Anda di halaman 1dari 5

BAGIAN KEENAM : Syumul dan umum merupakan asas pandangan dan pemahaman kita yang menyeluruh Pada zaman

ini, tak sedikit umat Islam yang memiliki pemahaman sempit tentang Islam itu sendiri. Diantaranya ada segolongan umat Islam yang memahami Islam sebagai ibadah zahir semata yang jika dia menunaikan ibadat itu atau melihat umat Islam menunaikannya,maka ia menyangka bahwa ia telah sampai kepada inti dari ajaran Islam. Ada juga yang memahami agama ini pada sudut akhlak yang baik dan kerohanian yang tinggi dan suci. Ada pula segolongan yang memahaminya melalui falsafah yang rumit dan menjauhkan diri daripada kebendaan. Sebahagian yang lain pula menganggap Islam sebagai akidah yang diwarisi dan ibadah tradisi turun temurun. Kebanyakan mereka yang berpendidikan barat, mempunyai anggapan demikian, karena rnereka tidak mendapat peluang untuk memahami Islam yang sahih. Mereka menerima gambaran tentang Islam dari sumber-sumber Barat atau gerakan nasionalis yang berkiblatkan Barat. Pemahaman-pemahaman tersebut berpecah kepada pandangan-pandangan yang lebih sempit lagi. Keadaan menjadi bertambah buruk apabila umat Islam menganggap pandangan-pandangan sempit mereka itu sebagai akidah atau unsur tetap yang tidak boleh disentuh atau diubah. Diantaranya seperti : 1. Menganut agama menjadi kefanatikan dalam arti tidak mempedulikan orang-orang bukan Islam. 2. Agama ini bukan kepunyaan semua manusia, hanya untuk umat di zamannya saja. 3. Pegangan agama ialah urusan pribadi, tidak mempunyai hubungan dengan politik, sosial, ekonomi dan berbagai cabang hidup yang lain. Pandangan-pandangan yang seperti inilah yang membuat Islam menjadi agama yang dipandang kurang harmonis oleh orang-orang di luar Islam. Padahal hal ini dikarenakan oleh penganut Islam itu sendiri yang menyempitkan Islam. Untuk itulah pandangan yang syumul dan umum terhadap ketinggian dan kesempurnaan Islam yang bersifat kekal, universal dan rabbani menjadi suatu unsur tetap jamaah. Dengan pemahaman yang demikian terlaksanalah ibadah dalam pengertiannya yang sempurna.

Tugas Kita Dalam kehidupan

Tugas kita ialah menghambakan diri kepada Allah, berjihad untuk memartabatkan agama dan memuliakan syariat-Nya. Seperti yang dilakukan para sahabat dan salafussaleh yang

digambarkan dengan kata-kata: "Ahli pertapaan (rahib) di malam hari dan pahlawan perang di siang hari". Itulah pemahaman dan amalan orang-orang Islam terdahulu. Mereka sanggup berkorban untuk-Nya. Ketika membicarakan perkara ini, kita perlu menunjukkan ciri-ciri yang membedakan dakwah (ikhwan) daripada dakwah-dakwah yang lain. 1- Rabbani pada sumbernya kerana ia adalah wahyu Allah. 2- Pertengahan dan kesederhanaan. 3- Positif pada pandangannya terhadap alam, manusia dan kehidupan. 4- Realistis ketika berurusan dengan individu dan masyarakat. 5- Berakhlak pada tujuan dan wasilahnya. 6- Syumul pada manhajnya. 7- Universal dakwahnya. 8- Syura keputusannya 9- Jihad dalam tarbiyahnya demi memelihara jalannya jika diserang. 10- Salaf pada pemikiran Inilah dakwah kita daripada sudut agama, dunia, perasaan, syiar, undang-undang, sistem dan akhlaknya. Dakwah ini kita pikul dengan penuh keyakinan, keimanan dan kasih sayang. la jelas dapat dilihat hakikatnya oleh semua manusia. Allah sebagai tujuan, Rasul sebagai teladan, al-Quran merupakan pedoman hidup, jihad adalah jalan dan mati dijalan Allah ialah cita-cita yang paling tinggi. Ikhwan mengimani bahwa Islam ialah satu agama yang menyusun segala aspek kehidupan manusia, menyelesaikan segala permasalahan manusia dan meletakkan peraturan yang yang terbaik dan terperinci. Secara jelasnya Islam tidak terbatas kepada ibadah atau konsep keagamaan tertentu sebagaimana yang dipahami oleh sebagian manusia. Tetapi kita sebagaimana yang dikatakan oleh Imam al-Banna- Islam yang kita pahami ialah Islam yang mampu menyusun kehidupan dunia dan akhirat, juga ia sesuai untuk setiap masa dan tempat. Islam juga mampu membahagiakan seluruh manusia apabila dilaksanakan sebagai sistem kehidupan. Pemahaman yang syumul terhadap Islam ini perlu dijadikan unsur tetap agar dapat memelihara dakwah dari penyelewengan atau dicemari oleh pemahaman asing. Unsur tetap ini menjadi asas pertimbangan kita untuk menilai amal dan neraca ketika berselisih pendapat. Islam adalah sebuah sistem kehidupan yang memberikan kebahagiaan kepada manusia yang menganutnya.

BAGIAN KETUJUH : Syura yang mulzim memutuskan perselisihan antara kita.

Syura ialah suatu nilai agung Islam yang telah diwajibkan seiring dengan kewajiban yang lain seperti solat dan zakat. Firman Allah : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Asy-Syura : 38)

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imran :159)

Syura adalah satu cara yang disyariatkan Allah untuk membuat keputusan di segala aspek tentang masalah keduniaan.

Hukum Syura Banyak ulama yang berpendapat mengenai hukum syura. Al-Imam Fakhru Razi mentarjih dalam tafsirnya hukumnya wajib karena perkataan syura disebut (dalam alQuran) dalam uslub arahan atau perintah. Begitu juga pendapat al- Qurtubi. Tetapi para ulama berselisih pendapat apakah ia mulzim atau sekadar mu'lim. Syura mulzim bererti pemimpin terikat dengan keputusan syura. Syura mulim pemimpin tersebut tidak terikat dengan pandangan-pandangan mereka dan ia boleh mengambil pandangan yang dikiranya baik selama tidak bertentangan dengan nas dan garis panduan yang telah ada di dalam mengambil keputusan. Jika kita diteliti tentang pendapat para ulama', fuqaha', mujtahidin dan pemikir tentang syura, kita akan dapati mereka akhirnya berpendapat bahwa syura adalah mulzim. Hujah al-Quran dan sunnah: " dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Ny.a (Ali Imran :159)

Dalam sunnah pula kita dapati Rasulullah s.a.w. banyak melakukan syura dengan kaum lelaki, wanita, muda atau tua dalam berbagai cara. Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada Abu Bakar dan Umar; "Jika kamu berdua bersepakat tentang satu perkara, aku tidak akan menyanggahnya".

Syura dan Najwa Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (Al Mujaadilah : 9-10)

Allah s.w.t melarang Najwa' dalam perkara dosa, permusuhan dan maksiat (tidak taat) kepada rasul dan membenarkannya dalam perkara-perkara kebaikan dan taqwa. Tidak menjadi suatu kesalahan jika perjumpaan atau perkumpulan untuk membincangkan beberapa perkara yang perlu dirahasiakan daripada pengetahuan umum yang biasanya dilakukan antara para pimpinan. Yang tidak sepatutnya berlaku ialah perkumpulan di luar daripada pengetahuan jamaah. Fenomena inilah yang ditegaskan dalam al-Quran. Kerana tindakan seperti ini akan memecahkan jamaah ataupun setidak-tidaknya akan menjerumuskan saf/anggota ke dalam jurang prasangka dan hilang kepercayaan sesama mereka.

Syura menyelesaikan khilaf Prinsip syura bukan ditujukan untuk golongan tertentu saja, sebaliknya manfaat syura seharusnya dapat dinikmati oleh semua muslimin. Barisan pemimpin yang mukhlis ialah mereka yang sentiasa menjaga kesatuan dan permufakatan dalam saf. Di samping ia sentiasa berhati-hati terhadap perselisihan pendapat yang membawa kepada perpecahan. Kesemuanya itu tidak akan dapat dilaksanakan jika tiada kejernihan hati, kemauan menahan hawa nafsu dan ketaatan sempurna kepada Allah, Rasul dan pemimpin dalam perkara bukan maksiat.

Jika keputusan telah dibuat berdasarkan syura, maka tiada ada yang boleh melanggarnya, karena syura adalah mulzim di sisi kita. Adapun mereka yangg tidak mematuhinya, maka seperti yang dikatakan oleh al-Imam al-Banna: "Kita bantu-membantu dalam perkara yang kita sepakati dan saling memaafkan dalam perkara yang kita perselisihkan". Oleh karena itu semua faktor yang disebutkan tadi, syura di sisi al-Imam alBanna adalah mulzim. Ini mesti diikuti oleh para pengikut karena syura yang mulzim merupakan unsur tetap jamaah.

Anda mungkin juga menyukai