Anda di halaman 1dari 11

BENCANA NASIONAL GEMPA - TSUNAMI ACEH: "Tuntutan untuk Lebih Serius dalam Mitigasi Bencana"

Gempa di Aceh yang diikuti tsunami dengan puluhan ribu korban jiwa dan kerugian materi yang tak terhitung, untuk kesekian kalinya menghenyakkan kesadaran dan mengguncang jiwa kita. Gempa yang mulai terjadi hari Minggu 26 Desember 2004 tersebut sampai saat ini masih terus berkelanjutan dengan gempa-gempa susulannya. Hingga hari ini =E2=80= =93 tanggal 29 Desember 2004 - sudah tercatat getaran-getaran dengan kekuatan 5-9 Skala Richter sebanyak 40 kali, dan belum jelas terlihat tanda-tanda kapan akan berhenti. Kita semua menundukkan kepala, kita semua berduka, kita semua menangis. Tapi tangisan dan keprihatinan saja tidak cukup dalam menyikapi sebuah bencana. Diperlukan langkah nyata berbasis alasan ilmiah yang cukup agar didapat gerak yang efektif dalam menanggulangi dan sekaligus bersiap mengantisipasinya lagi di masa depan. Sudah saatnya kita menangani bencana tidak hanya dengan mengandalkan naluri charitas belaka. Kondisi geologi Indonesia yg merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah indonesia ini kaya akan sumberdaya alam, salah satu konsekuensi logis kekompleksan kondisi geologi ini menjadikan banyak daerah-daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yg tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi, tsunami serta rawan letusan gunung api disepanjang "ring of fire" dari Sumatra - Jawa - Bali - Nusatenggara Banda - Maluku. Pemahaman akan resiko tinggal didaerah dengan kerawanan bencana tinggi ini semoga tidak menjebak kita pada pemikiran sempit bahwa kita

sedang memang menjalani "takdir hitam". Alam selalu bertindak jujur, adil, berjalan dengan aturan, rambu-rambu dan petunjuk, tanda-tanda yang amat jelas bagi yang bersedia memahaminya dengan tawadlu' dan kerendahan hati. Daerah rawan bencana gempa dan tsunami Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yg tingkat populasinya sangat padat. Daerah-daerah ini sering merupakan pusat aktifitas serta sumber pendapatan masyarakat serta negara, dan menjadi pusat pencurahan dana pembangunan. Namun ketika bencana gempa dan tsunami itu terjadi maka usaha-usaha pembangunan yg sudah dilakukan akan hilang dan lenyap dalam waktu yang sangat singkat dan bersifat katastropik. IAGI sebagai organisasi profesi dan masyarakat ilmiah perlu memberikan pendapat ilmiah dari sisi ilmu kegeologian dan cabang ilmu geologi yang terkait. 1. Kejadian serupa dengan gempa Aceh sangat mungkin terjadi di sebelah selatan dari rangkaian zona penunjaman yang sekarang menjadi pusat gempa dalam hitungan seminggu, sebulan, setahun, atau 10 tahun kedepan; artinya dapat sewaktu-waktu terjadi dalam skala waktu geologi. Untuk itu kita tidak boleh hanya menunggu, kita semua harus proaktif melakukan mitigasi, pemantauan, pembangunan sistim peringatan dini, dan sosialisasi-sosialisasi SEKARANG JUGA. 2. Bencana gempa bumi Aceh ini merupakan salah satu gejala alam yg "wajar" terjadi untuk daerah yg memiliki kondisi geologi yg kompleks ini. Namun perlu diketahui bahwa peramalan gempa bumi dan tsunami dari segi sains adalah yang paling sulit dilakukan dibanding dengan gunung meletus, longsoran tanah, dan banjir. Dengan kajian geologi, bencana ini bukanlah hal yg tidak dapat diramalkan, namun rentang waktu ketidak tentuan terjadiannya mempunyai derajat ketidak pastian cukup besar. Akurasi peramalan terjadinyapun berkisar dari 10-50 (?) tahun, sehingga yang perlu dilakukan adalah selalu bersiap diri untuk mengalaminya (keep on alert!!). 3. HARUS disadari penuh oleh masyarakat serta pemerintah Indonesia bahwa kita hidup didaerah yg rawan bencana alam. Juga perlu disadari bahwa bencana alam itu hampir selalu datang tiba-tiba. Dengan demikian bangsa Indonesia HARUS pandai menyiasati cara-cara hidup berdampingan dengan kondisi alam yg rawan bencana tersebut. Contohnya: Jepang dan California, mereka dapat hidup maju di daerah rawan bencana, tetapi mereka bisa menyiasati bencana tersebut sehingga meminimalkan jumlah korban dan kerugian setiap kali bencana datang. Dalam hal ini kewaspadaan ("keep on alerted") lebih berguna daripada prediksi.

4. Kesadaran serta kesiapan menghadapi bencana alam ini seharusnya dapat dimiliki oleh masyarakat melalui sosialisasi pengenalan kondisi lingkungan geologi serta kesiapan dalam menghadapi bencana alam di lingkungannya. Hampir semua bencana ini di awali dengan gejala-gejala yg perlu diketahui oleh masyarakat sehingga ada kesempatan untuk dapat menghindarinya. Misalnya: surutnya muka air-laut yg tidak wajar (secara tiba-tiba) setelah terasa gempa merupakan tandatanda akan datangnya tsunami. 5. Gempa bumi dan tsunami, seperti halnya gunung meletus, longsoran tanah, dan banjir adalah peristiwa geologi yang dari waktu kewaktu terjadi di seluruh muka bumi sebagai keniscayaan tanpa ada manusia yang dapat mencegahnya. Karena ada aktifitas manusia di daerah yang mengalami peristiwa geologi tersebut, maka timbulah BENCANA. Mitigasi bencana dan tindakan-tindakan antisipasinya adalah syarat mutlak untuk dapat hidup berdampingan dengan bencana alam geologi. 6. Selain kondisi kritis sesar-sesar atau patahan sumatra ini, gempa ini sering juga menjadi pemicu atau "trigger" aktifitas gunung api (ingat "ring of fire" dr Sumatra Jawa - Nusa Tenggara) yang tentu saja memicu dan memacu gejala-gelaja katastropik yang lain2nya (domino effect). Efeknya mungkin memang tidak akan "instant" (tidak dalam orde harian) tetapi sangat mungkin mengakselerasi dan mengubah status-status gunung api, kelongsoran dsb. Artinya harus ada evaluasi ulang tentang status kerawanan bencana di daerah-daerah ini. 7. Perlu "political will" pemerintah untuk segera memprioritaskan program mitigasi bencana alam geologi khususnya gempa dan tsunami, pembangunan sistim peringatan dini, dan sosialisasi, latihan-latihan tindakan penyelamatan manusia dalam bencana tersebut. 8. Implikasi dari "political will" pemerintah adalah alokasi biaya/anggaran untuk melaksanakan program-program mitigasi, pemantauan, sistim peringatan dini, dan sosialisasi2. Apabila pemerintah tidak mampu secara materi, jangan ragu-ragu atau malu-malu untuk meminta bantuan luarnegeri; demi keselamatan ribuan dan bahkan puluhan ribu nyawa bangsa Indonesia yang beresiko mengalami bencana. Bantuan ini dapat berupa kerja sama peneltian ilmiah, peralatan peringatan dini ataupun dana untuk sosialisasi ke masyarakat yg rawan terhadap bencana ini. 9. RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) HARUS BENAR-BENAR disesuaikan dengan kondisi daya dukung alam termasuk potensi kebencanaan daerah. Pemda-pemda, DPRD-DPRD, LSM, dan masyarakat luas HARUS mengontrol benar-benar penerapan prinsip-prinsip pembangunan dan pengembangan wilayah daerah rawan bencana. Saat ini masih sering dijumpai RTRW di daerah-daerah yang sama sekali tidak

memperhitungkan hal tersebut. Tsunami sebagian besar memakan korban bukan karena gempa yang memang belum terpantau secara seksama melainkan karena ketidak pedulian kita akan konsep tataruang pantai/teluk, pemetaan bathymetric wilayah dan tidak adanya pemasangan alat pantau dini alun panjang yang terintegrasi. 10. Pemerintah sampai saat ini belum mampu mengeluarkan building codes dan peraturan keselamatan bangunan berdasar zonasi kegempaan. Hal ini akibat dari kurangnya kesadaran/pemahaman sehingga riset kearah ini tidak pernah mendapat kesempatan yang proporsional untuk dilakukan. Di kalangan para pakar (selain konsep diskusi partial/ tidak melibatkan tenaga ahli secara komprehensif) sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai zonasi yang bisa diterima semua fihak.

Gempa dan Tsunami Jepang

Gempa bumi dashyat yang melanda Jepang siang hari tadi, menimbulkan kekhawatiran luar biasa bagi jajaran pemerintahan Jepang. Gempa tersebut diikuti oleh tsunami setinggi 10 meter yang melanda kota Sendai, di bagian utara Jepang, dan kebakaran di kota Sendai hingga Tokyo. Selain korban jiwa yang berjatuhan, kerugian finansial pun menjadi isu yang diperhatikan. Yasuo Yamamoto, ahli ekonomi senior dari Institut Penelitian Mizuho di Tokyo, mengatakan bahwa banyak pabrik mobil dan semi konduktor di bagian utara Jepang. Oleh karena itu, kerugian finansial akibat kerusakan pabrik sudah pasti dapat dirasakan. Kota Sendai dan sekitarnya merupakan area industri dengan pabrik kimia, petrokimia, dan elektronik. Dilaporkan banyak korban bencana yang cedera dan lima orang yang meninggal akibat api yang menjalar dari kota Sendai hingga Tokyo. Kebakaran tersebut antara lain terjadi di kilang minyak Cosmo Oil Co. di kota Chiba dan pabrik besi JFE Holdings Inc. yang juga merupakan produsen besi kelima terbesar di dunia. Dua orang dilaporkan meninggal akibat tertimpa atap pabrik Honda yang hancur di Tochigi. Beberapaairport, termasuk bandara Narita di Tokyo, dan jalur kereta ditutup. Raksasa elektronik, Sony, pun terpaksa menutup enam pabriknya akibat kerusakan yang terjadi setelah gempa. Mitsuhsige Akino,fund manager dari Ichiyoshi Investment Management, memprediksikan penurunan nilai saham perusahaan-perusahaan tersebut di pangsa pasar Senin besok.

BENCANA ALAM : DAMPAK GEMPA PADANG 7,6 SR

PADANG, KOMPAS.com Takdir, jodoh, rejeki, memang sudah ada yang mengatur. Setelah tiga hari terhimpit reruntuhan Hotel Ambacang, seorang pria mampu bertahan hidup hingga Sabtu (3/10) sore. Padahal, banyak pihak yang memperkirakan bahwa sekitar seratusan tamu dan karyawan yang masih tertimbun di antara reruntuhan telah tewas akibat kekurangan oksigen dan kehabisan energi. Belum jelas bagaimana pria tersebut mampu bertahan hidup dalam posisi terhimpit reruntuhan. Keberadaan pria ini awalnya terendus oleh sejumlah anggota tim evakuasi gabungan antara Indonesia, Swiss, dan Uni Emirat Arab. Salah seorang dari anggota tim evakuasi mendengar ada yang berteriak minta tolong dan menangis, ujar koordinator tim evakuasi di Hotel Ambacang, AKBP Pratomo IR, Sabtu (3/10) kepadaKompas.com. Mengingat kondisi lapangan yang cukup gaduh dan posisi korban yang dikelilingi tembok beton, berteriak sehingga terdengar tim evakuasi tentu membutuhkan energi yang tidak sedikit. Tim evakuasi pun langsung berusaha menerobos masuk ke dalam hotel dan membuat jalan masuk. Setelah jalan masuk dibuat, beberapa orang dokter langsung masuk guna memberikan pengobatan. HIN Hanya saja, petugas penyelamat berusaha menguatkan hatinya, dengan terus mengajaknya berkomunikasi. Bahkan anggota TNI sengaja membawa radio komunikasi (HT) ke balik reruntuhan, agar Suci bisa berkomunikasi dengan orangtua dan suaminya yang selalu setia menunggu di luar. Tim penyelamat sendiri memang memprioritaskan mengeluarkan Suci yang masih hidup, agar bisa segera mendapatkan perawatan medis. (Tribun Pekanbaru/nanang/hengki) ADANG, KOMPAS.com Takdir, jodoh, rejeki, memang sudah ada yang mengatur. Setelah tiga hari terhimpit reruntuhan Hotel Ambacang, seorang pria mampu bertahan hidup hingga Sabtu (3/10) sore. Padahal, banyak pihak yang memperkirakan bahwa sekitar seratusan tamu dan karyawan yang masih tertimbun di antara reruntuhan telah tewas akibat kekurangan oksigen dan kehabisan energi. Belum jelas bagaimana pria tersebut mampu bertahan hidup dalam posisi terhimpit reruntuhan. Keberadaan pria ini awalnya terendus oleh sejumlah anggota tim evakuasi gabungan antara

Indonesia, Swiss, dan Uni Emirat Arab. Salah seorang dari anggota tim evakuasi mendengar ada yang berteriak minta tolong dan menangis, ujar koordinator tim evakuasi di Hotel Ambacang, AKBP Pratomo IR, Sabtu (3/10) kepadaKompas.com. Mengingat kondisi lapangan yang cukup gaduh dan posisi korban yang dikelilingi tembok beton, berteriak sehingga terdengar tim evakuasi tentu membutuhkan energi yang tidak sedikit. Tim evakuasi pun langsung berusaha menerobos masuk ke dalam hotel dan membuat jalan masuk. Setelah jalan masuk dibuat, beberapa orang dokter langsung masuk guna memberikan pengobatan. HIN Hanya saja, petugas penyelamat berusaha menguatkan hatinya, dengan terus mengajaknya berkomunikasi. Bahkan anggota TNI sengaja membawa radio komunikasi (HT) ke balik reruntuhan, agar Suci bisa berkomunikasi dengan orangtua dan suaminya yang selalu setia menunggu di luar. Tim penyelamat sendiri memang memprioritaskan mengeluarkan Suci yang masih hidup, agar bisa segera mendapatkan perawatan medis. (Tribun Pekanbaru/nanang/hengki)

Letusan Krakatau Meningkat Jadi 72 Kali

Cinangka ANTARA) Letusan yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda meningkat, dari 71 kali (Rabu, 17/11) menjadi 72 pada Kamis (18/11. Betul, letusan yang dikeluarkan oleh gunung tersebut, bertambah satu kali, dibanding hari sebelumnya, kata Pengamat GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Sikin, Jumat. Hasil rekaman yang dilakukan oleh pos pemantau GAK, pada Kamis kemarin, jumlah kegempaan 522 kali, dengan rincian, vulkanik dalam (VA) 8 kali, vulkanik dangkal (VB) 92 kali, letusan 72 kali, tremor 189 kali, hembusan 161 kali. Statusnya masih level II atau `waspada` dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi Bencana di Bandung masih merekomendasikan warga tidak boleh mendekat pada radius dua kilometer dari titik lokasi kegempaan, katanya menambahkan. Sementara itu untuk jumlah kegempaan pada Rabu sebelumnya, GAK kegempaan sebanyak 534 kali, dengan rincian VA 10 kali, VB 117 kali, letusan 71 kali, tremor 161 kali, hembusan 175 kali. Jadi kalau dibandingkan antara Hari Rabu dan Kamis, hanya jumlah letusannya saja yang lebih banyak hari Kamis, tetapi secara keseluruahan, untuk jumlah kegempaannya masih banyak Hari Rabu, katanya menjelaskan.

Terpisah, salah seorang warga Paku, Anyer, Doni mengaku, letusan yang dikeluarkan dari perut GAK terdengar dengan jelas jika sudah larut malam. Kalau tengah malam, saya sangat sering mendengar letusan, kalau pagi dan sore hari tidak terdengar sama sekali, karena banyak suara kendaraan dan hiruk pikuk masyarakat, katanya menjelaskan. Kendati demikian, dirinya mengaku ada sedikit rasa ketakutan dan was-was, pasalnya berdasarkan sejarah, saat Gunung Krakatau meletus pada tahun 1800-an, terjadi gelombang tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai puluhan meter. Kalau mendengar sejarah sepertinya mengerikan, tetapi mudah-mudahan kami disini dijauhkan dan dihindari dari musibah, katanya berdoa. Senada diungkapkan oleh Erna. Menurut ibu beranak satu yang tinggal di Desa Cikoneng, Anyer ini, kekhawatiran muncul ketika suaminya belum pulang kerja. Rasa timbul takut, kalau saya hanya berdua saja dirumah, tapi kalau sudah datang suami, rasa itu sirna. Tapi yang jelas saya sih selalu berharap dan berdoa agar Allah SWT memberikan terbaik bagi umatnya, katanya.

BANJIR BANDANG WASIOR

Angka korban tewas akibat banjir bandnag di kota Wasior, Kabupaten teluk Wandoma, Papua Barat terus bertambah. Sampai dengan pukul 16.00, korban tewas yang sudah ditemukan sebanyak 83 orang. 64 orang lainnya dinyatakan hilang. Mereka diperkirakan tertimbun lumpur setinggi 23 meter atau hilang terbawa banjir ke laut, kata Staff Khusus Presiden bidang Otda, Velix Wanggai, Rabu (6/10/2010/ Pendapat saya tentang artikel diatas Pemda harus tanggap dengan mengerahkan seluruh satuan keamanan/ TNI/ POLISI, maupun para relawan untuk melakukan evakuasi dalam pencarian korban. Selain itu, pemda juga harus meminta dana sebagai ganti rugi mereka. Sediakan pakaian, peralatan medis, tenda, masker dan kantong jenazah untuk memenuhi kebutuhan korban tersebut. Banjir bandang juga diprediksi terjadi karena curah hujan yang tinggi dan kemudian air hujan mengalir deras ke arah kota Wasior yang berada pada daerah dataran rendah atau di kaki gunung. Untuk pencegahan, pemda harus aktif menghimbau masyarakatnya untuk bekerjasama dalam membuat kawasan hijau (reboisasi). Selain itu, penyerapan air dengan cara mengurangi pengkonsumsian air tanah secara langsung juga membantu dunia untuk mengurangi dampak pemanasan global

KLIPING BENCANA ALAM

NAMA : SITI NURHALIMAH KELAS : VI C NO ABSEN : 33 SEKOLAH : SDN. DOYONG 4

Anda mungkin juga menyukai