Anda di halaman 1dari 47

IV. HASIL DAN ANALISIS DATA A. Karakteristik Desa 1.

Karakteristik Wilayah Sebagian besar bentuk wilayah Desa Ngandul adalah datar, dengan ketinggian wilayah desa/kelurahan dari permukaan laut kurang lebih 200 m dpl. Suhu rata-rata harian di desa tersebut adalah 35,5-36,50C dengan curah hujan 2000mm/300mm/tahun. Adapun jarak dari Pusat Administratif dan Pemerintahan serta lama tempuh kantor desa/kelurahan dengan pusat administrasi lainnya antara lain: Jarak ke Kecamatan Jarak ke Kabupaten Jarak ke Polsek : 0,4 km : 26 km : 0,4 km

Desa Ngandul merupakan bagian dari Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang mempunyai luas wilayah 432,7810 ha, yang terbagi menjadi 3 dusun, yaitu Ngandul, Nganti, Pacingkerep. Dari 3 dusun tersebut dibagi lagi menjadi 9 dukuh dan 23 RT. Pusat pemerintahan Desa Ngandul ada di Dusun Ngandul. Secara umum Desa Ngandul memilki batas wilayah yaitu : Sebelah barat Sebelah utara Sebelah timur : Desa Pendem : Desa Ngargotito : Desa Mojopuro

Sebelah selatan : Desa Hadiluwih Wilayah ini merupakan wilayah penghasil padi, sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Baik sebagi pemilik penggarap, penyewa, penyakap, ataupun hanya sebagai buruh tani. Padi adalah prioritas utama yang ditanam oleh penduduk di Desa Ngandul. Jenis vegetasi lain yang ada di daerah ini antara lain jagung, mangga, sawo, belimbing, pepaya, dan pisang.

12

13

2. Penduduk a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
Jumlah RT (KK) 1181 Jumlah Penduduk 3410 Rata-rata Penduduk Tiap RT 3

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.2.1 dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk Desa Ngandul sebanyak 3410 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut dibagi menjadi 1181 Rumah Tangga atau Kepala Keluarga. Ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata penduduk tiap Rumah Tangga di Desa Ngandul ada 3 penduduk tiap rumah tangga. Berdasarkan data monografi yang kami peroleh, tidak disebutkan ada Rumah Tangga yang hidup dalam kemiskinan. b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
Jumlah 1711 1699 3410 % 50,18 49,82 100

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.2.2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki - laki di Desa Ngandul lebih banyak daripada penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki laki adalah 1711 jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah 1699 jiwa. Data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat menentukan besarnya sex ratio. Sex ratio yaitu perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Maka dengan membandingkan jumlah penduduk laki - laki dan perempuan, maka dapat diketahui angka sex rationya, yaitu :

14

SR !

Jumlah penduduk laki  laki 1711 x 100 = x100 = 100,7 = 101 Jumlah penduduk perempuan 1699
Besarnya sex ratio sebesar 101 mengandung arti bahwa dalam 100

penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki laki. Karena, jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan lebih banyak perempuan, maka sex rationya lebih dari 100. c. Jumlah Penduduk Menurut Umur Tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75 Jumlah Jumlah Laki-laki 112 144 193 203 107 99 116 122 116 120 92 86 61 64 35 41 1711 Perempuan 114 142 174 115 141 114 133 132 135 107 72 66 69 61 37 47 1699 Jumlah 226 286 367 358 248 213 249 254 251 227 164 152 130 125 72 88 3410 % 6,6 8,3 10 10 7,7 6,2 7,3 7,4 7,3 6,6 4,8 4,4 3,8 3,8 2,1 2,5 100

Sumber: Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.2.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Ngandul yang berada pada usia non produktif sebanyak 1294 jiwa. Penduduk usia non produktif adalah penduduk yang umurnya berada di bawah 14 tahun dan di atas 60 tahun. Jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 14-59 tahun sebanyak 2116 jiwa. Dengan mengetahui jumlah penduduk berdasarkan usia non produktif dan usia produktif maka dapat

15

dihitung ABT (Angka Beban Tanggungan). Angka beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk yang produktif dikalikan 100. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah penduduk usia nonproduktif. ABT !

Jumlah penduduk nonproduktif x100 Jumlah penduduk produktif




= 61,15 = 61 ABT didapat hasil 61, ini mengandung arti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif terdapat 61 penduduk usia non produktif yang harus ditanggung. ABT dapat dijadikan sebagai indikator perekonomian bagi suatu daerah. Bila ABT rendah maka kesejahteraan penduduk lebih baik dan sebaliknya. Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa penduduk di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen memiliki kesejahteraan ekonomi yang rendah, terlihat dari perhitungan ABT yag lebih besar dari 50%. d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1. 2 3 4 5 6 7 Pendidikan Belum sekolah Belum tamat SD Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi/PT Jumlah Jumlah 18 378 503 1479 653 498 135 3664 % 0,49 10,32 13,73 40,37 17,82 13,59 3,68 100

Sumber: Data Sekunder Berdasar Tabel 4.1.2.4 diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Ngandul yang belum sekolah 18 orang, untuk yang belum tamat SD ada

16

378 dan yang tidak tamat SD 503 0rang. Maksud dari yang belum tamat SD adalah mereka yang sekarang masih sekilah dan duduk di bangku SD, sedangkan untuk mereka yang tidak tamat SD mereka yang tidak lagi bersekolah dan ketika usia sekolah dulu tidak dapat menyelesaikan SD nya. Penduduk yang berpendidikan sampai tingkat SD ada 1479 orang. Penduduk yang sudah tamat SD merupakan jumlah yang sangat banyak, karena kebanyakan orang pada zaman dulu hanya berpendidikan sampai SD. Penduduk yang tamat SMP ada 653 orang. Penduduk yang tamat SLTA ada 498 orang, sedangkan penduduk yang tamat akademi atau PT ada 135 orang. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa pendidikan di Desa Ngandul belum cukup maju, karena penduduk yang berpendidikan sampai tingkat akademi atau PT hanya 3,68%. e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1 Mata pencaharian Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan Pertambangan Industri pengolahan Listrik, gas, dan air minum Konstruksi Perdagangan dan akomodasi Angkutan dan komunikasi Keuangan dan real estate Jasa dan social Jumlah Jumlah Laki-laki 364 66 8 12 384 102 4 591 1531 Perempuan 225 45 632 15 5 296 1218 Jumlah %

589 111 8 12 1016 117 9 887 2749

21,43 4,04 0,29 0,44 36,96 4,26 0,33 32,27 100

2 3 4 5 6 7 8 9

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.2.4 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Ngandul sebagia besar bermatapencaharian di sektor perdagangan dan

17

akomodasi. Terlihat dari jumlah penduduknya yaitu 1016. Walaupun demikian bukan berarti mereka meninggalkan sektor pertanian. Perdagangan hanya sampingan untuk mencari tambahan penghasilan di luar pertanian. Hal ini dapat terlihat dari sektor tersebut didominasi oleh kaum perempuan. Pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja walaupun didominasi oleh laki-laki. Hal ini juga terlihat pada sektor industri pengolahan, angkutan dan komunikasi, serta jasa dan sosial. Untuk sector keuangan dan real estate laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja, tapi dalam hal ini perempuan lebih dominan. Sedangkan pada sektor listrik, gas, dan air minum, serta konstruksi tidak ada perempuan yang bekerja di sektor tersebut, karena pekerjaannya terlalu berat sehingga hanya laki-laki yang bekerja di sektor ini. 3. Keaadaan Pertanian a. Tata Guna Lahan Pertanian Tabel 4.1.3.1 Tata Guna Lahan Pertanian Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Penggunaan Lahan Sawah Irigasi Teknis Sawah Irigasi 1/2 Teknis Sawah Irigasi Sederhana Sawah Irigasi Pompa Sawah Tadah Hujan Tegal/kebun Pekarangan Lain-lain Jumlah Luas Lahan (Ha) 26 110,90 145,28 81,32 42,28 405,78 % 6,41 27,33 35,80 20,04 10,42 100

Sumber: Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.3.1 dapat diketahui bahwa luas lahan pertanian di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ada 405,78 ha. Lahan pertanian ini dibedakan menjadi tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah seluas 136,90 ha yang terdiri dari Sawah irigasi sederhana 26 ha dan sawah tadah hujan 110,90 ha. Sawah irigasi sederhana adalah sawah dengan bangunan jaringan irigasi

18

menggunakan peralatan seadanya, sehingga kurang hemat air, sedangkan sawah tadah hujan adalah sawah yang semata-mata hanya tergantung curah hujan daerah setempat, atau hanya dengan memanfaatkan musim penghujan. Di Desa Ngandul tidak ada sawah irigasi teknis, irigasi teknis, ataupun irigasi pompa. Selanjutnya adalah tanah kering yang terdiri dari tegal/kebun 145,28 ha, pekarangan 81,32 ha, dan lain-lain sebesar 42,28 ha. b. Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Umum Tabel 4.1.3.2 Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Umum Desa Ngandul Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun 2010
No. 1 2 3 4 Usaha Tani Padi Jagung Kedelai Kacang Jumlah Luas Panen (Ha) 316 221 537 Produksi (ku) 16,439 17,273 33,712 Rata2/ha (ku/ha) 52 75 127

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan table 4.1.3.2 dapat diketahui bahwa komoditas yang dominan untuk pertanian di Desa Ngandul adalah padi dan jagung dengan luas masing-masing 16,439 ha dan 17,273 ha. Hal ini dikarenakan lahan sawah di Desa Ngandul cocok untuk ditanami kedua komoditas tersebut. Mereka tidak mau mengambil risiko untuk menanam komoditas lain, karena luas sawah yang sempit membuat mereka berperilaku subsisten pada sektor pertanian. Walaupun luas panen jagung dan padi lebih luas padi, tapi intuk produksinya lebih banyak jagung, karena menanam jagung lebih mudah dibandingkan padi. Tanaman padi sawah kurang toleran terhadap kekeringan, jadi perlu sistem irigasi. Berbeda dengan tanaman jagung yang lebih toleran terhadap lahan yang kurang air.

19

c. Tanaman Keras Tabel 4.1.3.3 Tanaman Keras Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 Jenis tanaman Mangga Sawo Belimbing Pepaya Pisang Jumlah Jumlah pohon 1750 62 33 322 4314 6481 Produksi (ku) 236 23 7,1 103 363 732,1

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.3.3 dapat diketahui bahwa warga Desa Ngandul lebih suka menanam tanaman keras berupa buah-buahan dari pada pohon yang besar. Mereka menanam tanaman ini di pekarangan ataupun di kebun mereka. Selain untuk mengisi pekarangan, tanaman buah lebih menguntungkan karena bisa menghasilkan pendapatan dan buahnya dapat dikonsumsi. Dari Tabel tersebut dikatakan bahwa tanaman pisang paling mendominasi yaitu sebanyak 4314 pohon, hal ini karena pisang tidak begitu memerlukan perawatan khusus untuk tumbuh dengan baik. Yang paling sedikit adalah belimbing dengan jumlah pohon 33 dan produksi 7,1 ku. Menanam belimbing dianggap tidak terlalu

mengunungkan karena harga dipasaran yang cukup rendah. d. Peternakan Tabel 4.1.4.4 Peternakan Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis Ternak Sapi Kerbau Kambing Domba Ayam kampong Itik Ayam ras Angsa Jumlah Jumlah (ekor) 328 9 412 444 4159 76 25000 16 30444

Sumber : Data Sekunder

20

Berdasarkan Tabel 4.1.3.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 8 hewan menjadi pilihan warga Desa Ngandul untuk usaha peternakan mereka. Peternakan ayam ras dengan jumlah terbesar, yaitu 25000 ekor. Peternakan unggas dipilih dan menempati jumlah terbesar karena perawatannya yang mudah dan modal yang tidak besar. Di Desa Ngandul hanya terdapat 9 kerbau dalam peternakannya. Alas an mereka untuk melakukan peternakan adalah untuk menambah penghasilan di luar arel komoditas sawah. Walaupun begitu, peternakan tidak dapat dipisahkan dari pertanian, karena mereka bisa saling membantu. Kotoran ternak bisa dijadikan pupuk kandang, begitu sebaliknya sisa panen bisa dijadikan makanan ternak e. Waduk Kedung Ombo Waduk Kedung Ombo merupakan bendungan raksasa seluas 6.576 hektar yang areanya mencakup sebagian wilayah di tiga Kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, dan Grobogan. Waduk yang membendung lima sungai itu terdiri dari wilayah perairan seluas 2.830 hektar dan 3.746 hektar lahan yang tidak tergenang air. Lokasi obyek wisata Waduk Kedung Ombo yang menjadi andalan Sragen terletak di Kecamatan

Sumberlawang, sekitar 30 km dari pusat kota. Selain disuguhi pemandangan yang indah, para pengunjung Waduk Kedung Ombo bisa menikmati wisata air dan menumpang perahu motor bertualang mengunjungi pulau-pulau yang bermunculan di tengah waduk. Di Waduk Kedung Ombo juga tersedia tempat pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka makanan olahan berbahan ikan. Begitu turun dari kendaraan di area parkir, aroma wangi ikan yang dibakar atau digoreng langsung menyergap, mengundang selera makan. Di kawasan Waduk Kedung Ombo, tepatnya di Desa Ngargotirto, telah dibangun arena pacuan kuda dengan lintasan sepanjang 600 meter. Arena pacuan kuda yang diberi nama Nyi Ageng Serang. Itu merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas Jakarta. Pada bulan Desember 2006 silam di lokasi tersebut dilangsungkan kejuaraan pacuan

21

kuda tingkat nasional memperebutkan piala Gubernur Jawa Tengah. Potensi pengembangan obyek wisata adalah memperbanyak homestay yang menyatu dengan rumah penduduk, sehingga para wisatawan dapat tinggal lebih lama di kawasan Waduk Kedung Ombo. Adanya homestay membuat wisatawan dapat melihat dari dekat kehidupan sehari-hari masyarakat, dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal, selang beberapa waktu. Investasi juga dapat ditanam di sektor perikanan darat dengan metode karamba dan dilengkapi restoran apung. Di bantaran seputar waduk, cocok untuk mengembangkan usaha agrobisnis buah-buahan dan sayur mayur. Selain dekat dengan sumber air yang diambil dari waduk, kualitas air waduk juga bersih dari polutan. Walaupun sedemikian pentingnya untuk daerah wisata, tetapi Waduk Kedung Ombo tidak bisa dimanfaatkan sebagai sarana irigasi oleh warga Desa Ngandul. Hal ini dikarenakan letak Waduk Kedung Ombo yang cukup jauh dari areal pertanian warga Desa Ngandul. 4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan a. Sarana Perekonomian Tabel 4.1.4.1 Sarana Perekonomian Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis Pasar Umum Pasar hewan Kios Toko Warung Kosipa Badan kredit Lumbung desa Kredit perseorangan Jumlah Jumlah 1 1 25 62 17 1 1 1 1 110

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.4.1 dapat diketahui bahwa Desa Ngandul memiliki 110 sarana perekonomian yang terdiri dari 1 pasar umum, 1

22

pasar hewan, 1 kosipa, badan kredit, lumbung desa, dan kredit perseorangan. Jumlah yang paling banyak adalah took yaitu 62, kios sebanyak 25 dan warung 17. Banyaknya toko dapat dikaitkan dengan mata pencaharaian warga Desa Ngandul sebagai pedagang. Mereka membuka toko di depan atau di samping rumah mereka untuk menambah penghasilan di luar pertanian. Dengan adanya banyak sarana

perekonomian di Desa Ngandul semakin mempermudah warga Desa Ngandul untuk mendapatkan barang yang mereka perulukan. Selain itu, sarana perekonomian juga membantu mereka mendapatkan tambahan modal untuk membuka atau memperluas usaha mereka. b. Sarana Perhubungan Tabel 4.1.4.2
No 1 2 3 4 5 6 Jenis Kelas II Kelas III Desa tak beraspal Desa beraspal Jalan Kecamatan Jalan Kabupaten Jumlah

Sarana Transportasi Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
Panjang (km) 2 3 7 8,5 0,4 26 46,9

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.4.2 dapat diketahui bahwa ada berbagi kelas pada jalan di Desa Ngandul dengan panjang yang berbeda, yaitu kelas II sepanjang 2 km dan kelas 3 sepanjang 3 km. Jalan yang berada di Desa Ngandul belum sepenuhnya beraspal, tetapi panjang jalan yang beraspal lebih panjang dari panjang jalan yang tidak beraspal. Dengan rincian jalan desa beraspal sepanjang 8,5 km dan jalan desa tak beraspal sepanjang 7 km. Jalan menuju Kecamatan dari Desa Ngandul sepanjang 0,4 km. Desa Ngandul adalah desa yang letaknya paling dekat dengan Kecamatan. Sedangkan jarak desa ke kabupaten sepanjang 26 km.

23

c. Sarana Pendidikan dan Kesehatan Tabel 4.1.4.3.1


No 1 2 3 4 5 Jenis Akademi/PT SMU/sederajat SLTP/sederajat SD/sederajat TK Jumlah

Sarana Pendidikan Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
Jumlah 2 3 5

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.4.3.1 dapat diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen berjumlah 5. Dengan rincian SD/sederajat 3, dan 2

SLTP/sederajat. Dengan adanya sarana pendidikan yang baik, akan menumbuhkan kesadaran warga Desa Ngandul bahwa pendidikan

merupakan hal yang penting untuk anak-anak mereka. Walaupun sarana pendidikannya hanya SD dan SLTP bukan berarti menutup kemungkinan mereka bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi jarak dari Desa Ngandul ke Kecamatan hanya berkisar 0,4 km. Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa Desa Ngandul telah mencanangkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Tabel
No 1 2 3 4 5 6

4.1.4.3.2
Jenis

Sarana Kesehatan Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
Jumlah 1 7 1 1 2 397 409

Rumah bersalin Posyandu Balai pengobatan BKIA Toko obat Jamban Jumlah

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.4.3.2 diketahiui bahwa sudah banyak sarana kesehatan yang ada di wilayah Desa Ngandul. Walaupun tidak ditemukan

24

bidan, tetapi Desa Ngandul sudah memiliki 1 Rumah bersalin. Di sini ditemukan 7 Posyandu dan 1 BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) yang menandakan bahwa perhatian kesehatan terhadap anak-anak mereka cukup tinggi. Selain itu, juga ditemukan I balai pengobatan, sehingga untuk mereka yang sakit bisa melakukan pengobatan di tempat itu tanpa harus keluar jauh-jauh dari Desa Ngandul. Untuk mereka yang hanya sakit ringan bisa membeli obat di toko obat. Di Desa Ngandul sudah ditemukan 2 toko obat dan 397 jamban. Dengan adanya berbagai sarana kesehatan diatas, tidak ditemukan penderita gizi buruk, busung lapar, ataupun penyakit menahun di Desa Ngandul. d. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan Tabel 4.1.4.4
No 1 2 3 4 5 Jenis Masjid Langgar Musholla Gereja Kuil/Pura Jumlah

Sarana Peribadatan Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
Jumlah 7 9 5 2 1 24

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.4.4 diketahui bahwa ada berbagai macam sarana peribatan di Desa Ngandul. Ini menunjukkan bahwa warga Desa Ngandul memiliki agama yang berbeda-beda, mulai dari Islam, Kristen, dan Hindu. Jumlah sara peribadatan agama Islam ada 21, 2 untuk agama Kristen, dan 1 untuk agama Hindu. Karena warga Desa Ngandul mayoritas beragama Islam, maka saran peribadatan yang banyak ditemukan adalah masjid, langgar, dan musholla. Walaupun Desa Ngandul terdiri dai berbagai macam agama tapi mereka semua hidup penuh kerukunan dan kegotongroyongan. Pada sumber data yang kami dapatkan, tidak dicantumkan sarana sosial kemasyarakatan yang ada di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

25

e. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian Tabel 4.1.4.5 Penyediaan Sarana Produksi Pertanian Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010
No 1 2 Jenis Kios Toko Jumlah Jumlah 25 62 87

Sumber : Data Sekunder Berdasarkan Tabel 4.1.4.5 dapat diketahui bahwa belum ada Kios SAPROTAN secara kusus untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pertanian. Mereka hanya menyediakan sedikit sarana dan prasarana tersebut dalam toko ataupun kios mereka. Untuk mendapatkan sarana dan prasarana pertanian yang lebih lengkap mereka harus melakukan mobilitas, baik ke kecamatan maupun ke kabupaten.

26

B. Karakteristik Rumah Tangga Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2011 1. Identitas Responden a. Status Rumah Tangga dan Jumlah Anggota Keluarga Tabel 4.2.1.1 Status Rumah Tangga dan Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Keterangan Pemilik Penggarap Suami Istri Anak Menantu Cucu Adik Mertua Jumlah Penyewa Suami Istri Anak Menantu Cucu Adik Mertua Jumlah Penyakap Suami Istri Anak Menantu Cucu Adik Mertua Jumlah Jumlah 10 10 14 1 2 37 4 4 6 1 2 17 6 6 9 2 3 26 % 27,03 27,03 37,84 2,7 5,4 100 23,53 23,53 35,29 5,89 11,76 100 23,08 23,08 34,61 7,69 11,54 100

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.1.1 petani yang berstatus petani penggarap berjumlah 37 orang, petani penyewa 17 orang, sedangkan petani penyakap 26 orang. Petani di Desa Ngandul mayoritas berstatus petani penggarap, karena pada umumnya petani yang mempunyai lahan dan digarap sendiri kehidupannya lebih makmur dibandingkan dengan petani yang hanya sebagai penyewa, penyakap dan bekerja sebagai buruh tani. Oleh karena itu pabila mereka memiliki uang yang cukup mereka

27

berusaha membeli tanah walaupun hanya sedikit. Dan dalam pelaksanaan kegiatan usahatani pada umumnya yang terlibat dalam suatu keluarga adalah suami dan istri, sedangkan anak hanya membantu jika mempunyai waktu luang. Berdasarkan Tabel 4.2.1.1 dapat dilihat juga bahwa pada keluarga petani di Desa Ngandul rata-rata memiliki 1 sampai 2 orang anak. Dilihat dari jumlah anak keseluruhan 30 anak dari 20 kepala keluarga yang ada. Jumlah anak pada keluarga petani pemilik penggarap terdapat 15 anak yang mewakili 38,46% dari jumlah keseluruhan petani penggarap, 6 anak yang mewakili 35,29% dari jumlah anggota keluarga pada penyewa, dan 9 anak yang mewakili 34,61% dari jumlah anggota keluarga pada penyakap. Dengan demikian, menandakan pemikiran penduduk di Desa Ngandul mengenai banyak anak banyak rejeki sudah mulai terhapus sehingga kondisi ekonomi tiap keluarga menjadi lebih baik.

28

b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri Tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Interval Umur (tahun) Pemilik Penggarap < 30 31 40 41 50 51 60 > 60 Jumlah Penyewa < 30 31 40 41 50 51 60 > 60 Jumlah Penyakap < 30 31 40 41 50 51 60 > 60 Jumlah Suami Jumlah 3 4 2 1 10 2 2 4 1 5 6 % 30 40 20 10 100 50 50 100 16,67 83,33 100 Jumlah 4 5 1 10 1 3 4 4 2 6 Istri % 40 50 10 100 25 75 100 66,67 33,33 100

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.1.2 dapat dilihat bahwa umur suami pada responden paling banyak berada pada interval umur 51-60 sedangkan pada istri terdapat jumlah usia yang sama pada interval umur 41-50. Hal ini ditunjukkan dari jumlah suami pemilik penggarap, penyewa, dan penyakap ada 9 dari 20 responden. Untuk jumlah istri seluruh responden pada umur 41-50 adalah 12 dari 20 responden. Dapat dilihat pula umur suami dan istri rata-rata masih dalam usia produktif dengan demikian kemampuan menyekolahkan anak-anak mereka seharusnya masih kuat. Sebagian besar menggunakan usia produktif mereka untuk bekerja keras agar bisa membiayai kehidupan keluarga, terutama yang memiliki anak agar anaknya mampu mendapatkan pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi.

29

c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri Responden Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tingkat Pendidikan Pemilik Penggarap SD SMP SMA/STM/SMEA D-3 S1 Tidak Sekolah Jumlah Penyewa SD SMP SMA/STM/SMEA D-3 S1 Tidak Sekolah Jumlah Penyakap SD SMP SMA/STM/SMEA D-3 S1 Tidak Sekolah Jumlah Suami Jumlah % 2 3 5 10 4 4 3 3 6 20 30 50 100 100 100 50 50 100 Istri Jumlah 7 2 1 10 3 1 4 4 2 6 % 70 20 10 100 75 25 100 66,67 33,33 100

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.1.3 dapat dilihat bahwa pada responden, pendidikan suami pada petani pemilik penggarap paling banyak SMA sebanyak 5 orang atau 50% sedangkan pada istri kebanyakan hanya mengenyam bangku pendidikan sampai SD saja yaitu sebesar 70% sebanyak 7 orang. Pendidikan petani penyewa juga hanya sampai Sekolah Dasar dengan presentasi istri sebesar 75% sebanyak 3 orang, sedangkan untuk suami semuanya (100%) hanya berpendidikan sampai SD. Pendidikan pada petani penyakap pun tak jauh berbeda. Untuk suami 50% dari mereka berpendidikan SD dan yang 50% sampai tingkat SMP,sedangkan pada istri paling banyak hanya berpendidikan sampai

30

SD. Petani yang berstatus pemilik penggarap mayoritas pendidikannya adalah SMA, karena orangtua mereka lebih mampu membiayai pendidikan anaknya sampai kejejnjang pendidikan SMA. Namun untuk petani penyewa dan penyakap hanya menempuh pendidikan sebatas SD atau SMP, ini dikarenakan ketidakmampuan orang tua menyekolahkan mereka. Tetapi untuk wanita memang dikarenakan pemikiran orangtua yang masih kolot, yang menyatakan bahwa tugas wanita hanya mengurus anak-anak saja, sehingga pendidikan yang dienyam oleh istri-istri petani di Desa Ngandul hanya sebatas SD.

31

d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Jenis Petani Petani Penggarap Suami Istri Anak Menantu Cucu Adik Mertua Petani Penyewa Suami Istri Anak Menantu Cucu Adik Mertua Petani Penyakap Suami Istri Anak Menantu Cucu Adik Mertua 1a 10 6 4 2 1b 4 4 1 1c 2 2a 2 Jenis Pekerjaan 3a 1 1 1 1 4a 3 1 1 4b 1 1 4 5b 1 1 5c 1 1 6 1 7 2 8 2 14 1 1 1 4 5 1 3 Jumlah 17 11 15 1 1 6 7 5 7 6 9 2 3 -

Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : 1 : UT lahan sendiri 1b : UT lahan menyewa 1c : UT lahan menyakap 2a : Ternak sendiri 3a : BT desa sendiri 4a : Bakul warungan 4b : Bakul di pasar 5b : Buruh bangunan 6 : PNS 7 : Perangkat desa 8 : Lain-lain

32

Berdasarkan Tabel 4.2.1.4 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden bekerja di lahan usahatani utama atau sebagai pemilik penggarap dan ada juga yang menyewa lahan untuk mendapatkan penghasilan, ada yang menyakap, ternak sendiri, dan menjadi buruh tani di Desa Ngandul. Selain mencari nafkah di sektor pertanian, mereka juga mencoba untuk mencari nafkah di luar usahatani sebagai bakul warungan, bakul di pasar, buruh bangunan, PNS, perangkat desa, dan lain-lain. Anak-anak mereka juga ada yang ikut bekerja antara lain sebagai buruh maupun ikut bekerja di sawah dengan orang tua untuk menambah penghasilan keluarga. Selain anak yang membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menantu ataupun mertua juga ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

33

2. Penguasaan Aset Rumah Tangga a. Luas Sawah Tegal, Pekarangan, dan Luas Tanah serta Luas Bangunan Tabel 4.2.2.1 Luas Pekarangan dan Bangunan Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. 2. 3. 4. 5. Aset Rumah Tangga Pemilik Penggarap Pekarangan Bangunan Sawah Tegal Kolam ikan Jumlah Penyewa Pekarangan Bangunan Sawah Tegal Kolam ikan Jumlah Penyakap Pekarangan Bangunan Sawah Tegal Kolam ikan Jumlah (ha) 0,32 0,17 3,25 0.17 3,91 0,047 0,032 2,45 2,53 0,27 0,1 1,875 1,25 3,495 % 8,20 4,34 83,12 4,34 100% 1,85 1,32 96,83 Luas RataRata (ha) 0,03 0,02 0,325 0,02 0,395 0,01 0,008 0,61 0,628 0,04 0,02 0,31 0,21 0,58 % 7,59 5,06 82,29 5,06 100% 1,59 1,27 97,14

1. 2. 3. 4. 5.

100% 7,74 2,86 53,64 35,76 100%

100% 6,89 3,44 53,44 36,23 100%

1. 2. 3. 4. 5.

Sumber : Data Analisis Primer Berdasarkan Tabel 4.2.2.1 dapat dilihat bahwa responden yang terdiri dari 20 sebagai pemilik penggarap.Luas sawah mencapai 3,25 ha dengan presentase 83,12%, sedangkan untuk luas bangunan hanya 0,17 ha dengan presentase 4,34% mereka sudah cukup membuat rumah dengan luas lahan tersebut. Luas pekarangan yang dimiliki luas tegal 0,17 dengan presentase 4,34% Sedangakan responden petani penyewa menggunakan luas lahan untuk sawah 2,45 ha dengan presentase 96,83%, luas lahan untuk menanami pekarangan 0,047 ha dengan presentase 1,85%. Luas lahan untuk bangunan 0,032 ha dengan presentase 1.32%. Petani penyewa tidak memanfaatkan lahannya untuk membuat lahan tegal atau kolam ikan.

34

Responden petani penyakap menggunakan luas lahan untuk sawah 1,875 ha dengan presentase 53,64%, luas lahan untuk menanami pekarangan 0,27 ha dengan presentase 7,74%. Luas lahan untuk bangunan 0,1 ha dengan presentase 2,86% untuk luas tegal 1,25 ha dengan presentase 35,76% dan mereka tidak membuat kolam ikan. Rata rata petani penyakap, penyewa, dan pemilik penggarap sebagian besar lahannnya sebagai sawah karena untuk menambah hasil pendapatan lebih jika lahannya luas pasti hasilnya banyak dan tidak memakai lahan untuk membuat kolam ikan memiliki kolam ikan karena tidak sempat memelihara dan apabila kolam ikan tidak di manfaatkan dengan baik akan menjadi tempat sarang nyamuk jadi mereka memilih tidak membuat kolam ikan dan luas pekarangan tersebut sudah standar. b. Keadaan Bangunan Rumah Tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Tangga Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun2010/ 2011
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Keterangan Kayu Jati Kayu Tahun Bambu Besi Tembok Genting Seng Asbes Ubin Kayu Tanah Lainnya Jumlah a 6 4 Pemilik Penggarap b c d 1 3 4 10 8 2 10 10 10 a 4 4 Penyewa b c - 2 - - 2 - 4 - - - - - - 4 d 2 2 a 4 2 6 Penyakap b c d 2 2 - - 2 - 6 - - - 3 - - 2 - 6 6 6

10

4 4

Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : a : Kerangka b : Dinding c : Atap d : Lantai

Berdasarkan Tabel 4.2.2.2 dapat diketahui keadaan bangunan rumah petani pemilik penggarap di Desa Ngandul, Kecamatan

35

Sumberlawang, Kabupaten Sragen yaitu mempunyai kerangka rata-rata terbuat dari kayu jati yaitu sebanyak 6 responden, selain itu juga terdapat kerangka dari kayu tahun sebanyak 4. Sebanyak 3 rumah petani rata-rata berupa kayu tahun yang dibentuk papan kemudian disusun menjadi dinding. Selain kayu tahun, responden yang memanfaatkan kayu jati ada 1 orang, dan 4 orang lainnya sudah menggunakan tembok. Pada rumah anya 1 orang. Penduduk Desa Ngandul juga ada yang memanfaatkan bambu sebagai dindingnya. Bambu dianyam menjadi lembaran-lembaran dan dijadikan dinding. Responden yang menggunakan bambu sebagai dinding sebanyak 10 petani. Dinding yang terbuat dari batu bata atau berupa tembok hanya ditemui pada 3 rumah responden. Dua puluh delapam rumah responden petani penggarap menggunakan genting sebagai atapnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh cuaca setempat yang cocok menggunakan genting, yaitu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Akan tetapi, ada 1 responden yang menggunakan seng sebagai atap. Untuk lantai, sebanyak 11 rumah petani pemilik penggarap sudah menggunakan ubin dan 16 rumah lainnya masih berupa tanah. Walaupun sudah berupa ubin, kehidupan petani setempat masih sangat sederhana. Selain ubin dan tanah, lantai rumah petani juga ada yang terbuat dari semen yaitu sebanyak 2 responden. Petani penyakap di Desa Ngandul yang ditemui saat wawancara, kerangka dan dinding rumahnya terbuat dari bambu, atapnya sudah berupa genting, akan tetapi lantai rumah masih tanah.

36

c. Pemilikan Radio, TV, Kamar Utama, dan Kursi Tamu Tabel 4.2.2.3 Pemilikan Radio, TV, Kamar Utama dan Kursi Tamu Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Punya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pemilik Penggarap Radio TV VCD Kulkas Handphone Ruang Tamu Kamar Tidur Kamar mandi WC Kursi Tamu Lemari Penyewa Radio TV VCD Kulkas Handphone Ruang Tamu Kamar Tidur Kamar Mandi WC Kursi Tamu Lemari Penyakap Radio TV VCD Kulkas Handphone Ruang Tamu Kamar Tidur Kamar mandi WC Kursi Tamu Lemari 5 12 6 4 15 11 25 11 8 60 33 % Tidak Punya 5 4 6 2 3 % 10 12 10 10 17 11 25 11 11 60 33 Jumlah

No

Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

3 4 2 1 4 4 11 4 4 17 11

1 2 3 -

4 4 4 4 4 4 11 4 4 17 11

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

4 6 3 4 14 6 16 5 6 25 18

2 3 3 1 1 -

6 6 6 7 14 6 16 6 6 26 18

Sumber : Analisis Data Primer

37

Berdasarkan Tabel 4.2.2.3 dapat dietahui bahwa semua responden yang berstatus sebagai petani pemilik penggarap memiliki alat komunikasi yang berupa radio sebanyak 5 buah, TV sebanyak 12 buah, VCD sebanyak 6 buah, handphone sebanyak 15 buah. TV merupakan alat komunikasi yang seluruh responden memilikinya karena merupakan sumber informasi yang mudah dijangkau dan praktis penggunaanya. Kamar tamu dan peralatan rumah tangga yang lainnya juga sudah lengkap. Pemilikan yang terbesar adalah kepemilikan kamar tidur dan lemari karena disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, semakin banyak anggota maka kamar tidur dan lemari semakin banyak juga. Setiap rumah memiliki 1 set kursi ruang tamu tetapi ada juga yang memiliki lebih dari satu set kursi ruang tamu. Sedangkan alat rumah tangga berupa kulkas, hanya dimiliki oleh 4 responden yang masingmasing 1 buah kulkas. Hal ini mengidentifikasikan jika kebutuhan akan kulkas tidak begitu mutlak atau tidak penting, penduduk tidak perlu minum atau makan bahan makanan yang dingin setiap harinya. Penyimpanan bahan-bahan makanan bisa dilakukan di lemari makan atau tempat tertutup lainnya. Hal ini juga berlaku pada petani penyakap karena ketersediaan dana atau keadaan ekonomi, kepemilikan atas radio dan televisi satu buah. Kepemilikkan kamar tamu pada petani penyakap ada 1 ruang, kamar tidur rata rata ada 3 ruang, kamar mandi dan wc ada 1 tiap rumah.

38

d. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. Status Petani Pemilik Penggarap Keterangan Kayu Minyak Tanah Gas Listrik Kayu Minyak Tanah Gas Listrik Kayu Minyak Tanah Gas Listrik Bahan Bakar 7n 4 3 2 3 4 Penerangan 10 4 6

2.

Penyewa

3.

Penyakap

Sumber : Analisis Data Primer Berdarakan Tabel 4.2.2.4 dapat diketahui petani pemilik penggarap sebagian besar menggunakan bahan bakar kayu sebanyak 7 responden dan 4 responden menggunakan gas untuk penerangan petani pemilik penggarap semuanya sudah memakai listrik. Sedangkan petani penyewa sebagian besar menggunakan kayu sebanyak 3 responden dan 2 responden memakai gas untuk penerangan 4 responden sudah memakai listrik. Untuk petani penyakap 4 responden menggunakan gas dan 3 responden menggunakan kayu ,untuk penerangan sudah menggunakan listrik. Bahwa sebagian besar warga memasak menggunakan kayu, namun ada juga beberapa wargayang menggunakan gas. Penduduk sudah menggunakan kompor gas karena telah disubsidi oleh pemerintah, san lebih hemat dan cepat. Namun beberapa warga masih ada yang menggunakan kayu bakar karena mudahnya mencari kayu dan harganyapun juga tidak mahal, kalau menggunakan kompor gas ada

39

beberapa warga yang masih trauma terhadap meledaknya tabung gas seperti yang ada di televisi, dan terkadang juga terjadi kelangkaan maupun harganya yang melonjak. Penggunaan bahan bakar minyak tanah sangat sedikit, karena subsidinya telah dicanut oleh pemerintah sehingga harganya tidak terjangkau oleh masyarakat. Sedangkan penerangannya seluruh responden telah menggunakan listrik untuk penerangan. Hal ini dapat dilihat dari presentase listrik untuk penerangan sebesar 100%. Selain itu juga telah sesuai dengan program pemerintah penerangan listrik sampai ke pelosok desa. e. Pemilikan Sumur, Kamar Mandi, WC, dan Kondisinya Tabel 4.2.2.5 Pemilikan Sumur, Kamar Mandi, WC, dan Kondisinya Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. 2. Keterangan Pemilik Penggarap Kamar Mandi WC Penyewa Kamar Mandi WC Jumlah Penyakap Kamar Mandi WC Ada 11 8 Tidak 11 8

1. 2.

4 4

4 4

1. 2.

5 6

5 6

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.2.5 dapat dilihat bahwa petani pemilik penggarap memiliki 11 kamar mandi dan 8 WC. Petani penyewa meiliki kamar mandi 4 dan 4 WC dan petani penyakap memiliki 5 kamar mandi dan 6 WC semua keluarga petani baik petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap yang di temui di Desa Ngandul, mempunyai kamar mandi dan WC sendiri meskipun masih sederhana. Sehingga sudah tidak ada anggota keluarga petani yang melakukan kegiatan MCK di sungai. Bahkan terdapat ada petani yang memiliki lebih dari satu WC dan kamar mandi. Hal ini menunjukkan sudah ada perkembangan yang lebih baik dalam kebersihan maupun kesehatan.

40

f. Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Tabel 4.2.2.6 Pemilikkan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. 2. 3. Alat transportasi Sepeda Sepeda motor Mobil Pemilik Penggarap 8 10 1 Penyewa 2 3 0 Penyakap 1 9 Jumlah 11 22 1

Sumber : Data Analisis Primer Berdasarkan Tabel 4.2.2.6 dapat dilihat bahwa jenis alat transportasi yang dimiliki oleh keluarga responden yang ada di DesaNgandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ini adalah sepeda, sepeda motor, dan mobil. Jumlah sepeda yang dimiliki oleh responden adalah 11 buah, sedang sepeda motor yang adalah 22 buah dan mobil ada 1 buah. Kepemilikan alat transportasi ini sangat berguna dalam mobilitas penduduk untuk keluar masuk daerah dengan berbagai urusan yang ada. Kondisi jalan raya di Desa Ngandul sudah beraspal, sehingga memudahkan dan efisiensi waktu dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Namun keadaan jalan di antara rumah rumah masih ada yang berupa batu batuan kecil.

41

g. Pemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Tabel 4.2.2.7 Kepemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. Status Petani Pemilik Penggarap Status Bawaan Suami Bawaan Istri Gono-gini Bawaan lain Bawaan Suami Bawaan Istri Gono-gini Bawaan lain Bawaan Suami Bawaan Istri Gono-gini Bawaan lain Sawah 1 1 4 5 1 3 1 3 2 Tegal Pekarangan Lainnya -

2.

Penyewa

3.

Penyakap

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.2.7 dapat diketahui bahwa mayoritas sawah yang dimiliki oleh petani pemilik penggarap berasal dari bawaan lain seperti dari orang tua(warisan) atau sawah bengkok ketika menjabat sebagai lurah dengan jumlah 5 responden. Kemudian disusul oleh petani pemilik penggarapa yang memiliki sawah dari gono gini sebesar 4 responden , mereka membeli sawah tersebut dengan mengumpulkan uang bersama, sedangkan bawaan istri ada 1 responden bawaan suami ada 1 responden. Sementara untuk petani penyewa mayoritas berasal dari bawaan lain yaitu sebesar 3 responden karena mereka tidak memiliki lahan sendiri dan menyewa tanah milik orang lain, sedangkan 1 responden berasal dari bawaan suami ada 1. Petani penyakap mereka memperoleh lahan sawah mayoritas dari gono gini sebesar 3 responden mereka membeli tanah dengan iuran bersama, lebih enak memiliki sawah sendiri daripada menyewa dan sebesar 2 responden mendapatkan tanah berasal dari bawaan lainnya

42

seperti warisan dan bengkok ketika mereka menjabat sebagai lurah atau perangkat desa dan 1 responden mendapartkan tanah dari bawaan suami. 3. Akses terhadap Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan Tabel 4.2.3.1 Akses terhadap Pendidikan Rumah Tangga Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011

Tingkat Pendidikan Pemilik Penggarap SD SMP SMA S1 Penyewa SD SMP SMA S1 Penyakap SD SMP SMA S1 Jumlah 10 2 7 1 7 1 7 5 40

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.3.1 dapat dilihat bahwa akses terhadap pendidikan paling banyak tingkat SD. Namun ada juga yang hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang SLTP. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Ngandul telah menyadari pentingnya pendidikan. Itu dibuktikan dengan jawaban tiap responden yang menyatakan akan terus bekerja keras untuk membiayai pendidikan anak-anaknya agar anaknya kelak dapat hidup lebih layak dari orangtuanya.

43

Tabel 4.2.3.2 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Pelayanan Kesehatan Pemilik Penggarap Puskesmas Dokter Jumlah Penyewa Puskesmas Dokter Jumlah Penyakap Puskesmas Dokter Jumlah

6 4 10 2 2 4 3 3 6

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.3.2 menunjukkan bahwa responden di Desa Ngandul lebih banyak yang dokter apabila berobat. Responden yang pergi ke dokter biasanya adalah orang yang memiliki pendapatan yang lebih banyak dari pada responden yang pergi ke puskesmas, sehingga walaupun jauh dan biayanya mahal tidak menjadi masalah. Berbeda dengan responden yang hanya berobat ke puskesmas, mereka lebih memilih puskesmas karena biaya untuk berobat ke dokter lebih mahal dan jaraknya lebih jauh dari Desa Ngandul. Itupun apabila sakitnya sudah berhari-hari, apabila sakitnya hanya sakit ringan mereka lebih memilih untuk megkonsumsi obat warung. 4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga Tabel 4.2.4.1 Pola Pangan Pokok Rumah Tangga Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. Status Petani Pemilik Penggarap Penyewa Pola Pangan Nasi sepanjang tahun Tidak nasi sepanjang tahun Nasi sepanjang tahun Tidak nasi sepanjang tahun Nasi sepanjang tahun Tidak nasi sepanjang tahun Jumlah 10 0 4 0 6 0 % 100 0 100 0 100 0

2.

3.

Penyakap

Sumber : Analisis Data Primer

44

Berdasarkan Tabel 4.2.4.1

dapat diketahui bahwa petani pemilik

penggarap makan nasi sepanjang tahun dengan 10 responden ,petani penyewa makan nasi spanjang tahun dengan 4 responden dan petani penyakap makan nasi sepanjang tahun dengan 6 responden. Petani di Desa Ngandul Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat diketahui bahwa sebanyak 20 responden petani telah menggunakan nasi sebagai pola pangan pokoknya. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahkan seluruhnya penduduk disana kalau belum makan yang namanya nasi dapat dikatana belum makan, sehingga secara psikologis meskipun sudah makan jika belum memakan nasi maka rasanya masih lapar. Selain itu penduduk disana adalah petani, sehingga mempunyai cadangan beras yang cukup untuk kebutuhan keluarga. Faktor lain yang mempengaruhi antara lain karena diversifitas makanan yang sangat sedikit, sehingga ketergantungan terhadap beras menjadi sangat tinggi.

45

Tabel 4.2.4.2 Frekuensi Makan di Desa Ngandul, kecamatan Sumberlawang , Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
No 1. 2. 3. Status Petani Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap Frekuensi Makan 3 kali sehari Kurang dari 3 kali sehari 3 kali sehari Kurang dari 3 kali sehari 3 kali sehari Kurang dari 3 kali sehari Jumlah 10 0 4 0 6 0 % 100 0 100 0 100 0

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2.4.2 dapat diketahui bahwa petani pemilik penggarap dengan 10 responden makan nasi 3 kali sehari, petani penyewa makan nasi 3 kali sehari dengan 4 responden dan petani penyakap makan 3 kali sehari dengan 6 responden. Pola pangan keluaraga petani di desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen seluruhnya adalah nasi sepanjang tahun dan frekuensi makannya juga seluruhnya 3 kali dalam sehari. Masyarakat disana mempunyai kebiasaan untuk memakan dalam sehari sebanyak 3 kali karena frekuensi makan yang cukup adalah 3 kali sehari.

46

C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga 1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri a. Biaya dari Usahatani Tabel 4.3.1.1 Biaya Bahan untuk Usahatani Petani di Desa Ngandul Tahun 2010/2011
Keterangan MT 1 Pemilik Penggarap Sawah 17.026.055 Tegal 743.800 Pekarangan Penyewa Sawah 7.128.000 Tegal Pekarangan Penyakap Sawah 10.899.528 Tegal Pekarangan MT 2 16.736.255 618.000 7.003.000 10.749.528 MT 3 15.035.635 731.700 8.377.090 8.777.145 Jumlah 48.797.945 2.093.500 22.508.090 30.426.201 -

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.1.1 dapat kita lihat bahwa biaya yang digunakan untuk usahatani pemilik penggarap sebesar Rp 50.891.445,00. Petani penyewa mengeluarkan biaya untuk usahatani sebesar Rp 22.508.090,00. Sedangkan biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani penyakap adalah sebesar Rp 30.426.201,00. Biaya usaha tani dari masa tanam 1 sampai masa tanam 3 mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan karena adanya fluktuasi harga kebutuhan penanaman, seperti benih,

pupuk, pestisida. Biaya paling tinggi secara keseluruhan sterjadi pada masa tanam 1 yaitu sebesar Rp 35.797.383,00.

47

b. Penerimaan dari Usahatani Tabel 4.3.1.2 Penerimaan dari Usahatani Petani di Desa Ngandul Kecamatan Sumberlawang, kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Keterangan Pemilik Penggarap Sawah Tegal Pekarangan Penyewa Sawah Tegal Pekarangan Penyakap Sawah Tegal Pekarangan MT 1 52.730.000 1.750.000 12.650.000 41.400.000 MT 2 36.550.000 1.250.000 10.320.000 42.200.000 MT 3 50.150.000 1.200.000 16.500.000 24.063.000 Jumlah 139.430.000 4.200.000 39.545.000 107.663.000 -

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.1.2 dapat kita lihat bahwa pendapatan seluruh responden berasal dari lahan sawah yaitu sebesar Rp 290.838.000,00. Rata-rata lahan sawah mereka ditanami tanaman padi dengan jenis IR 64. Dari 20 responden, rata-rata hasil dari panen sawahnya sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian dijual. Petani pemilik penggarap memperoleh penerimaan dari sawah sebesar Rp 139.430.000,00. Selain hasil panen dari sawah ada juga yang memanfaatkan tegalnya yang hasilnya Rp 4.200.000,00. Petani penyewa mendapatkan penerimaan dari sawahnya sebesar Rp 39.545.000,00. Sedangkan petani penyakap memperoleh penerimaan sebesar Rp 107.663.000,00

48

c. Pendapatan dari Usahatani Tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Keterangan MT 1 1. Pemilik Penggarap Sawah 35.703.945 Tegal 1.006.200 Pekarangan 2. Penyewa Sawah 5.522.000 Tegal Pekarangan 3. Penyakap Sawah 30.500.472 Tegal Pekarangan MT 2 19.812.945 631.200 3.317.000 31.450.472 M3 35.114.365 468.300 8.122.910 15.285.855 Jumlah 90.631.255 2.105.700 17.037.910 77.236.799 -

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.1.3, pendapatan yang diterima oleh seluruh responden dalam kurun waktu satu tahun yang berasal dari sawah sebesar Rp 187.011.664,00. Petani pemilik penggarap mendapatkan pendapatan dari sawah sebesar Rp 90.631.255,00, petani penyewa memiliki pendapatan dari sawah sebesar Rp 17.037.910,00, dan petani penyakap sebesar Rp 77.236.799,00. Selain mendapatkan pendapatan dari sawah, petani pemilik penggarap juga mendapatkan pendapatan dari tegal yang sebesar Rp 2.105.700,00. Pendapatan usahatani pemilik penggarap lebih besar daripada petani penyewa dan petani penyakap.

49

2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain Tabel 4.3.2 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain Rumah Tangga Responden Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Perikanan 20.000.000 -20.000.000 Ternak -2.850.000 2.850.000 -285.000 Lainnya 9.125.000 9.125.000 2.700.000 2.700.000

Keterangan Pemilik Penggarap Penerimaan Biaya Pendapatan Penyewa Penerimaan Biaya Pendapatan Penyakap Penerimaan Biaya Pendapatan

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan tabel 4.3.2, pendapatan yang paling besar diperoleh dari pendapatan lain-lain yaitu dari penyewa dan penyakap yang merangkap pekerjaan menjadi buruh tani dengan pendapatan penyewa sebesar Rp 9.125.000,00 dan penyakap sebesar Rp 2.700.000,00. Penyakap juga mendapat bekerja pada usaha perikanan yang membutuhkan biaya Rp 20.000.000,00 sehingga pendapatannya Rp -20.000.000,00 dan mengalami defisit. Sedangkan dari pemilik penggarap, penerimaan yang diperoleh yaitu Rp -2.850.000,00, biayanya Rp 2.850.000,00, dan pendapatan yang diperoleh yaitu Rp -285.000,00. Dalam hal ini, seorang pemilik penggarap dan penyakap mengalami defisit, namun ada faktor-faktor lain yang dapat menambah pendapatan petani yaitu kiriman dari anak yang merantau dan merangkap pekerjaan menjadi buruh tani.

50

3. Pendapatan dari Luar Pertanian Tabel 4.3.3 Pendapatan dari Luar Pertanian Rumah Tangga Responden Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Jenis Pekerjaan Pemilik Penggarap Dagang di warung/pasar Buruh Pabrik Buruh Bangunan Perangkat Desa Lain-lain Jumlah Penyewa Dagang di warung/pasar Buruh Pabrik Buruh Bangunan Perangkat Desa Lain-lain Jumlah Penyakap Dagang di warung/pasar Buruh Pabrik Buruh Bangunan Perangkat Desa Lain-lain Jumlah Suami (Rp) 7.300.000 19.920.000 48.000.000 75.220.000 Istri (Rp) 91.765.000 42.000.000 133.765.000 Anak (Rp) 27.850.000 27.850.000

7.280.000 7.280.000

18.250.000 21.900.000 40.150.000

18.250.000 6.000.000 24.250.000

44.500.000 44.500.000

58.400.000 58.400.000

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.3 diketahui bahwa selain dari pertanian, petani juga memiliki pendapatan dari usaha luar pertanian yaitu dari dagang di pasar, dagang di warung, buruh bangunan, pemain gamelan, guru honorer, perawat, perangkat desa, dan lain-lain. Pendapatan yang diperoleh petani pemilik penggarap yang berstatus suami berjumlah Rp 75.220.000,00. Pendapatan dari yang berstatus istri adalah sebesar Rp 133.765.000,000, sedangkan pendapatan dari anak Rp 27.850.000,00. Petani penyewa yang berstatus suami mendapatkan pendapatan Rp 7.280.000,00. Pendapatan dari istri sebesar Rp 40.150.000,00. Sedangkan pendapatan dari anak sebesar Rp 24.250.000,00.

51

Pendapatan yang diperoleh petani penyakap yang berstatus sebagai suami sebesar Rp 44.500.000,00. Sedangkan petani penyewa yang berstatus sebagai istri memiliki pendapatan sebesar Rp 58.400.000,00. Pendapatan dari dagang di pasar dan buruh bangunan tidak menentu sehingga pendapatannya tidak diperhitungkan. Pendapatan yang paling besar diperoleh dari pendapatan istri yang bekerja sebagai wirausaha. Wirausaha yang dikembangkan adalah mereka para istri bekerja di pasar ataupun membuka warung. 4. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden Tabel 4.3.4 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Keterangan Pemilik Penggarap Usahatani Sawah Usahatani Tegal Usahatani Pekarangan, Ternak, usahatani lain Dari Luar Usahatani Penyewa Usahatani Sawah Usahatani Tegal Usahatani Pekarangan, Ternak, usahatani lain Dari Luar Usahatani Penyakap Usahatani Sawah Usahatani Tegal Usahatani Pekarangan, Ternak, usahatani lain Dari Luar Usahatani Jumlah 91.630.555 2.105.700 - 2.850.000 236.360.475 % 15,00% 0,34% -0,46% 38,70%

17.036.910 69.280.000

2,70% 11,32%

76.149.371 17.300.000 102.900.000

12,50% 2,90% 17,00%

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.4, pendapatan dari usahatani sawah yaitu sebesar Rp 91.630.555,00 dengan persentase 15,00%, usahatani tegal sebesar Rp 2.105.700,00 dengan persentase 0,34%, usahatani pekarangan, ternak, usahatani lain sebesar Rp -2.850.000,00 dengan persentase -0,46% dan dari luar usahatani adalah sebesar Rp 236.360.475,00 dengan persentase 38,70% bagi pemilik penggarap. Penyewa mempunyai pendapatan dari usahatani sawah sebesar Rp 17.036.910,00 dengan persentase sebesar 2,70%, dan dari luar usahatani sebesar Rp 69.280.000,00 dengan persentase

52

sebesar 11,32%. Penyakap mempunyai pendapatan dari usahatani sawah sebesar Rp 76.149.371,00 dengan presentase 12,50%, dari usahatani pekarangan, ternak, dan usaha lain sebesar Rp 17.300.000,00 dengan presentase 2,90%, dan dari luar usahatani sebesar Rp 102.900.000,00. Keseluruhan pendapatan berjumlah Rp 609.913.011,00. Pendapatan yang paling besar adalah dari luar usahatani. 5. Konsumsi Rumah Tangga Responden Petani Tabel 4.3.5 Konsumsi Rumah Tangga Responden Petani di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Konsumsi Pemilik penggarap Bahan Makanan Bukan Makanan Pakaian, Perumahan dll Penyewa Bahan Makanan Bukan Makanan Pakaian, Perumahan dll Penyakap Bahan Makanan Bukan Makanan Pakaian, Perumahan dll Jumlah 105.492.000 46.142.750 22.400.500 Rata- rata 10.549.200 4.614.275 2.240.050

31.703.250 16.702.500 21.410.000

7.925.813 4.175.625 5.352.500

57.912.900 25.067.100 12.087.000

9.652.150 4.177.850 2.014.500

Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.5, jumlah dari keseluruhan konsumsi rumah tangga responden petani pemilik penggarap di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen sebesar Rp 174.035.250,00 dengan ratarata konsumsi rumah tangga responden adalah Rp 17.403.525,00 yang dialokasikan untuk konsumsi bahan makanan, bukan makanan, serta konsumsi pakaian, perumahan dan lain-lain. Konsumsi terbanyak adalah konsumsi makanan sebesar Rp 105.492.000,00 dengan rata-rata yaitu Rp 10.549.200,00. Lainnya adalah konsumsi bukan makanan sebesar Rp 46.142.750,00 dengan ratarata yaitu Rp 4.614.275,00 dan untuk konsumsi pakaian, perumahan dan lainnya sebesar Rp 22.400.500,00 dengan ratarata Rp 2.240.050,00.

53

Jumlah dari keseluruhan konsumsi rumah tangga responden petani penyewa di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen sebesar Rp 69.815.750,00 dengan rata-rata konsumsi rumah tangga responden adalah Rp 17.453.938,00 yang dialokasikan untuk konsumsi

bahan makanan, bukan makanan, serta konsumsi pakaian, perumahan dan lain-lain. Konsumsi terbanyak adalah konsumsi makanan sebesar Rp 31.703.250,00 dengan rata-rata yaitu Rp 7.925.813,00. Lainnya adalah konsumsi bukan makanan sebesar Rp 16.702.500,00 dengan ratarata yaitu Rp 4.175.625,00 dan untuk konsumsi pakaian, perumahan dan lainnya sebesar Rp 21.410.000,00 dengan ratarata Rp 5.352.500,00. Jumlah dari keseluruhan konsumsi rumah tangga responden petani penyakap di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen sebesar Rp 95.067.000,00 dengan rata-rata konsumsi rumah tangga responden adalah Rp 15.844.500,00 yang dialokasikan untuk konsumsi

bahan makanan, bukan makanan, serta konsumsi pakaian, perumahan dan lain-lain. Konsumsi terbanyak adalah konsumsi makanan sebesar Rp 57.912.900 dengan rata-rata yaitu Rp 9.652.150,00. Lainnya adalah konsumsi bukan makanan sebesar Rp 25.067.100,00 dengan ratarata yaitu Rp 4.177.850,00 dan untuk konsumsi pakaian, perumahan dan lainnya sebesar Rp 12.087.000,00 dengan ratarata Rp 15.844.500,00 Konsumsi bahan makanan meliputi bahan makanan pokok seperti beras, sayur-sayuran, bumbu dapur, lauk-pauk, buah-buahan, dan lain sebagainya. Konsumsi bukan makanan antara lain bahan bakar, listrik, sabun mandi, pasta gigi, deterjen, dan shampo. Konsumsi bukan makanan jumlahnya lebih kecil karena untuk bahan bakar memasak, seluruh responden menggunakan gas dan kayu bakar. Selain itu, pengeluaran untuk listrik juga tidak terlalu besar karena jumlah rumah tangga yang memiliki alat-alat elektronik sangat sedikit dan kebutuhan akan listrik sebagian besar hanya untuk penerangan di malam hari saja sehingga hal ini juga dapat menekan pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan.

54

Konsumsi pakaian, perumahan dan lain-lain seperti biaya pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan juga tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan konsumsi bahan makanan. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan anak relatif kecil, karena pendidikan di desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ini mendapat bantuan dari pemerintah. 6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi Tabel 4.3.6 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi Rumah Tangga Responden Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten SragenTahun 2010/2011 Konsumsi Pemilik penggarap 1. Total Pendapatan 2. Konsumsi 3. Tabungan 4. Investasi Penyewa 1. Total Pendapatan 2. Konsumsi 3. Tabungan 4. Investasi Penyakap 1. Total Pendapatan 2. Konsumsi 3. Tabungan 4. Investasi Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3.6 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata total pendapatan rumah tangga pemilik penggarap Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen selama satu tahun adalah sebesar Rp 305.821.230,00. Dari Penghasilan tersebut jumlah yang di gunakan untuk konsumsi adalah sebesar Rp 174.035.250,00 atau 57% dari total pendapatan dengan rata-rata per kepala keluarga adalah Rp 30.582.123,00. Dapat diketahui jumlah tabungan petani pemilik penggarap sebesar Rp 131.785.980,00 atau 43% dari pendapatan, dengan rata rata tabungan per kepala keluarga sebesar Rp 13.178.598,00. Jumlah 305.821.230 174.035.250 131.785.980 97.841.910 69.815.750 28.026.160 158.464.371 95.066.500 63.397.871 % 100% 57% 43% 100% 71,3% 28,7% 100% 60% 40% -

55

Pendapatan rumah tangga petani penyewa Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen selama satu tahun adalah sebesar Rp 97.841.910,00. Dari Penghasilan tersebut jumlah yang di gunakan untuk konsumsi adalah sebesar Rp 69.815.750,00 atau 71,3% dan masih tersisa untuk tabungan sebesar Rp 28.026.160,00 atau 28,7%. Pendapatan rumah tangga petani penyakap selama satu tahun adalah sebesar Rp 158.464.371,00. Dari penghasilan tersebut sebesar Rp 95.066.500,00 atau 60% digunakan untuk konsumsi dan sebesar Rp 63.397.781,00 atau sebesar 40% tersisa untuk tabungan.

56

7. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Tabel 4.3.7 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun 2010/2011
Macam Strategi Pemilik Penggarap a. Aktif Bekerja di Luar Pertanian b . Memanfaatkan Bantuan Pemerintah c. Memanfaatkan Bantuan Pihak Lain d. Menyesuaikan Pengeluaran dengan Pendapatan saat itu e. Meminjam pada bank f. Berhutang kepada Saudara/Tetangga g. Menunggu kiriman dari kerabat yang merantau h. Mengoptimalkan Lahan Pertanian i. Tidak Menyekolahkan anak ke jenjang lebih tinggi j. Memanfaatkan pekarangan Penyewa a. Aktif Bekerja di Luar Pertanian b . Memanfaatkan Bantuan Pemerintah c. Memanfaatkan Bantuan Pihak Lain d. Menyesuaikan Pengeluaran dengan Pendapatan saat itu e. Meminjam pada bank f. Berhutang kepada Saudara/Tetangga g. Menunggu kiriman dari kerabat yang merantau h. Mengoptimalkan Lahan Pertanian i. Tidak Menyekolahkan anak ke jenjang lebih tinggi j. Memanfaatkan pekarangan Penyakap b. Aktif Bekerja di Luar Pertanian b . Memanfaatkan Bantuan Pemerintah c. Memanfaatkan Bantuan Pihak Lain d. Menyesuaikan Pengeluaran dengan Pendapatan saat itu e. Meminjam pada bank f. Berhutang kepada Saudara/Tetangga g. Menunggu kiriman dari kerabat yang merantau h. Mengoptimalkan Lahan Pertanian i. Tidak Menyekolahkan anak ke jenjang lebih tinggi j. Memanfaatkan pekarangan Jumlah 7 2 1 9 2 4 0 10 1 2 % 18,42 5,26 2,63 23,68 5,26 10,52 0 35,71 2,63 5,26

4 1 0 4 1 2 1 2 0 0 5 1 3 6 1 2 1 5 1 4

26,66 6,66 0 26,66 6,66 13,33 6,66 13,33 0 0 17,24 3,44 10,34 20,68 3,44 6,89 3,44 17,24 3,44 13,79

Sumber : Analisis Data Primer Tiap keluarga mempunyai strategi sendiri-sendiri untuk

mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Berdasarkan tabel 4.3.7 di atas dapat kita ketahui bagaimana cara yang dilakukan oleh rumah tangga di Desa Ngandul untuk mempertahankan hidupnya. Usaha-usaha yang dilakukan antara lain dengan aktif di luar usaha pertanian, antara lain berdagang di pasar atau warung dan menjadi buruh bangunan. Sebagian

57

besar anggota rumah tangga yang merantau memilih Jogjakarta dan Surabaya sebagai tempat tujuannya. Anggota rumah tangga yang merantau untuk bekerja di perkotaan biasanya adalah anak. Anak yang sudah masuk usia produktif biasanya tidak meneruskan sekolah tetapi lebih memilih untuk merantau dengan harapan dapat menambah pendapatan keluarga . Selain merantau, cara lain yang dilakukan adalah memanfaatkan bantuan pemerintah. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah pemberian BLT yang dibagikan merata kepada sebagian rumah tangga sebesar Rp 300.000,00 setiap tiga bulan. Selain itu juga dengan

memanfaatkan bantuan pihak lain seperti bantuan dari saudara atau tetangga. Dalam kehidupan masyarakat Desa Ngandul ini, rasa kekeluargaan dan kebersamaan masih sangat tinggi, sehingga tetangga maupun saudara tidak merasa keberatan memberi bantuan bila ada tetangga atau saudara yang membutuhkan, terutama jika berupa hasil tanaman miliknya. Besarnya konsumsi dari tiap keluarga akan disesuaikan dengan pendapatan yang diterima. Menyesuaikan antara pendapatan dan

pengeluaran bertujuan agar semua kebutuhan dapat terpenuhi tanpa kekurangan sehingga sebisa mungkin tidak perlu berhutang. Berhutang hanya dilakukan apabila dalam keadaan yang sangat memaksa, karena sebisa mungkin responden tidak ingin terlibat dengan masalah hutang. Responden lebih memilih untuk mengatasi masalah keuangan dengan menjual barang yang masih dimiliki atau hasil tanaman mereka sendiri. Bagi penduduk yang menghasilkan tanaman pangan, tidak semua hasilnya dijual. Ada sebagian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Produk tanaman yang dihasilkan oleh lahan milik sendiri tersebut digunakan sehemat mungkin supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup hingga masa panen berikutnya. Hal ini akan menghemat besarnya konsumsi pangan sehingga dapat dialokasikan kepada kebutuhan lain. Untuk mempertahankan hidupnya, penduduk juga memanfaatkan lingkungan. Lingkungan sangat membantu dalam menekan pengeluaran

58

untuk kebutuhan hidup karena untuk mengambil sesuatu dari lingkungan sekitar tidak perlu mengeluarkan biaya, seperti mengambil kayu bakar, daun-daunan, atau air. Banyak cara yang dilakukan oleh warga Desa Ngandul untuk dapat bertahan hidup, dan cara yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat adalah dengan bekerja diluar pertanian, menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan, mengoptimalkan lahan pertanian, serta dengan berhutang kepada saudara atau tetangga.

Anda mungkin juga menyukai