Anda di halaman 1dari 12

BAB II PEMBAHASAN

PENGARUH KELARUTAN TERHADAP KELARUTANNYA LANDASAN TEORI Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya kelarutan, sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut-pelarut dan resultan interaksi zat terlarut-pelarut. Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu. Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan setimbang dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut, keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan lebih mudah larut daripada kristal besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan akibat kegagalan kristalisasi . Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang

lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut (Martin dkk, 1993). Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara, menurut U.S Pharmacopea dan National Formulary, kelarutan dinyatakan sebagai jumlah dalam mililiter(ml) pelarut(solven) dimana akan larut 1 gram zat terlarut(solut). Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut (solut) di dalam larutan (solven) pada suhu dan tekanan tertentu. Satuan bagi kelarutan dapat berupa molaritas, molalitas dan persentase. Untuk zat yang kelarutannya tidak diketahui secara pasti, harga kelarutannya digambarkan dengan menggunakan istilah umum tertentu seperti table berikut. Istilah Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk 1 Bagian Zat Terlarut Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian pelarut. Mudah larut 1 - 10 bagian pelarut. Larut 10 30 bagian pelarut. Agak sukar larut 30 100 bagian pelarut. Sukar larut 100 1.000 bagian pelarut. Sangat sukar larut 1.000 10.000 bagian pellarut. Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian pelarut. Dalam formulasi sediaan-sediaan farmasi, data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui , karena sediaan cair atau likuida seperti sirup, eliksir, obat tetes mata, injeksi, dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk sediaan solida seperti tablet atau kapsul, data kelarutan sangat penting untuk memperhitungkan kemampuan atau kecepatan absorbsi dalam saluran cerna. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, adalah Cara Meningkatkan Kelarutan Kelarutan suatu zat (solut) dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, antara lain: 1.) Pembentukan Kompleks Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya van der waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting dalam beberapa kompleks logam. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kompleks molekuler adalah persyaratan ruang. Jika pendekatan dan asosiasi yang dekat dari molekul donor dan molekul

akseptor dihalangi oleh faktor ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan hidrogen dan pengaruh lain harus dipertimbangkan. Polietilen glikol, polistirena, karboksimetil-selulosa dan polimer sejenis yang mengandung oksigen nukleofilik dapat berbentuk kompleks dengan berbagai obat. Semakin stabil kompleks organik molekuler yang terbentuk, makin besar reservoir obat yang tersedia untuk pelepasan. Suatu kompleks yang stabil menghasilkan laju pelepasan awal yang lambat dan membutuhkan waktu yang lama untuk pelepasan sempurna (Martin dkk, 1993). Cara ini membuat pentingnya pembuatan kompleks molekuler. Dibawah kompleks ini diartikan senyawa yang antara lain terbentuk melalui jembatan hidrogen atau gaya dipol-dipol, juga melalui antar aksi hidrofob antar bahan obat yang berlainan seperti juga bahan obat dan bahan pembantu yang dipilih. Pembentukan kompleks sering dikaitkan dengan suatu perubahan sifat yang lebih penting dari bahan obat, seperti ketetapan dan daya resorbsinya, sehingga dalam setiap kasus diperlukan suatu pengujian yang cermat dan cocok. Pembentukan kompleks sekarang banyak dijumpai penggunaannya untuk perbaikan kelarutan, akan tetapi dalam kasus lain juga dapat menyebabkan suatu perlambatan kelarutan. 2.) Penambahan Kosolven Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara ini cukup potensial dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat mempengaruhi polaritas sistem, yang dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan dielektrikanya. Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dan glikofural telah rutin digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan pembawa berair. Pada beberapa kasus, penggunaan kosolven yang tepat dapat meningkatkan kelarutan obat hingga beberapa kali lipat, namun bisa juga peningkatan kelarutannya sangat kecil, bahkan dalam beberapa kasus penggunaan kosolven dapat menurunkan kelarutan solut dalam larutan berair. Efek peningkatan kelarutan terutama disebabkan oleh polaritas obat terhadap solven (air) dan kosolven. Pemilihan sistem kosolven yang tepat dapat menjamin kelarutan semua komponen dalam formulasi dan meminimalkan resiko pengendapan karena pendinginan atau pengenceran oleh cairan darah. Akibatnya, hal ini akan mengurangi iritasi jaringan pada tempat administrasi obat. 3.) Penambahan Surfaktan

Surfaktan atau zat aktif permukaan adalah molekul yang struktur kimianya terdiri dari dua bagian dan mempunyai perbedaan afinitas terhadap berbagai pelarut yaitu bagian hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik terdiri dari rantai panjang hidrokarbon terhalogenasi atau teroksigenasi, bagian ini mempunyai afinitas terhadap minyak atau pelarut non polar, sedangkan bagian hidrofilik dapat berupa ion, gugus polar, atau gugus-gugus yang larut dalam air. Oleh karena itu surfaktan seringkali disebut ampifil karena mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut polar maupun non polar. Surfaktan secara dominan terhadap hidrofilik, hidrofobik atau berada di antara minyak air. Ampifilik merupakan sifat dari surfaktan yang menyebabkan zat terabsorpsi pada antarmuka, apakah cair/gas, atau cair/cair. Agar surfaktan terpusat pada antarmuka, harus diimbangi dengan jumlah gugus-gugus yang larut air dan minyak. Bila molekul terlalu hidrofilik atau hidrofobik maka tidak akan memberikan efek pada antarmuka. Adsorpsi molekul surfaktan di permukaan cairan akan menurunkan tegangan permukaan dan adsorpsi di antara cairan akan menurunkan tegangan antarmuka. Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama. Sifat terpenting misel adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut solubilisasi yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi dengan misel surfaktan membentuk larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar dengan permukaan cairan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan antarmuka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, dan seperti tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesif antar dua fase cair yang membentuk suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair dan suatu fase gas berada bersamasama. Apabila dua cairan bercampur dengan sempurna, tidak ada tegangan antarmuka yang terjadi. Surfaktan terbagi menjadi : a. surfaktan anionik

Surfaktan yang larut dalam air dan berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif. Ion negatif bertindak sebagai surfaktan misalnya Natrium lauril sulfat. b. surfaktan kationik Surfaktan yang larut dalam air, berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif. Ion postif bertindak sebagai surfaktan, misalnya N-setil n-etil morfolium etosulfat. c. surfaktan amfoter Surfaktan yang molekulnya bersifat amfoter, misalnya : Asil aminopropiona, Imidazolinum betaine. d. surfaktan nonionik Surfaktan non ionik adalah surfaktan yang larut dalam air tetapi tidak berionisasi, misalnya : tween dan span (Martin dkk, 1993). MONOGRAFI ZAT AKTIF Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalahAsam Salisilat, dengan monografi sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 51) : ACIDUM SALICYLICUM Asam Salisilat

C7H6O3 BM 138,12 Asam Salisialat mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 101,0 % C7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. Kelarutan : Sukar larut dalm air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform. Identifikasi umum salisilat:

Tambahkan Besi (III) klorida LP ke dalam larutan encer : terjadi warna ungu. Tambahkan asam ke dalam larutan pekat; terbentuk endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada suhu antara 198o dan 161o. Penetapan kadar : Timbang seksama lebih kurang 500mg, larutkan dalam 25ml etanol encer P yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N. 1 ml natrium hodroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3 . Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan Keratolitikum, antifungi. ALAT DAN BAHAN Alat : Bahan : Bejana Air suling Erlenmeyer Asam salisilat Pipet volum Indikator fenolftalein Buret NaOH 1N Gelas ukur Larutan dapar phosfat pH 4,5,6,& 7 Pengocok orbital Tween 80 PROSEDUR KERJA Pengaruh Pelarut Campur (Cosolven) Terhadap Kelarutan suatu Zat Dibuat pelarut campur dengan komposisi sebagai berikut: Air (%v/v) Alkohol (%v/v) Propilen glikol (%v/v) 60 20 15 60 30 10 60 35 5 60 40 0 Ambil 50 ml campuran, lalu larutkan 1 gr asam salisilat kedalam masing-masing campuran

pelarut Kocok larutan dengan menggunakan pengocok orbotal selama 1 jam. Jika ada endapan yang terlarut selama pengocokan, tambahkan tertentu sejumlah asam salisilat sampai kondisi kembali jenuh. Saring larutan, lalu tentukan kadar asam salisilat terlarut dangan titrasu asam basa menggunakan indikator fenolftalin dan penitir NaOH 0,1 N. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konstanta dielektrik campuran pelarut. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat Buatlah 20 ml larutan seri yang mengadung Tween 80 deengan konsentrasi: ((0,4|0,8|4,0 10,0)mg tween 80)/(100 ml air) kemudian tambahkan 1 gr asam salisilat kedalam sitiap komposisi pelarut. Kocok larutan dengan menggunakan pengocok orbotal selama 1 jam. Jika ada endapan yang terlarut selama pengocokan, tambahkan tertentu sejumlah asam salisilat sampai kondisi kembali jenuh. Saring larutan, lalu tentukan kadar asam salisilat terlarut dangan titrasu asam basa menggunakan indikator fenolftalin dan penitir NaOH 0,1 N. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi survaktan, serta tentukan KMK (konsentrasi misel kritis) Tween 80. Pengaruh ph Terhadap Kelarutan Suatu Zat Buatlah 100 ml larutan dapar fosfat dengan ph 4, 5, 6, 7. Ambil 25 ml dari setiap larutan, lalu tambahkan 0,5 mg asam salisilat. Kocok larutan dengan menggunakan pengocok orbotal selama 1 jam. Jika ada endapan yang terlarut selama pengocokan, tambahkan tertentu sejumlah asam salisilat sampai kondisi kembali jenuh. Saring larutan, lalu tentukan kadar asam salisilat terlarut dangan titrasu asam basa menggunakan indikator fenolftalin dan penitir NaOH 1N. Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat dengan ph larutan yang diperoleh. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

PERHITUNGAN Pelarut Campur (Cosolvent) Kd campur1 =(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG) =(% 60 x 80)+(% 20 x 20)+(% 20 x 50) = 62 Kd campur2 =(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG) =(% 60 x 80)+(% 30 x 20)+(% 10 x 50) = 59 Kd campur3 =(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG) =(% 60 x 80)+(% 35 x 20)+(% 5 x 50) = 57,5 Kd campur4=(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG) =(% 60 x 80)+(% 40 x 20)+(% 0 x 50) = 56

PENIMBANGAN BAHAN Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat 1 tetes tween 80 = (20 mg tween 80)/(100 ml air) Ket: 1 tetes tween diencerkan dg air dalam labu sampai 100 ml 1.) Perhitungan volume yang diambil dari larutan stok M1 = Konsentrasi tween stok ((20 mg)/(100 ml )) M2 = Konsentrasi tween yang diinginkan V1 = Volume yang diambil dari larutan stok

V2 = Volume diencerkan sampai batas yang ditentukan (50 ml air) Labu Takar 1 M1 x V1 = M2 x V2 (20 mg)/(100 ml) x V1 = (0,6 mg)/(100 ml) x 50 ml V1 = 1,5 ml Labu Takar 2 M1 x V1 = M2 x V2 (20 mg)/(100 ml) x V1 = (2 mg)/(100 ml) x 50 ml V1 = 5 ml Labu Takar 3 M1 x V1 = M2 x V2 (20 mg)/(100 ml) x V1 = 6mg/(100 ml) x 50 ml V1 = 15 m Labu Takar 4 M1 x V1 = M2 x V2 (20 mg)/(100 ml) x V1 = (10 mg)/(100 ml) x 50 ml V1 = (50 ml x 10 mg)/(20 mg) V1 = 25,0 ml HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN HASIL PENGAMATAN Pengaruh Pelarut Campur (Cosolvent) Terhadap Kelarutan suatu Zat Perbandingan Cosolvent Konstanta Dielektrik Volume NaOH (ml) Kadar Asam Salisilat Air Alkohol PEG 60 20 20 62 64,6 0,129 60 30 10 59 74,5 0,149 60 35 5 57,5 79,5 0,159 60 40 0 56 Tumpah -

PEMBAHASAN Kelarutan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu proses formulasi sediaan obat. Pada sediaan liquida, data kelarutan juga sangat diperlukan karena sediaan tersebut memerlukan suatu pembawa cair.. pada sediaan tablet data kelarutan sangat penting untuk memperkirakan kecepatan absorpsi obat dalam saluran cerna. Dan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu obat (zat aktif) di dalam tubuh khususnya Pengaruh Pelarut Campuran (cosolven)Terhadap Kelarutan Suatu Zat Cosolvensi adalah suatu peristiwa dimana suatu zat lebih mudah larut didalam pelarut gabungan dibandingkan dengan pelarut tunggal. Hal tersebut dikarenakan pengaruh nilai konstanta dieletrik. Konstanta dielektrik pelarut harus mendekati nilai konstanta dielektrik zat, agar zat tersebut mudah melarut. Sehingga digunakan pelarut campuran agar didapat nilai konstanta dielektrik pelarut yang mendekati nilai konstanta dielektrik zat. Pada praktikum kali ini digunakan pelarut campuran air, alkohol dan propilen glikol dengan perbandingan yang berbeda-beda.

semakin tinggi nilai kontanta dielektrik suatu campuran, maka kelarutan asam salisilat juga meningkat. Sehingga dari hasil percobaan cosolveb yang paling baik untuk melarutkan asam salisilat adalah dengan perbandingan air : alkohol : PEG yaitu 60 : 20 : 20 dengan konstanta dielektrik 62. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat Surfaktan adalah zat aktif permukaan yang diserap pada permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan zat sampai dengan titik KMK. Titik KMK adalah titik dimana penambahan surfaktan tidak lagi mempengaruhi tegangan permukaan. Setelah dilalui titik KMK maka penambahan surfaktan berpengaruh terhadap solubilisasi miselar dimana pada keadaan ini akan terjadi pelarutan spontan zat melalui interaksi misel dan surfaktan sehingga terbentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamika. Pada percobaan kali ini, digunakan surfaktan tween 8o dengan konsntrasi berbeda-beda. Adapun pengaruhnya dapat dilihat dari grafik berikut:

Dari grafik diatas, dapat dilihat nilai KMK terjadi pada saat konsentrasi surfaktan 2 g/100 ml. Awalnya grafik konstan sampai titik KMK, dan setelah titik KMK dilalui, maka grafik akan naik. Hal tersebut terjadi karena surfaktan tidak lagi berperan dalam penurunan tegangan permukaan, tetapi berpengaruh dalam proses solubilisasi miselar. KESIMPULAN Kecepatan pengocokan suatu larutan, mempengaruhi tingkat kelarutan suatu zat. Semakin tinggi proses pengocokan, semakin tinggi tigkat kelarutannya

DAFTAR PUSTAKA Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI. Hudayana, yasser. 2010. Faktor yang mempengaruhi kelarutan. http://akmsmkn1pas.blogspot.

Anda mungkin juga menyukai