Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN Guru dalam usahanya mentransefer ilmu kepada pebelajar senatiasa harus berusaha menggunkan metode-metode yang

dianjurkan dengan tujuan agar mudah dipahami oleh pebelajar, dan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru juga memberikan dorongan-dorongan psikologis. Pada dasarnya pebelajar adalah yang dimotifasi dan guru adalah motivatornya yang berpengaruh kuat dalam usaha peningkatan belajarnya. Suatu penelitan yang telah diadakan menunjukkan adanya

peningkatan prestasi pebelajar dengan menggunakan metode Pengajaran fektif (Bropky dan Good, 1986). Taun-tahun berikutnya dikembangkan pendekatan psikologis kognitif yang lebih besar hasilnya. Setiap guru hendaknya mengidentifikasi metode pengajaran yang esensial untuk diterapkan dilingkungan kelasnya, Dan berusaha menambah wawasan agar dalam proses pengajaran dapat memberikan pemahaman yang cukup kepada setiap pebelajar. Menguraikan prosedur-prosedur pengorganisasian dan menerapkan kerja kelompok yang sifatnya kooperatif guna salaing membantu pebelajar

BAB II PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN A. Keefektifan Guru dalam Menentukan Kompetensi Pengajaran Suatu hasil penelitian membuktikan bahwa guru yang berprestasi tinggi berbeda cara mengajarnya dengan guru yang mempunyai prestasi yang rendah. (Gade, 1985, Good dan Bropy, 2986, 1994). Perbedaan tersebut menghasilkan sebuah kumpulan ilmu pengetahuan yang disebut Literatur Keefektifan Guru, yaitu uraian pola pola tentang tingkah laku guru yang diasosiasikan dengan prestasi pebelajar yang tinggi. Literatur Keefektifan Guru telah membuat kontribusi yang tidak terhingga nilainya terhadap pendidikan. Adapun hal yang paling mendasar adalah pertama, berfokus pada aspek dasar pengajaran yang membedakan guru-guru efektif dengan yang lainnya. Namun ia tidak mengidentifikasikan guru yang terkenal. Kedua, Literatur Keefektifan Guru menggunakan tes-tes standardisasi untuk menilai keefektifan dengan pengukuran pengetahuan pebelajar yang penegatahuan yang kurang daripada kemampuan pebelajar lainnya dalam menerapkan pengetahuannya di luar ruangan kelas.

1. Keterampilan Pengajaran yang Esensial a. Walaupun Sikap sikap bukan merupakan suatu keterampilan, tetapi

pembahasan tentang keterampilan-keterampilan pengajaran yang esesial menekankan sikap positif fundamental terhadap pengajaran yang efektif. Shiply Mengemukakan, bahwa guru dan sekolah mempunyai pengaruh positif yang penting terhadap pebelajar (Bruning, dkk, 1995) Guru adalah orang yang mempunyai keterampilan yang tinggi untuk meningkatkan pebelajar cenderung menggunakan pujian daripada kritik, tekun membimbing pebelajar yang mempunyai prestasi rendah,

menggunakan waktu secara efektif dan menerima pebelajar beserta jawaban-jawabannya. Ciri-ciri ini berbeda dengan guru yang mempunyai efesiensi rendah yang hanya menghabiskan sedikit waktu untuk belajar, menyerah dengan prestasi pebelajar yang rendah serta menggunakan kritik lebih banyak daripada melakukan pekerjaan dengan efesiensi yang tinggi. Guru yang berkemampuan tinggi cendrung fleksibel, memakai bahan-bahan kurikulum baru dan menggunakan strategi pengajaran yang bervariasi. b. Penggunaan Waktu Pemanfaatan waktu secara efektif sangat menentukan keberhasilan seorang guru, terhadap peningkatan prestasi pebelajar. Pengguiaan waktu yang disesuaikan dengan tingkat kemapuan pebelajar dapat dilakukan antara

pebelajar yang berprestasi rendah dengan yang berprestasi tinggi.Hal tersebut disebabkan karena waktu pembelajaran yang dilakukan secara efektif akan memberikan motifasi bagi pebelajar. c. Organisasi Organisasi sangat mempengaruhi cara orang hidup yang dapat menentukan seberapa efektif mereka menggunakan waktu. Dalam kaitannya dengan pengajaran maka guru yang telah diorganisir mempunyai pebelajar yang lebih banyak belajar daripada pebelajar yang tidak diorganisir. Organisasi meliputi tindakan guru yang meningkatkan waktu

pengajaran dan peningkatan ini pada gilirannya meningkatkan pengetahuan. Kemapuan mengorganisasi akan menggunakan waktu yang efektif dan menghemat energi. Hal ini berarti bahwa perlu mempersiapkan bahan-bahan dam membiasakan diri untuk mencurahkan waktuknya untuk pekerjaan dan energi untuk memikirkan dan memberikan bimbingan pengajaran. Organisasi juga penting bagi prespektif pebelajar. Kebiasaan yang dibangun dengan baik dapat diprediksikan dan memberikan perasaan yang tenteram serta keseimbangan begitupula membantu menciptakan suatu lingkungan yang kondusif untuk belajar.

d. Komunikasi Bahasa guru merupakan salah satu variable dalam penelitian literatur keefektifan guru. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat dilhat dari empat aspek yaitu: 1. Terminologi Penggunaan terminologi yang tepat dimaksudkan bahwa harus guru

membatasi penggunaan istilah-istilah yang kurang jalas,

seperti kata barangkali, boleh jadi, boleh, dan lain-lain dan biasanya. Istilah-istilah yang kurang jelas akan membuat perasaan pebelajar menjadi tidak menentu mengenai topik yang sedang dipelajari. Ketidakmenentuan tersebut akan mengurangi

pengetahuan pebelajar terhadap topik yang dibahas. 2. Percakapan yang berhubungan Percakapan yang berhubungan berarti pengajaran yang

menggunakan tema mempunyai suatu maksud. Jika tujuan dalam pelajaran tidak jalas dan tidak tersusun dengan tepat atau apabila informasi secara tiba-tiba ditambah yang tidak berhubungan dengan judul maka pembahasan menjadi tidak jelas dan bercampur aduk. Guru yang efektif senantiasa menjaga agar pengajarannya tidak menyimpang dari tema dan tidak

menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan topik pelajaran. 3. Tanda Transisi Tanda Transisi adalah bentuk komunikasi verbal yang

memperingatkan pebelajar, bahwa suatu gagasan akan berakhir. Tanda ini berfungsi memberikan kesiapan kepada pebelajar untuk membuat perubahan konseptual untuk berpindah pada sebuah topik baru. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebagai berikut: kita sedang membicarakan bagaimana pentingnya cinta bagi manusia dan makhluk lainnya. Sekarang kita akan menekankan bagaimana peranan cinta bagi seorang gadis. 4. Penekanan: mengisyaratkan ide-ide penting. Aspek keempat dari komukasi yang efektif ialah menyuruh pebelajar memusatkan perhatiannya terhadap informasi yang penting dengan isyarat verbal dan vokal serta pengulangan. Sebagai contoh penekanan vokal, yakni Mari kita camkan di dalam hati sambil kita mempelajari beberapa masalah lagi. Sebagai contoh penekanan verbal, yakni Sekarang ingat, setiap orang butuh untuk dicintai: atau Dengarkan baik-baik setiap

makhluk hidup pasti akan mengalami kematian. Demikian halnya dengan pengulangan, merupakan bentuk penekanan. Misalnya,

apa yang kita katakan terakhir bahwa masalah-masalah ini bersifat umum mengingatkan pebelajar tentang keistimewaan dalam masalah-masalah tersebut. Hal tersebut akan membantu perluasan kognitif dengan jalan membantu pebelajar menggabungkan

informasi baru dengan yang lama/baru. 5. Fokus Fukus pelajaran akan menarik perhatian pebelajar melalui kegiatan belajar dan meningkatkan motivasi, sehingga menimbulkan

keingintahuan dan membuat isi pelajaran yang menarik. Fokus pelajaran dapat dilakukan melalui fokus panca indera yaitu dengan menggunakan objek-objek kongkrit yang merangsang, gambargambar, model-model dan informasi yang ditulis di papan tulis untuk memperoleh perhatian. Fokus panca indera berfungsi pula sebagai peringatan yang terus menerus terhadap topik dan petunjuk. 6. Umpan Balik Umpan balik merupakan komponen yang esensial dan merupakan informasi tentang ketelitian daripada suatu jawaban. Umpan balik dari informasi yang benar mempunyai sifat emosional yang positif dan meningkatkan motivati untuk belajar. Dalam hal ini teori dan

konstruksi

pengetahuan

membantu

para

guru

memahami

kebutuhan untuk umpan balik.

Guru dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengecek ketel;tian dan latar belakang pengetahuan mwereka. Membantu para pebelajar menciptakan asosiasi tambahan yang menghasilkan lebih banyakpengetahua, juga membatu para pebelajar menentukan apakah konstruksi atau intropeksi mereka terhadap materi dapat dimengerti dan masuk akal. Umpan Balik Tertulis Sebagai jalan keluar terhadap keterbatasan waktu dan usaha yang diperlukan untuk menulis komentar secara terperinci maka digunakan umpan balik tertulis. Sekalipun demikian pebelajar sering berkompromi, yang pada gilirannya pebelajar hanya memperoleh sedikit informasi. Penanggulangan masalah tersebut ialah memberi jawaban tertulis sebagai bahan evaluasi dari tugas tertulis pebelajar. Misalnya, guru menulis suatu jawaban yang ideal dan membagikan kepada pebelajar dengan demikian pebelajar akan membandingkan jawaban mereka dengan jawaban yang diberikan oleh guru.

Umpan Balik Verbal Umpan balik verbal disampaikan dalam bentuk pertanyaan dan jawaban serta bermacam-macam dari sebuah kata pengantar yang sederhana daripada suatu jawaban. Sebagai contoh, anggaplah seorang guru menunjuk kalimat berikut Dari merupakan suatu bentuk latihan yang sangat baik Dalam pemberian Umpan balik verbal, nilai informasi respons guru sangat penting.

7. Monitor: Responsif Terhadap Pebelajar Monitor termasuk kegiatan mengecek tingkah laku verbal dan non verbal pebelajar sebagai bukti kemajuan belajar. Monitor

memberikan pula informasi kepada guru tentang kemajuan pelajaran, terutama ketika siswa bekerja sendiri.

Monitor merupakan pula kesadaran akan kurang perhatian dan reaksi pebelajar yang berbeda-beda selama kegiatan belajar. Pelaksanaan monitor dapat juga untuk mengukur tingkah laku non verbal siswa dan respon dengan jalan bertanya,seperti : saya melihat ada keraguan anda menginginkan saya untuk mengatakan pertanyaan tersebut dengan cara lain?. Monitor dan respon kepada siswa secara serentak dapat menambah iklim dukungan

dan medemonstrasikan harapan harapan tinggi bagi prestasi pebelajar. Pengaruh pengaruh positif daripada keterampilan keterampilan yang esensil lainnya , ditingkatkan ketika guru secara konstan sadar dan sensitif terhadap kelakuan siswa. 8. Tanya Jawab Tanya jawab merupakan salah satu alat yang ampuh dan sebagai pedoman untuk merangsang penjelasan dan penyusunan

pengetahuan pebelajar. Seorang guru yang terampil dalam tanya jawab dapat merangsang pikiran pebeajar, membentuk pebelajar, menambah keberhasilan, termasuk mengatasi rasa malu dan segan, serta menangkap kembali perhatian pebelajar sehingga mengembangkan harga diri. Ketrampilan dalam tanya jawab membutuhkan praktik dan kerja keras. Untuk mencegah beban pekerjaan memori pebelajar, guru perul mempraktikkan ketrampilan tanya jawab untuk emnguji memori pebelajar secara otomatis. Usaha dan pengalam sangat dibutuhkan oleh guru agar menjadi ahli pada keterampilan tersebut. 9. Tinjauan dan Penutupan Tinjauan merangkum pekerjaan sebelumnya akan membantu siswa mengehubungkan apa yang telah dipelajaari dengan apa

10

yang hendak dipelajari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan pada setiap titik dalam suatu pelajaran meskipun tidak mesti dilakukan pada awal atau akhir pelajar Dempster (1991) menegmukakan bahwa tinjauan efektif mencakup lehih dari satu rehearsal sederhana. Guru menggeres perhatian pebelajar jauh dari perincian verbatim pada struktur konseptual yang lebih dalam dari material yang sedang dipelajari. Peneutupan adalah suatu bentuk tinjauan yang terjadi diakhir pelajaran, yaitu topik yang dirangkum, diatur, kemudia

digabungkan. Dalil tentang penutupan adalah umum dan dapat diukur dengan pasti, dapat dipergunakan dalam bentuk

percakapan, mengucapkan sesuatu, seperti Mari Kita mengakhiri pelajaran ini Bila kosep prinsip generalisasi diantara yang diajarkan maka bentuk penutupan efektif adalah menyuruh pebelajar menyatakan dari konsep atau menyatakan prinsipnya secara generalisasi, atau peraturan menurut kata-kata mereka sendiri. Tindakan ini akan mengingatkan pebelajar dengan topik ini sehingga mereka dapat memberikan penjelasan dalam pelajaran berikutnya.

11

Guna melengkapi pembahasan ini kita menegenal keterampilan inti berdasarkan pada literatur guru yang efektif, maka perlu dipahami pendekatan yakni: Hubungan Dalam Kelas Melukiskan sikap profesional dalam ruang kelas anda, yaitu: 1. Berikanlah harapan yang tinggi kepada pebelajar anda dan perlihatkan kepada meraka menganai harapan yang anda berikan kepada pemebelajaran mereka; 2. Jadikan diri anda sendiri menjadi model peran Pebelajar; 3. Selidikilah dengan hati-hati rencana dan kelompokkanlah materi untuk memaksimalkan waktu pengajaran. Hidarilah menghabiskan waktu untuk mengumpulkan dan memberikan materi. 4. Pelajaran dimulai tepat waktu, berikan tugas dan masalah yang singkat kepada pebelajar disaat anda melakukan pelajaran awal yang rutin. 5. Monitorlah komunikasi/pembicaraan anda untuk memastikan

penyajian pengajaran anda yang singkat dan jelas. 6. Mulailah pelajaran anda dengan soal-soal, demonstari/gambaran dan tampilkan. 7. Berikan umpan balik pada pekerjaan tertulis pebelajar yang telah dikerjakannya.

12

B. Pendekatan Pengajaran Yang Terpusat Pada Guru Setalah menguji keterampilan mengajar yang efektif, sekarang kita akan pindah ke pendekatan yang lebih umum. 2. Pengajaran Lansung Sam menggambarkan ciri-ciri utama pendekatan pada pengajaran yang disebut pengajaran langsung (Rosenhine, 1987). Juga disebut Pengajaran yang efektif (Rosenshine, 1986, 1987), strategi ini merupakan pendekatan agak berstruktur pada ketrampilan prosedural pengajaran, yang ditandai dengan paraktik pebelajar dan penutupan modek guru. Pengajaran langsung merupakan keterampilan proses pengajaran yang efektif memebentuk isi yang mempunyai tiga ciri-ciri utama: a. Prosedur itu mempunyai seperangkap operasi yang dapat diidentifikasikan (itulah sebabnya prosedur itu disebut ketrampilan prosedural). b. Prosedur itu dapat dilukiskan dengan sejumlah contoh yang besar dan berubah-ubah. c. Prosedur dikembangkan melalui praktik (W. Doyle, 1983)

13

Tahap Pengajaran Langsung Tahap pengajaran langsung adalah a)pendahulan dan peninjauan, b) presentasi, c) Parktik berpedoman, dan d) praktik terikat. Dalam dua tahap pertaama, guru menjelasakan model-model keterampilan, dalam dua bagian terakhir Pebelajar mempraktikkannya dalam usaha mengurangi sejumlah pedoman guru.

3. Kuliah dan Kuliah Hafalan Mengorganisasi Badan Penegtahuan Tujuan guru yang mungkin diberikan kepada pebelajar adalah untuk memahami konsep seperti plot, setting dan perkembangan karakter yang berinteraksi dalam pekerjaan, juga pengelompokkan seperti karya

pengarang yang dipengaruhi oleh pengalaman. Namun demikian pelajaran tidak secara ekslusif berfokus semata-mata pada topik tersebut. Agaknya tujuan dasar bagi pebelajar untuk memahamai hubungan konsep dan pengelompokkannya dalam membandingkan karya seorang pengarang dengan yang lainnya. Mesipun labelnya berubah-ubah, istilah badan penegtahuan

terorganisir dapat dipakai untuk melukiskan peninjauan sesering mungkin, dan ujilah hubungan diantara pemberian informasi tersebut.

14

C. Pendekatan Pengajaran Terpusat pada Pebelajar Guru yang membuat lliteratur efektif dapat memberikan suatu konsentrasi yang tidak ternilai harganya pada pendidikan, sebab ia menegaskan baik peran kritis yang dimainkan guru dalam pembelajaran pebelajar dan melaksanakan bidang pendidikan dengan pengetahuan dasar untuk pindah ke dalam bidang testimonial dan tuntutan yang tidak didukung oleh pertanyaan ilmiah yang berdasarkan pada data yang dapat

dipertahankan Brophy, 1992: 5). Namun demikian ia hanya memberikan garis dasar pertanyaan di atas dimana semua guru harus ditugaskan. Guru yang ahli dalam bidang ini dapat menyajikan pelajaran itu sehingga membantu pebelajar mengembangkan pemahaman topik yang mendalam yang mereka pelajari. Berkenan dengan itu banyak rekomendasi yang diturunkan dari riset yang efektif cendrung menjadikan terpusat pada guru, dan pendekatan terpusat pada guru dalam pengajaran langsung dan umum secara khusus semakin meningkat keritikannya. 1. Kritikan Pada Pengajaran Langsung Kritikan pada pengajaran langsung kenyataannya berfokus pada tujuan tingkat yang lebih rendah dan memecahkan isi pengajaran menjadi beberapa potongan kecil, jadi turut memperkuat dan membetulkan prestasi yang dikehendaki oleh pebelajar. Teknik didasarkan pada pandangan beheviois yang tentang belajar dan menekankan pentingnya prestasi lebih

15

dari pemahaman. Selanjutnya penekanan ini menjalankan perhitungan pada fokus pertumbuhan konsep sekarang ini sebagai pembangun aktif dari pemahaman mereka sendiri (Marshall, 1992, Stoddart, Connel, Stiflet, & Peck, 1993) 2. Karakteristik Pendekatan Pengajaran Terpusat pada Pebelajar. Bila kita mengerti betul tentang pembelajaran, kita mulai mengetahui betapa kompleksnya pembelajaran itu dikaitkan dengan intraksi sosial, motivasi pebelajar, harapan dan kepercayaan pebelajar dan perbedaan individu lainnya yang semuanya itu turut mempengaruhi proses

pembelajaran. Fondasi pendekatan pengajaran terp[usat pada pebelajar merupakan pandangan konstriktifisme terhadap belajar. Inti sari

keonstriktifisme bahwa siswa menyusun pemahaman mereka sendiri. a. Pebelajar Sebagau Pusat Proses Pembelajaran Riset menguji proses pemikiran para ahli, memperluas pengaruh konstruksifisme dan meningkatkan kritikan berupa pengajran langsung yang jauh lebih besar yang ditekankan pada peran pusat dari pebelajar dalam proses pembelajaran implikasi pembelajaran terpusat pada pebelajar dan guru. Tempatkanlah pebelajar pada pusat pembelajaran yang melibatkan pergeseran yang tidak kelihatan, akan tetapi pergeseran itu penting dalam penekanan pengajaran. Ia menjadikan peran guru lebih kompleks dan menuntut pentingnya implikasi dengan cara memberlakukan pengajaran.

16

Beberapa pedoman diperlukan untuk mempertahankan kemajuan belajar dan untuk mencegah pebelajar dari pengembangan konsep yang salah, akan tetapi terlalu banyak yang menghalangi mereka dari usaha pengembangan pemahaman mereka sendiri. Selanjutnya meskipun dua orang pebelajar yang dilibatkan dalam dialog, pebelajar lainnya mungkin tidak memahaminya. Jika mereka tidak paham, guru harus campur tangan dan membawa kembali beberapa orang pebelajar ke kelas untuk membahas pelajaran itu. b. Mengajar untuk Pemahaman Ungkapan mengajar untuk memahami nampaknya seperti paradoks; guru tidak menyadari pengajaran untuk mengatasi kurangnya pemahaman. Pemahaman itu itu tidak selalu mendatangkan hasil pengajaran yang memadai, mendapatkan pembuktian, membentuk contoh untuk,

mengelompokkan dan kemampuan untuk menghubungkan semua bagian. Dengan memfokuskan pada pemahaman dan penempatan pebelajar pada pusat dari proses itu guru menyatakan bahwa pebelajar harus bertanggung jawab untuk menyusun dan membenarkan kesimpulan mereka. Mengambil tanggung jawab yang acuh pada pembelajaran mengatur sendiri konsep yang salah ditekankan berulang kali. c. Keslahan Konsep tentang Pendekatan Pengajaran Terpusat pada Pebelajar.

17

Mempergunakan

pendekatan

terpusat

pada

pebalajar

dapat

menimbulkan konsep yang salah, karena pebelajar menyimpulkan tujuan yang jelas dan persiapan yang kurang penting jadi kenyataan, tujuan menjadi lebih penting dan memberikan kesempatan kepada guru untuk memfokuskan titik perhatian mereka sebagai interaksi bimbingan. Tetapi bila pemahaman pebelajar dibangun maka guru dapat mengubah tujuan mereka sendiri, sekalipun guru telah memenuhi pelajaran dengan tujuan yang jelas dalam pikirannya. Anggapan bahwa pebelajar terlibat dalam pembahasan dan yang lainnya merupakan interaksi sosial, maka pelajaran berlangsung secara otomatis. Hal tersebut sebanernya belum benar sebab guru dituntut memonitor kegiatan pebelajar dan jika pebelajar menemui jalan buntu atau mengembangkan pemahaman yang salah tentang topik itu, maka guru harus ikut campur tangan untuk membahas ulang pembelajaran. Pandangan bahwa pebelajar tidak suka diberikan penjelasan dan ceramah, sehingga berkesimpulan bahwa guru mempunyai peran yang kurang penting dalam pembelajaran terpusat pada pebelajar, ketimbang melaksanakan pemebalajarandalam ruang kelas trasional. Pandangan tersebutidak benar.

18

3. Pendekatan Discovery dalam Pengajaran Pendekatan discovery merupakan suatu pendekatan pengajaran yang memberikan informasi kepada pebelajar yang hendak mereka gunakan dalam menyusun pemahaman. Teknik ini dipopulerkan oleh Jerome Bruner (1960, 1966, 1971), menjelaskan inisiatif dan otonomi Pebelajar. a. Tipe-tipe Discovery Penemuan pembelajaran dipergunakan menurut pertimbangan

sejumlah hasil riset yang membantu memperjelas beberapa issu yang dilibatkan, seperti pembeda antara penemuan berpedoman dan berstruktur (Keisler dan Shulman, 1996). Penemuan yang murni berstruktur terjdai dalam suatu lingkungan alam atau penemuan dimana pebelajar

membangun pemahaman mereka sendiri, sebagaimana layaknya seorang ilmuan yang mendapatkan penemuan yang unik dalam sebuah royek riset. Penemuan berpedoman terjadi bila guru mengidentifikasi isi suatu tujuan, menyusun informasi sehingga pola dapat ditemukan dan penentuan pebelajar memcapai tujuan tersebut. b. Riset pada Pembelajaran Discovery Pebelajar dalam penemuan yang tidak berstruktur menjadi rugi dan merasa frustrasi, kebingungan ini sering kali menyebabaan kesalahan konsep (A. Brown dan Campione, 1994). Sebaiknya selain dari penyelidikan dan proyek pebelajar, aktifitas penemuan yang berstruktur jarang sekali

19

diperlihatkan dalam ruang kelas dewasa ini. Penemuan ini kosisten dengan pendekatan konstriktivitas pengajaran tentang terpusat pada pebelajar 1993) dan pandangan ini

belajar

(Bransford,

dan

penemuan

memberikan peran kepada guru yang mendukung riset kognitif (A Brown dan Campione, 1994; Resnick dan Klopter, 1989) upaya analisis riset-riset atas penulisan pengajaran yang menyatakan bahwa pebelajar diajar dengan pendekatan penemuan berpedoman yang menunjukkan perbaikan tiga kali lebih sempurna ketimbang dari yang diajarkan dengan proses alami (sama dengan penemuan yang berstrukur) dan empat kali lebih baik daripada yang diajarkan dengan pendekatan tradisonal, pendekatan ekspositif terorientasi pada guru di kelas (Hilocks, 1984) 4. Diskusi Karakteristik Diskusi yang Efektif Dalam pembahasan ini ada empat karakteristik pokok diskusi: a) fokus, b) latar belakang penemuan pebelajar yang memadai, c) penelanan pada pemahaman dan d) interaksi pebelajar-pebelajar Fokus. Guru memberikan fokus dalam pembahasan dengan cara

mengajukan pertanyaan atau soal dan kemudian memperkenalkan fokus dengan pertanyaan dan komentar (Krabbe dan Pokivka, 1990) Latar belakang pengetahuan pebelajar yang memadai. Telah ditekankan pentingnya latar belakang pengetahuan pada beberapa poin dalam bacaan

20

berikut, dan ini merupakan kritikan untuk pembahasan juga. Agar supaya pebelajar berfokus pada pemecahan masalah dan masalah pembahasan harus disertai dengan pelajaran dimana latar belakang isi pengetahuan itu dikembangkan. Jika latar belakang pengetahuan pebelajar memadai, pembahasannya tidak digabungkan ke dalam konjektur acakan, opini yang tidak seragam, dan bagian kelalaian. Kita semua mungkin telah mengalami situasi itu dimana kita diminta untuk membahas suatu masalah atau issu atau latar belakang ilmu pengetahuan yang tidak memadai. TIU diketahui betul hanya banyak memnghabiskan waktu. 5. Kerja Kelompok Pebelajar Walaupun keduanya tidak identik, jelas perbedaannya antara

kelompok kerja dengan belajar, bekerja sama tidak ada, maka istilah itu sering kali dipakaai secara bergantian. Pada satu pihak, umpamanya, Cohen (1986) mengidentifikasikan pekerjaan kelompok pebelajar sebagai pebelajar yang bekerja sama dalam kelompok yang kecil sehingga setiap orang dapat berpartisipasi pada tugas yang diberikan dengan jelas (hh.1-2). Disis lain D. Johnson dan Johnson (1994) mengidentifikasikan belajar bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Pada umumnya kelompok itu menempatkan pebelajar ke dalam dua kelompok kecil. Jadi menekankan interaksi pebelajar dan tujuan umum, pembahasan dimulai dengan kelompok kerja yang

21

sederhana. Dan kemudian kita kembali pada beberapa perincian tentang belajar bersama. Dalam aktifitas semua kelompok memang mudah bagi pebelajar yang tenang dan kurang yakin menjadi terlibat dalam pemecahan soal itu. Pebalajar mempelajari peluang berpartisipasi dengan waktu yang terbatas, dan beberapa yang diabaikan. Bahkan merangsang pembahasan sebaiknya, pebelajar yang individual sering kali tidak mendapatkan untuk menyusun dan mempertahankan kesimpulan meraka sendiri dan membaginya dengan

orang lain untuk mendorong keterlibatan semua pebelajar. Pekerjaan kelompok pebelajar menjadi alternatif yang efektif. Saran-saran untuk memecahkan dan mengorganisir pekerjaan

kelompok efektif mencakup beberapa masalah berikut: a. Melatih pebelajar dalam pekerjaan kelompok, dengan tugas pendek dan sederhana seperti salah satunya dipakai oleh Stacy Sims dan David Brosky Mary With lebih sulit, pebelajar harus mengatur pemecahan tertentu pada masalah tertentu. b. Menyuruh pebelajar berpraktik bergerak ke dalam dan ke luar dari kelompok itu dengan cepat. Anggota kelompok dapat didudukkan bersama-sama pada aktifitas sebelumnya untuk melakukan perlatihan dari aktifitas semua kelas ke kelompok pebelajar dan kembali lagi denga sedikit gangguan.

22

c. Memberikan tugas khusus kepada pebelajar untuk mencapai tujuan yang jelas d. Perincilah sejumlah waktu yang diberikan kepada pebelajar untuk menyelesaikan tugas tersebut e. Seluruh pebelajar memproduksi suatu produk sebagai hasil pekerjaan kelompok. f. Monitorlah pada saat mereka terlibat dalam aktivitas tersebut.

6. Pembelajaran secara Kooperatif Dalam membandingkan pekerjaan kelompok dengan belajar bekerja sama mungkin anda melihat adanya kesamaan diantara mereka, terutama perbedaan dalam struktur. Pekerjaan pebelajar biasanya melibatkan pebelajar yang biasanya bekerja secara berbelit-belit atas beberapa tugas, sedangkan belajar bekerja sama lebih berstruktur tinggi, dan percampuran pebelajar dalam kelompok yang lebih diperhitung dengan hati hati. Belajar bekerjasama merupakan suatu perangkat strategi mengajar yang dipakai untuk membantu siswa memenuhi tujuan antar perorangan dengan belajar tertentu dalam kelompok berstruktur agak tinggi. Kelompok tiga, empat atau lima adalah kelompok umur, dengan empat kelompok yang sering sekali dilukiskan secara ideal, kelompok yang lebih besar dari lima dianggap tidak baik, kelompok itu membatasi partisipasi pebelajar dan tidak

23

dianjurkan secara umum untuk dipergunakan (Choen, 1986, Slavin, 1995 ). Untuk memudahkan tujuan antar perorangan, usaha juga dibuat untuk mengimbangi kelompok menurut kemampuan, jenis kelamin, etnis dan kebutuhan khusus. 7. Belajar kerjasama : alat untuk keragaman yang besar belajar kerjasama untuk memperbaiki hubungan antar perorangan diantara satu kelompok siswa dengan latar belakang yang berbeda. a. Menurut monitoring penemuan Maria, kelompok belajar (belajar kelompok)

membutuhkan pengawasan dan dorongan yang tetap kontinyu, khususnya pada awal belajar kelompok. Penelitian yang menunjukkan bahwa

keberhasilan pebelajar berkaitan langsung dengan kualitas interaksi dalam kelompok, yang mempengaruhi keterpaduan kelompok dan hubungan dalam kelompok. Guru dapat melibatkan diri dalam masalah kelompok jika masalah itu sulit, dapat berkumpul kembali untuk membahas contih dan bermain peran. b. Classroom Connection Keragaman Besar dalam Kelas 1. Manfaatkan belajar bersama yang mengutamakan

kemampuan pebelajar yang beragam

24

2.

Mendesain tugas belajar yang memungkinkan

interaksi dan kerja sama kelompok. c. Pengelompokkan Kelompok belajar bersama harus dilihat dari persamaan kemampuan dan kemampuan pebelajar yang agak rendah d. Tugas-tugas Belajar Untuk keberhasilan memperkenalkan penerimaan perbedaan maka tugas-tugas belajar bersama harus diciptakan kerja sama dan komunikasi. Maria melakukan kelompok dan dengan menyuruh pebelajar membaca ulang paragraf dan bertanya serta menjawab pertanyaan. Dengan sistim bergantian lewat cara ini Maria mendorong semua pebelajar berpartisipasi dan mencegah pebelajar yang lain terlalu cendrung menguasai keadaaan. e. Latihan Kemampuan untuk interaksi kelompok yang efektif termasuk sebagi berikut: 1. Kemampuan mendengar dan bertanya membatu

pebelajar lain dengan mengungkapkan. 2. Mengecek pemahaman mereka memperbaiki

jawaban yang tidak sempurna

25

3.

Tetap pada tugas dengan berfokus pada diskusi

dan waktu yang terbatas adalah untuk bertemu 4. Dukungan emosional mendukung pendapat dari

jawaban yang salah 8. Pengajaran Individu Perorangan adalah suatu bentuk pengajaran yang disesuaikan kebutuhan belajar khusus dari setiap pebelajar. Ada tiga cara dari pengajaran perorangan yaitu: 1) menggunakan waktu yang berbeda, 2) aktifitas belajar yang berlainan, 3) materi belajar yang berlainan. 1. Menggunakan waktu yang berbeda Pebelajar membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk emguasai materi atau topik untuk memperoleh nilai yang tinggi. Waktu yang singkat dimana guru harus menyesuaikan perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk setiap individu khususnya pemeberian tugas-tugas kemuadian menyediakan pelajaran tambahan untuk kelompok-

kelompok kecil, sementara sebagian besar bekerja untuk pengayaan. 2. Variasi Aktifitas Belajar Variasi aktifitas belajar disiapkan sebagai cara kedua, misalnya guru berbahasa Inggris dapat membiarkan pebelajar menulis peper. Memberikan laporan lisan atau menyiapkan berbagai media dalam menjelaskan tentang penugasan sesorang. Guru dapat mengizinkan

26

pebelajar memilih aktifitas belajar yang memungkinkan kesempatan atau peluang bagi pebelajar untuk memburu topik yang menarik secara individual. Dan pengajaran itu dapat meningkatkan motivasi belajar. 3. Variasi dan Motivasi Pelajaran Cara ini telah menjadi lebih mudah belakangan ini dengan meningkatkan bahan-bahan audiovisual, vidio-vdio, filmstrip dan perangkat lunak komputer disertai dengan petunjuk apakah media itu cocok atau tidak, membaca karangan dapat lebih mudah dilakukan dengan menyiapkan bimbingan belajar, atau menyiapkan bahan diskusi yang berfokus pada ide-ide kunci. C. Pendekatan Pengaruh Berpusat pada Guru dan Pebelajar Guru dalam mengajar perlu menyadari bahwa semua pendekatan belajar dimaksudkan untuk membantu anak mencapai tujuan mereka. Pernyataan itu bisa dengan sendirinya jelas, tetapi strategi pembelajaran kadang melampaui kemapuan mereka. Strategi tujuan itu misalnya memposisikan pebelajar ke dalam kelompok bukanlah tujuan yang tepat. Salah satu yang mungkin dengan mengembangkan kemampuan perorangan dan jika itu terjadi maka belajar bersama itu bisa efektif. Kediua pendekatan kesejajaran pelajaran yang efektif dan guru

memperjelas bentuk dan tujuan mereka. Aktifitas belajar untuk mencapai

27

tujuan. Pendekatan pebelajar berpusat untuk pengajaran, tidak untuk cara mengurangi kebutuhan tujuan pengajaran. Ketiga, tidak ada yang lebih baik dari yang digunakan guru. Pokok masalah bukanlah pengajaran langsung yang efektif atau menemukan suatu metode, misalnya kemampuan guru menggunakan untuk metode itu. Untuk beberapa tujuan pengajaran langsung mungkin metode yang paling efektif memadukan atau membatu menemukan hubungan dalam kelas. Penggunaan pendekatan belajar terpusat untuk pengajaran dalam kelas. 1. Penekanan pemahaman tentang topik 2. Menggunakan bernagai macam contoh dan gamaran topik yang diajarkan 3. Menggunakan bimbingan pendekatan-pendekatan untuk pengajaran 4. Menetapkan pebelajar yang mempunyai latar belakang informasi yang baik sebelum memimpin diskusi. 5. Mulai diskusi dengan hal yang jelas dan menjaga diskusi itu tetap untuk diutamakan.

28

BAB III KESIMPULAN Keterampilan pengajaran yang esensial adalah perilaku dalam pengajaran yang mempromosikan pembelajaran siswa. Guru-guru yang efektif adalah guru yang tinggi dari kemajuan/keterkenalan. Mereka mempercayai diri, bertanggung jawab, dalam pembelajaran pebelajar dan dapat mengembangkan pembelajaran itu. Sebagai tambahan mereka sebagai pengasuh, antusiasi, membuat peraturan- peraturan yang baik dan mempunyai pengharapan yang tinggi terhadap pebelajar. Guru-guru yang efektif adalah baik dalam pengorganisasian, baik dalam penggunaan waktu, jelas dalam berkomunikasi, dan memonitor dengan cara hati-hati terhadap pebelajar-pebelajar mereka. Perilaku verbal dan non verbal mereka menyajikan materi penuh dengan rasa tanggung jawab dan cara perolehan perhatian. Pembagian ini lebih jelas kalau ada saling umpan balik informasi terhadap pebelajar dan mengulangi kembali ideide yang terpenting. Guru yang efekrif menggunakan strategi pertanyaan-pertanyaan yang efektif pula. Mereka menanya pebelajar dengan banyak pertanyaan, mengarahkan pebelajar sehingga mereka dapat menjawab dengan sukses, memberikan waktu kepada pebelajar untuk emikirkan jawaban-jawaban.

29

Keterampilan-keterampilan pengajaran seperti halnya

prosedural

yang

berlangsung dan

pada

mengajarkan

grammar

aturan-aturan

percakapan dan mengatasi problema aljabar, pengajaran langsung dapat diefektifkan. Pengorganisasian inti penegtahuan pada waktu pengajaran dan pengajaran hafalan dapat digunakan. Pengajaran hafalan membatu pebelajar untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari beberapa materi ajar dengan menempatkan pebelajar secara aktif. Selama waktu belajar ajaran hafalan yang efektif meyainkan pebelajar untuk memahami informasi yang telah diadakan dan dapat mengitegrasikan ajaran-ajaran itu dengan apa yang yelah mereka ketahui dalam suatu proses saling melingkar. Penegmbangan-pengembangan dalam pemahaman pembelajaran disertai dengan kritik-kritik pendekatan pengajaran yang terpusat pada guru. Memfokuskan pengembangan pada pebelajar-pebelajar pengjaran. yang telah diajarkan ditrekankan dalam pada

proses

Karakteristik

pemahaman topik dan pendangan konstruktif terhadap pembelajaran. Pendekatan yang terpusat pada pebelajar dimana guru dituntut untuk memberikan bimbingan, penemuan, diskusi, kerja kelompok dan belajar kerjasama. Pendekatan pengajaran adalah tergantung pada apa yang harus digunakan oleh guru untuk mencapai tujuannya. Guru yang efektif mempunyai tujuan yang jelas dan akatifitas penyajian pengajaran yang

30

diterima oleh pebelajar. Guru yang efektif mengingatkan bahwa pendekatan pengajaran itu adalah yang diketahuinya untuk mencapai tujuan. Tujuan itu bukan hanya untuk tujuan pengajaran itu sendiri.

31

DAFTAR ACUAN

Jalaluddin

&

Usman

Said.

Filsafat

Pendidikan

Islam.

Konsep

Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Johnson, D & Johnson, R (1994) Leraning Together and Alone: Cooperation, Competition and individualization (4th ed.) Needham Height. MA: Allyn & Bacon Krebber, M. & Polivka, J. (1990) An Analysis of Students Perceptions of Effective Teaching Behaviours during Discussion Activities. Peper Presented Annual Meeting of the American Education Research Association, Boston Shane, H.G. 11984. Arti Pendidikan Bagi Masa Depan. Pustekom DIKBUD. Jakarta. CV. Rajawali. Slevin, R (1985) Team-Assisted Individualization: A Cooperative Learning Solution for Adaptive Instruction in Mathematics. Berkeley,

California: McCuthen Tirtaraharja, Umar & La Sulo, SL. 1996. Pengantar Pendidikan. IKIP Ujung Pandang.

32

33

Anda mungkin juga menyukai