Anda di halaman 1dari 10

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN
A. PENGERTIAN AGRIBISNIS

Agribisnis merupakan seluruh kegiatan manufaktur, penyediaan dan penyaluran (distribusi) sarana produksi pertanian, kegiatan produksi on-farm, penyimpanan, pengolahan (industri) dan distribusi produk pertanian dan produk olahannya. Agribisnis menunjukkan keterkaitan vertikal antar subsistem agribisnis dan keterkaitan horisontal dengan sistem atau subsistem lain di luar seperti jasa (finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan dan penelitian, dll.) Dengan demikian penempatan pertanian (dan perdesaan) sebagai bisnis inti (core bussiness) pembangunan menuju ke arah industrialisasi berbasis pertanian. Integrasi vertikal antar perusahaan agribisnis yang berbeda pemilikannya sering diwujudkan dalam bentuk kemitraan usaha atau jika pemilikannya sama disebut perusahaan terintegrasi.

Subsistem perusahaan agribisnis hulu berfungsi menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu menghasilkan produk usahatani yang berkualitas. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka perusahaan agribisnis hulu dapat melakukan perannya, antara lain: memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses pembelajaran atau perlatihan bagi petani, menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat memberikan keuntungan bagi para pihak. Subsistem perusahaan usahatani sebagai produsen pertanian berfungsi melakukan kegiatan teknis produksi agar produknya dapat dipertanggung jawabkan
DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013) Hal. 1

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN baik secara kualitas maupun kuantitas. Mampu melakukan manajemen agribisnis secara baik agar proses produksinya menjadi efisien sehingga mampu bersaing di pasar. Karena itu, petani umumnya memerlukan penyuluhan dan informasi agribisnis, teknologi dan inovasi lainnya dalam proses produksi, bimbingan teknis atau pendampingan agar petani dapat melakukan proses produksi secara efisien dan bernilai tambah lebih tinggi. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, petani berperan sebagai plasma. Subsistem perusahaan agribisnis hilir berfungsi melakukan pengolahan lanjut (baik tingkat primer, sekunder maupun tersier) untuk mengurangi susut nilai atau meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen, serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka perusahaan agribisnis hilir itu sering berfungsi sebagai inti yang mempunyai kewajiban untuk mendorong berkembangnya usahatani. Subsistem jasa penunjang (penyuluhan, penelitian, informasi agribisnis, pengaturan, kredit modal, transportasi, dll) secara aktif ataupun pasif berfungsi menyediakan layanan bagi kebutuhan pelaku sistem agribisnis untuk memperlancar aktivitas perusahaan dan sistem agribisnis. Masing-masing komponen jasa penunjang itu mempunyai karakteristik fungsi yang berbeda, namun intinya adalah agar mereka dapat berbuat sesuatu untuk mengurangi beban dan meningkatkan kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis. B. PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA

Melalui agribisnis diharapkan tingkat kemiskinan penduduk akan ditekan dengan berkembangnya kegiatan agroindustri, perdagangan, dan jasa. Namun untuk mendorong agribisnis perlu sarana dan prasarana yang memadai seperti transportasi, telekomunikasi, teknologi dan penelitian, dan kualitas sumberdaya manusianya yang mendukung. Diyakini, kunci utama untuk dapat memanfaatkan segenap social capital yang ada pada masyarakat adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusia. Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana membangun SDM yang ada (dengan latar belakang dan kualitas yang berbedabeda) menjadi suatu team work yang harmonis. Banyak persoalan inefisiensi kelembagaan yang disebabkan oleh ketidak-harmonisan SDM yang terlibat di dalamnya. Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini terletak pada lemahnya keterkaitan subsistem tersebut. Apa yang terjadi di lapangan adalah bahwa sub-sistem tersebut bekerja sendiri-sendiri.

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 2

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN Agar pelaksanaan sistem agribisnis berjalan lancar dan agar keterkaitan antarsub-sistem bertambah kuat maka diperlukan dukungan sumberdaya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Penekanan pada SDA terletak pada bagaimana menerapkan sistem agribisnis yang memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainibility). Penekanan pada SDM terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas SDM di berbagai sektor kegiatan sistem agribisnis. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan rendah. Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan berjalan lambat. Tahun 1992, 50 persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39 persen tamat SD, sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993). Tahun 2002, yang tidak tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan tamat SLTP 13 persen (BPS, 2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain dicirikan oleh usaha pertanian yang berorientasi jangka pendek, mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki wawasan bisnis luas. Selain itu banyak petani menjadi sangat tergantung pada bantuan/pemberian pemerintah. Keterampilan petani yang rendah terkait dengan rendahnya pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous knowledge). Selama ini masalah di atas di atasi melalui peningkatkan kemampuan SDM petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Untuk mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian. Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan keterampilan berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan kapasitas petani juga perlu dilakukan terutama dalam hal pengembangan sikap kewirausahaan, kemampuan dalam pemasaran dan manajemen usaha. Suatu kesalahan yang terjadi selama ini adalah: (1) tindakan penyuluh yang selalu berfokus kepada upaya untuk memperbaiki kemampuan teknis produksi petani, padahal yang terpenting adalah meningkatkan kemampuan manajemen agribisnis dan manajemen hubungan sistem agribisnisnya; (2) para penyuluh kita telah terjebak di dalam lingkaran sistem kerja yang keliru, memandang peningkatan produksi sebagai tujuan akhir; (3) disadari atau tidak para pejabat pertanian kita telah membentuk opini masyarakat bahwa tingkat produksi dan produktivitas merupakan ukuran keberhasilan pembangunan pertanian; dan (4) para pejabat pertanian memandang bahwa perusahaan agribisnis yang berada di hulu dan di hilir sebagai pengusaha yang sudah professional dan memahami sistem agribisnis, padahal mereka belum tentu mampu memahami maupun melakukan konsep sistem agribisnis secara baik. Ciri perilaku agribisnis berkebudayaan industri yang diharapkan terbentuk adalah: (1) tekun, ulet, kerja keras, hemat, cermat, disiplin dan menghargai waktu; (2) mampu merencanakan dan mengelola usaha; (3) selalu memegang teguh asas efisiensi dan produktivitas, (4) menggunakan teknologi terutama teknologi tepat guna dan akrab lingkungan, (5) mempunyai motivasi yang kuat untuk berhasil, (6) berorientasi kepada kualitas produk dan permintaan pasar, (7) berorientasi kepada nilai tambah, (8) mampu mengendalikan dan memanfaatkan alam, (9) tanggap terhadap inovasi, (10) berani menghadapi risiko usaha, (11) melakukan agribisnis
DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013) Hal. 3

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN yang terintegrasi maupun quasi integrasi secara vertikal, (12) perekayasaan harus menggantikan ketergantungan pada alam sehingga produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang diminta pasar, dan (13) professional serta mandiri dalam menentukan keputusan. Untuk meningkatkan perilaku agribisnis itu, dapat direkomendasikan penyuluhan dengan pendekatan penyuluhan sistem agribisnis, yang: (a) tujuan penyuluhannya jelas kearah peningkatan perilaku agribisnis, (b) metode dan media komunikasi harus lebih beragam dan jelas polanya untuk memenuhi kebutuhan sasaran, (c) materi penyuluhannya lengkap mencakup aspek teknis produksi, aspek manajemen agribisnis, dan aspek hubungan sistem agribisnis dengan wawasan industri. Penyuluhan sistem agribisnis tidak hanya ditujukan kepada petani atau peternak, tetapi hendaknya ditujukan pula kepada pelaku sistem agribisnis lainnya, agar masing-masing perusahaan agribisnis mampu memahami dengan baik dan benar hakekat sistem agribisnis, selanjutnya sangat diharapkan akan mampu membangun kesamaan sikap, perilaku dan etika bisnis dalam kebersamaan dan saling ketergantungan. Penyuluhan sistem agribisnis adalah jasa layanan dan informasi agribisnis yang dilakukan melalui proses pendidikan non formal untuk petani dan pihak-pihak terkait yang memerlukan, agar kemampuannya dapat berkembang secara dinamis untuk menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang dihadapinya dengan baik menguntungkan dan memuaskan. Materi penyuluhan tidak hanya mengenai teknis produksi saja, tetapi mencakup seluruh aspek teknis produksi, aspek manajemen agribisnis dan aspek hubungan sistem agribisnis dengan wawasan industri terutama etika kesisteman, kemampuan kewirausahaan, dan keperibadian sebagai pengusaha agribisnis agar pelaku sistem agribisnis dapat memiliki persepsi dan sikap yang sama tentang: visi, misi, etika bisnis, tujuan, sasaran dan rencana kerja bersama yang dirumuskan dengan cara terbuka. Tujuan penyuluhan sistem agribisnis harus jelas kearah terbentuknya perilaku agribisnis dengan wawasan industri. Penyuluhan sistem agribisnis juga memerlukan perubahan perilaku penyuluh, yakni harus mampu: (a) meningkatkan profesionalisme penyuluh dengan melakukan perbaikan mutu layanan secara terus menerus yang mengacu kepada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya; (b) menguasai materi penyuluhan yang menyangkut teknis produksi, manajemen agribisnis, manajemen hubungan sistem agribisnis, informasi permintaan pasar atau kebutuhan konsumen, jiwa kewirausahaan, serta etika bisnis dan keunggulan bersaing; (c) tidak menjadikan petani dan perusahaan agribisnis lainnya sebagai obyek tetapi sebagai subyek yang dapat menentukan masa depannya sendiri; dan (d) melakukan fungsi melayani (konsultatif) dengan sistem menu. Balai Diklat Pertanian merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian yang mempunyai tugas menyelenggarakan diklat keahlian agribisnis dan mekanisasi pertanian untuk aparat dan petugas pertanian berjumlah 7 (tujuh) Balai Diklat, yaitu: (1) Balai Diklat Mekanisasi Pertanian Batang Kaluku, Sulawesi Selatan;

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 4

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN (2) Balai Diklat Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman Obat Ketindan, Malang; (3) Balai Diklat Agribisnis Ternak Potong dan Teknologi Lahan Kering Noelbaki, Kupang; (4) Balai Diklat Agribisnis Perkebunan dan Teknologi Pasang Surut Binuang, Kal-Sel; (5) Balai Diklat Agribisnis Persusuan dan Teknologi Hasil Ternak Batu, Malang; (6) Balai Diklat Agribisnis Hortikultura Kayuambon, Lembang; (7) Balai Diklat Agribisnis Peternakan dan Kesehatan Hewan Cinagara, Bogor. Konsep perusahaan dan sistem agribisnis dimunculkan untuk mengubah paradigma petani bahwa petani bukanlah hanya sebagai pekerja tani atau pengusaha usahatani, tetapi pengelola atau manajer perusahaan agribisnis, yang berkedudukan setara dengan perusahaan agribisnis lainnya yang berada di subsistem agribisnis hulu maupun di subsistem agribisnis hilir. Petani seharusnya senantiasa berorientasi kepada kebutuhan pasar, bersamasama perusahaan agribisnis lainnya bersinergi untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Kebersamaan dan saling ketergantungan antar perusahaan agribisnis dalam menghasilkan produk yang berkualitas sesuai permintaan pasar itulah disebut dengan sistem agribisnis. Apabila kondisi seperti itu benar-benar berhasil diciptakan oleh mereka, maka otomatis peningkatan pendapatan dan kesejehtaraan petani akan terwujud. Untuk mewujudkan perilaku agribisnis itulah diperlukan penyuluhan sistem agribisnis, yang berbeda dengan penyuluhan sistem Bimas atau LAKU dan semacamnya ~ BIMAS (sejak 1963/1964), sistem LAKU (1976) sistem INSUS (1979) dan sistem SUPRA INSUS (1986), melalui inovasi teknologi Sapta Usaha Pertanian secara lengkap (Abbas, 1995). C. PROGRAM PEMERINTAH

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor.

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 5

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN

PUAP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dikordinasikan oleh kantor Menko KESRA. Lokasi PUAP difokuskan di 10.000 desa miskin/tertinggal/yang memiliki potensi pertanian dan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk mengelola kegiatan PUAP. Kebijakan dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian diarahkan untuk: (1) menyusun kebijakan revitalisasi penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan pertanian, (2) peningkatan peran serta masyarakat, (3) peningkatan kompetensi dan moral aparatur pertanian, (4) penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi petani, dan (5) pengembangan kelembagaan petani. Kegiatan program pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan petani antara lain: (1) Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan petani, (2) Peningkatan kewirausahaan petani melalui penyetaraan pendidikan, (3) Pendidikan tingkat menengah untuk generasi muda tani, (4) Penguatan kelembagaan penyuluhan dan pertanian lain di perdesaan, (5) Pengembangan diversifikasi usaha rumahtangga berbasis pertanian, (6) Advokasi penataan hak pemilikan, sertifikasi dan pencegahan konversi lahan, (7) Perumusan kebijakan penataan, pemanfaatan dan pajak progresif lahan, (8) Pemberian insentif usaha dan promosi investasi, (9) Pengembangan tata guna air dan konservasi lahan, (10) Fasilitasi investasi dan kemitraan usaha, (11) Perlindungan usaha pertanian, (12) Perumusan dan advokasi kebijakan perlindungan petani, (13) Pengkajian teknologi spesifik lokasi, (14) Pengembangan model kelembagaan usahatani berbasis inovasi pertanian (15) Peningkatan infrastruktur perdesaan, (16) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan, (17) Penyelasaran kebijakan dan program dalam peningkatan kesejahteraan petani, dan (18) Koordinasi kebijakan nasional penanggulangan kemiskinan. D. PROGRAM SWASTA

Swasta sebagai mitra petani berperan penting dan sangat membantu dalam pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia petani/perdesaan melalui kemitraan. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Kemitraan dengan petani dapat berupa pola inti plasma, pola sub kontrak, pola dagang umum, dan pola kerjasama operasional. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 44 Tahun 1997 Pasal 14 bahwa Usaha Besar dan atau Usaha Menengah yang melaksanakan kemitraan dengan Usaha Kecil berkewajiban untuk: (1) memberikan informasi peluang kemitraan; (2) memberikan informasi kepada Pemerintah mengenai perkembangan pelak-sanaan kemitraan; (3) menunjuk penanggung jawab kemitraan; (4) mentaati dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam perjanjian kemitraan; dan

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 6

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN (5) melakukan pembinaan kepada mitra binaannya dalam satu atau lebih aspek: (a) Pemasaran, dengan: 1) membantu akses pasar; 2) memberikan bantuan informasi pasar; 3) memberikan bantuan promosi; 4) mengembangkan jaringan usaha; 5) membantu melakukan identifikasi pasar dan perilaku konsumen; 6) membantu peningkatan mutu produk dan nilai tambah kemasan. (b) Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, dengan : 1) pendidikan dan pelatihan; 2) magang; 3) studi banding; 4) konsultasi. (c) Permodalan, dengan: 1) pemberian informasi sumber-sumber kredit; 2) tata cara pengajuan penjaminan dari berbagai sumber lembaga penjaminan; 3) mediator terhadap sumber-sumber pembiayaan; 4) informasi dan tata cara penyertaan modal; 5) membantu akses permodalan. (d) Manajemen, dengan: 1) bantuan penyusunan studi kelayakan; 2) sistem dan prosedur organisasi dan manajemen; 3) menyediakan tenaga konsultan dan advisor. (e) Teknologi, dengan: 1) membantu perbaikan, inovasi dan alih teknologi; 2) membantu pengadaan sarana dan prasarana produksi sebagai unit percontohan; 3) membantu perbaikan sistem produksi dan kontrol kualitas; 4) membantu pengembangan disain dan rekayasa produk; 5) membantu meningkatkan efisiensi pengadaan bahan baku. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian dilengkapi dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/Ot.210/10/1997 Tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang lebih mempertegas patron-patron dalam usaha kemitraan.

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 7

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN

Berikut ini salah satu contoh skema kemitraan yang dilakukan oleh swasta dengan petani (poktan/gapoktan) untuk komoditas pertanian. INVESTOR
Saprotan & Fund

BUYER PT. MAI


Teknis Manajerial Kepemimpinan Kewirausahan

ASURANSI LOGISTIK BEA CUKAI DISTANKAB RUMAHSAKIT SERTIFIKASI POKTAN GAPOKTAN KOPERASI

Rice Milling Industri Makanan Industri Pakan Industri POC Industri POG Ind. Kosmetik Handycraft Supermarket Eksporter

INDUSTRI PENGOLAHAN

PETANI PERTANIAN
Pembibitan Padi & Palawija Hortikultur Tanaman Hias Tanaman Obat

PERKEBUNAN
Pembibitan Tanaman Buah Tan. Industri Tanaman Kayu Tanaman Obat

PERIKANAN
Tanaman Air Ikan Air Tawar Ikan Air Payau Ikan Air Laut Ikan Hias

PETERNAKAN
Cattle (Daging) Dairy (Susu) Unggas Daging Unggas Telur Pet (Peliharaan)

SKEMA KEMITRAAN PT. MARS AGRO INDONESIA Pembinaan terhadap SDM meliputi pemberian pelatihan manajerial, kepemimpinan, kewirausahan, dan bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan budidaya. Pelatihan manajerial, kepemimpinan, dan kewirausahan diharapkan dapat meningDASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013) Hal. 8

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN katkan kemampuan petani dan pengelola lembaga petani (Poktan, Gapoktan, dan Koperasi) agar dapat melakukan pengelolaan kelembagan (dari skala terkecil, yaitu rumah tangga) secara lebih tersistematis, terintegrasi dan profesional. Akan lebih efektif lagi apabila pembinaan dan pendampingan (assistance) tersebut dilakukan sampai terbentuk kekuatan lembaga yang diharapkan, setidaknya selama satu musim tanam. Pembinaan teknis bagi petani dapat meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan produktivitas/kuantitas (intensifikasi) dan kualitas hasil panen. Peningkatan kualitas hasil panen (kategori produk organik/produk pertanian sehat) akan meningkatkan harga jual, sehingga penerimaan dan keuntungan petani meningkat. Dengan peningkatan pendapatan di tingkat petani, maka petani dapat memenuhi kebutuhan lainnya yang selama ini tidak terpenuhi, sehingga terjadi peningkatan taraf hidup petani. Dengan peningkatan hasil panen, stabilitas dan peningkatan harga atas peningkatan kualitas, pengokupansian (penerimaan/pembelian hasil panen), transparansi tataniaga, dan pendampingan oleh Perusahaan Mitra dalam pengembangan agribisnis akan mengembangkan dan membangun ekonomi perdesaan.

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 9

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PEGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN EKONOMI PERDESAAN

DASAR AGRIBISNIS WAHYU SYLVITRIA B. (NPM: 41205420109013)

Hal. 10

Anda mungkin juga menyukai