Anda di halaman 1dari 2

Rumah Kiri - Media Progresif Kaum Kiri Indonesia

Transformasi Sosial
Transformasi Sosial Oleh Tengku Dhani Iqbal “Revolusi kita memang sedari asal-mulanja Revolusi Kiri, Revolusi Rakyat, Revolusi Amanat Penderitaan Rakyat (APR)”. Demikian tulis Soekarno, Presiden Indonesia pertama dalam ejaan bahasa Indonesia lama dalam buku Tritunggal Resopim (1961). Pola pikir kiri tersebut lalu dirumuskannya ke dalam sebuah ideologi yang diberi nama Pancasila. Dengan demikian, istilah sosialisme-komunisme sebenarnya tidak asing bagi negeri ini. Dan tidak aneh pula jika Presiden Abdurrahman Wahid membuka wacana komunisme ini dengan usulannya kepada MPR untuk mencabut Tab MPRS XXV/1966. Walaupun terlihat sia-sia karena pasti akan ditolak MPR, tetapi ideologi marxisme dapat menjadi sebuah kritikan terhadap kapitalisme purba yang kini sedang bergentayangan di Indonesia. Jika di Eropa dan negara-negara maju kapitalisme sudah dirancang sedemikian “lunak” sehingga kaum proletar memiliki posisi tawar yang tinggi, tapi tidak demikian halnya dengan Indonesia. Transformasi Sosial Oleh Tengku Dhani Iqbal “Revolusi kita memang sedari asal-mulanja Revolusi Kiri, Revolusi Rakyat, Revolusi Amanat Penderitaan Rakyat (APR)”. Demikian tulis Soekarno, Presiden Indonesia pertama dalam ejaan bahasa Indonesia lama dalam buku Tritunggal Resopim (1961). Pola pikir kiri tersebut lalu dirumuskannya ke dalam sebuah ideologi yang diberi nama Pancasila Dengan demikian, istilah sosialisme-komunisme sebenarnya tidak asing bagi negeri ini. Dan tidak aneh pula jika Presiden Abdurrahman Wahid membuka wacana komunisme ini dengan usulannya kepada MPR untuk mencabut Tab MPRS XXV/1966. Walaupun terlihat sia-sia karena pasti akan ditolak MPR, tetapi ideologi marxisme dapat menjadi sebuah kritikan terhadap kapitalisme purba yang kini sedang bergentayangan di Indonesia. Jika di Eropa dan negaranegara maju kapitalisme sudah dirancang sedemikian “lunak” sehingga kaum proletar memiliki posisi tawar yang tinggi, tapi tidak demikian halnya dengan Indonesia. Untuk mengetahui apa itu marxisme, kita harus mengetahui dulu beberapa prinsip fundamental dari kapitalisme. Karena sosialisme-komunisme lahir sebagai reaksi atas kehadiran kapitalisme. Kapitalisme, seperti kata Dawam Rahardjo, memiliki beberapa ciri yang prinsipil yaitu pertama, perusahaan-perusahaan dapat dimiliki oleh perorangan atau keluarga. Kedua, kegiatan ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar dimana persaingan atau kompetisi bebas berlaku secara dominan. Dan ketiga, negara tidak melakukan intervensi dalam bentuk apapun terhadap pasar dan menjaga agar sistem pasar bekerja secara bebas. Dalam kondisi demikianlah sosialisme lahir. Sosialisme sebagai ideologi alternatif mengemukakan pandangan yang sangat totaliter. Pasar menurutnya haruslah dikuasai sepenuhnya oleh negara agar tidak terjadi monopoli dan sebagai usaha mencapai masyarakat tanpa kelas. Walaupun sedikit kurang dapat diterima akal sehat karena tidak mengindahkan hak-hak individu, maka Hannah Arendt mengambarkannya dengan mengutip David Rousset pada permulaan bukunya Asal-Usul Totalitarisme: Normal men do not know that everything (totalitarisme) is possible. Sosialismee sebagai tandingan sistem ekonomi pasar bebas dikembangkan lebih lanjut oleh Karl Marx menjadi komunisme yang berbentuk penguasaan total kepada seluruh komponen negara yang dipimpin sementara oleh seorang diktator proletar sampai terbentuknya masyarakat tanpa kelas. Dan jika itu sudah tercapai, diktator proletar tadi haruslah mundur seiring menghilangnya negara dengan segala intrumennya. Doktrin ekonomi kapitalisme klasik tadi juga ditentang oleh seorang ekonom bernama Maynard Keynes. Ia mengatakan doktrin ortodoks agar pemerintah tidak campur tangan dalam pasar merupakan teori usang. Alasannya pemerintah justru harus campur tangan ke dalam pasar dengan bentuk membiayai proyek-proyek baru demi menyediakan lapangan kerja atau mengurangi pengangguran. Kapitalisme memang memiliki sisi dilematis. Masih menurut Keynes, jika semua orang bekerja, itu karena permintaan tenaga kerja terus meningkat. Jika permintaan terus meningkat, harga atau upah tenaga kerja juga akan meningkat. Di satu sisi itu dapat meningkatkan kesejahteraan kaum buruh, tapi di sisi lain, biaya perusahaan juga meningkat. Artinya inflasi akan membumbung tinggi. Paham marxismee memiliki banyak dimensi pemikiran. Salah satunya adalah tentang struktur masyarakat. Masyarakat menurutnya akan mengalami perkembangan dari bentuk-bentuk yang sederhana ke bentuk-bentuk yang sangat kompleks. Ia menggambarkan masyarakat beranjak dari bentuk feodalistis yang melahirkan beberapa orang yang memiliki kapital besar untuk kemudian berubah menjadi sosialismee dan komunismee. Pada tahap kapitalismee ke sosialismee, perubahan tersebut akan terjadi dengan sendirinya karena kontradiksi-kontradiksi internal dalam permasalahan kapital.Untuk lebih mempertegas atau mempercepat perubahan dari masyarakat kapitalisme ke sosialismee, Marx menganjurkan revolusi seperti terdapat pada halaman pertama buku Fundamentalism of Marxism and Leninisme: Marx’s teaching is all powerful because it is true. Di bagian lain buku tersebut ia mengatakan, we must take things as they are, that is, up hold the revolutionary cause in a form that corressponds to the changed circumstances (Karl Marx, Briefe an Kugelmann, Berlin, 1927, S. 27-28).
http://rumahkiri.net _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 31 October, 2007, 01:12

Rumah Kiri - Media Progresif Kaum Kiri Indonesia

Lain halnya kaum Kiri Baru dengan tokohnya Herbert Marcuse. Kiri Baru yang berkembang di tahun 1960-an, menganjurkan aksi-aksi yang sedikit “lunak” yaitu dengan cara demonstrasi-demonstrasi secara radikal sampai keinginan kaum buruh terpenuhi. Intinya Herbert Marcuse menginginkan jalan yang agak kompromistis. Namun demikian gerakan Kiri Baru ini kurang mendapat respon yang baik. Perkiraan Marx tentang kejatuhan kapitalisme ternyata meleset. Hingga kini kapitalisme belumlah runtuh. Kapitalisme seperti kata para kapitalis, akan selalu mengkoreksi diri, termasuk koreksi dari sosialismee. Kesalahan prediksi Marx tentang keruntuhan Kapitalisme, direvisi oleh Bernstein dan kawan-kawan yang menolak argumentasi para kapitalis tadi. Ia mengatakan setelah masyarakat mencapai tahap kapitalisme, tahap selanjutnya bukanlah sosialisme tetapi imperialisme. Imperialisme merupakan tingkat tertinggi dari tahap kapitalisme. Karena bagaimana pun negara-negara kapitalis memerlukan sebuah subjek penderita yang dapat menopang eksistensi kapitalisme. Teori Imperialismee ini didukung sepenuhnya oleh Rosa Luxemburg yang mengatakan tidak terjadinya revolusi sosial di masyarakat kapitalisme disebabkan karena objek eksploitasi dipindahkan ke negara-negara berkembang. Dengan begitu negara-negara kapitalis akan berebut pengaruh di negara-negara berkembang. Dan pada gilirannya persaingan antar negara-negara kapitalis tidak terelakkan lagi. Disinilah diprediksi akan terjadinya revolusi baik oleh negara-negara “berkembang-jajahan” maupun oleh kaum buruh di negara masing-masing. Walaupun prediksi Marx meleset, tetapi tidak semuanya. Ia benar ketika mengatakan perkembangan sejarah dan peradaban didorong oleh konflik dan perjuangan terus menerus untuk dapat bereksistensi. Dengan demikian perjuangan kelas merupakan kekuatan pendorong sejarah, karena semua kemajuan penting dalam sejarah terlahir dari konflik, perjuangan dan revolusi kekerasan. Walaupun ini terkesan sangatlah kejam dan sadis, tapi penderitaan dan pengorbanan manusia memang merupakan harga yang harus dibayar mahal untuk suatu perubahan sosial. Hal ini juga ditekankan oleh Soekarno yang mengatakan jika sebuah negara ingin melakukan perubahan besar, maka tidaklah cukup dengan reformasi-reformasi kecil, ia haruslah melalui sebuah revolusi sosial. Kata Marx, The advance to the shining heights of communist civilisation will always engender in people unusual power of will and intellect, creative impuls, courage, and life-giving energy. Pemicu dari segala perkembangan peradaban manusia tersebut terletak pada masalah ekonomi dan teknologi. Marx dengan tepat sekali menggambarkan negara dengan sebuah rumah. Fondasi paling bawahnya adalah ekonomi dan diatasnya adalah teknologi. Jika fondasi awalnya runtuh, maka runtuhlah seluruh rumah tersebut. Ini kita dapati di Uni Soviet. Selain dari ketidaksiapan masyarakatnya dengan alam keterbukaan, ambruknya ekonomi merupakan pemicu utama. Demikian juga dengan Indonesia. Timor-Timur lepas dari Indonesia karena terpuruknya ekonomi. Secara logika jika Timor-Timur makmur, tidak akan mungkin ia mengupayakan diri untuk berpisah dari Republik Indonesia. Begitu juga di seluruh provinsi. Ketika ekonomi negeri ini memburuk, maka memburuk pulalah sistem sosialnya. Tapi perjuangan kelas untuk dapat bereksistensi ditentang keras oleh futuristik Fritjof Capra. Ia mengatakan pandangan tentang evolusi sosial yang terlalu menekankan pada konflik itu telah mengabaikan kenyataan bahwa semua perjuangan di alam raya ini terjadi dalam suatu konteks kerja sama yang lebih luas. Dan konflik bukan merupakan sumber dinamika sosial. Dengan demikian konflik harus dibuat sekecil mungkin pada saat transisi sosial terjadi. Asumsinya adalah gerak merupakan sesuatu yang alami dan muncul secara spontan. Sehingga transformasi dari generasi tua ke generasi muda menjadi mudah. Walaupun demikian, pemikiran-pemikiran Karl Marx seperti digambarkan oleh Fredrich Engels, akan selalu membayangi seluruh sistem sosial dunia bahkan untuk abad-abad yang akan datang. Demikian juga Francois Furet yang dikutip Anthony Brewer mengatakan bagaimana sulitnya membuat sejarah intelektual abad 20 tanpa Marx. Walaupun banyak prediksi-prediksinya yang meleset, tetapi dia telah membangunkan seluruh orang tentang celah-celah kapitalisme dan kekuasaan yang sangat memiliki peluang untuk melakukan pengerugian terhadap rakyat. Untuk itulah, memang selayaknya dilakukan MPR. Dan pada saat yang bersamaan harus dilakukan revisi pencabutan Tab MPRS XXV/1966 terhadap Tab tersebut. Intinya, paham marxisme harus dibiarkan hidup sebagai pengritik kapitalisme, tapi pembentukan Partai Komunis sebagai implementasinya haruslah dilarang. Sebab Partai Komunis akan selalu ingin menguasai negara sendirian untuk mewujudkan seorang diktator proletar yang tentu tidak menginginkan adanya oposisi. Inilah yang membedakan Partai Komunis dengan partai-partai egaliter lain seperti PAN, Partai Golkar, dan lain-lain. Dan yang pasti, kebesaran dan kemajuan suatu bangsa tidak akan pernah dapat dicapai hanya dalam satu waktu, apalagi menunggu Tuhan memberikannya, melainkan dari suatu proses panjang yang melibatkan setiap sendi masyarakat. Januari 2000 Sumber: www.tengkudhaniiqbal.wordpress.com Dimuat atas Seijin Penulis

http://rumahkiri.net

_PDF_POWERED

_PDF_GENERATED 31 October, 2007, 01:12

Anda mungkin juga menyukai