Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS KOMJUNGTIVITIS KATARALIS Disusun Untuk Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kesehatan

Mata Di RSUD Tidar Magelang

Diajukan Kepada : dr. M. Junaedi, Sp. M

Disusun Oleh : Annisa Mutiara Insani Nim : 2007.031.0166

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA 2012

LAPORAN PRESENTASI KASUS KONJUNGTIVITIS KATRALIS A. KASUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN: - Nama pasien
- Umur

: Ny. A : 49 tahun : Perempuan : SMA : Ibu rumah tangga : Islam : Jawa/Indonesia : Nglorok, Temanggung

- Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan


- Agama

- Suku/bangsa
- Alamat

II.1. ANAMNESIS : - Keluhan Utama : Pasien mengeluh kedua matanya sakit dan merah. - Keluhan Tambahan : Pasien juga mengeluh kedua matanya terasa pegel, nerocos dan terasa lengket bila bangun tidur di pagi hari. - Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : Pasien mengeluh kedua matanya sakit dan merah. Selain itu matanya juga terasa pegal, banyak mengeluarkan air mata dan terasa lengket bila bangun tidur di pagi hari (tidak bisa dibuka). Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Sudah diobati obat tetes mata Insto tetapi tidak ada perbaikan. Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Tidak pernah mengeluhakan hal serupa sebelumnya. II.2. KESAN :
- Kesadaran

: Compos Mentis : Baik : Tampak kemerahan

- Keadaan Umum
- OD

- OS

: Tampak kemerahan

II.3. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF PEMERIKSAAN Visus Jauh Refraksi Koreksi Visus Dekat Proyeksi Sinar Proyeksi Warna OD 20/40 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Baik Baik OS 20/40 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Baik Baik

II.4. PEMERIKSAAN OBYEKTIF PEMERIKSAAN 1. Sekitar mata (supersilia) 1. Kelopak mata - Pasangan - Gerakan - Lebar rima - Kulit - Tepi kelopak OD N OS N PENILAIAN Kedudukan alis baik, jaringan parut (-), simetris N N 9 mm N N N N 9 mm N N N N (-) + + + Dakrioadenitis (-) Dakriosistitis (-) Tidak Dilakukan N Simetris Tidak ada gangguan gerak (syaraf dan otot penggerak bola mata normal) Makroftalmos (-) Mikroftalmos (-) Palpasi kenyal (tidak ada peningkatan penurunan TIO) 6. Konjungtiva - Palpebra superior Hiperemi (+) Hiperemi (+) dan Simetris Gangguan gerak (-)

2. Apparatus Lakrimalis - Sekitar gland. lakrimalis N - Sekitar sakus lakrimalis N - Uji flurosensi - Uji regurgitasi (-) 3. Bola mata - Pasangan N N N+ + N+ - Gerakan + + - Ukuran 5. TIO N N + + + + N N

Cobblestone (-) Cobblestone (-) Membrane (-) Sikatrik (-) - Forniks Secret (+) Hiperemi (+) Membrane (-) - Palpebra inferior Sikatrik (-) Hiperemi (+) Membrane (-) Sikatrik (-) - Bulbi Secret (+) Hiperemi (+) Injeksi Injeksi silier (-) 7. Sclera 8. Kornea - Ukuran - Kecembungan - Limbus - Permukaan - Medium - Dinding Belakang - Uji flurosensi - Placido
9.

Membrane (-) Sikatrik (-) Secret (+) Hiperemi (+) Membrane (-) Sikatrik (-) Hiperemi (+) Membrane (-) Sikatrik (-) Secret (+) Hiperemi (+) Injeksi Injeksi silier (-) Flikten (-) Ikterik (-) 11 mm horizontal N Arcus senilis (+) Licin, berkilau Jernih Jernih Tidak dilakukan N (Reguler konsentris) Lebih cembung

Cobblestone (-) Cobblestone (-)

Cobblestone (-) Cobblestone (-)

konjungtiva (+) konjungtiva (+) Flikten (-) Ikterik (-) 11 mm horizontal N Arcus senilis (+) Licin, berkilau Jernih Jernih Tidak dilakukan N

dari sclera Benjolan (-) Benda asing (-)

Kamera Okuli anterior - Ukuran Dalam - Isi 10. Iris - Warna Jernih Cokelat

Dalam Jernih Cokelat

- Pasangan Gambaran - Bentuk 11. Pupil - Ukuran - Bentuk - Tempat Tepi Refleks direct Refleks indrect 12. Lensa - Ada/tidak - Kejernihan - Letak -Warna kekeruhan 13.Korpus Vitreum 14.Refleks fundus

Simetris Baik N 4 mm Bulat Di tengah Reguler (+) (+) Ada Jernih Di tengah, belakang iris Tidak ada Jernih (+)

Simetris Baik N 4 mm Bulat Di tengah Reguler (+) (+) Ada Jernih Di tengah, belakang iris Tidak ada Jernih (+)

Bulat Isokor

Adanya cahaya orange

II.5. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD OS Konjungtiva tarsal dan bulbi tampak Konjungtiva tarsal dan bulbi tampak kemerahan seromukous. III. DIAGNOSIS
-

dengan

adanya

secret kemerahan dengan adanya secret seromukous

OD : Konjungtivitis kataralis OS : Konjungtivitis kataralis

IV. TERAPI 1. Antibiotik topikal 2. Antibiotik sistemik


3. Topikal kortikosteroid

V. PROGNOSIS

Visum (Visam)

: baik
5

Kesembuhan (Sanam) Jiwa (Vitam) Kosmetika (Kosmeticam)

: ad bonam : ad bonam : ad bonam

KONJUNGTIVITIS KATARALIS Definisi Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis kataralis merupakan konjuntivitis yang mengeluarkan secret serus, mucous atau mukoprulen. Gejala & Tanda Klinis Gejala umum dari konjungtivitis adalah adanya sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Rasa gatal di mata akan mendorong penderita untuk menggosok matanya. Pada anak-anak dengan peradangan tingkat yang paling ringan, seringkali anak hanya mengedip-ngedipkan mata dengan gelisah. Akibat dari gosokan terhadap mata, dapat terjadi pembengkakan kelopak mata, konjungtiva palpebra merah bahkan sembab, konjungtiva bulbi pun merah. Jika ada rasa sakit, kornea agaknya terkena. Tanda klinis dari konjungtivitis kataralis adalah adanya injeksi konjungtiva dan hiperemis pada konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobblestone dan tanpa flikten disertai adanya sekret serous, mukous atau mukopurulen tergantung penyebabnya. Konjungtivitis kataralis dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Konjungtivitis kataralis akut 2. Konjungtivitis kataralis sub akut 3. Konjungtivitis kataralis kronik Konjungtivitis kataralis akut Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akuta simplek pink eye. Merupakan penyakit menular dengan penularan melalui kontak langsung dengan secret konjungtiva. Dapat mengenai satu

atau dua mata. Bisa disebabkan oleh Koch Weeks, stafilokokus aureus, streptokokus viridians atau virus. Biasanya diakibatkan oleh infeksi virus (adenovirus). Konjungtivitis kataralis akut kadang-kadang dapat sembuh sendiri oleh resistensi tubuh setelah 1-2 minggu.

Gejala subjektif biasanya adalah : a. Terasa seperti ada pasir atau ada benda asing di mata. b. Lakrimasi (keluar air mata terus menerus)
c. Blefarospasme (mata sukar dibuka)

d. Fotofobia

Gejala objektif dari konjungtivitis kataralis adalah : a. Palpebra : edema


b. Konjungtiva Palpebra : merah, kasar, seperti beludru karena ada

edema dan infiltrasi


c. Konjungtiva bulbi : konjungtiva injeksi banyak, kemosis, dapat

ditemukan pseudomembran pada infeksi dengan pneumokokus. Kadang-kadang disertai perdarahan subkonjungtival kecil-kecil, baik di konjungtiva palpebra maupun di konjungtiva bulbi
d. Blefarospasme e. Sekret mukous, mukopurulen

. 2. Konjungtivitis kataralis sub akut Adalah lanjutan dari konjungtivitis kataralis akut atau oleh kuman H. influenza. Gejala objektif : a. Palpebra : edema b. Konjungtiva palpebra : hiperemis, tidak begitu infiltratif c. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), blefarospasme (-) d. Sekret cair

3.

Konjungtivitis kataralis kronik Sebagai lanjutan dari konjungtivitis kataralis akut atau disebabkan oleh kumah Koch Weeks, stafilokokus aureus, Morax Axenfeld, E. coli. Dapat pula disebabkan juga oleh obstruksi duktus nasolakrimal. Gejala subjektif : Gatal, ngeres, rasa berat di mata, pagi banyak kotoran di mata, mata terasa ada pasir. Gejala objektif : a. Palpebra : tidak bengkak b. Margo palpebra : blefaritis c. Konjungtiva palpebra : sedikit hiperemis, licin d. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva ringan, dapat bilateral, mengenai anak dan dewasa e. Sekret : mukoid

Diagnosis Diagnosis ditegakan pertama kali dari gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan sitologi konjungtivitis dapat membantu menegakan kausa. Pemeriksaan bakteriologik dilakukan dengan mengambil eksudat dngan spatula platinaa steril dari permukaan konjungtivitis yang sudah dianastesi, kemudian dipulas dengan pengecatan gram (untuk menentukan organisme bakteri) dan dengan pulasan Giemsa (untuk menentukan jenis dan morfologi sel). Banyaknya leukosit PMN merupakan cirri khas konjungtivitis dikarenakan oleh bakteri. Sedangkan banyaknya sel mononuclear, khususnya limfosit merupakan cirri khas konjungtivitis virus. Pembuatan kultur akan membantu memberi keterangan tentang kepekaan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan. Penatalaksanaan Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, maka bisa diberikan antibiotic. Konjungtivitis karena virus biasanya sembuh

sendiri, umumnya sekitar 10 hari. Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Topikal steroid disini dimaksudkan untuk megurangi ketidaknyamanan oleh karena radang tetapi tidak memperpendek lama infeksi. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus, diberikan

Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pencegahan 1. 2. 3. 4. Hindari menyentuh mata yang sehat, cuci tagan setelah menyentuh Hindari penggunaan lap/ handuk bersama-sama penderita Ganti sarung bantal secara teratur Selalu membersihkan tangan setelah berjabat tangan atau mata yang sakit

berpegangan dengan penderita konjungtivitis Komplikasi Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: glaukoma, katarak, ablasi retina Prognosis Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain,

10

kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan. Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, 2008, Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta
2. Vaughan D.G, Asbury T, Riordan P, 2002, Oftalmologi Umum, Edisi ke-

14, Widya Medika, Jakarta


3. Widjaya, Nana.,1993. Ilmu Penyakit Mata edisi ke-6. Jakarta : Penerbit

abadi tegal, hlm : 46-48 4. James, Burs, et al. 2005. Lecture Note Ophthalmology. Erlangga : Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai