Anda di halaman 1dari 7

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya

PROBLEM

aborsi yg dilakukan PSK di tuban tersangka: desi miarsih(20) n anton(20) ortu janin drTania sp.OG (praktek di jl teuku umar tuban) *menurut dr Tania: janin uda meningal dlm rahim, shgalasan medis(menyelamatkan ibu) aborsi dan dilakukan prosedur medisinform consent dg TTD px *menurut Desi : aborsi dlm kead janin hidup, krn tdk mau pekerjaan tggu, & tdk mau menanggung malu *Kapolres Tuban(penyidik) mencari alat bukti yg sah, atas dasar petunjuk dr pemeriksaan barang bukti janin yg telah dikubur n peralatan medis dr Tania TERSANGKA (TSK) *3 TSK tsb diancam UU yg berlaku, kasus ini terbongkar krn laporan warga OK ada makam bayi baru *dlm pemeriksaan o/ dokter kandungan yg berbeda: janin masih hidup ketika diaborsi *AKP Budi Santoso,SH menjelaskan: dr Tania kerja di RS swasta n PKU di paciran,LA city Ia terkesan mempersulit penyidikan & tdk terus terang msh SAKSI,kalo bukti cukupTSK *polisi menyita : janin di makam & peralatan medis dr Tania sbg alat aborsi *TSK terancam dg Pasal yg berhub. dg ABORSI, menghilangkan nyawa, srt UU kesehatan dg ancaman 10 th penjara * RS tempat aborsi jg tergolong RS SWASTA BARU izin belum lengkap * stlh dr Tania mjd TSK penahanan kondisi drop perlu perawatan *polisi masih melakuakn pemeriksaan lbh lanjut stlh kondisi dr Tania membaik mencari korban lain (ada/tidak) IDK

1. Pengertian aborsi dipandang dari sudut etika? Pengertian etika? Def: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak/kode etik Nilai mengenai benar/salah yang dianut masyarakat/suatu golongan sistem nilai Etika kedokteran & abortus (sangat bertentangan) aborsi dari sudut pandang etika

a. b.

Sesuai lafal sumpah dokter point 6: Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan

Seorang dokter dilarang melakukan tindakan abortus provokatus KODEKI 7D Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani Aborsi : berhentinya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gr atau usia kehamilan kurang 20 minggu (139 hari)

2.

Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut pasal 1 angka 1 UU No. 39 th 1999 tentang HAM & UU No. 26 th 2000 tentang pengadilan HAM. HAM diartikan Hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sejak lahir sebagai makhluk Tuhan YME yang berlaku seumur hidup, tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan setiap harkat dan martabat manusia Pembidangan/Macam HAM A. Generasi I

Hak Sipil(6)

Hak atas peradilan yang adil Hak politik

Hak untuk menentukan nasib sendiri, hidup, tidak dihukum mati,tidak disiksa Hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang

Hak untuk menyampaikan pendapat, berserikat mendapatkan persamaan perlakuan di depan hukum B. Generasi II Hak sosial ekonomi (8)

dan

berkumpul,

memilih

dan

dipilih,

Hak untuk bekerja,cuti, mendapat upah yang sama, tidak dipaksa bekerja Hak atas makanan,perumahan, kesehatan, pendidikan Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan &kemajuan ilmu pengetahuan Hak untuk memperoleh perlindungan atas hasil karya cipta (Hak Cipta)

Hak budaya (3)

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya


C. Generasi III Hak pembangunan Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat Hak untuk memperoleh perumahan yang layak Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai Ulasan tentang hubungan HAM dengan kasus ini Selaku individu yang hidup, Desi mempunyai HAM dalam berbagai pembidangan, contoh: punya hak untuk menentukan nasib sendiri. Oleh karena itu, penegakan HAM juga tidak boleh melanggar HAM orang lain Tetapi dalam posisi ini, Desi dan Anton melakukan hubungan suami istri tanpa ada ikatan apapun (dengan sengaja) sehingga menghasilkan kehidupan di rahim Desi. Berdasarkan perjanjian dokter bahwa nyawa telah ada sejak ovulasi, maka tindakan abortus yang dilakukan Desi dan Anton adalah melanggar HAM janin.

Dokter Tania juga mempunyai hak dalam berbagai perbidangan, contoh: dalam pencaharian. Tetapi dalam kasus ini dr Tania menyalahgunakan pekerjaannya dengan mengambil hak janin untuk hidup.

3. Hukum yang terkait dengan aborsi

a.
b.

Def menurut UU : semua kehamilan yang berakhir sebelum viabilitas janin, yaitu sebelum berat 500 gr atau kurang dari 20 minggu (lengkap) Macam aborsi menurut UU (sebut saja)

1) 2) 3)
4)

Aborsi spontan tanpa tindakan, Aborsi buatan (diinduksi) disengaja dan disadari o/ ibu pelaksana aborsi Aborsi iminens (terancam abortus) ditandai dgn pendarahan pd usia hamil < 20 mgg Abortus insipiens Abortus incomplete sebagiannya masih di dalam rahim Abortus complex semua konsepsikeluar ,rahim kosong Abortus cervicalis

5) 6)
7)

8) Abortus terapeutik/medis alasan medis 9) Abortus habitualis kandungan lemah karena sesuatu 10) Abortus terinfeksi &septik
c.

NB: Abortus provokatus yang dilegalkan pasal 75-77 UU th 2009 KUHP Aborsi berdasarkan hukum (KUHP bab XIX) 1) Pasal 346 Seseorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya untuk menyuruh orang lain, untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun 2) Pasal 347 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya dipidana penjara paling lama 12 tahun Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun Paling berat pidananya dalam hal pengguguran 3) Pasal 348 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan/mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya dipidana dengan pidana selama-lamanya 5 tahun 6 bulan. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya perempuan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 4) Pasal 349 Jika seseorang dokter, bidan, juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346 ataupun melakukan atau membantu salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 & 348 maka pidanya yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. Unsur-unsur dalam pasal ini ditujukan terhadap dokter/bidan/tabib/ahli obat-obatan yang bersalah atau membantu kejahatan dalam pasal 346, 347, 348 KUHP. Sebaliknya apabila dokter tersebut menggugurkan kandungan sesuai dengan indikasi medis, untuk menolong jiwa perempuan/menjaga kesehatannya tidak dihukum 5) Pasal 350 Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan rencana atau karena salah satu kejahatan. Berdasarkan pasal 344, 347, 348 dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1-5

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya

d. Konsekuensi hukum dr Tania (jika bayi masih hidup dan jika bayi memang sudah meninggal)

bila bayi terbukti sudah meninggal sebelum aborsi tidak diberi sanksi hukum pidana, dibebaskan dari hukum pidana bila terbukti janin masih hidup

Dipidana dengan penjara maksimal 15 tahun dan denda maksimal Rp. 500.000.000 berdasarkan UU Kesehatan No. 23 th 1992 pasal 80 ayat I 1) 2) 3) Dipidana penjara maksimal 4 tahun berdasarkan KUHP pasal 346 Dipidana penjara maksimal 5 tahun 6 bulan, ayat I. Jika ibu mati maksimal 7 tahun, ayat II. Dapat sanksi dari majelis kehormatan etik kedokteran, berupa: Peringatan Kewajiban menjalani pendidikan dan pelatihan tertentu (apabila kurang kompeten) Pencabutan haknya berpraktek profesi

4. Alat bukti yang sah Sesuai KUHAP pasal 185 (termasuk saksi, saksi ahli, surat, dll)

Pemeriksaan alat bukti, macam-macam alat bukti(keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan surat)Menurut pasal 184 KUHP

Keterangan saksi(ini saja yg dijelaskan!!!) Menjadi saksi adalah kewajiban semua orang kecuali dikecualikan oleh UU. Jika menghindari sebagai saksi dapat dikenakan pidana (penjelasan pada pasal 159 KUHAP) Ketentuan menjadi saksi (185 KUHAP), antara lain:

Mengalami sendiri, Melihat sendiri, Mendengar sendiri Bukan anggota keluarga terdakwa sampai deraja ketiga, keluarga ayah, ibu, suami/istri (walau sudah cerai) Karena jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia

5. Informed Consent

a. b.

proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak dilakukan terhadap pasien. sesuai permenkes 290 th 2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran Elemen-elemen yang mendasari suatu informed consent 1) Threshold element

arah syarat pemberinya harus manusia kompeten ada dalam bentuk keputusan medis (bersifat continuum dari tidak ada jadi ada) Kriteria (kompeten): Dewasa (telah mencapai 18 tahun/pernah menikah), Sadar (keadaan mental yang baik), Kondisi mental tidak boleh kurang dari normal (tidak punya penyakit mental/keterbelakangan mental) Informed elements

2)

3)

tenaga medis beri informasi agar pasien paham Consent element 2 bagian: voluntariness & authorization

2 bagian:Disclosure(pengungkapan) & Understanding (pemahaman)

Kesukarelaan: tidak ada tipuan/merepresentasi/paksaan bebas dari tekanan dari dokter Persuasi tidak berlebihan benar secara moral

c.

Dapat diberikan dalam bentuk apa? Dinyatakan (Expressed consent)

Persetujuan yang dinyatakan secara lisan/tulisan bila yang dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang tidak biasa, terutama tindakan operatif Dibagi: Lisan disampaikan kepada pasien yang akan dilakukan supaya tidak terjadi salah pengertian. Contoh: rektal toucher, vaginal toucher, dll Tulisan untuk tindakan yang ada resiko seperti pembedahan atau pengobatan yang invasif Tidak dinyatakan (Implied consent)

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya


Persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas baik lisan/tertulis namun melalui tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya, Contoh: pengambilan darah untuk pasien lab, penjahitan luka, dll Dibagi: Keadaan normal Keadaan darurat bila pasien dalam keadaan darurat, sementara pasien tidak bisa beri persetujuan (tidak sadar) & keluarganya pun tidak di tempat, maka dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter (Permenkes no. 585 th 1989 pasa 11). Bisa disebut juga presumed consent bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter d. Kaidah dasar bioetika yang mendasari informed consent (Prinsip moral utama)

1)

Prinsip autonomi prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination) Melaksanakan informed consent (lingkup terbatas pada hal-hal yang telah dinyatakan sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas nama tindakan Prinsip beneficense prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien Prinsip non-maleficense prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien (primum non nocere/do no harm) Prinsip justice prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice)

2) 3) 4)
e.

Dasar hukum terhadap tindakan informed consent

Sesuai dengan UU no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, paragraf-paragraf. Pasal 45 mengenai tindakan kedokteran/kedokteran gigi. Ayat (1): setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter/dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan Ayat (2): persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap Ayat (3): penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sekurang-kurangnya mencakup: a) Diagnosa dan tata cara tindakan medis b) Tujuan tindakan medis yang dilakukan c) Alternatif tindakan lain dan resikonya d) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan Ayat (4): persetujuan sebagaiman maksud pada ayat 2 dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan Ayat (5): setiap tindakan kedokteran/kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditentukan oleh yang berhak memberikan persetujuan Ayat (6): ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran/kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, 2, 3, 4, 5 diatur dengan peraturan menteri Peraturan menteri kesehatan no. 585/Menkes/per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medis Peraturan menteri kesehatan no. 589 th 1989

6. Sebutkan urutan-urutan status pemanggilan seseorang dalam hukum dalam hal kepentingan penegakan hukum pidana, secara limitatif diatur dalam KUHAP. Pemanggilan seseorang digantungkan pada tahapan proses pemeriksaan: a) Untuk kepentingan penyelidikan dan atau penyelidikan, tujuan pemanggilan untuk meminta keterangan sebagai saksi, saksi ahli/tersangka b) Untuk kepentingan pemeriksa di pengadilan, tujuan pemanggilan untuk meminta keterangan

7.

Syarat-syarat pemanggilan oleh penyidik dan tata cara di dalam hukum *dengan tujuan untuk kepentingan penyidikan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Pemanggilan dapat ditujukan terhadap setiap orang dengan kapasitas baik sebagai saksi, ahli/tersangka b) Pemanggilan harus dilakukan secara tertulis (pro-justisia) berupa surat panggilan dengan mencantumkan: 1) Identitas pemanggil (institusi penyidik dan penyidik) 2) Identitas terpanggil (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat)

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya


3) Dalam rangka kepentingan apa dipanggil dan dengan kapasitas sebagai apa (saksi, ahli, tersangka) serta menyebutkan untuk pemeriksaan perkara pidana apa (misal: dugaan penggelapan sebagaiman diatur dalam pasal 372 KUHP) 4) Menyebutkan waktu, tempat pemeriksaan serta dengan siapa harus bertemu (nama penyidik disebutkan) 5) Tanda tangan penyidik (kepala kepolisian baik di tingkat kepolisian daerah, resort ataupun sektor) Surat panggilan diserahkan langsung kepada terpanggil. Jika terpanggil tidak ada di tempat dapat diserahkan kepada pihak keluarga dengan mencatatkan keterangan bahwa terpanggil tidak ditemui langsung dan meminta bantuan keluarga untuk menyampaikan surat panggilan

c)

8. Landasan hukum tentang rumah sakit a) Pasal 28 H ayat (1) UU 45 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan b) Pasal 34 UUD 45 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyidikan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak c) UU No. 44 th 2009 tentang RS 9. Organisasi sebuah RS dan bagaimana pengelolaannya (UU No. 44 th 2009 tentang RS) a) Paling sedikit organisasi RS terdiri dari: kepala/direktur RS, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, admin umum & keuangan pasal 33 ayat (2) b) Kepala/direktur harus tenaga medis c) Pemilik tidak boleh merangkap sebagai direktur d) Harus WNI e) Tata kelola RS & Tata kelola klinis yang baik f) Audit kinerja & audit medis dapat dilakukan oleh tenaga pengawasan akreditasi secara berkala misal 3 tahun sekali (oleh badan independen baik dalam maupun luar negeri) 10. Syarat pendirian rumah sakit a) b) Dasar hukum pendirian RS: UU No. 44 tahun 2009 tentang RS Permenkes RI No. 147/Menkes/PER/I/2010 tentang perijinan RS

c) a.

Permenkes RI No. 340/Menkes/PER/III/2010 tentang klasifikasi RS Pendirian RS dapat dilakukan oleh: Pemerintah, Pemda, Swasta

a. b.

a. b. a. b. c. d. e.

Bentuk penyelenggaraan RS: Unit pelaksana teknis dengan pengelolaan badan layanan umum/badan layanan umum daerah (yang didirikan oleh pem/pemda) Badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan (Badan hukum di Indonesia, PT, Yayasan, dll) Perizinan RS: Penyelenggaraan RS wajib memiliki ijin Ijin terdiri dari ijin mendirikan & ijin operasional Ijin mendirikan dapat diperoleh dengan persyaratan: Studi kelayakan Masterplan Status kepemilikan Rekam ijin mendirikan Ijin gangguan (HO: Hinder ordonantie), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Ijin penggunaan bangunan (IPB), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) Persyaratan pengelolaan limbah: upaya kesehatan lingkungan, upaya pemantauan lingkungan dan atau analisis dampak lingkungan Luas tanah & sertifikatnya Ijin operasional dengan persyaratan: Memiliki ijin mendirikan, Sarana & prasarana, Peralatan, SDM, Administrasi & Manajemen

f.
g.

a.

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya


11. Kapan seseorang ditetapkan jadi tersangka? tersangka berdasarkan bukti permulaan, mengacu pada standar minimal seperti bukti. kasus ini ada 2 alat bukti yaitu janin di makam dan peralatan medis. Hal ini patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 12. a. b. c. Kapan tersangka dapat ditahan? Syarat penahanan? Prinsip penahanan merupakan wewenang dari penyidik, penuntut & hakim Penahanan merupakan hak dari penyidik, penuntut & hakim Syarat seorang tersangka dapat dikenai penahanan adalah (pasal 21 KUHAP):

Syarat objektif tindak pidana diancam dengan ancaman pidana penjara 5 tahun / lebih atau beberapa tindak pidana tertentu yang telah ditetapkan oleh KUHAP walaupun ancamannya pidana penjara kurang dari 5 tahun Syarat subjektif dikuatkan tersangka melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti/mengulangi perbuatan pidana yang akan ditahan sakit? pembantaran Oleh karena seperti penahanan adalah hak/wewenang dari penyidi, penuntut/hakim, maka hak untuk tidak menahan pun juga hak/wewenang penyidik, penuntut dan hakim pula Namun demikian bagi seorang tersangka/terdakwa yang dikenai penahanan masih memiliki hak juga, mengajukan permohonan agar tidak menjalani penahanan (mengajukan permohonan penangguhan penahanan) Seorang tersangka atau terdakwa yang dalam keadaan sakit dapat mengajukan permohonan agar tidak ditahan. Dan dalam hal seorang tersangka yang ditahan kemudian menderita sakit dapat pula mengajukan permohonan agar tidak ditahan di RUTAN, namun mohon untuk mendapatkan perawatan di RS yang ada di luar RUTAN. Jika permohonan perawatan/opname di RS, dikabulkan maka masa penahanannya ditangguhkan terhitung sejak saat dirawat di RS, masa perawatan di RS tidak dihitung sebagai masa pengurangan tahanan

13. Bagaimana bila


-

14. jenis hukum pada kasus ini? Terjadi pelanggaran terhadap pasal-pasal Aborsi di KUHP maupun undang-undang aborsi praktek kedokteran atau UU kesehatan & dapat diancam dengan sanksi pidana. Maka kasus di atas adalah jenis/kategori kasus pidana. 15. Beda perkara perdata & perkara pidana PIDANA Masalah individu-publik Wakil jaksa sebagai penuntut hukum Pembuktian tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan, tidak Penengah UU Kebenaran Kepastian Sanksi hakim dan juri KUHP, KUHAP material perkara yang sudah masuk tidak bisa ditarik kembali putusan hakim berupa denda, kurungan, mati, penjara: -Pidana pokok: mati, denda, kurungan, penjara -Pidanan tambahan: pencabutan hak-hak tertentu, pengumuman putusan hakim, perampasan benda

PERDATA individu-individu Diwakili oleh pengacara tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan, termasuk sumpah hakim sebagai wasit KUHPer Formil sebelum ada putusan hakim, pihak terkait boleh menarik kembali perkaranya ganti rugi, rehabilitas

16. Beda KUHP dan KUHAP KUHP mngatur mngenai tindakan2 yg dilarang o/ hukum pidana dan sanksinya, bersifat materiil. KUHAP berisi pedoman yg mngtr cara aparat hukum dlm mngungkapkan suatu tindak pidana, sistem peradilan, bersifat formiil.

17. Alur

penyelesaian kasus ini secara hukum melalui pedoman KUHAP Tata cara: Penyidikan oleh polisi Penuntutan oleh jaksa penuntut hukum Pemeriksaan di pengadilan oleh hakim Eksekusi oleh JPU

[CASE 3- BAD DOCTOR] By Ricardo & Mahresya 18. Pembuktian


negatif Sistem Pembuktian negatif dalam sistem ini alat-alat pembuktian yang diatur dalam UU saja belum cukup, masih dibutuhkan keyakinan hakim shg mengharuskan persyaratan: Harus ada cukup alat bukti yangdiakui UU

Keyakinan Hakim yang jugaharus didasarkan atas cara dan dgn alat bukti yg sah menurut UU Sehingga walaupun cukup pembuktian yg didasarkan kpd alat pembuktian yg diakui UU, tetapi jika hakim tidak yakin maka terdakwa harus dibebaskan. Jadi dari pemeriksaan disidang pengadialan harus cukup alat bukti yg diakui UU disamping keyakinan hakim.

Anda mungkin juga menyukai