Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kecacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh (Mansoer D, 2008). Sedangkan menurut Jawetz tahun 1996 cacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan, minuman atau melalui kulit dimana tanah media penularannya yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duedenale). Dunia khususnya di Asia, Afrika dan Amerika, terdapat lebih kurang satu milyar orang yang terinfeksi oleh Ascaris lumbricoides (cacing gelang), 900 juta oleh Hook worm (cacing tambang), dan 500 juta oleh Tricus trichium (cacing cambuk). Angka morbiditas dalam tahun 19871988, akibat infeksi cacing Ascaris lumbricoides, Hook worm dan Schistosomiasis berturut-turut adalah satu juta, 1,5 juta dan 20 juta per tahun. Angka angka diatas dengan jelas menunjukkan bahwa kecacingan (infeksi oleh cacing) merupakan masalah kesehatan yang cukup berarti bagi negara negara berkembang (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan, 2007) Prevalansi penyakit cacingan di dunia sangat tinggi terutama di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini merupakan penyebab kesakitan diseluruh dunia (Vince, 2000)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2002 sebanyak 1.450 juta penduduk dunia terinfeksi Ascaris, 1.300 juta penduduk

terinfeksi cacing tambang dan 1.050 juta penduduk terinfeksi Trichiuris. Sedangkan pada data tahun 2006 didapatkan bahwa sekitar 2 milyar penduduk terinfeksi kecacingan, dimana 300 juta diantaranya meninggal dunia (Sutoto, 2004) Pada tahun 2004 di Indonesia menurut Sutoto prevalensi penyakit kecacingan pada semua umur juga masih cukup tinggi yaitu 58,15% yang tediri dari 30,4% Ascaris lumbricoides, 21,25% Trichuris trichiura serta 6,5% cacing tambang, sedangkan menurut Rehulina tahun 2005 penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari semua kasus penyakit kecacingan, cacing gelang (ascaris lumbricoides) sekitar (2535%) dan cacing cambuk (trichuris trichiura) sekitar (6,5-7,5%). Prevalansi kejadian cacingan di provinsi Kepulauan Riau menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan angka 2,2-9,6% ini terjadi pada semua golonggan umur, terlebih mereka yang jarang menjaga kebersihan lingkungan 23% kurangnya pengetahuan 28%, kebiasaan tidak mencuci tangan 30,8%, dan kesadaran dalam memakai alas kaki sebanyak 28,4% dari kelompok masyarakat tersebut (Dinas Kesehatan Kepri, 2007) Kota Batam merupakan bagian dari provinsi Kepulauan Riau tidak terlepas dari masalah diatas, dimana didapatkan dari data 13 Puskesmas yang ada, angka penyakit cacingan tertinggi terdapat pada puskesmas Batu Aji sebesar 196 (28,28 %) dari seluruh penderita cacingan di kota Batam selama satu tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Angka Kejadian Penyakit Cacingan Kota Batam Tahun 2010
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Puskesmas Batu Aji Sei. Lekop Sambau Belakang Padang Galang Bulang Tg. Sengkuang Sei. Panas Kabil Sei. Pancur Baloi Sekupang Lubuk Baja Jumlah (orang) 196 186 144 51 41 25 19 10 9 5 4 3 Persentase (%) 28,28 26,83 20,78 7,35 5,92 3,61 2,74 1,44 1,30 0,72 0,57 0,43 0,00

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2010

Data di atas menunjukkan bahwa angka tertinggi penyakit cacingan di Kota Batam tahun 2010 pada seluruh kelompok umur di puskesmas Batu Aji sebanyak 196 orang (28,28 %). Namun bila dilihat berdasarkan

kelompok umur khususnya balita dari 13 puskesmas maka angka kejadian penyakit cacingan tertinggi didapatkan pada Puskesmas Sei. Lekop yaitu sebanyak 88 orang (28,57 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2 Angka Kejadian Penyakit Cacingan Pada Balita di Kota Batam Tahun 2010
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Puskesmas Sei. Lekop Batu Aji Sambau Belakang Padang Galang Bulang Tg. Sengkuang Sei. Panas Kabil Sei. Pancur Baloi Sekupang Lubuk Baja Jumlah (orang) 88 87 57 24 21 12 9 3 3 2 1 1 Persentase (%) 28,57 28,43 18,51 7,79 6,81 3,89 2,92 0,97 0,97 0,65 0,32 0,32 0,00

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2010

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 orang ibu pada bulan April 2011 didapatkan 2 orang (20 %) berpengetahuan baik, 3 orang (30 %) berpengetahuan cukup dan 5 orang (50 %) berpengetahuan kurang baik, dan tidak ada ibu yang mempunyai pengetahuan tidak baik. Sedangkan dari sikap didapatkan 4 orang (40 %) ibu mempunyai sikap positif dan 6 orang (60 %) ibu mempunyai sikap negatif. Hal itu disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan dan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu balita terhadap kebersihan. Hasil wawancara dari beberapa ibu didapatkan bahwa saat bermain biasanya anak mereka tidak menggunakan alas kaki, ibu juga kurang mengetahui secara jelas apa itu penyakit cacingan. Ibu juga tidak mempermasalahkan anak-anaknya bermain tanpa menggunakan alas kaki karena telah menjadi kebiasaan, sedangkan dari hasil observasi oleh peneliti

ditemukan banyak sekali anak yang bermain di lapangan tanpa menggunakan alas kaki apalagi didukung oleh kondisi lingkungan yang sangat berpotensi terkena cacingan. Penelitian Asmawati tahun 2009 tentang faktor-faktor penyebab cacingan di Batam didapatkan data bahwa pengetahuan termasuk faktor yaitu sebesar 41,82% dari 55 orang responden

penyebab cacingan

berpengetahuan kurang (Asmawati, 2009). Penelitian di Jepara, Jawa Tengah oleh (Kusbandiah.R, 2002 diunduh tanggal 26 Juni 2011 dari http:// www.data jurnal.co.id), tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita mengenai penyakit infeksi cacingan dengan praktik pencegahan dan angka kejadian penyakit infeksi cacingan di kelurahan Jobokuto kecamatan Jepara kabupaten Jepara, didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,5% responden memiliki pengetahuan kurang (p=0,001). Sedangkan sikap responden sebagian besar cukup baik / kurang mendukung sebesar 63,75% (p=0,003). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap mengenai penyakit infeksi cacingan. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan praktik pencegahan dan kejadian penyakit infeksi cacingan. . Infeksi parasit terutama parasit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi ini bisa menyebabkan morbiditas. Salah satunya banyak terjadi pada anak-anak yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka. Infeksi cacingan yang sering adalah Soil Transmitted Helminths yang merupakan infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau dikenal sebagai penyakit cacingan. Spesies

cacingan STH antara lain Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang) (Gandahusada. S. 2006). Dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit kecacingan, pemerintah dan masyarakat telah melaksanakan berbagai program

pemberantasan penyakit kecacingan, terutama di sekolah dan posyanduposyandu. Kegiatan tersebut meliputi pemberian obat cacing, program cuci tangan sebelum dan sesudah makan, penggunaan alas kaki, penyuluhan kepada keluarga mengenai penyakit kecacingan yang bisa ditularkan melalui tanah, termasuk penyebab, pencegahan, penanggulangan dan pengobatan secara selektif (Departemen Kesehatan RI, 2009). Melihat uraian diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Tentang Cacingan Terhadap Kejadian Cacingan pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Sei. Lekop Kota Batam Tahun 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah Adakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Tentang Cacingan Terhadap Kejadian Cacingan pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Sei. Lekop Kota Batam Tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang cacingan terhadap kejadian cacingan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sei. Lekop Kota Batam Tahun 2011 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan ibu balita tentang cacingan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sei. Lekop kota Batam tahun 2011. b. Mengetahui sikap ibu balita tentang cacingan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sei. Lekop Kota Batam tahun 2011. c. Mengetahui kejadian cacingan di wilayah kerja puskesmas Sei.Lekop tahun 2011 d. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu balita tentang cacingan terhadap kejadian cacingan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sei. Lekop Kota Batam tahun 2011. e. Mengetahui hubungan sikap ibu balita tentang cacingan terhadap kejadian cacingan pada balita di wilyah kerja Puskesmas Sei. Lekop Kota Batam tahun 2011. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan teori-teori yang sudah ada.

2. Secara Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Menambah sumber bacaan atau kepustakaan serta bahan kajian sehingga menambah pengetahuan pembaca b. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesehatan lingkungan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan. c. Bagi Ibu Balita Menambah informasi dan pengetahuan dalam usaha pencegahan maupun pengobatan serta melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit cacingan, sehingga dapat menambah tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan. d. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang penyakit cacingan, juga sebagai pengalaman dalam proses belajar. e. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai data dasar untuk bahan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai