Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Menurut WHO dan The American College of Obstetricans and Gynecologist, kematian janin adalah kematian janin dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih, atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.1,2 Data pusat statistik kesehatan nasional tahun 2003 menunjukkan di Amerika serikat frekuensi IUFD sebesar 6,9 per 1000 kelahiran. Pada negara berkembang masih belum didapatkan data yang valid akibat sistem pelaporan yang kurang baik.1,3 Pada 25%-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Beberapa penyebab kematian janin adalah Maternal : Kehamilan lewat waktu (>42 minggu), diabetes, infeksi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia, usia ibu lanjut, Rh disease, ruptur uteri, trauma ibu; Fetal : Kehamilan ganda, IUGR, kelainan Kongenital, kelainan genetic, infeksi; dan Plasenta : prolapsus tali pusat, solusio plasenta, lilitan tali pusat, insufisiensi plasenta, plasenta previa.3-5 Untuk diagnosis pasti penyebab kematian janin sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, juga kemungkinan terpapar infeksi utuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.1,3,6 Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam diagnosis kematian janin. Kebanyakan pasien hanya mengeluh menurunnya gerakan janin, pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada yaitu fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, berat badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil serta perubahan pada payudara.1 Dengan fetoskopi dan Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin. Dengan Ultrasonografi (USG), tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan.1 Dengan foto radiologik setelah 5 hari tampak Spalding sign (Kranium ovelapping), Nanjouks sign (Tulang punggung janin melengkung), Roberts sign

(Gelembung gas pada jantung dan pembuluh darah).1 Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari.1 Komplikasi yang mungkin terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga. Bila ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu3,6 . Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab, rencana penatalaksanaannya, dukungan mental emosional pada penderita dan keluarga, yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam. Rekomendasikan untuk segera diintervensi. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital ibu, darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula darah.3,6 Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian Radestad et al (1996) menganjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian inutero. Terdapat hubungan kuat antara menunggu >24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.7 Induksi persalinan merupakan pilihan utama pada kasus IUFD. Pada kematian janin usia <28 minggu induksi dapat menggunakan prostaglandin E2 vaginal suppositoria (10-20 mg tiap 6 jam), misoprostol (prostaglandin E1) vaginal atau oral (400 mcg tiap 6 jam) atau induksi dengan oksitosin (hati-hati pada riwayat seksio sesarea sebelumnya). Pada usia >28 minggu digunakan dosis yang lebih kecil.2,8,10,11 Pada tahun 2003, Dickinson dan evans melaporkan bahwa efektifitas penggunaan misoprostol secara oral, vaginal maupun kombinasi guna induksi pada trimester kedua, didapatkan bahwa pemberian misoprostol 400 mcg per vaginal tiap 6 jam merupakan regimen terbaik.1,2,10

LAPORAN KASUS
Nama Penderita No. CM Umur Alamat Pekerjaan Pendidikan Agama Bangsa Status Perkawinan MRS : Ny. SB : 270921 : 22 tahun : Kawangkoan : IRT : Tamat SMA : Kristen Protestan : Indonesia : Kawin : 11 Februari 2011 jam 02.30 Nama Suami Umur Pekerjaan : Tn.MT : 25 tahun : Polri

ANAMNESIS UTAMA Keluhan Utama : Pasien dirujuk dari RS Bhayangkara dengan diagnosa G1P0 A0, hamil 33-34 minggu + IUFD Riwayat penyakit sekarang : y y Pergerakan janin tidak dirasakan sejak 1 hari MRS Riwayat trauma (+), riwayat demam (-), riwayat minum obat-obatan (-) Pasien jatuh terpeleset dari tangga 3 hari sebelum kontrol ke praktek dokter. y y y Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan Pelepasan lendir campur darah (-) Pelepasan air dari jalan lahir (-)

Riwayat Penyakit Dahulu y

Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, sakit kuning, kencing manis, darah tinggi disangkal

Riwayat Gemelli (-) BAB/BAK biasa

Anamnesis Kebidanan Riwayat Kehamilan Sekarang : Penderita memiliki riwayat muntah pada kehamilan muda. Riwayat kaki bengkak, penglihatan terganggu, sakit kepala, kencing terlalu sering, defekasi tidak teratur, perdarahan, keluar darah dari jalan lahir, darah tinggi dan kejang disangkal penderita. Waktu hamil, penderita tidak merokok dan tidak minum alkohol.

Pemeriksaan Ante Natal (PAN) Penderita melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sebanyak 8

kali. Enam kali dilakukan di Klinik Amelia Tomohon, 1 kali di dokter spesialis (dr. M.B.R, SpOG) dan 1 kali di dokter spesialis (Prof. dr. Eddy Suparman, SpOG-K)

Riwayat Haid Haid pertama dialami pada usia 13 tahun, dengan siklus teratur, lamanya haid 3 hari. HPHT 01 Januari 2010. Taksiran persalinan tanggal 08 Maret 2011.

Riwayat Keluarga Penderita menikah 1 kali dengan suami sekarang selama 1 tahun dan belum mempunyai anak. Jumlah anak yang masih diinginkan lagi sebanyak 1 orang.

Riwayat Keluarga Berencana Penderita belum pernah mengikuti KB. Riwayat Kehamilan Terdahulu 1. Sekarang (2011)

Pemeriksaan Fisik Status Praesens Suhu Nadi Tensi Respirasi Berat badan Tinggi badan Keadaan umum Kesadaran Gizi Kulit Kepala Leher Mata Telinga Hidung Tenggorokan Dada Jantung Paru-paru Abdomen Alat Kelamin Anggota gerak Refleks : 36,4 0 C : 88 x/mnt : 160/120 mmHg : 20 x/mnt : 60 kg : 154 cm : Cukup : CM : Cukup : Turgor normal : Simetris : Pembesaran KGB (-) : Konj. an -/-, skl ikt -/: Sekret -/: Sekret -/: T1/T1, hiperemis (-) : Simetris kiri dan kanan : SI-SII normal, bising (-) : Rhonki -/-, Wheezing -/: Hepar dan lien sulit dievaluasi : Tidak ada kelainan : Edema (-), varises tidak ada : Refleks fisiologis normal, refleks patologis (-)

Status Obstetrik : TFU Letak janin BJJ His : 28 cm : letak kepala U punggung kanan : (-) : (-)

TBBA

: 2800 (palpasi)

Pemeriksaan Dalam : Portio tebal lunak, arah axial, pp kepala HI Pemeriksaan Panggul Promontorium Sakrum Linea inominata Arkus pubis Spina ischiadika Dinding samping Kesan panggul Laboratorium Hemoglobin Leukosit Trombosit GDS : 11,1 gr% : 8.600/mm3 : 314.000/mm3 : 86 mg/dl : Tidak teraba : Konkaf : Teraba 1/3 - 1/3 : > 90 : Tidak menonjol : Lurus : Cukup luas

USG : Janin intrauterine tunggal letak kepala FM (-); FHM (-) BPD: 9,08 cm; AL: 29,96 cm EFW: 2800-2900 gram AFL >2 cm Kesan: hamil aterm + letak kepala + IUFD HL: 31,30 cm FL: 7,74 cm

Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, belum inpartu Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HI

Sikap y MRS

y y y y

Terminasi kehamilan dengan misoprostol tab/ 6 jam Laboratorium lengkap USG Faal hemostasis

Resume Masuk G1P0 A0, 22 tahun, MRS tanggal 11 Februari 2011 jam 02.30 Wita dengan keluhan utama dirujuk dari RS. Bhayangkara dengan G1P0 A0, hamil 33-34 minggu + IUFD, penderita mengeluh pergerakan janin tidak dirasakan sejak 1 hari SMRS. Riwayat trauma (+), riwayat demam (-), riwayat minum obat-obatan tanpa anjuran dokter (-). Tanda inpartu (-). RPD disangkal. BAB/ BAK normal. HPHT 01 januari 2010. TTP : 08 Maret 2011 Status Praesens : dalam batas normal Status Obstetrik : TFU BJA : 28 cm : (-) Letak Janin His : Letak kepala pu-ka : (-)

TBBA : 2800 gram (palpasi) PD : Portio tebal lunak, arah axial, pp kepala HI

Diagnosis Sementara G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, belum inpartu Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HI

Sikap y y y y y y Terminasi kehamilan dengan misoprostol tab/ 6 jam Laboratorium lengkap USG Faal hemostasis Lapor konsulen Prof. dr. Eddy Suparman, SpOG-K Advis : Misoprostol 2 x tab

Observasi Persalinan Tanggal 11 Februari 2011 Jam 0230 Status Praesens KU: cukup Kes: CM T: 100/70 mmHg Status Obstetrik BJA : (-) His PD : (-) : Portio tebal lunak, arah axial, pp kepala HI N: 80 x/menit R: 20 x/menit S: 36,20C

Laboratorium Faal Hemostasis : CT BT Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, belum inpartu Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HI Sikap y y y y y Terminasi kehamilan dengan misoprostol tab/ 6 jam Laboratorium USG Lapor konsulen Prof. dr. Eddy Suparman, SpOG-K Advis : Misoprostol 2 x tab pervaginam Cek faal hemostasis Jam 02 0330 Jam 03 04
30 00 30 30 00 30

: 6 : 1 30

BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-)

His : (-) His : (-) His : (-)

Jam 04 07 Jam 07

Status Praesens KU: cukup Kes: CM T: 110/70 mmHg N: 80 x/menit R: 20 x/menit


8

S: 36,20C

Status Obstetrik BJA : (-) His Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, belum inpartu Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HI Sikap y y y Terminasi kehamilan dengan misoprostol tab/ 6 jam Lapor konsulen Prof. dr. Eddy Suparman, SpOG-K Advis : Misoprostol 2 x tab pervaginam Cek faal hemostasis Jam 0800 - 0900 Jam 0900 Jam 0900 1000 Jam 11 15 Jam 16
00 00 00 00 00

: (-)

BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-)

His : (-) His : (-) His : (-) His : (-) His : (-) His : (-) Misoprostol tab pervaginam Misoprostol tab pervaginam

Jam 17 24

Tanggal 12 Februari 2011 Jam 0800 2400 BJA : (-) His : (-)

Tanggal 13 Februari 2011 Jam 0800 Ibu mengeluh nyeri perut teratur KU: cukup Kes: CM T: 120/80 mmHg BJA : (-) N: 88 x/menit R: 20 x/menit His : (-) S: 36,40C

PD : Eff 90%, pembukaan 2-3 cm, Ketuban (+), PP kepala HI-II Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, inpartu kala I

Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HI Sikap y y Rencana partus pervaginam Observasi T, N, R, S, His 7-8 7-8 7-8 6-7 15-20 15-20 15-20 20-25 BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-)
30 00 30 00

Jam 0800 0830 Jam 08 09


00 30

Jam 09 11 Jam 11 12 Jam 1200

KU: cukup Kes: CM T: 120/80 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit BJA : (-) S: 36,40C His : 6-7/ 20-25

PD : Eff 90%, pembukaan 3-4 cm, Ketuban (+), PP kepala HII Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, inpartu kala I Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HII Sikap y y Rencana partus pervaginam Observasi T, N, R, S, His 6-7 6-7 5-6 5-6 4-5 4-5 3-4 3-4 20-25 20-25 25-30 25-30 30-35 30-35 35-40 35-40 BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-)

Jam 1200 1230 Jam 1230 1300 Jam 1300 1330 Jam 1330 1400 Jam 14 14 Jam 14 15 Jam 15 15 Jam 1600
00 30 00 30 00 30

Jam 1530 1600

KU: cukup Kes: CM T: 120/80 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit BJA : (-) S: 36,40C His : 3-4/ 40-45

10

PD : Eff 90%, pembukaan 7-8 cm, Ketuban (+), PP kepala HIII Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, inpartu kala I Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HIII Sikap y y Rencana partus pervaginam Observasi T, N, R, S, His
00

Jam 16 1630 Jam 1630 1700 Jam 1700 1730 Jam 1730 1800 Jam 1800 Ketuban pecah spontan Ibu ingin mengejan

3-4 3-4 3-4 3-4

40-45 40-45 40-45 40-45

BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-) BJA : (-)

cairan kecoklatan 20 cc

KU: cukup Kes: CM T: 120/80 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit BJA : (-) S: 36,40C His : 2-3/ 50-55

PD : Pembukaan lengkap, Ketuban (-) cairan kecoklatan, PP kepala HIII-IV Diagnosa G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, inpartu kala II Janin intra uterin, tunggal, fetal death Sikap y Pimpin mengejan
20

Jam 18 Lahir bayi laki-laki , spontan letak belakang kepala, BBL : 2400 gr, PBL : 49 cm, AS : Jam 1825 Lahir plasenta spontan , lengkap dengan selaputnya, BPL : 500 gram Keadaan 2 jam post partum : T : 110/70 N : 84 x/m R : 22x/m Kontraksi baik : 150 cc : 100 cc S : 36,20 C TFU 2 jari di bawah pusat Perdarahan : Kala III Kala IV

11

Total

: 250 cc

Laporan Persalinan His kencang ibu ingin mengejan, vulva dan anus mengembang, tampak kepala janin semakin besar di jalan lahir menekan perineum yang semakin tipis dan dilakukan episiotomi mediolateral. Saat subocciput berada di bawah simfisis tangan kanan menyokong

perineum untuk mencegah robekan, tangan kiri menahan kepala bayi dari arah simfisi untuk mencegah terjadinya defleksi maksimal. Dengan bantuan tenaga mengejan ibu lahirlah berturut-turut dahi, hidung, mulut an dagu. Penolong membantu putaran paksi luar searah punggung janin. Kedua tangan diletakkan biparietal terhadap kepala bayi, dilakukan traksi ringan ke arah perineum untuk melahirkan bahu depan kemuadian traksi ke arah simfisis untuk melahirkan bahu belakang dan traksi kea rah sumbu jalan lahir untuk melahirkan badan, bokong dan kaki. Jam 18.20 lahir bayi laki-laki, spontan letak belakang kepala. Berat badan lahir : 2400 gram. Panjang badan lahir : 49 cm. Apgar Score : 0, maserasi grade II Tali pusat di klem di dua tempat, lalu digunting di antaranya. Bayi diserahkan ke bidan untuk perawatan selanjutnya. Di bwah bokong ibu diletakkan stickpan. Kandung kemih dikosongankan dengan kateter folley. Dilakukan pelepasan plasenta dengan cara pereegangan tali pusat terkendali. Jam 1825 lahir plasenta spontan lengkap dengan selaputnya. Berat plasenta lahir : 500 gram. Diilakukan pemeriksaan jalan lahir, perineum rupture grade II, dilakukan hecting, bagian dalam dengan cara jelujur, bagian luar dengan simpul. Ibu dibersihkan dan diistirahatkan. Keadaan 2 jam post partum : T : 110/70 N : 84 x/m R : 22x/m Kontraksi baik : 150 cc S : 36,20 C TFU 2 jari di bawah pusat Perdarahan : Kala III

12

Kala IV Total

: 100 cc : 250 cc

Observasi post partum 14-02-2011 S : O : keluhan (-) T : 110/70 mmHg Std. puerpuralis : Mamae : laktasi -/-, infeksi -/N : 76x/m R : 20x/m S : 36,30C

Abdomen : kontraksi baik TFU : 2 jari di bawah pusat Vulva Lochia : edema -/-, infeksi -/: rubra

Perineum : terawat A : P1 A0, 22 tahun, post partum hari I Bayi laki-laki , spontan letak belakang, BBL : 2400 gr, PBL : 49 cm, fetal death Maserasi grade II. P : - Cefadroxil 3 x 500 mg - SF tablet 1 x 1 - Lynoral 3 x 1 tablet

15-02-2011 S : O : keluhan (-) T : 110/70 mmHg Std. puerpuralis : Mamae : laktasi -/-, infeksi -/N : 80x/m R : 22x/m S : 36,50C

Abdomen : kontraksi baik TFU : 2 jari di bawah pusat Vulva : edema -/-, infeksi -/-

Perineum : terawat A : P1 A0, 22 tahun, post partum hari II

13

Bayi laki-laki , spontan letak belakang, BBL : 2400 gr, PBL : 49 cm, fetal death maserasi grade II. P : - Cefadroxil 3 x 500 mg - SF tablet 1 x 1 - Lynoral 3 x 1 tablet 16-02-2011 S : O : keluhan (-) T : 110/70 mmHg Std. puerpuralis : Mamae : laktasi -/-, infeksi -/N : 80x/m R : 22x/m S : 36,50C

Abdomen : kontraksi baik TFU : 2 jari di bawah pusat Vulva : edema -/-, infeksi -/-

Perineum : terawat A : P1 A0, 22 tahun, post partum hari II Bayi laki-laki , spontan letak belakang, BBL : 2400 gr, PBL : 49 cm, fetal death maserasi grade II. P : Cefadroxil 3 x 500 mg SF tablet 1 x 1 Lynoral 3 x 1 tablet Rencana pulang

DISKUSI

14

Pasien dengan G1P0 A0, 22 tahun, hamil 36-37 minggu, belum inpartu, Janin intra uterin, tunggal, fetal death, letak kepala HI Pada kasus ini, masalah yang akan dibahas adalah : 1. Apa dasar diagnosis kasus ini? 2. Bagaimana penegakan diagnosa dan penyebab IUFD pada kasus ini? 3. Apakah penanganan pada kasus ini sudah tepat? 4. Komplikasi apa yang mungkin terjadi pada kasus ini? 5. Bagaimana prognosa pada pasien ini ?

Pembahasan Dasar diagnosis Dasar diagnosis kasus ini diperoleh berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan status obstetrik. Menurut kepustakaan dasar diagnosa kematian janin dalam rahim berdasarkan anamnesis, dimana tidak dirasakan adanya gerakan anak, pembesaran rahim tidak dirasakan bahkan dapat terasa makin mengecil, penurunan berat badan serta perubahan pada payudara dan nafsu makan.1,2 Pada pemeriksaan fisik ibu, kematian janin ditandai dengan tidak adanya usaha pernafasan atau tanda-tanda kehidupan yang lain, seperti pulsasi jantung, pulsasi tali pusat atau pergerakan otot-otot.1,2,9 Pada kasus ini diagnosis kematian janin dalam rahim berdasarkan anamnesis dimana ibu mengeluh tidak lagi merasakan adanya pergerakan janin sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, dimana tidak dirasakannya pergerakan janin terjadi oleh penderita setelah jatuh dari tangga. Pada saat ini ibu belum merasakan rahimnya mengecil dan belum ada penurunan berat badan dan perubahan pada payudara. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya bunyi jantung anak dan pulsasi tali pusat pada pemeriksaan menggunakan Doppler dan pergerakan otot-otot dari janin tidak ada, sehingga pada status obstetrikus bunyi jantung janin negatif dan pergerakan janin negatif.

Penegakan diagnosa dan penyebab kematian janian dalam rahim pada kasus ini

15

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan guna menegakkan diagnosa suatu kematian janin dalam rahim seperti dengan bantuan ultrasonografi, foto rontgen maupun pemeriksaan laboratorium.1,2 Pada kasus ini pemeriksaan penunjang menggunakan alat Ultrasonografi, tidak ditemukan adanya aktivitas jantung janin yang dilihat dari Fetal Movement (-) dan Fetal Heart Movement (-). Pemeriksaan foto rontgen tidak dilakukan dan pada pemeriksaan laboratorium faal hemostasis (CT, BT) masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan cairan ketuban didapatkan warna kecokelatan. Hal ini terjadi akibat timbul perubahan-perubahan pada kematian janin, dimana lepuhlepuh kulit yang telah timbul pecah sehingga menyebabkan cairan ketuban berwarna cokelat. Penyebab kematian janin dalam rahim secara umum dapat dibagi dalam 3 faktor utama yaitu, Maternal (Kehamilan lewat waktu (>42 minggu), Infeksi, Hipertensi, trauma, dll), faktor Janin (kehamilan ganda, intrauterine growth restriction / IUGR, kelainan kongenital, kelainan genetic, dll) serta factor plasenta dan tali pusat (Prolapsus tali pusat, solusio plasenta, lilitan tali pusat, plasenta previa, dll)3-5 Pada kasus ini penyebab kematian janin dalam rahim pada penderita karena faktor maternal dimana didapatkan riwayat trauma pada ibu, yaitu jatuh dari tangga. Pada anamnesis didapatkan bahwa terjadi benturan pada perut ibu, dimana benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada. Penyebab utama kematian janin intrauterine pada trimester ketiga paling banyak karena trauma tali pusat. 12

Penanganan kasus ini Penderita dengan kematian janin dalam rahim sebagian besar akan mengalami persalinan spontan dalam 2 minggu dan bila persalinan spontan tidak terjadi dalam 3-4 minggu maka resiko terjadinya DIC akan meningkat. Pilihan utama persalinan penderita dengan kematian janin dalam rahim adalah dengan persalinan pervaginam baik secara spontan maupun dengan induksi guna

16

mengurangi trauma pada ibu. Pada keadaan-keadaan dimana tidak dapat dilakukan persalinan pervaginam maka persalinan dapat diakhiri secara perabdominam.1,2,13 Pada kasus ini kematian janin dalam rahim terjadi sejak 2 hari yang lalu, dimana pada pemeriksaan laboratorium didapatkan faal hemostasis masih dalam batas normal dan dengan pemeriksaan USG didapatkan bahwa taksiran berat badan bayi sekitar 2800-2900 gram. Saat penderita masuk rumah sakit didapatkan bahwa penderita belum inpartu sehingga induksi persalinan perlu dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan menggunakan misoprostol karena

berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Dickinson dan evans dilaporkan bahwa penggunaan misoprostol 400 mcg per vaginal tiap 6 jam merupakan regimen terbaik dalam menginduksi suatu persalinan.8

Komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini Pada kasus ini komplikasi dari kematian janin dalam rahim belum ada. Komplikasi dapat terjadi akibat kematian janin yang akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin yang bisa masuk ke dalam peredaran darah ibu yang menyebabkan terjadinya pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit sehingga terjadi pembekuan darah yang meluas menyebabkan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) sehingga terjadi defirinasi (pemakaian fibrinogen yang meningkat) dan terjadilah hipofibrinogenemia (<100mg). Hal ini biasa terjadi pada minggu ke 4-5 sesudah kematian janin dalam rahim Akibat hipofibrinogenemia dapat terjadi hemoragik post partum. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah 2 minggu kematian janin yang dikandungnya.3

Prognosa kasus ini Prognosa penderita ini dapat dubia ad bonam, karena mendapat penanganan yang tepat. Jika kemudian penderita hamil kembali, sebaiknya dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis Obsgin atau di Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan obstetrik yang memadai, serta

17

pemahaman dari penderita tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan yang baik. Sebaiknya ibu lebih rutin dan peka terhadap kehamilannya, serta mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi kematian janin dalam rahim dan pemberian pengobatan dan mendeteksi gejala awal kematian janin dalam rahim atau tanda fetal distress1,2

KESIMPULAN DAN SARAN

18

Adapun kesimpulan pada kasus ini adalah Diagnosa pada kasus ini sudah tepat. Penyebab kematian janin dalam rahim pada kasus ini adalah kemungkinan akibat trauma fisik. Penanganan pada kasus ini sudah benar dimana persalinan yang dipilih adalah pervaginam untuk mengurangi trauma pada ibu dan diberikan misoprostol untuk mempercepat pendataran dan dilatasi serviks serta pemberian lynoral (ethinyl estradiol) guna menghambat pembentukan prolaktin. Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien ini adalah DIC, Hemoragik post partum dan trauma psikis pada ibu. Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena mendapat penanganan yang cepat, tepat dan adekuat.

Adapun saran pada kasus ini adalah Wanita hamil harus rutin melakukan PAN sehingga dapat mengenal secara dini resiko kehamilan yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan bayi. Petugas kesehatan harus memperhatikan kualitas PAN bukan kuantitasnya. Perlu otopsi untuk mengetahui sebab pasti kematian janin dalam rahim

RUJUKAN

19

1.

Lindsey,

James.

Evaluation of Fetal Death.

2008.

Available at

www.emedicine.medscape.com 2. American College of Obstetricians and Gynecologist; Diagnosis and management of fetal death. ACOG Technical Bulletin Number 176-January 1993. Int J Gynaecol Obstet 1993 Sep; 42 (3): 291-9 3. Soewarto, Soetomo. Kematian Janin dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008. Hal 732-735. 4. Saifuddin AB (ed). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2000. 5. Siddiqui, Farah. Kean, Lucy. Intrauterine fetal Death. Obstetrics, Gynecology and Reproductive Medicine Vol 19 Issue 1. Hal 1-6. 6. Rosfanty. Kematian Janin dalam Kandungan (IUFD). Available from : http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematianjanindalamkandunganiufd.html. 7. Anonim. Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Available from :

http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/79. 8. Dickinson JE, Evans SF. A comparison of oral misoprostol with vaginal misoprostol administration in second trimester pregnancy termination for fetal abnormlity. Obstet Gynecol 2003 Jun;101 (6): 1294-9 9. Cunningham FG, Lenovo KJ. Overview of Obstetrics. In: William obstetric. 23 Ed chapter 1. McGraw-Hill New York. 2010. 10. Gonez R Ponce De Leon. Misoprostol Untuk Kematian Janin

Intrauterin.Jurnal Internasional Ginekologi dan Obstetri (2007). Available from: www. sciencediret.com. 11. Silver TM. Kematian Janin. Obstetri Gynekologi 2007. Available from: www.elsevier.com / lokasi / ijgo.

12.

Harvey J kliman. Fetal Death : Etiology and Pathological Finding. 2000. Available from: www.UpToDate.com.

20

13.

Cunningham FG, Lenovo KJ. Critical Care and Trauma. In: William obstetric. 23 Ed chapter 42. McGraw-Hill New York. 2010.

21

Anda mungkin juga menyukai