multikomponen Tahapan analisis kuantitatif obat multikomponen dalam sediaan obat padat, semi padat, cair dan steril secara spektrofluorometri M. SULAIMAN ZUBAIR (www.abuumar80.wordpress.com)
Istilah
y Analisis kuantitatif : analisis penentuan kadar suatu
senyawa didalam suatu sampel y Sediaan obat : padat (tablet, kapsul), semipadat (salep), cair (sirup, emulsi, suspensi) dan steril (injeksi) y Multikomponen : sediaan obat yang terdiri dari beberapa senyawa aktif obat, seperti kombinasi GG dan Difenhidramin dalam sirup obat batuk y Spektrofluorometri : metode analisis dengan menggunakan instrumen spektrofluorometer
representatif untuk menghindari resiko adanya hasil analisis yang keluar dari spesifikasi yang ditentukan. Contoh : Menurut Farmakope, untuk analisis tablet parasetamol dibutuhkan sampel sebanyak 20 tablet parasetamol 500 mg
secara langsung, atau diencerkan atau dipekatkan terlebih dahulu dengan pelarut organik y Sediaan steril (injeksi) : dapat dilakukan pengukuran secara langsung
Isolasi obat dalam salep harus ditunjukkan pada dasar salepnya : - Salep lemak bulu domba alkohol, biasanya dilarutkan dalam kloroform atau eter - Salep hidrofil, dilarutkan dalam kloroform atau eter - Salep lanolin, dilarutkan dalam kloroform atau eter - Salep Polietilen glikol, dilarutkan dalam etanol atau air
dengan menggunakan instrumen spektroskopi, maka syarat pertama adalah harus larut dalam larutan pembawa yang digunakan y Meskipun sediaan itu merupakan sediaan obat multikomponen, maka dengan instrumen spektroskopi maupun kromatografi dapat membedakan masingmasing komponen tersebut, berdasarkan nilai panjang gelombang maupun nilai Rf yang berbeda-beda antar komponen
yang menggunakan pengukuran intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat uji dibandingkan dengan yang dipancarkan oleh suatu baku tertentu. y Pada umumnya cahaya yang diemisikan oleh larutan berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum pada panjang gelombang yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih panjang dari panjang gelombang radiasi eksitasi (gelombang pita penyerapan sinar yang membangkitkannya).
Instrumentasi
y Pengukuran intensitas fluoresensi dapat
dilakukan dengan suatu fluorometer filter sederhana. Instrument yang dipergunakan bermacam-macam mulai dari yang paling sederhana (filter fluorometer) sampai ke yang sangat kompleks yaitu spektrofotometer.
cahaya yang kuat oleh suatu molekul. Hal ini dapat terjadi pada senyawa aromatic, senyawa heterosiklik dan molekul dengan system konjugasi. y Senyawa dengan transisi elektronik -- *, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berfluoresensi daripada transisi n -- *. Misalnya, benzen dapat berfluoresensi sedangkan piridina tidak.
11 7 1 1 11
Konsentrasi minimum Fluoresensi (ppm) 405 0,004 305 450 375 480 0,003 0,002 0,008 0,1
berfluoresensi dapat diubah menjadi senyawa yang berfluoresensi. Metode ini penting baik untuk senyawa organic maupun anorganik, dan banyak senyawa anorganik membentuk kompleks yang mudah berfluoresensi dengan pereaksi organic. Misalnya : Vitamin B1 dalam sediaan Farmasi atau makanan dapat ditetapkan secara spektrofluorimetri setelah dioksidasi menjadi tiokrom yang mudah berfluoresensi.
CH2-CH2OH.2CL CH3
Fe(CN)6 OH
N Vitamin B1 H3C N
CH2
N +
290,325 400,470,510 0,07 300,370 440 260 410 290 335 480 499 440 500
Analisa Kuantitatif
Pada larutan dengan konsentrasi tinggi, sebagian besar cahaya diserap lapisan larutan yang paling dulu kontak dengan radiasi eksitasi, sehingga fluoresensi hanya terjadi pada bagian yang menyerap cahaya tersebut. Dengan demikian, pada analisis kuantitatif harus didunakan larutan yang encer (serapan tidak lebih dari 0,02) supaya dapat memenuhi persamaan fluoresensi
F = 2,3IoQabc atau F = kc
Keterangan: F = fluoresensi k = konstan = 2,3Ioabc Io = intensitas sumber cahaya Q = efisiensi fluoresensi a = daya serap b = tebal larutan c = konsentrasi
Tahapan analisis
mula-mula dibuat kurva kalibrasi (grafik hubungan fluoresensi
dengan konsentrasi). Tahap selanjutnya adalah mengukur intensitas fluoresensi dari zat yang diperiksa, lalu membaca konsentrasi dari kurva kalibrasi tersebut. Selama pengukuran, kondisi percobaan harus dijaga supaya tetap konstan. Pengotoran dapat menurunkan efisiensi dari fluoresensi sehingga mengurangi sensifitas (quenching). Analisa campuran dilakukan dengan memilih radiasi eksitasi pada panjang gelombang yang berbeda dimana masing-masing komponen campuran tersebut. Bila tidak mungkin, pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang berbeda dimana masing-masing komponen campuran tersebut berfluoresensi.
OH
5. Oksigen terlarut Adanya oksigen terlarut dalam larutan cuplikan menyebabkan intensitas fluoresensi berkurang sebab Oksigen terlarut oleh pengaruh cahaya dapat mengoksidasi senyawa yang diperiksa
6. Fotodekomposisi Diperlukan sumber cahaya dengan intensitas tinggi sehingga penguraian zat yang diperiksa lebih besar. 7. Suhu dan kekentalan Perubahan suhu dan kekentalan menyebabkan perubahan frekuensi banturan molekul-molekul.
8. Kekakuan struktur (structural rigidity) Struktur yang rigid (kaku) mempunyai intensitas yang tinggi
Fluoren
Bifenil EF = 0,20
Pengaturan pH dapat merubah intensitas fluoresensi, Contoh : Phenol menjadi phenolat menaikkan fluoresensi Amina aromatik menjadi ammonium aromatik menurunkan fluoresensi Heterosiklis dengan atom N, S dan O mempunyai sifat fluoresensi Heterosiklis dengan gugus NH, jika medianya asam akan menaikkan intensitas fluoresensi
dengan pengenceran dari larutan stok dengan 0,1 N H2SO4 Larutan kinin sulfat 1 g/ml dimasukkan ke dalam kuvet, kemudian ditempatkan ke dalam ruang pengukuran pada spektrofluorometer. Besar intensitas fluororesensi maksimum untuk monokromator eksitasi dari literatur dimasukkan pada alat spektrofluorometer. Besar intensitas fluororesensi maksimum monokromator emisi dari literatur dimasukkan pada alat spektrofluorometer. Dilakukan pengukuran intensitas fluororesensi (pada monokromator eksitasi) untuk blanko (asam sulfat 0,1 N). Dilakukan pengukuran intensitas fluororesensi (pada monokromator eksitasi) untuk masing-masing larutan yang diencerkan. Dilakukan pengukuran intensitas fluororesensi (pada monokromator eksitasi) untuk sampel.
Panjang gelombang ( ) eksitasi : 350 nm Panjang gelombang( ) emisi : 300-400 nm Panjang Gelombang ( ) max : 450 nm Alat : Shimadzu Data Recorder DR-3
b. Pengolahan Data Pengenceran Larutan awal : 100 ppm 1. Dibuat Larutan Stok : 1 ppm Perhitungan V1.M1 = V2.M2 V1.100 ppm = 100 mL. 1ppm V1 = 1 mL 2. Larutan standar : 0,1 ppm V1.M1 = V2.M2 V1.1 ppm = 25 mL. 0,1ppm V1 = 2,5 mL 3. Larutan standar : 0,15 ppm V1.M1 = V2.M2 V1.1 ppm = 25 mL. 0,15ppm V1 = 3,75 mL
4. Larutan standar : 0,2 ppm V1.M1 = V2.M2 V1.1 ppm = 25 mL. 0,2ppm V1 = 5 mL 5. Larutan Standar : 0,25 ppm V1.M1 = V2.M2 V1.1 ppm = 25 mL. 0,25ppm V1 = 6,25 mL 6. Larutan Standar : 0,3 ppm V1.M1 = V2.M2 V1.1 ppm = 25 mL. 0,3ppm V1 = 7,5 mL
Blanko Sampel 0,1 ppm 0,15 ppm 0,2 ppm 0,25 ppm 0,3 ppm
y = bx + a I = m.C + Io I = 124,2 C + 0,94 Dengan perhitungan kalkulator didapat R2 = 1 Maka dapat diketahui konsentrasi sampel dengan cara substitusi nilai intensitas sampel dikurangi blanko pada panjang gelombang 450nm. I sampel = 30,6 I = 124,2 C + 0,94 I = 124,2 C + 0,94 C = 0,23 ppm Dengan faktor pengenceran : 20 kali Maka konsentrasi sebenarnya dari larutan sampel yaitu kinin sulfat adalah sebesar 0,23 x 20 = 4,6 ppm