Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Sebelum kita mempelajari mengenai program pemerintah untuk wilayah pedesaan yang ada dikabupaten Belitung maka ada baiknya terlebih dahulu kita memahami, mengukur, atau membandingkan sejauh mana perubahan sosial di pedesaan sekarang, terlebih dahulu pernah di gambarkan orisinalitas masyarakat desa dalam keadaan aslinya masa lalu. Seperti telah diungkap oleh berbagai literatur, ciri khas desa sebagai sutu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan, tradisionalisme, subsestensi, dan keterisolasian.1 Meskipun tak dapat digeneralisasikan pada semua pedesaann namun ada sosiolog yang yang berhasil mengidentifikasi ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagaimana dikatakan Roucek dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Punya homogen dalam (mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku); b. Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya, semua anggota turut bersama-sama memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga: c. Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahiranya: d. Hubungan semua anggota masyarakat lebih intim dan awey dari pada kota serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar.2 Hubungan lebih bercorak gemainscaff daripada basellshaft

Raharjo, pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian, hlm 184 (Drs. Kurnadi Shahab M.S.i, sosiologi pedesaan, hal 11) 2 Jefta leibo, sosilogi pedesaan, hal 12

Latar belakang

Dalam kehidupan di wilayah pedesaan memiliki sistem kerja yang berbeda dengan masyarakat kota. Oleh karena itu apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan, diharapkan kebijakan tersebut akan mengena pada seluruh kalangan masyarakat baik dalam taraf ekonomi menengah dan kebawah, program pemerintah harus dimengerti oleh semua masyarakat termasuk yang memiliki kelemahan dalan pendidikanya. Maka sosialisasi yang serius dari pemerintah sangat dibutuhkan agar nantinya tidak terjadi peselisihan antara warga dengan warga, dan warga dengan masyarakat ataupun sebaliknya. Pada kenyataannya kesuksesan program pemerintah melalui kebijakan yang telah disahkan hanya membawa peubahan dan keuntungan bagi segilincir orang saja tetapi tidak oleh kaum jelata. Kita ketahui bahwa program permerintah gencar dibahas ketika akan dijalankan nya program tersebut tetapi hasilnya tak banyak bunyi dari masyrakat, karena kurang nya pendekatan nya para pemimpin daerah dengan rakyat nya. Pengambilan tema ini ini diharapkan bisa memperluas jangkauan pikiran kita semua tentang celah kelemahan yang terjadi selama ini terutama dalam kegiatan ekonomi/ usaha mikro.

Analisis pembahsan

Kebijakan Dana Dalam desa Dan Di pulau Belitung Analisis kebijakan adalah proses atau kegiatan mensintesa informasi, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan. Analisis kebijakan merupakan suatu proses atau kegiatan sintesa informasi pemaduan berbagai informasi, baik informasi yang berasal dari hasil penelitian, mas media maupun yang berasal dari undang-undang yang sudah disahkan, sehingga diperoleh kebijakan yang dapat mendorong kemajuan perkebunan. Dimana kebijakan memerlukan rumusan secara komprehensif sehingga dapat berguna sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian kebijakan yang diterapkan sudah melalui perencanaan yang matang. Salah satu contoh kebijakan statejik tersebut adalah pencanangan revitalisasi di sektor pertanian, Kebijakan lain yang telah ditempuh pemerintah untuk kemajuan sektor pertanian adalah penghapusan pajak ekspor hasil pertanian dan tetap memberikan subsidi pupuk kepada petani. Pada opini kali ini akan coba diurai terkait dengan pengembangan lada di tanah air.3

Untuk menghimbau kalangan pemerintah daerah untuk senantiasa memperhatikan kesejahteraan warga desa. Menjangkau dan merangkul keinginan para warga desa untuk menikmati kebijakan pemerintah. Salah satu terobosan Pemerintah Kabupaten Belitung Timur semenjak Tahun 2006 terhadap Pemerintah Desa se-Kabupaten Belitung Timur yaitu dikeluarkannya sebuah kebijakan tentang alokasi dana desa proporsional (ADDP) yang fokus/menekankan pada kegiatan perintisan dan pengembangan usaha ekonomi kerakyatan dan perluasan kesempatan kerja yang targetnya adalah para pihak yang tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki pekerjaan tetap serta mereka yang berprofesi sebagai buruh lepas. Tujuan kebijakan ADDP adalah :
3

Oleh: Prof. Dr. Ir. Elna Karmawati, MS

Pertama,Untuk mengurangi dan bila memungkinkan menghilangkan ketergantungan sumber pendapatan daerah serta usaha ekonomi rakyat dari sektor tambang. Kedua,Untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah. Ketiga, Untuk mengamankan kepemilikan asset strategis daerah seperti tanah dan air dari kegiatan ekploitasi perusahaan besar serta membuka sebesar-besarnya akses modal, pasar dan informasi kepada rakyat di semua kalangan terutama bagian pedesaan. Kenyataannya, Beberapa jenis usaha yang gagal, ketidakpuasan masyarakat, kritikan dari lembaga legislatif daerah atau tidak mendapatkan dukungan penuh lintas sektoral birokrasi adalah beberapa hambatan yang dihadapi oleh program ini sehingga memancing minat kami untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kinerja kebijakan ADDP di Kabupaten Belitung Timur yang mengambil contoh kasus di Desa Mayang Kecamatan Kelapa Kampit untuk kegiatan budidaya perkebunan kelapa sawit yang dimulai semenjak Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2009 beserta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja kebijakan tersebut. Kinerja kebijakan ADDP diukur melalui konsep value for money yang menggunakan indikator ekonomis yaitu membandingkan antara input per unit input, efisiensi yang membandingkan antara output per input dan efektifitas yang membandingkan antara outcome dengan output. Berdasarkan hasil pengukuran, perkebunan sawit ADDP Desa Mayang ternyata cukup ekonomis dilihat dari selisih harga HPS dan SPK yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan pada saat proses pengadaan barang/jasa baik untuk membuka perkebunan kelapa sawit maupun untuk kegiatan pemeliharaan tahun II dan III. Selain itu, desa ini juga telah efisien untuk biaya pengadaan per hektarnya bila dibandingkan dengan desa lain seperti Desa Cendil pada Tahun 2007 dan 2008 serta Desa Simpang Tiga pada tahun 2009. Hanya saja dari 6 indikator outcome hanya satu indikator yang mencapai target sehingga perkebunan sawit ADDP di desa ini dinyatakan tidak efektif. Mengingat bahwa fokus dari pengukuran kinerja adalah hasil (outcome), maka dapat pula dinyatakan bahwa ADDP di Desa Mayang gagal bila diukur dari manajemen kinerja yang berbasis hasil. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ADDP di Desa Mayang diantaranya disebabkan oleh 1 kebijakan internal yaitu kebijakan tentang pengelolaan keuangan desa karena dirubahnya regulasi tentang pengelolaan keuangan desa dan 2 faktor esternal yaitu kebijakan tentang pertambangan dimana sektor ini masih menjadi unggulan usaha masyarakat dan sumber PAD kabupaten sampai saat ini dan kebijakan tentang investasi dimana kuatnya pengaruh sektor perkebunan swasta besar dalam menganeksasi lahan di Kabupaten Belitung Timur.

Menurutdari pandangan kelompok kami, Proyek pemerintah yang dicanangkan untuk kesejahteraan masyarakat harus mengena di hati semua kalangan masyarakat. Apabila adanya pemakaian lahan untuk proyek pemerintah maka harus di musyawarahkan kepada perangkat desa sebagai perwakilan warganya. Agar tercapai tujuan bersama antara warga dan program pemerintah. Tak hanya tanda tangan Bupati, atau ketua DPR untuk mengesahkan berjalannya program tersebut tetapi harus memperhatikan dampak bagi lingkungan serta dampak sosial nya pada masyarakat setempat apakah hal ini memnunculkan konflik warga desa. Atau akan merubah sistem kerja warga desa yang dikenal dengan sistem kerja mekanik mereka dan kegotong royongan nya yang masih kental. Wajar bila ini terjadi karena dalam pembagian kerja mereka masih sangat sederhana karena peralatan kerja mereka yang seadanya ditambah lagi selama ini belum ada campur tangan dari pihak luar pedesaan mereka Dengan adanya ADDP hal ini sangat di harapkan membawa dampak yang nyata bukan hanya sekedar dongeng untuk para warga. Jika program ini dapat menambah pendapatan mereka otomatis akan ada perubahan dalam hidup mereka, salah satunya kemampuan setiap kepala keluarga untuk menyekolahkan anak nya paling tidak sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Situasi desa yang memprihatikan yaitu dapat kita lihat para pemuda yang seharusnya mengenyam pendidkan tetapi malah ikut serta bekerja mmembantu perekonomian keluarganya.

Tanjungpandan---Pemerintah Kabupaten Belitung melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan, Perempuan dan Keluarga Berencana bekerjasama dengan Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia menggelar kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Pasar Desa di Kabupaten Belitung Tahun 2010 yang berlangsung pada Selasa, 9 November 2010 di Gedung Wanita Tanjungpandan.

Dalam laporan Ketua Panitia selaku Kabid Pemberdayaan masyarakat Jumadi, Bsc mengatakan sosialisasi ini dimaksudkan untuk menginformasikan Permendagri No.42 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pasar Desa kepada Pemerintah Desa dengan tujuan untuk mengsingkronisasi, mengkoordinasikan dan menyamakan presepsi dalam rangka penguatan pasar desa, mengetahui tata kelola pasar modern di daerah dan pola kemitraan pasar modern dengan pasar tradisional serta mengetahui peranan lembaga keuangan mikro dan pengelolaan pasar desa. Kegiatan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 4 tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan Kekayaan desa dan Peraturan Menteri Nomor 42 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Pasar Desa dengan menghadirkan nara sumber dari Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Ir Sutarjo selaku Kasi Dirjen Diversifikasi Pasar. Ssosialisasi yang dilangsungkan selama satu hari ini diikuti sebanyak 85 peserta yang terdiri dari 80 peserta utusan dari desa dan 5 peserta utusan dari tiap-tiap kecamatan se-Kabupaten Belitung dengan pembekalan matri tentang Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Pasar Desa serta Dasar Hukum Pengelolaan Pasar Desa. Sementara Bupati Belitung Ir H Darmansyah Husein dalam sambutannya yang diwakili Staf Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan dan Sosial Drs Zakaria A Rifaie mengatakan pasar merupakan salah satu komponen utama pembentukan komunitas masyarakat, baik di desa maupun di kota sekaligus sebagai lembaga distribusi berbagai macam kebutuhan manusia.

Selanjutnya sekalipun keberadaan pasar tradisional/pasar desa mulai tergantikan dengan hadirnya pusat perbelanjaan yang lebih modern, namun tetap saja keberadaan pasar desa sangat dibutuhkan untuk menjalankan fungsi redistribusi produk-produk yang dihasilkan masyarakat pedesaan dengan harga yang lebih murah dan terjangkau oleh banyak kalangan, tambahnya.

Satu hal yang lebih penting dan perlu dicermati adalah tentang tata ruang atau tampilan pasar desa yang selama ini identik dengan kesemerawutan, lingkungan yang tidak bersih dan kumuh. Kiranya melalui sosialisasi pada hari ini, kita semua mendapatkan gambaran akan kiat-kiat mengelola pasar desa sebagaimana yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi tersalurkannya produk-produk lokal dan terserapnya sumber daya setempat.

Turut hadir dalam acara pembukaan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan, Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Belitung Dra Hotmaria Ida, perwakilan DPRD Kabupaten Belitung, segenap Jajaran di Lingkungan Pemkab Belitung, nara sumber, para peserta serta undangan lainnya.

Penutup

Dari contoh-contoh berita mengenai kebijakann dalam desa kami memberi tanggapan bahwa dari pemerintah sudah ada sosialisasi kepada warganya akan tetapi sosialisasi yang dilakukan oleh para instansi pemerintahan terkadang sulit untuk dimengerti warga khususnya kepada mereka yang berada di desa terpencil hal ini di sebabkan keterbatasan warga dalam ilmu pendidikan. Ditambah lagi tidak adanya pendekatan institusi pemerintah sebelum melakukan sosialisasi sehingga ada kesan ketidakpedulian mereka terhadap program pemerintah, masyarakan lebih menyukai kebijakan yang real dari pemerintah seperti turunya harga sembako. Kedekatan antara pemerintah dan warga desa sangat lah berpengaruh, hal ini bukan hanya semata-semata dilakukan oleh perangkat desa saja. Semua nya harus dalam satu meja antara pemerintah, perangkat desa, perwakilan warga untuk berunding bersama-sama ketika dirancangnya program ekonomi dari daerah. Hal ini setidak nya untuk meminimalisir terjadinya bentrok pendapat yang mencuat pada anarkhisme. Anarkhisme bisa saja terjadi karena kemarahan warga. Apalagi jika langsung berhubungan dengan mata pencaharian dan lahan milik mereka. terkadang ketika munculnya isu-isu program pemerintah pada sebagian warga mengharuskan mereka mendorong pikiran mereka untuk memahami dan menerapkan aturan/kebijakan pemerintah. Pola kerja dari pemerintah yang tidak sesuai dengan pola kerja warga desa sebelumya akan berpebgaruh pada waktu selanjutnya. Karena di wilayah pedesaan ini sudah sangat dikenal dengan sistem kerja mereka yang mekanik, apabila bekerja memanfaatkan sumber daya alam seperi bersawit, menambang timah masih menggunakan alat sederhana. Rasa kepedulian dan sikap gotong royong dalam bekerja juga masih sangat kuat. Hal tersebut di takutkan akan berubah menjadi sistem kerja yang individualis lebih parahnya lagi apabila hilanhnya sikap saling membantu antar sesama warga. Kesederhanaan dan kebijaksanaan para warga di pedesaan mungkin bisa terkikis habis tatkala di desa mereka sudah dibangunnya kawasan industri (pasar).hal ini tentu saja akan membawa pengaruh pada pola kehidupan masyarakat setempat. Di takutkan dampak dari program pemerintah akan membawa perubahan pada interaksi warga desa yang terkenal dengan kesahajaan, kearifan, gotong royong serta rasa kepedulian yang tinggi antara penduduk disana. Bicara kepada orang-orang ekonomi mungkin ini akan

mendukung penambahan devisa daerah, tetapi kita tidak boleh meninggalkan dampaknya pada masyarkat kecil. Apabila kawasan desa mereka yang selalu berada dalam keadaan nyaman, tentram akan berubah menjadi kebisingan, tak terlihat lagi ilalang, pohon besar yang menjulang tinggi di ganti dengan gedung-gedung megah. menurut mereka hanya untuk segilincir orang yang berduit. Hal negatif yang di hadirkan juga mempengaruhi nilai budaya dan adat istidiat yang tertanam lama dalam kehidupan mereka perlahan terkikis oleh keinginan mereka merubah pola kehidupan dengan kemewahan seperti yang mereka lihat orang-orang yang datang ke desa mereka un tuk mengunjungi sektor ekonomi (pasar modern). Lalu kehidupan desa yang erat dengan kesederhanaan mulai tak nampak . lihat seja bamgunan rumah yang ada di desa mereka desain nya tersebut sidah meniru pada gaya rumah-rumah yang ada di kota. Bagi mereka yang mempunyai obsesi tinggi untuk memperki taraf kehidupan mereka yang di imbangi dengan ada nya uang maka terlihat jelas juga pada peralatan rumah tangga yang di miliki mereka sudah modern. Tak tanggung-tanggung mereka mengambil barang dengan kualitas tinggi dengan harga yang cukup menggiurkan. Dibidang elektronik seperti telivisi yang tak lagi dengan ukuran kecil, bahkan menggunakan alat penangkap siaran yang bermerk, handphone juga dengan sangat mudah didapati di kalangan warga baik orang muda, orang tua manupun anak kecil. Mereka tak ingin dikatakan ketinggalan zaman. Akses internet pun sudah dikenal ileh kalangan anak muda yang bersekolah maunpun tidak, pada masyarakay pedesaan masih didominasi oleh anak anak yang tidak selesai mengenyam dunia pendidikan, karena masih saja pola pikiran mereka mengangap pendidikan tidak akan membawa dampak pada masa depan anakanak mereka. para orang tua lebih menyenangi apabila seorang anak laki-laki bekerja dan mengejar meteri, oleh karena itu jika di bandingkan dengan penuda lota mungkin istilah kantonganak desa lebih berisi, kerena mereka bergulat langsung pada pekerjaan seperti menggaraop TI, membantu orang tua megopersikan perahu untuk menagkap ikan dan semacam nya, berkebun seperti menanam sahang atau menjadi buruh di kebun sawit. Di pandang dari sisi pendidikan mereka masih sangat jauh kalah dibandingkan pemuda desa karena rata-rata anak kota yang pendidikan nya terputus akan minder ketika bergaul dengan anak yang terpelajar. Itu mengenai analisis kami tentang para remaja laki-laki di kawasan desa, berbeda lagi dengan para gadis-gadis di desa mereka lebih mebhabiskan hari-hari mereka dirumah untuk membantu sang ibu menjalankan tugas tumah tanggi, sembari menunggu jodohan atau lamaran dari seorang pria, hanya sedikit diantara mereka memiliki yang bekerja mencari uang di luar rumah. Kewaspadaan orang tua kepada anak perempuan mereka sangat tinggi, berbeda di kota dimana anak perempuannya di beri kebebesan untuk bergaul, kegadisan wanita di desa betul-betul dijaga yang menggambarkan bahwa harga diri mnereka tak boleh terusik sebelum pada waktunya. Tapi kondisi telah berubah kebebesan para remaja di desa perlahan sudah menjalar menepikan cara pergaulan mereka yang sering di bilang anak kampungan.

Simpulan
Kerjasama yang baik antar pemerintah, warga desa maupun masyarakat luas serta peranan perangkat desa sangat menentukan keberhasilan yang kebijakan pemerintah yang ingin menyejahteraan penduduknya. Sebelum megadakan program ekonomi untuk kemajuan daerah ini pemerintah sebaiknya berbenah meningkatkan sumber daya manusia dengan cara memperbaiki sistem pendidikan, karena kelemahan nya ketika program pemerintah di sosialisasikan begitu sulit untuk di tangkap oleh warganya karena tingkat pemahamannya tersendat oleh standart pikiran mereka. kurang nya informasi dalam bentuk elektronik juga memicu ketidaktahuan. Tak hanya mengutamakan sosialisasi yang gencar dilakukan menyeluruh di penjuru desa. Sebelumnya lebih baik dilakukan pendekatan dan intervensi untuk mempelajari kebiasaan dan pola interaksi warganya karena percuma jika program ini berjalan ditengah pedesaan tetapi tidak sesuai dengan tatanan sosial masyarakat. Sesuatu baru yang tidak sesuai dengan tatanan sosial mereka akan merusak tatanan sebelumnya, mungkin saja terjadi pengrusakan pembangunan, tidak terpeliharanya bangunan karena rasa memiliki yang tidak ada. Jika konflik yang dihadirkan dari program pemerintah maka akan mengurangi kepercayaan warga terhadap kinerja pemerintah. Hal ini dilatarbelakangi pada masyarakat setempat yang tidak bisa menerima modernisasi mereka lebih nyaman dengan proses kerja dan pembangunan yang lebih tradisional, di bagian tempat tertentu hal ini ini akan membuat ketertinggalan desanya.

Rumusan Masalah

Dalam makala ini diharapkan kita mampu membuka pikiran untuk bersama-sama memajukan dan meratakan perekonomian seluruh penduduk yang ada di daerah kita tercinta kita ini. Untuk lebih mendalami permasalahan kebijkan pada wilayah pedesaan maka kami mengangkat beberapa rumusan masalah. Rumusan ini bisa ditelusuri dalam halaman berikutnya. 1. Penjelasan mengenai anlisis kebijakan ? 2. Bagaimana terobosan Alokasi Dana Desa Proporsional ? 3. Tujuan kebijakan ADDP ?

DISUSUN OLEH: SUHENY NOVA MARINDA PUTRI MENTARI TYAS DY DIAN ARI GUSNANDI

MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI BANGKA BELITUNG JURUSAN S1 SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SEMESTER 1 (SATU)

Daftar Pustaka

Shahab, Kurnadi, sosilogi pedesaan, Yogyakarta 2007


http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html& buku_id=53766&obyek_id=4

Sumber : Humas Setda Kab. Belitung

Anda mungkin juga menyukai