Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebutkan masih terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Lembaga kesehatan dunia World Health Organiztion (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun lebih dari 585 ribu meninggal pada saat hamil atau bersalin. Sedangkan Angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indicator keberhasilan layanan di suatu Negara. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia relatife tinggi di banding dengan Negara ASEAN. Di tahun 2007 angka kematian ibu berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup. (http://trijayafmplg.worldpress.com). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI), angka kematian ibu (AKI), yaitu 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedang pada tahun 2008, 4.692 jiwa ibu di negeri ini melayang di masa seputar kehamilan, nifas dan persalinan. Di jawa barat meskipun peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pengembangan pelayanan berbasis terus di lakukan tetapi peningkatan pada indicator kesehatan masih berada di bawah rata-rata Nasional. AKB sebanayak 40,26)/1000 kelahiran hidup. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih supaya kompeten. Tujuan persalinan normal adalah 1

melangsungkan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya. Melalui berbagai upaya yang terintegritas dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. (APN,2008). Di kabupaten Bekasi AKI sebanyak 37 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 58 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten 2006-2007). Pada tahun 2009 di kabupaten Bekasi AKI diperkirakan menjadi 35 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 55 per 1000 kelahiran hidup, (Dinkes Kabupaten, 2009) Pelayanan kebidanan oleh tenaga terlatih adalah kunci dari perbaikan status kesehatan ibu, bayi dan anak serta mencapai target yang diinginkan. Tenaga kesehatan trampil adalah pelaku yang mampu menjaga dan menelamatkan ibu dan bayi baru lahir dari kematian atau kesakitan yang seharusnya dapat dicegah atau dihindarkan melalui upaya dan pertolongan tepat waktu dan adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan. Paradikma menunggu terjadinya komplikasi dan menangani komplikasi menjadi pencegahan terjadinya komplikasi diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.(APN,2008) Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S di Bps Sumiyati Asep Amd Keb, Periode 19 September-10 Desember 2011 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komperehensif pada Ny. S, 22 tahun G1P0A0 melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal yang di dokumentasikan dalam manajemen SOAP 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal. 2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dasar untuk menentukan, diagnosa, masalah, dan kebutuhan pada Ny. S dalam kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal. 3. Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah dignosa potensial pada Ny. S

dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir normal. 4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera yang diberikan secara menyeluruh, efisien dan aman pada Ny. S dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir normal. 5. Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan yang sudah diberikan pada Ny. S dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir normal. 6. Mahasiswa mampu melakukan asuhan yang sudah direncanakan pada Ny. S dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir normal. 7. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan yang sudah diberikan pada Ny. S dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir normal. 1.3 Manfaat Penulisan Kegunaan yang diharapkan pada studi kasus ini adalah : 1.3.1 Bagi Klien

Klien dapat merasa puas, aman dan nyaman dengan pelayanan bermutu dan berkulitas secara berkesinambungan yang telah diberikan. 1.3.2 Bagi RB/BPS Penulis berharap studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan tentang Manajemen Asuhan Kebidanan yang telah diterapkan di BPS Sumiyati Asep Amd Keb. 1.3.4 Bagi Institusi pendidikan Menambah wawasan serta dapat memberi bahan referensi dalam pembuatan studi kasus selanjutnya.

1.3.5 Bagi Mahasiswi Memperdalam pengetahuan dan menambah pengalaman penulis dalam

penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir normal. 1.4 Sistematika Penulisan Studi kasus ini terdiri dari lima bab yaitu : Bab I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II : Tinjaun teoritis yang meliputi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal. Bab III : Tinjauan Kasus yang meliputi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal. Bab IV : Pembahasan yang meliputi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal. Bab V : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mencoba membahas tentang asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan nifas normal pada Ny. S. Yang dimulai dari umur kehamilan 32 minggu< 5 hari sampai 6 minggu postpartum, melihat dari hasil pengkajian dan gambaran kasus didapat bahwa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir berjalan normal tidak ada keluhan-keluhan yang berarti sehingga ibu dapat menjalani kehamilan, persalinan, nifas dengan baik, dan bayinya pun sehat. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan teori maka penulis membuat perbandingan antara teori dan praktek. 4.1 Antenatal Pemantauan selama kehamilan penulis mencoba menerapkannya pada Ny.S karena study kasus ini dimulai pada kehamilan 32 minggu < 5 hari maka ibu hamil dianjurkan minimal 2 kali memeriksakan kehamilannya, tetapi Ny. S sebanyak 4 kali pada usia kehamilan 1 kali pada usia kehamilan 4-12 minggu 1 kali pada usia 13-24 minggu 2 kali pada usia kehamilan 25-42 minggu.hal ini bertujuan untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat agar dapat mendeteksi diri dari komplikasi yang terjadi dan memantau kemajuan serta pertumbuhan janin. maka tidak ada kesenjangan dalam teori dan praktek. Selama hamil ibu mendapatkan 2 kali imunisasi TT. TT 1 pada kehamilan 5 bulan, TT 2 pada usia kehamilan 6 bulan. Maka tidak ada kesenjangan dengan teori dan praktek karena pada kenyataanya Ny. S sudah di suntik TT 2 kali. Selama kehamilan ibu mengalami peningkatan berat badan 8 kg dalam teori kenaikan berat badan normal pada ibu hamil 6,5-16,5 kg (William Obstetri) jadi tidak ada kesenjangan 148

dalam teori. Sangat diperlukan karena menurut teori setiap kehamilan dapat berkembang atau menjadi masalah dan komplikasi setiap saat, itu sebabnya wanita hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya, oleh karena itu setiap kehamilan minimal memerlukan 4 kali kunjungan selama periode antenatal/kehamilan yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. (saifudin. 2006. hal : 90) Dari teori tersebut Kehamilan ibu direncanakan, Ny. S ingin memiliki anak Perempuan. Dalam menjalani masa kehamilannya Ny. S sangat memperhatikan kesejahteraan janin dengan mengkonsumsi vitamin dan makan makanan yang telah dianjurkan oleh penulis. Pada pemeriksaan laboratorium kedua pada Ny. S didapatkan kadar HB 10,9 gr/dl keadaan ini dianggap normal kerena menurut WHO kadar HB ditetapkan 11 gr/ dl. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Asuhan kehamilan diberikan secara bertahap, konseling gizi dilakukan saat kontak pertama dengan ibu, hal ini dilakukan agar ibu dapat menjaga dan mempertahankan asupan gizi, baik kandungan protein, zat besi, dan yang lainnya. Sejak kontak pertama penulis telah memberikan tablet penambah darah dan cara mengkonsumsi untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan, penulis juga menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara untuk persiapan laktasi dan personal hygiene. Pada setiap pertemuan penulis memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi seperti keluar air dalam jumlah besar, keluar darah merah segar tanpa disertai nyeri pada perut yang mengarah pada plasenta previa, keluar darah merah segar atau coklat tua yang disertai rasa nyeri, solusio plasenta, bengkak pada wajah dan ekstermitas, pandangan mata kabur, sakit kepala yang hebat yang kemungkinan pre-eklamsia gerakan janin berkurang.

4.2 Intranatal Menjelang akhir kehamilannya Ny. S datang pada tanggal 6-11-2011 Ny.S mengeluh keluar lendir bercampur darah setelah itu langsung di periksa sudah pembukaan 8 cm, kontraksinya 4x/1045 maka Ny. S di anjurkan untuk miring kanan miring kiri supaya kepala cepat turun Asuhan sayang ibu pada saat persalinan diberikan sesuai kebutuhannya, diantaranya mencoba memberikan posisi yang nyaman pada proses persalinan serta memberikan nutrisi dan cairan sehingga ibu dapat meneran dengan baik tanpa adanya hambatan. Cairan yang cukup selama persalinan akan lebih banyak memberikan energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan membuat kontraksi efektif dan tidak teratur. (asuhan persalinan normal. 2002.) . Maka dilakukan PD ulang pada jam 01.00 wib karena sudah terlihan kesakitan dan kontrasinya 5x/1045. Ada kesenjangan teori dan praktek karena dalam teori dilakukan pemeriksaan PD setiap 4 jam sekali. Di pimpin meneran selama 10 menit kaerna panggul ibu yang luas dan kepala bayi sudah berada di hodge IV Pada saat persalinan kala II ibu dianjurkan meneran pada saat kontraksi, meneran merupakan upaya bantuan terhadap kontraksi uterus untuk melahirkan bayi kontraksi uterus mendorong bayi keluar dari jalan lahir, (asuhan persalinan normal 2002). Maka lahirlah bayi secara spontan menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerak aktif, Maka pada tanggal 07 November 2011. Jam 01.10 WIB jenis kelamin laki-laki, anus positif. Ny.S mengalami proses persalinan yang berjalan

normal. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Asuhan segera setelah bayi lahir sesuai standar, mulai dari membersihkan jalan nafas, klem dan potong tali pusat, membersihkan kulit bayi,

menghangatkan bayi dengan menggunakan kain yang bersih dan hangat serta menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya. kemudian penolong melakukan manajemen aktif kala III. Dilakukan palpasi untuk memastikan tidak ada janin kedua, lalu penulis memberikan suntikan oksitoksin 10 unit injeksi IM dilakukan untuk membuat kontraksi uterus agar kuat dan efektif, selanjutnya peregangan tali pusat terkendali dengan cara prasat ( brand anderw ) dilakukan saat kontraksi sampai plasenta lahir, kemudian melakukan massase fundus uteri dengan mengajarkan pada ibu kerena dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah pendarahan postpartum. Penanganan menejemen aktif kala III dapat menghasilkan kontraksi yang efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan penatalaksanaan fisiologis (asuhan persalinan normal. 2002). pada akhir kala III kontraksi uterus baik, perineum robekan derajat 2 tanda-tanda postpartum setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri dalam batas normal, yaitu 2 jari dibawah pusat Pada kala IV menurut teori sebelum meninggalkan ibu postpartum, harus diperhatikan dengan 7 pokok penting seperti : kontraksi uterus dengan baik, tidak ada perdarahan dari vagina, plasenta selaput ketuban harus setelah lengkap, kandung kemih harus kosong, luka pada perineum sudah dijahit dengan baik, bayi dalam keadaan baik, ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada keluhan sakit kepala. (wiknjosastro. 2007. Hal 200). Dan petugas kesehatan harus memantau ibu setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit jam kedua seteah persalinan(saifuddin. 2006. Hal 118). Dengan pemantauan kala IV selama 2 jam dapat disimpulkan Tanda tanda vital normal, TFU normal, kontraksi baik, kandung kemih tidak teraba dan jumlah perdarahan sebanyak 100 ml. tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

4.3. Bayi Baru Lahir Asuhan segera setelah bayi lahir sesuai standar, mulai dari membersihkan jalan nafas, klem dan potong tali pusat, membersihkan kulit bayi, menghangatkan bayi dengan menggunakan kain yang bersih dan hangat serta menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya. Dan memberikan vit K sebanyak 0,5 ml. selang waktu 6 jam maka di suntikan imunisasi Hb0 Melakukan pengawasan pada bayi baru lahir sejak jam-jam pertama kehidupan diluar rahim sampai 6 jam usia bayi. Dilakukan pemantauan mengenai penilaian awal dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 2900 gr, panjang badan 49 cm, hal ini masih tergolong normal, karena berat badannya diantara 2500-4000 gr dan tidak ditemukan adanya kelainan bawaan, ketika bayi lahir segera menangis kuat dengan warna kemerahan, ini sangat berpengaruh sebagai indikator kesehatan bayi secara umum. Seorang bayi yang normal, menangis kuat, berat badan menunjukan bahwa bayi lahir cukup bulan dan sesuai masa kehamilan. Dan peristaltic segera berfungsi dengan sudah keluarnya meconeum pada 2 jam setelah bayi lahir, adanya meconeum menunjukan bahwa peristaltic sudah ada. Hal ini menunjukan bahwa anus mempunyai lubang dan fungsi ginjal sudah ada dengan keluarnya miksi setelah delapan jam bayi lahir. Pada asuhan bayi baru lahir Ny. S berjalan lancar dan tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan selama satu jam pertama sampai periode transisi. mengingatkan kembali pada ibu dan keluarga untuk dibawa kepetugas kesehatan (bidan, dokter) atau posyandu untuk mendapatkan immunisasi berikutnya. 4.4. Nifas Proses masa nifas berlangsung segera setelah plasenta lahir, hal ini ditandai dengan adanya involusi uteri dimana tinggi fundus uteri sepusat. Pada kasus Ny. S tidak ditemui

tanda-tanda bahaya dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak membatasi makanan seperti makan ikan,telor dan daging dan menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB karena dapat menghambat involusi uterus dan menganjurkan ibu untuk mobilisasi. Pada pemeriksaan postpartum 6 jam, tetapi dalam program pemerintah setiap ibu postpartum diberikan vit A sebanyak 2 kapsul diminum selang waktu 24 jam dari pemberian pertama untuk memperbaiki saraf mata yang meregang pada waktu meneran tetapi pada Nya S tidak diberikan karena tersedia, jadi terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. selama pengawasan keadaan involusi uterus baik, dan pengeluaran lochea dimulai pada masa nifas sejak 2 jam postpartum hingga 40 hari postpartum. Pada pertemuan kunjungan nifas 1 minggu Ny. S sudah terlihat kuat dan segar dan Ny. S sudah bisa menggendong bayinya, ASI Ny. S lancar dan bayi menyusui dengan kuat, tinggi fundus Ny. S pertengahan pusat dan simpisis lochea sanguinolenta berwarna merah kuning. Luka sudah terlihat agak kering, tetapi payudara Ny. S agak bengkak karena tidak menyusui bayi setiap 2 jam sekali hanya menyusui pada saat bayi menangis saja dan hal ini terdapat kesenjangan teori karena harusnya menyusui bayi setiap 2 jam sekali, namun penulis tetap memberikan konseling tetap menyusui bayi setiap 2 jam sekali karena ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Pada postpartum 2 minggu nifas ini penulis melakukan kunjungan ke Bps. Sumiati Asep Amd Keb. untuk memberikan asuhan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu, selama pengawasan masa nifas sejak 2 jam postpartum keadaan involusi uterus baik, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan semua dalam batas normal tinggi fundus uteri sudah tidak teraba, ini adalah pengaruh oksitoksin yang dikeluarkan kelenjar hipofisis posterior yang

berpengaruh pada otot uteri dan buah dada. Lochea serosa lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning, dan ibu tetap memberikan ASI ekslusif untuk bayinya dan ibu juga diberikan pengetahuan tentang cara menyusui yang benar, sehingga putting susu tidak lecet dan bayi nyaman saat menyusui. Dan pada kunjungan 40 hari postpartum ibu berencana menggunakan KB yaitu KB suntik 3 bulan.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pemikiran dasar yang melandasi asuhan kebidanan adalah bahwa kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa normal dan asuhan tersebut bertujuan untuk menurunkan

angka kematian dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Dalam proses kehamilan dan persalinan maupun nifas wanita mengalami berbagai macam perubahan baik psikologis ataupun fisiologis. Asuhan yang diberikan selama kehamilan,persalinan,nifas,bbl, terdapat sedikit kesenjangan. Akhirnya setelah penulis melakukan menejemen asuhan kebidanan yang berkelanjutan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan nifas pada Ny. S di Bps. Sumiyati Asep Amd Keb, maka penulis mengambil kesimpulan :

156 5.2 Saran 1. Bagi BPS 1. Meningkatkan kembali Promosi kesehatan tentang tablet Fe 2. Memberitahukan tentang efek samping dari anemia 2. Bagi Institusi Pendidikan Memperbanyak buku tentang Asuhan Kebidanan yang terbaru 3. Bagi Mahasiswa Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada ibu hamil

4. Bagi Klien Untuk kehamilan berikutnya klien lebih banyak bertanya tentang kehamilan dan persalinan

Anda mungkin juga menyukai