Anda di halaman 1dari 11

BAB I KANKER DAN TERAPINYA SECARA UMUM

Kejadian, penyebaran geografis, dan perilaku beberapa jenis kanker khusus berhubungan dengan berbagai faktor, termasuk jenis kelamin, usia, ras, predisposisi genetis, dan paparan terhadap karsinogen-karsinogen lingkungan. Dari beberapa faktor ini, karsinogen lingkungan mungkin menjadi faktor terpenting. Karsinogen kimia (khususnya karsinogen dalam asap tembakau) serta agen-agen seperti pewarna azo, aflatoksin, dan benzen jelas diketahui dapat menimbulkan kanker baik pada manusia maupun pada hewan.(1) Virus-virus herpes tertentu dan virus-virus DNA kelompok papilloma serta virus-virus RNA tipe C juga dikenal sebagai agen penyebab kanker pada hewan dan mungkin bertanggung jawab pada kanker-kanker tertentu pada manusia. Virus-virus RNA onkogenik tampaknya mengandung enzim reverse transkriptase yang memungkinkan terjadinya translasi pesan RNA dari virus tumor menjadi kode DNA pada sel-sel yang terinfeksi.(1) Kanker sebagai penyakit sel Apapun penyebabnya, pada dasarnya kanker merupakan penyakit sel yang dicirikan dengan perubahan mekanisme kontrol yang mengatur proliferasi dan diferensiasi sel. Sel-sel yang mengalami transformasi neoplastis umumnya mengekspresi antigen-antigen permukaan sel yang

tampak seperti tipe janin (fetal) normal, memiliki tanda-tanda nyata lainnya seperti tidak terjadi maturitas, dan mungkin memperlihatkan abnormalitas abnormalitas kromosom baik kualitas maupun kuntitasnya, termasuk berbagai translokasi dan penampulan sekuens-sekuens gen teramplifikasi. Sel-sel yang demikian ini, mengalami prolfierasi secara berlebihan dan membentuk tumor lokal yang dapat menekan atau menginvasi strukturstruktur normal di sekitarnya. Abnormalitas-abnormalitas kuantitatif dalam berbagai bentuk jalur metabolisme dan komponen-komponen sel menyertai perkembangan neoplasma ini. Proses-proses invansif dan metastasis serta serangkaian abnormalitas metabolisme yang ditimbulkan kanker ini

menyebabkan penyakit dan pada akhirnya menyebabkan kematian pasien kecuali jika neoplasma tersebut dapat diberantas dengan pengobatan.(1) Modalitas terapi kanker Dengan metode pengobatan yang ada sekarang ini, sepertiga dari pasien disembuhkan melalui metode-metode lazim seperti pembedahan atau terapi radiasi, yang cukup efektif apabila tumor itu belum mengalami metastasis pada saat pengobatan. Diagnosis sejak dini mungkin akan lebih meningkatkan pemulihan pasien melalui pengobatan lazim tersebut;

meskipun pada beberapa kasus, mikrometastasis dini merupakan sifat karakteristik dari neoplasma, yang menunjukkan perlunya pendekatan sistemik seperti kemoterapi (sering kali disertai dengan pembedahan atau radiasi) untuk menangani kanker secara efektif. Sekarang ini, 50% dari

pasien

kanker

dapat

disembuhkan;

kontribusi

kemoterapi

terhadap

penyembuhan kanker adalah sektiar 17% pasien. (1) Kemoterapi kanker seperti yang digunakan sekarang ini mampu menyembuhkan neoplasma tertentu yang sudah menyebar, yaitu penyebaran makroskopis atau mikroskopis pada waktu dilakukan diagnosis. Yang lebih penting adalah penggunaan kemoterapi dikombinasikan dengan bedah dini dapat meningkatkan angka penyembuhan pada kanker pauidara dan sarkoma osteogenik pada stadium yang relatif dini.(1) Sekarang ini, kemoterapi memberikan terapi paliatif bukan terapi kuratif untuk sebagian besar bentuk kanker lain yang sudah menyebar. Paliasi yang efektif menyebabkan gejala-gejala dan tanda-tanda kanker mereda secara temporal dan perpanjangan hidup. Pada dekade yang lampu, kemajuan-kemajuan kemoterapi kanker telah mulai membuktikan bahwa pengendalian kanker secara kimia mungkin menjadi suatu kenyataan untuk mengobati sebagai besar bentuk kanker.(1)

BAB II KEMOTERAPI PADA ANAK-ANAK

Pengertian kemoterapi Kemoterapi merupakan sebuah istilah yang diberikan untuk

pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obat yang disebut sitotoksik (yang berarti beracun terhadap sel). Kemoterapi digunakan sebagai sebuah sarana pelengkap untuk menghilangkan sel-sel kanker yang tertinggal dalam tubuh. Kemoterapi digunakan secara independen atau dikombinasikan dengan bedah dan/atau radioterapi. Obat-obat kemoterapi mencederai atau membunuh sel-sel tubuh. Kemoterapi menyerang sel-sel kanker tetapi juga mempengaruhi beberapa sel normal dan bisa menyebabkan efek samping. Efek-efek samping ini biasanya bersifat sementara. Berbagai obat memiliki efek samping berbeda dan anak-anak bisa bereaksi berbeda terhadap obat sitotoksik yang sama. (2) Cara pemberian kemoterapi Kemoterapi diberikan dengan banyak cara, tergantung pada obat dan tipe kanker yang diderita. Pada anak-anak, biasanya diberikan dalam bentuk tablet atau injeksi ke dalam darah, jaringan, atau cairan spinal. Obat-obat memasuki aliran-darah dan bekerja untuk membunuh kanker pada bagianbagian tubuh yang telah ditulari kanker. Anak-anak penderita kanker

biasanya diberikan obat kemoterapi secara intravena atau lewat mulut.

Beberapa bentuk kemoterapi bisa diberikan secara intratekal, atau ke dalam cairan spinal. (2, 3) Banyak obat yang digunakan dalam kemoterapi yang juga membawa risiko jangka panjang dan jangka pendek. Efek samping jangka pendek mencakup nausea, muntah-muntah, kerontokan rambut, kelelahan, anemia, perdarahan abnormal, dan risiko infeksi yang meningkat akibat kerusakan sumsum tulang, serta kerusakan ginjal. Beberapa obat membawa risiko inflamasi kandung kemih dan perdarahan serta kerusakan hati. Yang lainnya bisa menyebabkan masalah kulit dan jantung. Efek-efek jangka panjang bisa mempengaruhi kesuburan, masalah pertumbuhan, kerusakan organ, atau risiko yang meningkat untuk mengalami kanker lain. Staf medis bisa meresepkan obat lain untuk mengimbangi karena banyak efek sampung yang mungkin terjadi.(2) Tindakan pencegahan Selama 2-3 hari setelah kemoterapi, beberapa obat dieksresikan dalam urin, feses atau muntah. Jumlah obat yang diekskresikan akan berbeda-beda tergantung pada obat yang diberikan. Ekskresi ini harus ditangani dengan hati-hati agar tidak menimbulkan efek sekunder. Sebagai contoh, kesehatan umum yang baik direkomendasikan setelah penanganan urin, feses atau muntah-muntah. Mencuci tangan merupakan tindakan yang paling penting. Beberapa kemoterapi bisa diberikan di rumah. Kemoterapi oral sering diberikan di rumah.(2)

Jika memungkinkan, anak-anak harus terlibat dalam pengobatan kanker mereka sendiri. Fakta-fakta tentang tipe kanker spesifik dan efektnya harus dijelaskan dengan baik kepada anak-anak. Akan tetapi, ketika kanker mengenai anak-anak yang lebih kecil, cukup mengatakan kepada mereka bahwa mereka sakit dan memerlukan obat, biasanya penjelasan ini sudah cukup. Untuk semua kategori usia, tujuannya adalah mencegah rasa takut dan kesalahan pemahaman. (3)

BAB 3 EFEK JANGKA PANJANG KEMOTERAPI TERADAP KESEHATAN MULUT PADA ANAK-ANAK

Pengobatan kanker anak telah menjadi semakin efektif, dengan angka kelangsungan hidup yang dilaporkan antara 70% sampai 75% di beberapa negara Eropa dan Amerika Utara. Karena angka kelangsungan hidup anak dengan kanker telah membaik selama beberapa dekade terakhir, efek-efek akhir dari terapi antineoplastis semakin menjadi penting. Bagi kebanyakan pasien kanker anak, efek terhadap mulut dan ketidaknyamanan yang terkait dengan pengobatan mereka bisa memiliki dampak jangka panjang yang berpotensi berbahaya.(4) Efek samping kemoterapi terhadap mulut dan gigi bersifat ireversibel (tidak dapat disembuhkan). Hasil dari kedua tipe pengobatan ini bisa berupa perubahan saliva, infeksi mulut, dan perubahan perkembangan orodental, yang bisa menimbulkan kerusakan bagi gigi yang sedang tumbuh (seperti kalsifikasi tidak lengkap, hipoplasia email gigi, pertumbuhan gigi tertunda atau terhambat, mikrodonsia, dan agenesis gigi). (4) Faktor-faktor lain mencakup usia anak pada saat diagnosis kanker dan pengobatan selanjutnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anakanak yang diobati dengan kemoterapi pada usia duni dalam hidupnya menunjukkan kejadian cacat gigi yang tinggi, dan gigi imatur berisiko lebih

besar untuk abnormalitas gigi dibanding gigi yang telah tumbuh dengan sempurna. (4) Pelajaran tentang cara menangani pasien onkologi anak menjadi penting karena hingga 90% diantaranya bisa mengalami komplikasi oral berbagai jenis. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan kemoterapi untuk kanker pada anak-anak menunjukkan banyak efek jangka panjang dalam ongga mulut. Terapi antineopalstis bisa menimbulkan imbas negatif terhadap revalensi karies pasien. Purdell-Lewis dkk., dan Pajari dkk. Melaporkan nilai DMF-S dan dmf-s yang meningkat pada anak-anak yang mendapatkan terapi antineoplastis. Alberth dkk. Melaporkan bahwa temuan skor DM-T dan DM-S yang meningkat signifikan menunjukkan bahwa pasien telah mengalami kerusakan yang lebih berat terhadap pertumbuhan gigi permanen. (4) Konsekuensi lain dari peningkatan prevalensi karies adalah bahwa anak-anak yang sedang menjalani kemoterapi sering memerlukan pelembab mulut akibat hiposalivasi, yang biasanya dengan minuman ringan yang mengandung gula, sehingga semakin menimbulkan risiko untuk

pembentukan karies. (4) Walaupun efek samping kemoterapi terhadap gigi dan mulut tak terhindarkan, namun imbas nya terhadap kesehatan mulut seharusnya dapat dihindari, sehingga berkontribusi bagi kualitas hidup anak yang yang lebih baik setelah pengobatan kanker. (4) Kemoterapi dimaksudkan untuk membunuh sel-se tumor, dengan

toksisitas yang minimal terhadap sel-sel normal. Lebih lanjut, walaupun radiasi hanya mengenali sel-sel yang ditargetkan, namun kemoterapi memiliki efek yang sistemik. Sel-sel odontogenik yang baru berkembang jauh dari tempat tumor rentan terhadap kerusakan akibat kemoterapi. Karena waktuparuh yang singkat dari agen-agen kemoterapi, cacat-cacat dental biasanya terlokalisasi, menghasilkan perubahan sementara pada fungsi odontoblast dan bukan kematian odontoblast. (4) Beberapa agen kemoterapi seperti vinblastin dan vincristin juga mempengaruhi odontoblast dan ameoloblast. Gangguan ini akan

menghasilkan akar-akar gigi yang pendek, tipis dan runcing. (4) Kemoterapi yang intensif dan berulang-ulang pada saat pembentukan jaringan-keras awal bisa menyebabkan agenesis gigi. Prevalensi gangguan perkembangan gigi tidak secara signifikan berubah seiring dengan usia pada saat diagnosis. Juga ada hasil-hasil kontroversi tentang hubungan antara gangguan pertumbuhan gigi dan usia saat waktu diagnosis, yang menunjukkan bahwa anak-anak yang didiagnosa antara 3,2 sampai 5,4 tahun menunjukkan gangguan yang paling parah. (4)

KESIMPULAN

Pasien penderita kanker yang diobati dengan kemoterapi memiliki risiko karies yang lebih tinggi dibanding dengan kontrol sehat. Kemoterapii asja tidak cukup untuk menyebabkan efek-efek berbahaya utama terhadap karies, status gingiva dan higiene mulut. Ini bisa disebabkan oleh periode pertumbuhan gigi, higiene mulut yang buruk, beberapa perubahan dalam flora, atau asupan makanan kariogenik yang tinggi karena masalah penelanan selama kemoterapi. Penatalaksanaan pasien onkologi pediatri akan memerlukan pendekatan tim dan pengetahuan serta pemahaman yang meningkat tentang efek-efek akhir yang ditimbulkan akan memungkinkan meningkatkan manajemen klinis, khususnya dalam mendapatkan informasi dan tindak lanjut jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Bertram G. Katzung. 2004. Farmakologi, Dasar dan Klinik. Ali bahasa: bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Penerbit Salemba Medika. (2) David Ashley. 2009. Chemotherapy. Children's Cancer Center. Available online at http://www.rch.org.au. Diakses tanggal 21 April 2009. (3) Robin E. Miller, MD. 2007. Childhood Cancer. Available online at http://kidshealth.org/parent/infections/index.html. Diakses tanggal 21 April 2009. (4) Aysun Avsar dkk. 2007. Long-term Effect of Chemotherapy on Caries Formation, Dental Development, and Salivary Factors in Childhood Cancer Survivors. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radio Endod 2007; 104:7819.

Anda mungkin juga menyukai