bagan Kerangka Pemikiran

Masalah banyak siswa yang kurang serius dalam adanya mengikuti siswa yang pelajaran, makan,

Indikator aktivitas siswa 1. Visual activities 2. Oral activities 3. Listening activities 4. Writing activities 5. Drawing activities 6. Motor activities 7. Mental activities 8. Emotional activities

ngobrol, malas untuk bertanya, malas mencatat, selalu lupa

mengerjakan pekerjaan rumah,

Penerapan Model pembelajaran CTL Hasil 1. Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan sistem CTL. 2. Kualitas pembelajaran IPA meningkat 3. Aktivitas siswa meningkat 1. pembagian kelompok 2. modeling 3. questioning 4. learning comunity 5. inquiry 6. contructivism 7. autentic assessment 8. reflektion

F. Hipotesis Tindakan Menurut Margno (2003:67) bahwa Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap palng mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah : model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran IPA tentang energi dan perubahannya di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir dapat meningkatkan aktivitas siswa. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Kemmis (1983) dalam (Rochiati:2007). Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk inquiry reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktik sosial atau pendidikan, pemahaman mengenai kegiatan-kegiatan praktis pendidikan, situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktis. Alasan penulis menggunakan metode PTK adalah karena metode PTK dilakukan secara kolaborasi antara guru, peneliti dan siswa guna mengadakan perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas melalui model pembelajaran contextual teaching and learning dilaksanakan selama dua siklus, dengan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan b. Pelaksanaan Tindakan c. Observasi d. Refleksi 2. Fokus Masalah Agar pemecahan masalah lebih terfokus, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tindakan dalam hal sebagai berikut: a. Model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran IPA tentang energi dan perubahannya adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. b. Materi pembelajaran IPA yang akan dijadikan penelitian adalah mengenai energi dan perubahannya. c. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA tentang energi dan perubahannya di kelas V MI Muhammadiyah Cipasir. 3. Teknik dan Instrumen Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Muhammadiyah Cipasir. b. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Identifikasi Masalah
Masalah

Menyusun
Rencana

Siklus 1

Refleksi Siklus 1 Tindakan & Observasi Perbaikan


Pembelajaran Siklus 1 Rencana

Siklus 2

Refleksi Siklus 2

Tindakan & Observasi


Pembelajaran Siklus 2

Evalusi Keseluruhan
Tindakan& Membuat Rekomendasi (Saran)

Gambar 1.1 Bagan Model Dasar Siklus PTK c. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Lembar Observasi. mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa. Observasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Data dikumpulkan secara kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya yaitu untuk

Data kualitatif adalah data penelitian yang berdasarkan pada kondisi objektif alamiah yang terjadi di kelas, yang terdiri dari aktivitas siswa dan aktvitas guru melalui observasi. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari analisis aktivitas siswa melalui lembar observasi. d. Jadwal Penelitian Penelitian dilaksanakan di MI Muhammadiyah Cipasir Kecamatan Rancaekek dengan objek penelitian di kelas V semester genap tahun ajaran 2011/2012 dengan jadwal sebagai berikut: JADWAL PENELITIAN BULAN Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

NO KEGIATAN Persiapan Penyusunan Proposal Observasi Sekolah Wawancara dengan pihak sekolah Pelaksanaan Penelitian Analisis data Penyusunan skripsi sidang dan Pengesahan skripsi

Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3

4 5 6 7

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (1998). eografi Perilaku Suatu Pengantar Studi Tentang Persepsi Lingkungan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Dirjen Dikti. Depdikbud. Achmad, H. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidkan Islam Departemen Agama Republik Indonesia Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdikbud. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. Kardi dan Nur. (2003). Pengantar pada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas. Surabaya: Uni Press. Moleong. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muchtar, A.S. (1999). Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Pada Pendidikan Dasar. Bandung. Nana, D. (2009). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidkan Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nasution, S. (1992). Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara. Wati, T. (2010). Pendidikan Matematika. Bandung: UIN Bandung Wibawa, B. (1992). Media Pengajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Dirjen Dikti. Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai