KARYA
Sebagai karya sastra, fiksi (nove, novelet, cerpen), merupakan hasil olahan imajinasi pengarang. Materi sebuah fiksi biasanya di dasarkan pada pengalaman atau pengamatan pengarang atas kehidupan. Bahkan sebagian novel atau cerpen di ilhami oleh kisah nyata. Tapi materi tersebut tidak disajikan persis dengan realita yang mendasarinya. Dalam proses penciptaan cerita, pengarang memilih dan memodifikasikan materi yang dimilikinya sesuai dengan tujuannya. Mengingat bahwa cerita dalam fiksi didasarkan pada pengalaman dan/ atau pengamatan pengarang atas kehidupan atau kisah nyata, fiksi terkesan lebihrealistis atau dekat dengan kehidupan nyata, sehingga lebih akrab bagi masyarakat atau pembaca. Kesan ini cukup beralasan, karena baik cerita pendek maupun novel pada umumnya bercerita tentang aspek-aspek tertentu yang lazim terdapat dalam kehidupan masyrakat biasa, oleh karena itu, wajar bila peminat fiksi jauh lebih banyak daripada penikmat puisi atau drama. Meskipun fiksi adalah suatu usaha pengungkapan kembali pengalaman hidup (yang mungkin tidak jauh berbeda dengan realita yang di hadapi para pembaca), mereka sering mengalami kesulitan untuk memahami fiksi yang di baca. Akibatnya, nilai-nilai kemanusiaan maupun artistik yang di sampaikan pengarang sering tidak dapat di pahami secara utuh. Kemungkinan besar kesulitan ini diakibatkan oleh minimnya kemampuan analisi satra di kalangan pembaca. Pembahasan dalam makalah ini di fokuskan pada aspek penokohan, Analisi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural murni, karena seluruh pembahasan dilakukan hanya berdasarkan isi cerpen, dan mengingat bahwa makalah ini dimaksudkansebagai bahan Ujian Tengah Semester di kelas Literature II, Penyajian hasil analisis di upayakandengan menggunakan kaidahkaidah penulisan akademis.