Anda di halaman 1dari 4

Radar Lampung

Opini 11/11/2011

KAMPUS DAN BUDAYA MENULIS MAHASISWA Oleh : Iskandar Zulkarnain, S.T., M.T Dosen Pada Program Study Teknik Sumber Daya Lahan Dan Lingkungan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Percaya atau tidak kita semua adalah penulis. Percaya atau tidak kita semua bisa. (Bobbi DePorter)

Dunia kampus mempunyai peran penting dalam penciptaan karakter berbangsa dan bernegara. Proses akedemik yang terangkum dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, menjadikan kampus sebagai kekuatan penting dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi (skill), sikap dan pengetahuan yang mampu bermanfaat bagi kehidupan masyarakat banyak. Di dalam kehidupan kampus, nuansa akademik yang terjadi, pada akhirnya menciptakan sebuah budaya tersendiri yang bersifat khas, yang tidak beroreientasi pada sebuah nilai keuntungan, tetapi lebih ditekankan pada nilai kemanfaatannya bagi kehidupan masyarakat luas. Salah satu kekhasan budaya kampus yang dimaksud adalah budaya menulis (lectary) yang dilakukan oleh seluruh elemen kampus termasuk juga mahasiswa di dalamnya. Dalam bidang aksara, menulis merupakan tingkatan tertinggi keahlian manusia. Pengenalan aksara dimulai dengan proses mendengar, kemudian berbicara, membaca dan dan berakhir pada sebuah kegiatan yaitu MENULIS. Budaya menulis di kalangan masyarakat kampus sudah pasti memiliki nilai urgensitas yang sangat penting, hal ini karena MENULIS akan mendorong lahirnya pemikir-pemikir yang, kritis, cerdas bahkan brilian, yang siap memberi kontribusi positif bagi pembangunan masyarakat ke depan. lalu

Radar Lampung

Opini 11/11/2011

Menulis adalah KEGIATAN MENTAL dalam menciptakan ide dan gagasan yang mempunyai nilai dan manfaat. Mengapa demikian, hal ini karena pada hakekatnya sebuah tulisan membutuhkan langkah-langkah persiapan yang matang, mulai dari penggalian sebuah ide, pengumpulan bahan, pendalaman materi, hingga pengemasan tulisan itu sehingga menjadi menarik untuk dibaca atau mungkin diimplementasikan. Produk tulisan yang dihasilkan dari lingkungan kampus, baik yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kualitas intelektualitas masing-masing dan juga akan berimbas terhadap nama baik lembaga kampus itu sendiri. Keaktifan masyarakat kampus dalam menghasilkan tulisan yang baik dalam bentuk jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, makalah atau mungkin hanya sekedar sebuah tulisan dalam rubrik opini di dalam sebuah surat kabar, otomatis akan meningkatkan kultur akademis didalamnya. Sebuah korelasi yang masuk akal, jika berbagai pakar berpendapat bahwa eksistensi dunia kampus dilingkungan masyarakat sangat tergantung dari banyak produk tulisan yang berasal dari lingkungan kampus yang kemudian dapat diimplementasikan secara tepat guna. Atau yang lebih sederhana, masyakat akan menjadi tahu sumber daya kepakaran yang dimiliki oleh sebuah lembaga kampus jika saja banyak dari kalangan kampus yang aktif menulis di surat kabar baik lokal maupun nasional. Sebuah pembelajaran bagi kita bersama tentang ini, dan sudah seharusnya Budaya Menulis merupakan nilai utama yang mesti menjadi atribut melekat dalam kultur akademik kampus-kampus kita terutama dilingkungan dosen dan mahasiswanya. Jika melihat kultur budaya menulis di lingkungan kampus-kampus lain, seperti kultur menulis di UGM, UI, ITB dan berbagai lingkungan kampus lainnya di Pulau Jawa, maka menjadi iri rasanya ketika seringnya sebuah tulisan dari beberapa mahasiswa disana dimuat dalam surat kabar lokal bahkan skala nasional karena kualitas dari tulisan-tulisan mereka. Opini yang berkembang di masyarakat, sudah pasti membentuk suatu pernyataan yang meningkatkan nama baik lembaga kampus itu sendiri. Jika mahasiswanya saja bisa menghasilkan sebuah tulisan yang berkualitas, bagaimana lagi jika dosennya yang menulis.. pasti hasilnya akan lebih-lebih berkualitas

Radar Lampung

Opini 11/11/2011

Sebenarnya setiap kita mempunyai kemampuan menulis dengan baik, hanya saja diperlukan proses latihan, latihan dan latihan sehingga akhirnya menjadi sebuah pembiasaan yang berulang. Agaknya harus diakui, bahwa kemampuan mahasiswa kita dalam menulis dengan baik masih jauh tertinggal. Jangankan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bisa dimuat di surat kabar lokal saja, untuk mengerucutkan sebuah ide dan gagasan pada sebuah bentuk tulisan saja, mahasiswa kita tidak mampu. Bahkan yang lebih parahnya, banyak dari mahasiswa yang selalu saja menggunakan teknik copy-paste hanya untuk menyusun sebuah laporan dari tugas yang diberikan dosennya. Ketidakmampuan ini dan ketertinggalan mahasiswa kita dalam kegiatan tulismenulis agaknya harus segera kita benahi segera. Menumbuhkan rasa ke-pede-an dan keberanian mahasiswa dalam menulis dengan menuangkan ide dan pemikiran yang orisinal, sedapat mungkin untuk selalu dibiasakan. Penanaman terhadap hakekat sebuah tulisan yang mampu menembus surat kabar, tidak pernah melihat siapa penulis dibelakangnya, tetapi lebih pada kemurnian ide dan gagasan, momen, gaya bahasa dan konten didalamnya, perlu selalu ditanamkan. Hal lain yang mungkin dapat dilakukan adalah kepedulian para dosen terhadap kualitas tulisan mahasiswanya. Dosen harus membiasakan diri untuk memberikan teguran keras terhadap mahasiswa-mahasiswa yang membuat makalah, laporan atau tugas dengan cara menjiplak mentah-mentah. Selain itu, dosen juga mempunyai peran penting mendorong para mahasiswanya untuk terbiasa menulis di media massa. Dorongan ini, tentunya, harus dilakukan dengan bentuk yang konkrit. Misalnya, dengan memberi nilai plus atau kredit point bagi mahasiswa yang terbukti mampu menulis di media massa, walaupun hanya pada sebatas koran kampus untuk langkah awal pembelajaran menulis. Upaya ini belum banyak dilakukan, kalaupun ada, baru satu dua dosen saja. Apa yang kami sebutkan pada bagian di atas, barangkali bisa merupakan sebuah pola yang akan mampu mendorong budaya menulis di kalangan mahasiswa dilingkungan kampus-kampus di propinsi ini. Upaya ini tentu akan lebih baik bila kalangan dosen juga dapat memberikan contoh riil dengan membiasakan diri menulis untuk media massa. Ini

Radar Lampung

Opini 11/11/2011

akan menjadi stimulan cukup baik bagi tumbuhnya para penulis dari kalangan mahasiswa. Bila skenario ini berjalan, maka bukan tidak mungkin beberapa penulis muda akan muncul berasal lingkungan kampus, dan tentu saja akan sangat membanggakan buat masyrakat kampus ini terutama juga kepada lembaganya. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan mahasiswa kita, dan bukan juga untuk membanggakan siapa dan apa. Lebih dari itu, apa yang kami tulis adalah sebuah bentuk motivasi kepada kita semua, khususnya kepada mahasiswa untuk meningkatkan budaya menulis. Karena bagaimanapun kualitas tulisan yang dihasilkan oleh mahasiswa sebagai salah satu elemen kampus akan berujung pada kadar intelektualitas dan kultur akademis yang kental di dalam kehidupan kampus. Sekali lagi... Percaya atau tidak kita semua adalah penulis dan Percaya atau tidak kita semua bisa. Semoga bermanfaat..

Anda mungkin juga menyukai