Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup. Kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, (potter dan perry, 2005 : 1470). Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien. Klien membutuhkan suatu pendekatan individual dan meningkatkan iritabilitas

berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka. Intervensi keperawatan dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan jangka panjang (potter dan perry, 2005 : 1470). Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan. Memperoleh kualitas tidur terbaik adalah penting untuk peningkatan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Perawat memperhatikan klien yang seringkali mengalami gangguan tidur yang ada sebelumnya dan klien yang mengalami masalah tidur karena penyakit atau hospitalisasi. Kadang-kadang, klien mencari pelayanan kesehatan karena mereka mempunyai masalah tidur yang mungkin telah hilang tanpa disadari untuk beberapa tahun. Klien yang sakit seringkali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat dari pada klien yang sehat. Akan tetapi sifat alamiah dari penyakit yang mencegah klien untuk mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup. Lingkungan institusi, rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas petugas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan sulittidur (potter danpery, 2005 : 1470).

B. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Untuk mendapat penambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kebutuhan istirahat dan tidur 2. Tujuan khusus Setelah presentasi tentang asuhan keperawatan dan menyusun makalah ini, maka penulis mampu: a. b. c. d. Membandingkan karakteristik istirahat dan tidur Menguraikan tahap-tahap siklus tidur yang normal Menjelaskan fungsi tidur Mengidentifikasi faktor-faktor secara normal meningkatkan dan mengganggu

tidur mengidentifikasi diagnosis keperawatan sesuai untuk klien yang mengalami perubahan tidur e. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dirancang untuk meningkatkan siklus tidur normal untuk klien semua usia f. Menguraikan cara-cara mengevaluasi terapi tidur

C. Sistematika penulisan Agar hasil penulisan dapat dengan mudah dipahami dan di mengerti maka pokok masalah yang terdapat dalam makalah ini dibagi menjadi dalam beberapa bab yang sistematiknya adalah sebagai berikut:

BAB I

Pendahuluan A. Latar belakang, B. Tujuan penulisan, 1. Tujuan umum 2. Tujuan khusus C. Sistematika penulisan

BAB II

Tinjauan pustaka A. Pengertian tidur, B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, C. Gangguan tidur, D. Indikasi dan kontraindikasi dari tidur, E. Persiapan alat, pasien, lingkungan,

F. Pelaksanaan, dan G. Evaluasi. BAB III : Asuhan keperawatan A. Pengkajian, B. Diagnosa keperawatan, C. Perencanaan, D. Implementasi dan E. Evaluasi BAB IV : Penutup A. Kesimpulan dan B. Saran.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berartisuatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (perry & potter,2006). Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (perry & potter, 2006). B. Fisiologi tidur Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini dan memiliki sel-sel khusus yang dapat visual,

mempertahankan

kewaspadaan

kesadaran;

memberi

stimulus

pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah, 2003). C. Jenis-jenis Tidur Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur, yaitu: 1. Tidur NREM Jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis atau disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat atau disebut tidur NREM.

a). Tidur gelombang lambat (Slow wave sleep) Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam.Isrirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang,

metabolisme turun. Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM, yaitu: Jenis-jenis gelombang : 1). Gelombang Alfa Mata tertutup dan relaks, gelombang Alfa akan muncul, dan akan menghilang sesaat kita membuka mata 2). Gelombang Beta Merupakan gelombang dominan pada keadaan jaga terutama bila mata terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul gelombang Beta. 3). Gelombang Teta, Pada keadaan normal orang dewasa gelombang teta muncul pada keadaan tidur (stadium 1, 2, 3, 4).

4). Gelombang Delta, Pada keadaan normal orang dewasa gelombang Delta muncul pada keadaan tidur (stadium 2, 3, 4) Tahapan tidur jenis NREM 1). Tahap I Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa

mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi Nadi dan napas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit. 2). Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun. Temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit 3). Tahap III Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sulit untuk bangun. 4). Tahap IV Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun. 2. Tidur paradoks /tidur REM (rapid eye movement) Jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormra dari dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur REM (rapid eye moverment).

Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5- 20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri tidur REM adalah sebagai berikut: a). Biasanya disertai dengan mimpi aktif. b). Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak c). Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis. d). Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur e). Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur. f). Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

D. Siklus sirkadian Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperature, sekresi hormone, metabolisme dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya, individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, 1989). Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap II dan III selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. (Nanda,2003). Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkembangan, Kebutuhan Tidur Manusia. Berdasarkan Umur 1. 0 - 1 bulan Tingkat Perkembangan, Bayi baru lahir Jumlah Kebutuhan tidur 14 - 18 jam/hr. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1 bulan - 18 bulan Masa bayi 12 - 14 jam/ hari. 18 bulan - 3 tahun Masa anak 11 - 12 jam/hari. 3 tahun - 6 tahun Masa prasckolah 11 jam/hari. 6 tahun - 12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari. 12 tahun - 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari. 18 - 40 tahun Masa dewasa 7 - 8 jam/hari. 40 tahun - 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari. 60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari.

E. Fungsi dan tujuan tidur Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsifungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, yaitu: 1. Efek pada sistem saraf Efek pada system saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. 2. Efek pada struktur tubuh Efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organorgan tubuh tersebut selama tidur. F. Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi. 1. Penyakit Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan. 2. Lingkungan Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut. 3. Kelelahan Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

4. Gaya hidup Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat. 5. Stress emosional Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur. 6. Stimulant dan alcohol Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk. 7. Diet Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari. 8. Merokok Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari. 9. Medikasi Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari. 10. Motivasi Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

G. Gangguan tidur yang umum terjadi 1. Insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia: a). Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur. b). Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga. c). Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (misalnya; membaca, mendengarkan musik), dan tidur jika benar-benar mengantuk. 2. Parasomnia Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya; mimpi buruk), dan lainnya (misalnya; bruksisme). 3. Hipersomnia Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang

berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari. 4. Narkolepsi Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai serangan tidur atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali

10

lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obatobatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida. 5. Apnea saat tidur Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Pengkajian Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik. Kriteria pengkajian focus 1. Data subjektif a). Kaji batasan karakteristik 1). Pola tidur (sekarang,masa lalu)    Rentangkan tidur pada skala 1-10 (10= dapat istirahat, segar kembali) Waktu tidur dan bangun yang biasanya Kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur, bangun.

2). Kebutuhan tidur Untuk menentukan jumlah tidur yang dibutuhkan individu, biarkan ia tidur sampai pagi hari (tanpa alarm jam). Ini harus dilakukan untuk beberapa hari dan jumlah total jam tidur di kalkulasi-dengan dikurangi 2030 menit yang merupakan waktu yang paling dibutuhkan individu untuk tertidur pada umumnya. 3). Adanya riwayat gejala Keluhan-keluhan     Kurang tidur Ansietas Depresi Peka rangsang takut (mimpi buruk,, situasimaturasional) y y y Awitan dan durasi Lokasi Deskripsi  Dicetuskan oleh ?  Berkurang oleh ?  Diperberat oleh ?

12

b). Kaji faKtor-faktor yang berhubungan 1). Interupsi         Kebisingan Jadwal perjalanan Kebutuhan untuk berkemih

2). Penggunaaan alat bantu atau ritual tidur Mandi air hangat minum atau makan (susu, anggur) Bantal Posisi Mainan, buku obat-obatan

3). Tidur siang (frekuensi, lamanya) 2. Data objektif Kaji batasan karakteristik Karakteristik fisik 1). Gambaran penampilan (pucat, gelap disekitar lingkaran mata, mata cekung) 2). Menguap 3). Mengantuk sepanjang hari 4). Penurunan lapang perhatian 5). Peka rangsang B. Riwayat tidur Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi: 1. Pola tidur yang biasa. 2. Ritual sebelum tidur. 3. Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya. 4. Lingkungan tidur. 5. Perubahan terkini pada pola tidur. Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,

13

frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping dengan masalah tersebut. C. Catatan tidur Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut: 1. 2. 3. 4. Jumlah jam tidur total per hari. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu). Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur). Waktu a). pergi tidur, b). mencoba tidur, c). tertidur, d). terjaga di malam hari dan durasinya, serta e). bangun tidur di pagi hari. 5. 6. Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya. Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya. Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami. D. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll.Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy. E. Pemeriksaan diagnostic Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),

elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. F. Penetapan diagnosis

14

Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur. Eitologi untuk label diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur. Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll. Gangguan pola tidur 1. Definisi Gangguan pola tidur : suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai risiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

2. Batasan karakteristik a). Dewasa 1). Mayor (harus terdapat) 2). Kesulitan jatuh atau tertidur 3). Minor (mungkin terdapat) 4). Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari 5). Agitasi 6). Perubahan alam perasaan 7). Mengantuk sepanjang hari b). Anak-anak Gangguan tidur pada anak biasanya berhubungan dengan rasa takut, enurasis, atau respon yang tidak konsisten dari orangtua terhadap permintaan perubahan peraturan tidur seperti permintaan untuk lambat pergi tidur. 3. Faktor-faktor yang berhubungan Banyak factor dalam kehidupan seseorang dapat menyebabkan gangguan pola tidur. Beberapa factor adalah sebagai berikut :

a). Patofisiologis Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap : 1). kerusakan transport oksigen

15

            

Angina gangguan pernafasan Arteriosklererosis perifer gangguan sirkulasi

2). kerusakan eliminasi : defekasi atau berkemih Diare Retensi Konstipasi Disuria Inkontinensia Frekuensi

3). gangguan metabolisme) Hipertiodisme ulkul gastric Gangguan hati

b). Tindakan yang berhubungan Berhubungan dengan kesulitan menerima posisi yang biasa sekunder terhadap (uraian): Berhubungan dengan memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap obat-obatan:           Sedative Soporifics Obat tidur Inhibitor MAO Hipnotis Barbiturate Antidepresi Kortikosteoid Antihipertensi amfetamin

c). Situasional (personal, lingkungan) 1). Berhubungan dengan hiperaktif yang berlebihan sekunder terhadap :

16

  

Gangguan bipolar Ansietas panic Kelainan kurang-perhatian

2). Berhubungan dengan waktu tidur siang berlebihan 3). Berhubungan dengan depresi 4). Berhubungan dengan tidak adekuatnya aktifitas siang hari 5). Berhubungan dengan nyeri 6). Berhubungan dengan respons ansietas 7). Berhubungan kehamilan 8). Berhubungan dengan terganggunya gaya hidup        Pekerjaan Emosi Social Seksual Pendapatan dengan ketidaknyaman sekunder terhadap

9). Berhubungan dengan perubahan lingkungan (uraikan) hospitalisasi (kebisingan,takut,teman sekamar menggangu) perjalan

10). Berhubungan dengan rasa takut 11). Berhubungan dengan perubahan irama sirkadian d). Maturasional 1). Pada anak-anak berhubungan dengan takut gelap 2). Pada wanita dewasa berhubungan dengan perubahan hormonal G. Perencanaan dan implementasi Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau

meningkatkan kualitas tidurnya.

1. Gangguan pola tidur. Yang berhubungan dengan:

17

a). Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen, gangguan eliminasi, gangguan metabolisme). b). Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (misalnya; sedatif, hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll). c). Depresi. d). Nyeri. e). Aktivitas siang hari yang tidak adekuat. f). Perubahan lingkungan. g). Perubahan ritme sirkadian h). Takut. 2. Kriteri hasil Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan aktivitas. 3. Indikator a). Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur. b). Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur 4. Intervensi umum a). Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat). b). Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur. 1). Bising  Tutup pintu kamar.  Cabut kabel telepon.  Nyalakan bunyi-bunyi yang lembut (misalnya; kipas angin, music yang tenang, suara hujan, angin).  Pasang lampu tidur.  Turunkan volume alarm dan TV. 2). Gangguan  Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.  Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (misalnya; setelah makan).

18

 Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih sebelum tidur. 3). Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.  Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan kaki, terapi fisik).  Jangan tidur siang lebih dari 90 menit  Anjurkan klien untuk pagi hari  Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia untuk tetap terjaga. 4). Bantu upaya tidur  Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang tua-jam, praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi semaksimal mungkin  Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (misalnya; hygiene personal, linen dan baju tidur yang bersih).  Gunakan alat bantu tidur (misalnya; air hangat untuk mandi, bahan bacaan, pijatan di punggung, susu, music yang lembut, dll).  Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5 periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.  Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif 5). Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):  Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan istirahat (hari biasa, akhir pekan).  Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.  Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan tidur.  Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.  Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat, the, kopi) saat siang dan petang hari.  Hindari minuman yang beralkohol.

19

 Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (misalnya; susu, kacang) menjelang tidur. 6). Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki, lari, senam aerobic dan latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur. 7). Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu fungsi pada siang hari. 8). Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan penyebab tersebut. 5. Rasional a). Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang asing dapat menghambat relaksasi. b). Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt, 1992; Thelan et al, 1998). c). Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah satu minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang tinggi dan berisiko menyebabkan ketergantungan. d). Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi dan membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992). e). Susu hangat yang mengandung L-triptofan (hammer, 1991). f). Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang masa laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller, 1999). g). Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidur REM dan meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999). h). Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidur REM dibandingkan tidur pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangi stimulus untuk siklus tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidur REM merupakan penginduksi tidur

(Thelan et al, 1998).

20

i).

Para peneliti menyebutkan, penghalang utama

tidur pada klien yang

menjalani perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik, prosedur keperawatan, cahaya, dan hipotermia. j). Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapt ditutupi dengan bunyi-bunyi yang lembut (misalnya; kipas angin, musik yang lembut, suara rekaman (hujan, ombak pantai)) (Miller, 1999). k). Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal; kemungkinan menyebabkan sulit tidur.

21

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Istirahat merupakan suatu keadaan yang mana kegiatan jasmaniah menurun berakibat badan menjadi segar, atau suatu keadaan yang mana seseorang merasa relaks mental bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik, sedangkan tidur merupakan suatu keadaan relative tanpa sadar penuh ketenangan tanpa kegiatan merupakan urutan siklus yang berulang masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda, atau juga tidur merupakan suatu keadaan yang berulangulang perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (potter dan perry, 2005 : 1470). Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting bagi seorang perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien. B. SARAN Semoga mahasiswa yang berprofesi sebagai perawat dapat mengaplikasikan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien.

22

DAFTAR PUSTAKA

Perry dan potter, (2005), Fundamentals of Nursing (Konsep, Proses,dan Praktik), Jakarta: EGC jurnal Carpenito,Lynda juall, (1998), Nursing Diagnosis (Application to Clinical Practice), Jakarta: EGC jurnal Nanda, (2003), Diagnose Keperawatan,Jakarta: EGC jurnal

Ruslan Muchtar (2009). Konsep dan Tidur. http://www.box.net/shared/626tlxqkt5. Tanggal 31.jam: 21.00

23

LEMBAR KONSULTASI

No.

HARI/ TANGGAL

KETERANGAN REVISI

TANDA TANGAN DOSEN PEMBIMBING

24

Anda mungkin juga menyukai