Anda di halaman 1dari 2

warnapastel Dhitta Puti

Pesan Pribadi Laporkan Pelanggaran

Apr 1, '09 9:36 PM untuk semuanya Belakangan ini di kelas sempat beberapa kali ada pembahasan mengenai diferensiasi dalam pendidikan. Maksudnya, mengenai bagaimana para siswa dibedakan menurut suatu ukuran tertentu. Diferensiasi dalam pendidikan Contoh-contoh diferensiasi dalam pendidikan seperti ini:

Diferensiasi berdasarkan jenis kelamin, seperti di beberapa sekolah seperti pesantren, dan beberapa sekolah katolik seperti SMU Tarakanita, Kanisius, dan Pangudi Luhur Diferensiasi berdasarkan umur, misalnya kelas 1 umur 6-7 tahun, dst Diferensiasi berdasarkan kepandaian (dalam bidang tertentu), kalau di UK misalnya kadang-kadang di kelas matematika, anak-anak dipisahkan berdasarkan kemampuan. MIsalnya yang jago matematika di satu meja, yang menengah di meja lain, yang kurang di meja lain, tugas mereka biasanya beda-beda dan mungkin sang guru akan lebih banyak berada di meja yang anak-anaknya kurang kemampuannya. Kalau di UK, biasanya pemisahan ini seringkali untuk pelajaran matematika saja. Diferensiasi berdasarkan tingkah laku, misalnya anak yang suka ribut diminta duduk di depan, biar bisa lebih diperhatikan guru Diferensiasi berdasarkan performansi akademik, dimana anak-anak yang nilainya bagus digabungkan (di satu sekolah) atau (satu kelas), sedangkan anak yang nilainya kurang dipisah.

Kalau di sini, ada sistem yang memang melakukan diferensiasi berdasarkan performansi akademik, tapi ada juga yang sistemnya Mixed ability group artinya, siswa yang performansi akademiknya berbeda-beda digabungkan dalam satu kelas ataupun satu sekolah. Sekolah yang mixed ability, ada yang sistem penerimaan siswanya berdasarkan undian (jadi siapapun punya peluang yang sama untuk diterima). Berdasarkan beberapa tulisan yang saya baca, program-program mixed ability ini dianggap lebih baik (walaupun masih dalam tahap perdebatan) Dalam sekolah yang menerapkan sistem mixed ability, anak-anak jadi bisa belajar satu sama lain. Anak yang jago di matematika misalnya bisa membagikan pengetahuannya pada temantemannya yang lain, sedangkan anak yang jago bahasa juga bisa melakukan hal yang sama. Berdasarkan beberapa penelitian (lupa detailnya), anak-anak yang sekolah di sekolah mixed ability jadi belajar bahwa setiap anak punya keunggulannya masing-masing. Ada anak-anak yang pandai secara akademik dalam bidang-bidang ternetu, ada juga dalam bidang-bidang lain, ada yang kemampuan akademiknya biasa-biasa saja atau malah kurang tapi jago bergaul, ada yang jago organisasi, ada yang jago seni, dan sebagainya. Dan mereka bisa belajar satu dari yang lain.

Di Indonesia, jelas-jelas terjadi diferensiasi berdasarkan performansi akademik. Anak-anak yang memiliki performansi akademik yang bagus akan masuk sekolah-sekolah 'unggulan'. Yang performansinya kurang, mungkin masuk sekolah-sekolah lainnya. Saya tidak tahu praktek ini didasarkan pada apa, Apa ada penelitian mengenai efef baik/buruk diferensiasi berdasarkan performansi ini di Indonesia? Saya belum tahu. Jujur saja, saya masih bingung tulisan ini mau dibawa kemana (karena ide saya tentang topik ini belum utuh). Yang jelas, tulisan ini merupakan sebuah pembuka, untuk menanyakan pendapat teman-teman tentang diferensiasi dalam pendidikan di Indonesia. Bagaimana kalau saya membiarkan temanteman yang bercerita? :)

Anda mungkin juga menyukai