didengar suaranya Oleh prajurit yang berbaris rapi Yang terkadang bisa menusuk dari belakang Atau terkadang bisa membela Dengan taruhan nyawa
Suara hati tak lagi di dengar Dikala ego menguasai hati Rintangan di depan terasa mudah tuk dilalui Bagaikan taring singa yang dengan mudah Mengoyak empuk dagingnya sang kijang
Harus bagaimana lagi ?? Keinginan sudah di depan mata Terasa sulit tuk menolak Sementara kemampuan tak ada
Sudah rasanya berada di antara kawat berduri Maju pasti terasa sakit tertusuk duri Mundurpun harus menahan ciuman kawat berduri
Mana yang harus ku pilih?? Rasanya mau pecah kepala ini tuk memikirkannya Biarkan waktu yang kan memilih Ku yakin pilihan waktulah yang terbaik
Catatan di waktu senja Hari hampir senja Ku masih duduk termenung Memikirkan apa yang akan ku lakukan esok Bayangan hari esok mulai hadir di benak ku Berharap tak ada kesialan yang menghampiriku
Mencoba mencari inspirasi Sesaat ku tekan remote tv Berharap bisa menimbah ilmu Tapi hanya ada cerita fiktif belaka
Mencoba berpaling ke sebuah laptop mungil Dan ku coba menulis sebuah tulisan Yang ku tak tau Apakah yang ku tulis ini Hanya sebuah file Yang kan habis di inveksi virus Atau kah akan habis di makan rayap kalo di print
Hari sudah senja Ku bosan dengan semua ini Ku bosan dengan dengan kehidupan ku ini Berharap hari esok akan lebih baik
Secercah harapan di pagi hari Berharap tak ada mendung menyelimuti langit Tak kan ada lagi hujan membasahi bumi Melainkan matahari bersinar terang Seterang hati sang malaikat
Berjalan hingga kaki bernanah Tak peduli lagi panas terik matahari Membakar kulit yang hitam kelam Kan kami lewati demi sesuap nasi
Begitu berat perjuangan yang harus kami lewati Begitu kejam hidup ini Tak peduli lagi sesama Tak kan da lagi tempat bagi kami Kami yang terkapar tak berdaya
Sang penguasa sudah tuli Tak lagi mendengar jeritan suara hati kami Tak lagi melihat bagaimana letihnya Tubuh yang tak berdaya ini Berjuang untuk seteguk air