Daryatmo Mardiyanto menyampaikan bahwa pembahasan untuk menetapkan rekomendasi Partai memang sudah berjalan secara intensif sejak awal, setelah selesai Rakerdasus Partai Provinsi Bali. Berbagai pertimbangan menjadi masukan bagi rapat Partai serta masukan yang sifatnya informal serta berbagai kajian atas survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga masyarakat dan dari Partai, termasuk kualitas serta integritas pribadi para bakal calon itu sendiri. PDI Perjuangan sendiri merasa sangat optimis dapat memenangkan arena pemilihan gubernur Bali ini. Sebagai referensi historis, pada pemilu 2004, di Bali, PDI Perjuangan merupakan Partai pemenang pemilu dengan perolehan suara sebanyak 999.889 (52.50 persen) dari 1.904.610 suara sah. PDI Perjuangan sendiri menduduki 30 kursi DPRD Provinsi Bali dari total 55 kursi. Pada pemilihan presiden 2004 lalu pasangan Mega-Hasyim juga memperoleh kemenangan mutlak di provinsi Bali tersebut dengan perolehan 1.115.788 suara pada pilpres putaran I, dan memperoleh 1.246.521 pada putaran II. Selain itu, Dewa Made Beratha dan I.G.N. Kesuma Kelakan sebagai gubernur dan wakil gubernur Bali saat ini juga merupakan calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan pada pemilihan gubernur sebelumnya. Lebih lanjut, Daryatmo Mardiyanto menyampaikan dalam konteks referensi personal pasangan I Made Mangku Pastika dan Drs. AA Gde Ngurah Puspayoga sebagai pasangan cagub dan cawagub dinilai memiliki pengalaman yang lebih dari cukup untuk membawa Provinsi Bali ke arah yang lebih baik. Mangku Pastika adalah Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional (BNN) yang telah berhasil menangani kasus bom Bali. Sedang Puspayoga kini Walikota Denpasar dua periode. Masyarakat Denpasar mengenal Puspayoga sebagai pejabat yang merakyat dan ramah serta tidak membeda-bedakan status sosial. Dalam rapat DPP Partai Sabtu sore tadi pun memutuskan kepada pasangan tersebut untuk melakukan persiapan dan sosialisasi ke berbagai kalangan, dan dimulai dengan sosialisasi di kalangan internal Partai di seluruh jenjang struktur Partai dengan panduan dari DPP Partai untuk mengukuhkan konsolidasi Partai, pungkas Daryatmo Mardiyanto. (gus) sumber: www.beritabali.com Posted by in 13:12:10 | Permalink | Comments (1)
PDIP pada 2003 lalu. Juru bicara FPDIP, I Ketut Kariyasa Adnyana, menyelipkan kata-kata itu pada akhir pembacaan pemandangan umumnya di hadapan anggota rapat Dewan yang langsung dihadiri Gubernur Beratha kemarin. Kariyasa Adnyana menyebutkan, Beratha sebagai Gubernur yang lahir dari PDIP harus komit dalam mengamankan paket Bayu (Bharata/Yudha). Kami dari Fraksi PDIP meminta Pak Gubernur mendukung calon dari PDIP untuk Pilkada Gianyar, kata Kariyasa Adnyana. Politisi PDIP kelahiran Buleleng ini mengatakan alasan-alasannya. Menurut Kariyasa Adnyana, Gubernur Beratha dulu diperjuangkan PDIP dalam Pilgub Bali. Dengan begitu, Beratha sudah dianggap sebagai kader PDIP. Sebagai kader partai, otomatis harus ikut memenangkan jago PDIP di Gianyar, tegas Kariyasa Adnyana. Kariyasa Adnyana menyatakan pendapat itu sebagai saran karena Beratha adalah kader PDIP. Kondisi ini jelas membuat posisi Beratha terjepit. Sebab, serangan PDIP itu sekaligus berupaya menggoyang kekuatan paket Cok Ace/Sutanaya adik kandung Beratha. Kader senior PDIP yang juga anggota FPDIP lainnya, I Made Beratha Wiryadana, mengatakan tidak neko-neko dan membuat-buat permintaan itu. Uusai sidang, dia mengatakan Beratha tercatat sebagai kader PDIP, sehingga tidak ada alasan tak sanggup dalam memenangkan kader sendiri. Perlu digarisbawahi, Dewa Beratha adalah kader PDIP. Secara histories, dia kader kita dan wajib kita minta mengamankan kader di Gianyar, tegas Wiryadana. Apa jawaban Beratha? Usai sidang kemarin, Beratha masih malu-malu menyatakan mendukung adiknya. Ketika ditanya soal komitmennya akan kemana, karena dicap sebagai kader PDIP, Beratha mengatakan dirinya tidak ke mana-mana dan di mana-mana. Saya ada di timur, selatan, barat, utara, dan di tengahtengah, ujarnya politis. Menurutnya, Sutanaya memang adik kandungnya. Meski demikian, dirinya tidak akan mendukung siapa-siapa. Meskipun dia adik saya, saya tetap di tengahtengah, ujarnya. Ditanya soal kimetmennya kepada PDIP, mantan Sekwilda Bali ini mempertegas, dirinya adalah kader rakyat Bali. Saya kader rakyat Bali, tegasnya. Ucapan Beratha ini memperkuat klaim Sutanaya kalau dirinya memang benar-benar direstui kakaknya. Sutanaya sejak awal sudah mengatakan mendapatkan dukungan dari Beratha sebagai kakak. Hal itu terjadi dalam setiap pertemuan keluarga. Kalau memang benar, bisa jadi Beratha akan menggerakkan gerbong kekuatannya yang kasat mata untuk mendukung Sutanaya. Sumber: Nusa Bali Posted by in 14:09:24 | Permalink | No Comments
dikonfirmasi NusaBali, membenarkan kalau dirinya memang datang ke Vila Cucukan. Menurut Pastika, dirinya hadir ke Vila Cucukan yang berlokasi di tepi pantai itu karena diminta khusus oleh Megawati. Beliau (Megawati) meminta saya datang. Saya pun datang memenuhi permintaan itu, bersama dua teman, jelas Pastika. Apa agenda pertemuannya? Yah, hanya sarapan pagi saja. Kebetulan, beliau kan liburan di Bali. Namanya diminta, saya diminta dating ya datang, lanjut Jenderal Polisi Bintang Tiga kelahiran Gerokgak, Buleleng ini. Tapi, menurut Pastika, sebelum diberikan kesempatan bicara empat mata dengan Megawati, dirinya sempat ngobrol seraya sarapan pagi dengan dua petinggi PDIP: Taufiq Kiemas (Ketua Dewan Pertimbangan Pusat/Deperpu PDIP yang juga suami Megawati) dan Nyoman Adi Wiryatama (Ketua Bidang Pemenangan Pemilu/Bappilu DPD PDIP Bali yang juga Bupati Tabanan). Khusus saat pertemuan empat mata dengan Megawati, menurut Pastika, mereka bicara masalah keamanan. Ya, hanya soal pengamanan Bali, kondisi Bali, dan ke depan bagaimana? Itu saja. Kita berdiskusi, terang Pastika. Dihubungi terpisah, Ketua Bappilu DPD PDIP Bali Adi Wiryatama juga membenarkan kalau Pastika bertemu Megawati di Cucukan. Apa (Pastika) memang dipanggil (Megawati), saya tidak tahu. Memang dia ke Cucukan, kebetulan saya ada di sana, jelas Wiryatama. Ditanya apakah hal ini sebuah indikasi bahwa rekomendasi Megawati untuk Cagub PDIP akan jatuh ke tangan Pastika, menurut Wiryatama, tidak seperti itu. Nggak ada mengarah ke sana. Kita hanya makan pagi. Saya ada di sana dan memang tidak ada dibicarakan masalah rekomendasi, kilah Wiryatama yang juga nyalon Gubernur Bali lewat PDIP. Berbeda dengan Pastika, Wiryatama merupakan kader elite PDIP Bali yang dikenal dekat dengan Megawati. Sejak Megawati mendarat di Bali beberapa hari lalu, Wiryatama sudah menjemput. Setiapkali mantan Presiden RI itu berada di Bali, Wiryatama senantiasa mendampinginya. Menurut Wiryatama, dirinya kali ini berada di Cucukan mendampingi Mega, dalam kapasitasnya sebagai kader PDIP, bukan selaku kandidat Gubernur Bali. Saya kan kader PDIP dan pengurus partai. Jadi, tugas saya, ketika Ketua Umum PDIP berada di Bali, saya sebagai kader, buklan selaku kandidat Cagub, katanya. Pastika sendiri merupakan satu dari empat kandidat dari kalangan independen yang nyalon Gubernur lewat PDIP. Tiga tokoh non-kader lainnya masing-masing Wayan Sudirta (anggota DPD RI), Prof Dr Wayan Wita (mantan Rektor Unud), dan Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma (Dirut TPI). Sedangkan kandidat dari kader PDP adalah Adi Wiryatama, Gede Winasa (Bupati Jembrana), AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat (Ketua DPD PDIP Bali), Kesuma Putra (anggota DPRD Bali), IGN Alit Kesuma Kelakan (Wagub Bali saat ini), dan Nyoman Dhamantra (Wakil Ketua Bappilu DPD PDIP Bali). Sebetulnya, seluruh kandidat ini sudah diikutkan dalam Rakerdasus PDIP Bali, sebulan yang lalu. Hanya saja, dalam Rakerdasus itu, tak ada ditentukan siapa Calon Gubernur (Cagub) Bali dari PDIP, karena semua kandidat disodorkan ke DPP PDIP untuk direkomendasi. Hingga saat ini, rekomendasi dari Megawati selaku Ketua Umum DPP PDIP belum kunjung turun. Berdasarkan pengalaman, Megawati memberikan sinyal-sinyal khusus untuk kandidat yang akan diberikan rekomendasi. Contohnya, menjelang Pilkada Buleleng lalu, Megawati sempat mesra dan semobil dengan Putu Bagiada di Singaraja. Pada akhirnya, rekomendasi Calon Bupati Buleleng dari PDIP jatuh ke Putu Bagiada. Tak heran jika aksi merapat Pastika-Mega di Cucukan kemarin diterjemahkan sebagai isyarat rekomendasi. Sementara itu, hingga Senin kemarin belum ada tanda-tanda kejelasan, siapa yang akan mengantongi rekomendasi Megawati. Wakil-wakil rakyat Bali yang duduk di Fraksi PDIP DPR juga menyatakan rekomendasi masih gelap. Hal itu, antara lain, diutarakan Made Urip dan Nyoman Gunawan, menjawab NusaBali di Jakarta kemarin. Mengenai SK DPP yang mengistruksikan agar kader bupati/walikota jangan
maju ke Pilgub Bali, menurut Urip, hal itu merupakan langkah bagus. Dengan begitu, kader yang berposisi sebagai bupati/walikota konsentrasi penuh mengurus daerahnya masing-masing. Ditambahkan Urip, kader PDIP yang menjabat sebagai bupati/walikota masa jabatannya masih. Karenanya, DPP PDIP harus mengamankan kadernya agar tetap di posisinya, biar tidak disalahkan rakyat. Sebagai kader, harus taat dan patuh dengan mekanisme partai, ujar Urip. Namun, kata Urip lagi, tidak masalah jika ada kader bupati/walikota maju ke Pilgub, sepanjang mendapat persetujuan dari DPP PDIP. Urip sendiri mengaku tidak mempunyai calon favorit. Bagi dia, seluruh kandidat Gubernur yang maju melalui PDIP mempunyai potensi, kelebihan, dan kekurangan. Yang jelas, jika hasil survei sudah ada dan diputuskan oleh DPP, Urip siap mendukung calon yang direkomendasikan. Saya menunggu keputusan dari DPP PDIP. Siapa pun calon itu, saya siap pasang badan, tandas wakil rakyat yang duduk di Komisi IV DPR yang menangani masalah Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Logistik ini. Nyoman Gunawan juga idem ditto. Semua kandidat yang maju lewat PDIP berkualitas dan punya peluang. Tapi, bagaimanapun, DPP mempunyai pertimbangan khusus. Untuk itu, saya siap mendukung siapapun yang diberikan rekomendasi oleh DPP, kata mantan lawyer ini. Meski demikian, Gunawan berharap calon Gubernur Bali adalah orang yang berkualitas, tidak cacat hukum, mempunyai track reccord baik, punya komitmen tentang pembangunan Bali, bisa menjaga keamanan Bali, dan dikenal berbagia kalangan baik kelas bawah maupun atas. Sumber : Nusabali Posted by in 01:01:48 | Permalink | Comments (1)
berharap agar pelayanan di RSUD Sanjiwani tidak laksana membeli botol dan airnya, lebih mahal botolnya ketimbang airnya. Maksud kami, biaya ongkos inap lebih mahal ketimbang membeli obat. Sudah begitu, pelayanannya juga kurang baik. Selain itu, pelayanan kesehatan untuk rakyat miskin juga terlalu birokratis. Banyak rakyat miskin yang kesulitas mendapat pelayanan gratis gara-gara tidak memiliki kedekatan atau hubungan baik dengan aparat, keluh salah seorang warga kepada Cok Ace. Warga masyarakat juga menyoroti terkikisnya lahan pertanian akibat proses pembangunan yang tak terencana dengan baik. Selain itu, tingkat kunjungan wisatawan asing yang tidak mengalami perkembangan signifikan, juga mendapat perhatian warga. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya pemerintahan yang adil dan tak pilih kasih. Sekarang ini hanya masyarakat yang tunduk dan mengikuti permintaan dari penguasa yang mendapat bantuan, tukas seorang warga yang ikut hadir. Dengan membaiknya kondisi perekonomian Gianyar, warga berharap Cok Ace bila menang nanti bisa menerapkan system pendidikan dan kesehatan gratis, khususnya bagi rakyat miskin. Mendengar keluh-kesah tersebut, Cok Ace yang waktu itu didampingi kakandanya, Tjokorda Putra Sukawati yang juga penasehat Bali Tourism Board (BTB) dan Tjokorda Ngurah Suyadnya alias Tjok Wah, menanggapinya dengan ramah. Sebagai pengayom dan pemimpin masyarakat, jelas Cok Ace, sudah seharusnya kalau dirinya memperjuangkan aspirasi rakyat tersebut. Apalagi apa yang disampaikan warga masyarakat tersebut memang sesuai dengan visi dan misi yang diperjuangkan Cok Ace Sutanaya, yakni kebijakan pembangunan yang berpihak kepada rakyat. " Kalau rakyat haus berarti mereka membutuhkan air dan ketika rakyat lapar berarti membutuhkan makanan. Jadi, kalau masyarakat menyuarakan aspirasi seperti itu, berarti kondisi mereka memang membutuhkan itu. Sudah menjadi tugas pemimpin yang menjabat untuk melaksanakannya, " kata Cjok Ace. Pada kesempatan itu, Cok Ace juga menyarankan agar masyarakat tidak segansegan menyampaikan saran dan kritinya. "Kami tak akan bisa lepas dari rakyat, karena kami disini besar karena rakyat, dan kami bisa jadi Calon Bupati juga atas kehendak rakyat," tuturnya. (asm)
Posted by in 13:26:58 | Permalink | No Comments Disodok, Cabup Lakukan Kebulatan Tekad di Pura Gianyar, Tim Pemantau Pilkada Gianyar menyodok Cabup-Cawabup yang melakukan kebulatan tekad di tempat suci atau di Pura-Pura (tempat ibadah-red). Pasalnya, hal ini dianggap menganggu kecucian Pura itu sendiri. Pernyataan ini sendiri disampaikan langsung oleh Tim Pemantau Pilkada Gianyar dari LSM Bali Lestari, I Wayan Rukiasta. Bahkan, pihaknya sangat gerah mendengar atau membaca kandidat yang melakukan
kebulatan tekad di Pura ataupun ditempat suci, hal ini menurutnya sangat menganggu kesucian pura. Pura itu tempat melakukan persembahyangan, jangan dikait-kaitkan dengan politik dong, ini khan menganggu kesucian daripada pura itu sendiri, kata pria asal Beng, Gianyar ini. Sambung Rukiasta, kalau kebulatan tekad itu dilakukan diluar areal pura, dirinya sama sekali tak mempermasalahkannya, karena sudah dianggap wajar mensosialisasikan diri. Kalau tidak berada di areal pura dan tak melakukan intimidasi ataupun pemaksaan dalam memilih kandidat, saya rasa tak ada masalah, namun kalau sebaliknya kami sangat keberatan, ungkapnya. (art) Sumber: Beritabali.com Posted by in 13:20:46 | Permalink | No Comments Pilkada Gianyar: PNS Ikut Tim Sukses Gianyar, Bola aspirasi serta kritikan masyarakat semakin mencuat ke permukaan. Kali ini, PNS (Pegawai Negeri Sipil) ataupun pejabat di jajaran Pemkab Gianyar yang terlibat menjadi tim sukses mulai menuai kritikan pedas. Kritikan itu sendiri muncul dari salah satu tokoh pengamat pendidikan, Dewa Made Subrata, pria asal Tegal Tugu, Gianyar ini dengan pedas mengkritik PNS yang ikut-ikutan menjadi tim sukses. PNS itu merupakan institusi netral, kok ikut-ikutan jadi tim sukses, situasi ini khan membuat suasana tak nyaman, ungkapnya. Bukan hanya itu, selama ini dalam UU No 32 Tahun 2004 utamanya pasal 79 ayat 4 serta PP no 6 tahun 2005 tentang pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah utamanya pasa pasal 62 telah jelas disebutkan kalau pasangan calon tak boleh melibatkan PNS sebagai Jurkam termasuk didalamnya tim sukses. Jika UU saja dilabrak dan tak dihiraukan apalagi rakyat, ini sangat berbahaya, ungkapnya. Lebih jauh, sambung Subrata yang juga salah satu Dosen pendidikan sejarah mengatakan selama ini dirinya sangat menyayangkan kalau demokrasi politik di Kabupaten Gianyar dicederai oleh tangan -tangan yang tak bertanggung-jawab. Jika begitu terus adanya kapan kedewasaan berpolitik itu muncul, katanya. (art) Sumber: Beritabali.com Posted by in 13:13:42 | Permalink | No Comments Winasa Dilamar Pemuda Tani
NEGARA Nama Bupati Jembrana I Gede Winasa tampaknya semakin bersinar sehingga banyak yang ingin melamarnya. Seperti yang dilakukan DPD Pemuda Tani Bali pimpinan Made Yudiasa. Terangterangan lembaga ini melamar Winasa untuk dijadikan Ketua Dewan Penasehat DPD Pemuda Tani Bali. Menurut Yudiasa, sebagai sebuah organisasi yang akan diresmikan pada 26 Oktober nanti, DPD Pemuda Tani Bali memerlukan figur penasehat yang betul-betul memiliki komitmen kuat untuk mensejahterakan petani. Pasalnya dari perdiksi Pemuda Tani Bali tahun 2014, Bali akan mengalami krisis petani lantaran generasi muda tidak mau disebut sebagai petani. Mereka merasa jika menjadi petani kesan yangmuncul akan lebih nista dibanding kesan menjadi pegawai hotel atau yang lainnya meski posisinya paling rendah. Kami butuh figur panutan yang memiliki visi yang jelas untuk mensejahterakan petani. Kami menilai Pak Winasa sangat cocok untuk itu karena sangat konsen dengan pertanian dan pak Winasa sudah tidak banyak ngomong lagi seperti yang lainnya tapi sudah langsung diaplikasikan di lapangan,jelasnya. Menangapi lamaran Pemuda Tani tersebut, Winasa mengatakan dirinya cukup kaget karena tiba-tiba dipinang untuk dijadikan ketua dewan pensehat. Menurut Winasa sebenarnya banyak cara untuk
membuat pemuda kita merasa bangga menjadi petani. Kita harus berpikir komprehensif dalam mengatasi krisis petani itu. Jika saja hasil pertanian Bali bisa memenuhi pasar pariwisata Bali, pasti petani akan sejahtera dan secara otomatis para pemuda kita akan tertarik menjadi petani dan kita tidak akan mengalami krisis petani, ujarnya. (nom) Sumber : Jawapos
Posted by in 12:11:02 | Permalink | Comments (2) Calon Gubernur Idola Perempuan Dengan argumentasi beragam mereka juga menulis nama bakal calon yang tidak akan mereka pilih. Mereka pun sudah memiliki pilihan, sosok perempuan yang pantas digadang-gadang menjadi pemimpin nomor satu di Bali. Mereka adalah 4188 orang perempuan di Bali yang mengembalikan lembaran jajak pendapat yang diedarkan Koran Tokoh selama bulan Agustus 2007. Beragam pekerjaan/profesi responden. Mereka berdomisili merata di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Sebagian besar (51 %) berasal dari Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, daerah tempat tinggal sebagian besar bakal calon. Yang disodorkan dalam lembaran jajak pendapat adalah nama bakal calon yang pernah dipublikasikan media massa di Bali, baik yang menyatakan diri akan menjadi bakal calon maupun yang disebut-sebut/dicalonkan pihak lain. Namun, dibuka kesempatan bagi responden untuk menulis calon lain yang selama ini belum terpublikasikan media massa. Kualitas (31 %) dan jujur (27%) adalah dasar pertimbangan terbanyak mereka dalam memilih nama bakal calon tertentu. Diasumsikan dasar pertimbangan tersebut sebagai prasyarat yang mereka usulkan agar dipenuhi tiap kandidat. Pertimbangan/persyaratan yang menempati peringkat berikutnya adalah berwibawa, keluarganya harmonis, peduli terhadap Bali, dan kaya. Ada beberapa petimbangan/persyaratan lainnya, misalnya merakyat/dikenal luas dan berpengalaman sebagai pejabat pemerintah. Tidak teruraikan memang, apa yang dimaksudkan kualitas. Parameter kualitas bisa bermacammacam. Dalam dunia politik praktis, juga belum ditemukan parameter kualitas yang terukur, baku, dan seragam. Faktor kepentingan sering berpengaruh dominan dalam menentukan tolok ukur kualitas figur. Dalam manajemen kualitas (total quality control) dapat kita temukan aspek-aspek yang menentukan bahwa sesuatu itu berkualitas. Ada enam aspeknya. Di antaranya, mencakup aspek moral, pelayanan, disiplin, dan produk serta proses yang ditempuh dalam melahirkan produk yang berkualitas. Apakah aspek-aspek seperti itu juga tergambar di benak responden ketika mereka memilih pertimbangan/persyaratan kualitas bagi bakal calon gubernur Bali? Pilihan yang dapat dikategorikan sebagai rasional tersebut ditulis responden yang sebagian besar bekerja/berprofesi sebagai ibu rumah tangga, karyawati perusahaan swasta, dan pegawai negeri sipil yang masing-masing berjumlah di atas 24% dari jumlah reponden. Ini bisa dijadikan tengara bahwa rata-rata responden tersebut adalah berpendidikan formal (PNS dan karyawati perusahaan swasta) atau memiliki wawasan/pendidikan memadai meskipun mereka sehari-hari hanya berkutat dalam lingkungan pekerjaan domestik (lingkungan rumah tangga).
Pekerjaan/profesi responden lainnya, mahasiswi (9%), siswi (minimal kelas 3 SMA, 8%), pembantu rumah tangga (2%), dan TNI/Polri (0,9%). Uniknya, lebih dari satu bakal calon mendapat dukungan besar dari responden tertentu dan ditempatkan di kolom calon yang dipilih, tetapi dengan jumlah yang relatif banyak mereka juga ditempatkan sebagai figur yang tidak akan dipilih oleh responden tertentu lainnya. Uniknya lagi, tiap bakal calon yang disodorkan namanya dalam lembaran jajak pendapat (14 orang) mendapat suara dukungan dan tertera dalam kolom calon yang dipilih, dan nama tiap bakal calon tersebut juga bertengger dalam kolom yang tidak akan dipilih oleh responden lainnya. Relatif sedikit (11%) responden yang mengisi kolom siapa figur dari kalangan perempuan yang pantas menjadi gubernur Bali. Sebagian responden menulis tidak ada atau belum ada, dan sebagian lagi mengosongkan kolom tersebut. Yang mengisinya, menulis nama yang beragam. Setelah dijumlah, sungguh fantastis, terdapat 38 nama figur perempuan yang dianggap pantas menjadi gubernur Bali pada masa-masa mendatang. Yang memilih Megawati Sukarnoputri tepat untuk menjadi gubernur Bali juga ada, sebanyak 9 responden. Apa pun metodenya, tiap jajak pendapat pasti tidak luput dari sisi kekurangan atau perilaku subjektif. Oleh karena itu dalam hasil jajak pendapat Koran Tokoh ini tidak disebutkan perolehan suara masing-masing kandidat, tetapi mereka digolongkan dalam peringkat kelompok. Kelompok perolehan suara bakal calon gubernur Bali idola perempuan di Bali (nama berdasarkan abjad, bukan berdasarkan perolehan suara) adalah sebagai berikut: Kelompok I : Budi Argawa, Budi Suryawan, Mangku Pastika, Puspayoga, Winasa. Kelompok II: Alit Putra, Jro Gde Karang, Sudirta, Suwisma, Wita. Kelompok III: Adi Wiryatama, Alit Yudha, Dhamantra, Oka Ratmadi. Lima figur perempuan yang dianggap pantas menjadi gubernur dan memperoleh suara terbesar (nama berdasarkan abjad, bukan berdasarkan perolehan suara): Dayu Agung Mas, TIA Kusuma Wardani, Mardhani Rata, Nyoman Masni, L.K. Suryani. wid/wah Litbang Koran Tokoh. Sumber : Tabloid Tokoh
Sumber: www.beritabali.com
Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:
Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten Walikota dan wakil walikota untuk kota
Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar hukum penyelenggaraan pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, pilkada (pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama "pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah". Pilkada pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
[sunting] Penyelenggaraan
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Khusus di Nanggroe Aceh Darussalam, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).
[sunting] Peserta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Khusus di Nanggroe Aceh Darussalam, peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal.