Karya Sriwidodo
Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel:
5. Pendekatan Rasional (Epidemiologi) Penderita Gawat Jantung –
Budi Susetyo Pikir
15. Tatalaksana Payah Jantung Akut – Iwan N. Boestan, M.
Yogiarto, Iswanto P, Anwar S
19. Tatalaksana Gawat Jantung pada Anak – Soebijanto
Poerwodibroto
25. Tatalaksana Gawat Darurat Jantung dan Pembuluh Darah dari
Segi Bedah Kardiovaskular – Paul Tahalele
36. Penanganan Gawat Danirat Jantung di Luar Rumah Sakit –
Jatno Karjono
41. Pengobatan Infark Miokard Akut – Mariani Budisantosa
48. Krisis Hipertensi – Sunoto Pratanu
Redaksi
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuseripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174–9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ P.O. Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
Tabel 2.
Keterangan
a = TP = true positive, terdapat penyakit dan tes positf
b = FP = false positive, tidak terdapat penyakit tetapi tes positf
c = FN = false negative, terdapat penyakit tetapi tes negatif
d = TN = true negative, tidak terdapat penyakit dan tes negatif
a d
Sensitivity = ––– Specificity = –––
b b+d
Tabel 5
Pemeriksaan Tambahan
a) EKG, menunjukkan sinus takikardi, low voltage, gelom-
bang ST dan T yang abnormal nonspesifik.
b) Foto polos thoraks, menunjukkan pembesaran bayangan
jantung, gambaran globuler atau trianguler dan kadang-kadang
disertai gambaran efusi pleura.
c) Ekhokardiografi, merupakan suatu cara pemeriksaan klinik
yang dapat dipercaya dan tidak mengganggu penderita.
d) Pemeriksaan hemodinamiksepertiCVP,PAwedgepressure,
intraarterial pressure,LVDP dan diagnosis pasti ditegakkan
bila tekanan intraperikard dapat diukur melalui
perikardiosentesis atau punksi percobaan perikard.
Pengobatan
KONDISI KHUSUS • Drainase perikard, dapat melalui perikardiosentesis atau
Tamponade jantung tindakan drainase terbuka melalui jalan subxyphoid.
Tamponade jantung merupakan suatu kondisi kelainan Sebagai pedoman observasi dan tindakan klinik :
hemodinamik akibat bertambahnya timbunan cairan atau darah ∗ pasang 2 buah infus cairan fisiologis atau siapkan tranfusi
di dalam kantong perikard yang ditandai dengan kenaikan te- darah
kanan cairan perikard16 ∗ pada saat drainase perhatikan warna dan jumlah cairan yang
keluar, bila cairan yang keluar berupa darah segar melebihi
Etiologi 800 cc atau berturut-turut selama 2 jam pertama keluar 300
Setiap penyebab efusi perikard dapat mengakibatkan tam- cc perjam, maka segera siapkan operasi darurat
ponade jantung dan ini bervariasi baik dari faktor-faktor ∗ bila yang keluar cairan kehitaman atau serohemorrhagis
medikal maupun bedah. atau serous, drainase diteruskan dan dianalisis.
1. Trauma (Faktor Bedah) • Thorakotomi atau sternotomi, dengan atau tanpa bantuan
Dapat berupa trauma tajam atau tumpul yang mengenai mesin jantung paru :
dinding thoraks seperti senjata tajam, luka tembak, kecelakaan ∗ tutup bagian yang ruptur
lalu lintas. Termasuk juga trauma iatrogenik berupa perforasi ∗ reseksi aneurisma ventrikel kiri
jantung atau ruptur arteri koroner akibat tindakan diagnostik ∗ bypass pembuluh koroner.
dan terapi seperti elektrode pacemaker, kateterisasi jantung,
angioplasti koroner, perikardiosentesis atau sebagai komplikasi Internal Bleeding4,5,16,21
pasca bedah jantung terbuka/tertutup. Kondisi di atas biasanya
menyebabkan tamponade jantung akut dan digolongkan ke Etiologi
dalam faktor bedah. Terjadinya timbunan darah dalam rongga thoraks atau
2. Bukan Trauma (Faktor Medikal) abdomen akibat ruptur aneurisma aorta thorakalis atau abdomi-
Terdapat 6 jenis penyebab medikal : neoplasma, uremik, nalis secara akut.
rheumatik, hemorrhagik, infeksi dan idiopatik.
Hemoperikard karena faktor Bukan Trauma sering dise- Diagnosis klinik
babkan oleh Pengobatan Antikoagulan dan juga dapat terjadi – Rasa nyeri hebat di rongga thoraks atau abdomen
Short-term mortality
Follow-up % Reduction in
%
Treatment Control interval subgroups by time
Reduction
(%) (%) (days) to treatment
6-12 hours - 3
GISSI (SK) 11.712 10.7 13.0 21 18
3-6 hours -17
0-3 hours - 23
< 1 hours - 47
ISIS 2 (SK +/- aspirin) 17.187 9.1 11.8 35 23 12-24 hours - 19
4-12 hours -13
< 4 hours - 32
< 1 hours - 42
ASSET (rt-PA) 5.011 7.2 9.8 30 26 3-5 hours - 24
< 3 hours - 26
Eur Coop (rt PA + aspirin) 721 2.8 5.7 14 51* 3-5 hours - 8
< 3 hours - 82
Fr p = 0,06 - secondary end point. tPreliminary report. These trials of thrombolytic therapy are presented to show differences
in entry criteria as reflected in control-related mortality rate. This table should not be used to compare treatment-related
mortality rates among trials. AIMS: APSAC Intervention Mortality Study, APSAC: anisoylated plasminogen streptokinase
activator complex; ASSET: Angio-Scandinavian Study of Early Thrombolys; Eur Coop, European Cooperative Study; GISSI,
Gruppo Italian per lo Studio della Streptochinasi nell'nfarto Miocardico; ISIS 2 Second International Study of Infarct Survival;
n-PA, recombinant tissue-type plasminogen activator; SK. streptokinase; +/-, with or without.
yang terjadi pada 15-20%, dapat dikurangi dengan pemberian intracoronary thrombolysis in acute myocardial infarction and unstable
angina pectoris. Circulation 1981; 63 : 307-317.
antikoagulansia dan aspirin. 4. Gruppo Italian per lo Studio dells Streptochinasnell "Infarco Miocardico
PICA primer pada IMA dilakukan pada penderita yang (GISSI). Effectiveness of intravenous thrombolytic treatment in acute
memenuhi kriteria untuk terapi trombolitik, tetapi terdapat kon- myocardial infarction. Lancet 1986; 1 : 397-402.
tra-indikasi untuk terapi tersebut. CABS rupanya berguna 5. Mac Mahon S, Coiling R, Peto R, Koster RW, Jusuf S. Effects of prophy-
lactic lidocaine in suspected acute myocardial infarction. An overview of
untuk terapi IMA, tetapi harus dilakukan dalam waktu 3-6 jam results from the randomized controlled trials. JAMA 1988; 260 :.1910-6.
setelah serangan dan memerlukan fasliitas yang canggih dan 6. Salim Jusuf. The use of beta adrenergic blocking agents, IV nitrates. and
tenaga ahli yang berpengalaman. calcium channel blocking atgents following acute myocardial infarction.
3) Penyulit-penyulit IMA. Atropin untuk bradikardi yang di- Chest 1988; 93 : 255-85.
7. Sholnick AE, Frishnan WH. Calcium channel blockers in myocardial
sertai hipotensi atau yang disertai PVC; lidokain untuk terapi infarction. Arch Intern Med 1989; 149: 1669-75.
atau prevensi dari PVC. 8. Genton RE, Sobel BE. Early intervention for interruption of acute myocar-
dial infection. Modem Concepts of Cardiovasc Dig. 1987; 56 : 35-41.
9. Ellis SG. Interventions in acute myocardial infarction. Circulation. 1990;
KEPUSTAKAAN 81 (Suppl IV) : IV43 -1V50).
10. Chesebro JH, Badimon L, Fuster V. New approaches to treatment of
1. De Wood MA, Spores J, Motske R et at. Prevalence of total coronary myocardial infarction. Am J Cardiol 1990; 65 : 12c-19c.
occlusion during'the early hours of transmural infarction. N Engls Med. 11. Caiurs IA, Collins R, Fuster V, Passaman ER. Coronary thrombolysis.
1980; 303 : 97-102. Chest 1989; 95 : 735-875.
2. ACC/AHA Guidelines for the early management of patients with acute 12. Koshal A, Beaulands DS, Davies RA, Nair RC, Keon WI. Urgent surgical
myocardial infarction. Circulation 1990; 82 : 664-707. reperfusion in acute evolving myocardial infarction. A randomized con-
3. Rentrop P, Blanke H. Karsch KR, Kaiser H, Kostering H, Leitzk. Selective trolled study. Circulation 1988; 78 (suppl I) 1171 - I178.
Sunoto Pratanu
Laboratorium/UPFIImu Penyakit Jantung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RSUD Dr. Sutomo, Surabaya
KEPUSTAKAAN
teral yang bekerja cepat. Bila penderita masih sadar, dapat
dipakai obat-obat oral. 1. Anarekar SN, Johnston CI. Management of acute hypertensive crisis with
clonidine. Med J Aust 1974; 1: 829-31.
Untuk beberapa bentuk krisis hipertensi, pilihan obat 2. Kaplan N. Systemic Hypertension : mechanism and diagnosis. Therapy.
dalam garis besarnya dianjurkan sbb.: In: Braunwald, E (ed.) Heart Disease. A textbook of Cardiovascular
a. Ensefalopati hipertensif Medicine. 3th Ed. New York: WB Saunders Company. 1988: 819-83.
Untuk ini dianjurkan obat-obat golongan vasodilator, se- 3. William GH, Braunwald E. Hypertensive vascular disease. In: Braunwald
E, Isselbacher KJ, Petersdorf RG et al (eds.) Harrison's Principles of
hingga tidak menurunkan curah jantung. Obat-obat yang me- Internal Medicine, 11th ed. New York: McGraw-Hill Book Company.
nyebabkan mengantuk sebaiknya dihindari karena dapat meng- 1987: 1024-36.
ganggu evaluasi klinik penderita. 4. Houston G, Mark C. Treatment of hypertensive urgencies and emergencies
b. Payah jantung akut with nifedipine. Am Heart J 1986; 111: 963-9.
5. Monsalve MB et al. Intravenous clonidine in treatment of exaggerated
Untuk ini dipakai diuretik dan vasodilator. Bila keadaan hypertension and hypertensive emergency. Curr Ter Res 1980; 27.
sangat mendesak, sebaiknya dipakai nitroprusid. Bila penderita 6. Savi L et al. A new therapy for hypertensive emergencies : Intravenous
masih sadar dan keadaan klinik tidak terlalu gawat, kaptopril captopril, A preliminary report. Curr Ther Res 1990; 47 (June).
ialah obat pilihan. 7. Sokolow M et al. Clinical Cardiology, 4th ed. Palo Alto: Lange medical
pubL 1986: 209-7.
c. Perdarahan intrakranial 8. US Joint National Committee : The 1988 Report of the Joint National
Meskipun penurunan tekanan darah sangat diperlukan, hal Committee on Detection. Evaluation, and Treatment of High Blood
ini haius dilakukan dengan sangat hati-hati, karena penurunan Pressure. Arch Intern Med 1988; 148: 1023-37.
Simposium
Dimensi Baru Penatalaksanaan Hipertensi
Jakarta 1 Februari 1991
Masalah hipertensi memang merupakan sesuatu yang tak hipertrofi ventrikel kiri juga inerupakan faktor risiko PJK, perlu
habisnya dibahas; hal tersebut adalah karena kosnep patogenesis dipilih obat yang tidak mempengaruhi ventrikel kiri, bahkan
dan penatalaksanaan yang terus menerus berubah, di samping bila mungkin menyebabkan regresi hipertrofi yang telah
potensinya untuk menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi; hal tersebut dapat dicapaidengan penggunaan obat
penting di masa-masa mendatang, pada saat penyakit infeksi penyekat alfa seperti doxazosin.
sudah dapat ditangani dengan obat-obatan yang mutakhir, di
Kaitan pengobatan hipertensi dengan gambaran lipid plasma
samping peningkatan derajat kesehatan dan sanitasi lingkungan.
dibahas oleh Imam Parsudi A. di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Simposium Dimensi Baru Penatalaksanaan Hipertensi
FK Universitas Diponegoro, Semarang. Dari berbagai penelitian
yang diselengarakan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia di
diketahui bahwa tiazid menaikkan kadar VLDL dan trigliserid,
Jakarta belum lama berselang membahas hipetensi dalam kaitan-
sedikit menaikkan kadar kolesterol total dan LDL dan hampir
nya dengan faktor-faktor risiko seperti lipid plasma, resistensi
tidak mempengaruhi kadar HDL. Penyekat beta menaikkan
insulin dan merokok sekaligus mengetengahkan konsep pena-
kadartrigliseriddan VLDL, tidakmempengaruhikadarkolesterol
nganan baru dengan obat penyekat alfa selektif-doxazosin.
total dan LDL, dan menurunkan kadar HDL. Obat-obat lain
DR. T. Santoso dari Subbagian Kardiologi bagian Ilmu
seperti antagonis kalsium, ACE-inhibitor dan obat-obat yang
Penyakit Dalam FKUI/RSCM mengetengahkan dimensi baru
bekerja sentral tidak mempunyai efek bermakna terhadap lipid
penatalaksanaan penyakit jantung koroner yang erat kaitannya
plasma; sedangkan obat yang tergolong dalam penyekat alfa
dengan hipertensi, selain dari faktor-faktor risiko lainnya seperti
selektif akhir-akhir ini diketahui dapat memperbaiki profil lipid
hiperlipidemi, kadar kolesterol–HDL yang rendah, intoleransi
plasma berupa penurunan kadar trigliserid dan kolesterol total,
giukosa, obesitas, merokok, kurangnya aktivitas fisik dan stres.
dan peningkatan kadar HDL.
Dari berbagai penelitian diketahui bahwa hipertensi
Efek perbaikan profil lipid plasma tersebut diduga melalui
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (PJK) tiga kali
beberapa mekanisme :
lipat, sedangkan hipertensi dan hiperkolesterolemi meningkatkan
1. Menurunkan sintesis kolesterol di hepar melalui hambatan
risiko ini menjadi 9 kali, dan akan menjadi 16 kali lipat bila se-
aktivitas HMG-CoA reduktase.
lain dari adanya faktor-faktor risiko di atas, orang tersebut juga
2. Menaikkan clearance plasma LDL melalui aktivasi reseptor
merokok. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan melalui suatu
LDL sehingga kadar LDL plasma turun.
keadaan resistensi insulin dan hiperinsulinemi sebagai kompen-
3. Menaikkan clearance plasma trigliserid melalui aktivasi
sasinya, sehingga perlu diperhatikan dalam pemilihan obat-obat
lipoprotein lipase.
antihipertensi.
4. Menafkkan sintesis VLDL di hepar sehingga kadar
Diuretika diketahui dapat menyebabkan hipokalemi, hiper-
trigliserid turun.
glikemi, hiperurikemi dan gangguan profil lemak darah; efek
samping metabolik ini dikaitkan dengan peningkatan risiko ter- Suatu konsep baru yang masih berkembang ialah resistensi
jadinya aritmi, kematian mendadak dan PJK. Selain itu, karena insulin dan kaitannya dengan hipertensi dan penyakit jantung
Kongres Nasional VI
Perhimpunan Kardiologi Indonesia
KOPERKI VI
Ujungpandang 3 - 6 Maret 1991
* Para pembaca yang berminat mendapatkan naskah lengkapnya - da/am jum/ah terbatas - dapal diminta melalui
alama! redaksi.