Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah ini mempunyai latar belakang masalah tentang proses eksploitasi secar besar-besaran yang marak kian terjadi. Bagaimanakah proses eksploitasi ini bisa menimbulkan gejala yang amat membahayakan, bukan hanya untuk masyarakat di sekitar tempat eksploitasi saja, namun seluruh makhluk hidup di muka bumi ini akan mengalami bahaya apabila ekspolitasi ini terus berlanjut dan tanpa ada tindak lanjut yang tegas dari pihak yang berwenang. B. Metode Penulisan Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode analisis deduktif, hal ini penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan disimpulkan. Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahasserta penulis juga melakukan obervasi wawancara dan studi dokumentasi ke tempat yang bersangkutan. C. Tujuan Penulisan Tujuan utaman penelitian ini dilakukan adalah untuk mengkaji lebih dalam dampak yang ditimbulkan karena eksploitasi yang terlalu berlebihan. Setelah itu penulis akan mencari solusi dari dampak permasalahan yang kompleks ini, dengan mengaju kepada buku panduan yang telah penulis miliki tentunya ditambah dengan observasi pada tempat yang bersangkutan. 1

BAB II PEMBAHASAN

DAMPAK EKSPLOITASI BERLEBIHAN TERHADAP EKOSISTEM Dibandingkan dengan komponen biotik lainnya, manusia merupakan jenis organisme yang memiliki pengaruh yang kuat di bumi ini. Kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan yang diinginkannya, menyebabkan populasi manusia meningkat dengan cepat. Sikap manusia yang cenderung merusak lingkungan, seperti membakar hutan, memberantas hama dan bahan kimia, mengubah berbagai ekosistem alami menjadi ekosistem buatan, memberikan dampak negatif pada ekosistem. Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur, kendaraan bermotor, sumber energi, maupun sebagai perhiasan. Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut. Beberapa negara, seperti Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini. Jumlahnya sangat terbatas, oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan secara efisein. Berikut akan dijelaskan dampak negatif dari kegiatan penambangan intan terhadap ekosistem yang diakibatkan eksploitasi berlebihan oleh manusia. A. Pengertian Intan adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama faktor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam perhiasan dan berbagai penerapan di dalam dunia industri. Intan terutama ditambang di Afrika Tengah dan Selatan, walaupun kandungan intan yang signifikan juga telah ditemukan di Kanada, Rusia, 2

Brasil, dan Australia. Sekitar 130 juta "karat" (26.000 kg) intan ditambang setiap tahun, yang berjumlah kira-kira $9 miliar dolar Amerika. Selain itu, hampir empat kali berat intan dibuat di dalam makmal sebagai intan sintetik (synthetic diamond). Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan. Juga tidak semua daerah di Indonesia dapat ditemukan sebagai tempat pertambangan intan. Salah satu propinsi di negeri ini sebagai tempat pertambangan intan yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat adalah Kalimantan Selatan. Proses pencarian dilakukan baik yang secara tradisional ataupun cara modern dengan menggunakan mesin-mesin yang canggih dan biasanya dimiliki oleh perusahaan yang keberadaannya diketahui oleh pemerintah setempat. Artinya mendapat ijin dari pejabat-pejabat daerah yang memang berhubungan dengan hal tersebut. B. Pendulangan Intan Intan terutama ditambang dari pipa-pipa vulkanis, tempat kandungan intan yang berasal dari bahan-bahan yang dikeluarkan dari dalam Bumi karena tekanan dan temperaturnya sesuai untuk pembentukan intan. Intan terdapat dari dalam perut bumi yang digali baik secara manual maupun dengan mekanisasi. Sekarang kebanyakan para penambang intan sudah menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin penyedot untuk menyedot tanah yang sudah digali. Tanah yang disedot bersama air dipilah melalui tapisan. Dengan keterampilannya, si penambang bisa membedakan batu biasa, pasir, atau intan. Intan yang baru didapat ini disebut "galuh" di daerah Martapura. Galuh ini masih merupakan intan mentah. Untuk menjadikannya siap pakai, intan harus

digosok terlebih dahulu. Penggosokan intan yang ada di masyarakat sebagian besar masih dengan alat tradisional. Mendapatkan atau mencari intan secara tradisional merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat banjar. Salah satu alat untuk mencari intan cara tradisional dikenal dengan nama dulang dalam bahasa daerah sana. Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) atau kayu jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang. Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman tertentu dimuat ke dalam dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan, selanjutnya dulang yang telah terisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang tradisional intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa dibawa pulang sebagai pendapatan hari itu. Mencari barang yang belum tentu dapat itu sangat membutuhkan kesabaran dan keuletan yang tinggi dari para pendulang. Kegiatan mendulang biasanya dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih. Kenapa hal tersebut dilakukan secara berkelompok? Karena setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas membuat atau menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut tadi. Biasanya di tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya terik matahari. Yang lebih memprihatikan lagi

bagi pendulang intan adalah bahwa tidak jarang apa yang dilakukan tidak membawa hasil sama sekali dalam seharinya, hal tersebut sangat ironis sekali mengingat pekerjaan yang dilakukan sangat beresiko sekali. Beresiko saya ambil contohnya adalah pendulang harus kuat terhadap dinginnya air karena bisa-bisa pendulang yang tidak tahan fisik akhirnya sakit, atau yang lebih ngeri lagi adalah bagian yang berada didalam lubang galian karena bisa-bisa terkubur hidup-hidup dalam sana apabila terjadi runtuh tanah disekitar lubang sewaktu-waktu. Hal tersebut dilakukan lagi-lagi karena alasan klasik yaitu fakor ekonomi walaupun nyawa sebagai taruhannya. Dalam system mencari intan secara berkelompok ini biasanya hasil yang didapat dibagi secara merata kepada setiap orangnya dalam kelompok tersebut. Hal tersebut juga tidak mutlak begitu aturannya namun kebanyakkan begitu yang dilakukan, atau juga tergantung dari kesepakatan awalnya bagaimana? Perlu diketahui juga bahwa para penambang tradisional tersebut lahan yang digunakan juga kadangkadang tidak milik sendiri tetapi milik orang lain. Jadi hasil yang didapat semakin kecil apabila semakin banyak orang terlibat dalam sebuah kelompok penambang intan. Banyak orang yang terlibat dalam usaha mendapatkan intan apabila kita melihat dari proses awalnya. Bermula sebuah intan berasal dari para penambang tersebut. Ada juga kelompok yang khusus mengumpulkan hasil dari penambang tersebut yang datang secara langsung ke lokasi penambangan. Kelompok tersebut dinamakan para pengumpul intan dan biasanya orangorang yang sudah memiliki modal sendiri atau memakai modal orang lain dalam mengumpulkan intan. Selanjutnya dari para pengumpul ini dijual lagi kepengumpul yang besar untuk diolah menjadi intan-intan yang bernilai jual tinggi. Atau juga intan tersebut langsung di jual kepada para pengumpul yang berasal dari luar sebelum diolah menjadi berbagai macam bentuk yang menarik seperti mata cincin, kalung, gelang, dan lain sebagainya. Namun tetap saja yang menjadi bagian yang paling bawah adalah para pekerja yang secara langsung bekerja dilapangan. Daerah yang cukup terkenal sebagai tempat

penghasil intan di Banjarmasin seperti Martapura, Kampung Cempaka, Karang Intan, Awang Bangkal, Sungai Besar, Matraman. Daerah-daerah tersebut yang menjadi salah satu tempat yang banyak menghasilkan intan. C. Dampak Eksploitasi Pendulangan Intan Kegiatan penambangan intan dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia, serta biologi tanah maupun air, melalui pengupasan tanah lapisan atas, penambangan, pencucian, serta pembuangan tailing. Di lokasi penambangan terbuka misalnya, kegiatan penambangan mengakibatkan hilangnya atau berpindahnya tanah, sedangkan di lokasi penambangan tailing adalah tertimbunnya tanah asli dengan tailing. Dengan demikian sifat tanah asli atau semula berubah menjadi sifat tanah tailing. Sistem penambangan intan di Banjarbaru adalah menggunakan sistem dumping, yaitu suatu cara penambangan dengan mengupas tanah permukaan yang kemudian dilanjutkan dengan penggalian, namun setelah selesai penambangan, lapisan tanah atas (top soil) tidak dikembalikan ke tempat asalnya. Secara fisik, keadaan lokasi bekas tambang sangat buruk, berupa lubang-lubang besar mirip seperti danau dan dikelilingi tumpukan-tumpukan tanah bekas galian, seperti bukit-bukit kecil yang tidak beraturan. Dengan kondisi demikian, apabila areal bekas tambang tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, maka sangat sulit dalam pengelolaannya. Untuk mengembalikan kualitas bekas areal sehingga dapat dijadikan lahan pertanian memerlukan investasi yang sangat besar, yang sebenarnya kewajiban penambang. Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah. Pembongkaran lahan secara besar-besaran juga menyebabkan terjadinya bentang alam (morfologi dan topografi), yaitu perubahan sudut pandang dan bentuk lereng. Pengupasan, penimbunan tanah penutup dari penggalian sumber daya alam menimbulkan

perubahan pada drainase, debit air sungai, dan kualitas permukaan pada saat hujan. Aspek tersebut adalah: 1. Aspek Hidrologi Pada musim hujan, mata air keluar di banyak tempat pada lembahlembah di kaki bukit, tetapi pada musim kemarau sebagian besar dari mata air tersebut kering karena di sepanjang bukit sebagian besar sudah gundul. Pada beberapa lembah yang agak dalam dan datar sering ditemukan rawa atau genangan air yang cukup besar terutama di musim hujan. Genangangenangan tersebut mempunyai kenampakan air yang bermacam-macam , dengan warna cokelat karena keruh, warna kehijauan sampai warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air didalam kolam-kolam tersebut juga beragam 2. Aspek Geologi Tumpukan batuan penutup (overburden) yang dibiarkan tertutup secara tidak teratur sekitar bukaan tambang menghasilkan bukit-bukit kecil dan lubang-lubang. Demikian juga bekas bukaan yang tidak ditutup kembali juga akan menghasilkan lubang yang akan terisi oleh air hujan. Kenyataan di lapangan yang banyak terdapat kolam berisi air hujan, mengindikasikan bahwa timbunan tanah bekas galian bersifat kedap air, resapan air hujan untuk membentuk sistem air tanah sangat kecil. 3. Erosi Tanah Erosi tanah bersifat permanen dan merupakan salah satu dampak utama dari aktifitas penambangan. Erosi tanah menimbulkan dampak lanjutan yaitu menurunnya kesuburan tanah di lahan terbuka sekitar lubang tambang dan sedimentasi sungai. Sedimen hasil erosi tanah diangkut oleh aliran air larian (runoff) masuk ke dalam sungai pada di ujung tekuk lereng dalam daerah tadah (catchment area). 4. Longsoran Tanah Longsoran (overburden) dan waste rock dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa sedimentasi sungai. Karena jumlah overburden

dan waste rock cukup banyak. Hal ini berdampak negatif terhadap lingkungan yang bersifat permanen. 5. Sedimentasi Sungai Sedimentasi dari longsoran dan erosi tanah dapat terbawa oleh aliran air larian yang masuk ke dalam sungai. Meskipun longsoran dan erosi tanah merupakan dampak yang signifikan, tetapi sedimentasi belum tentu mempunyai dampak yang signifikan. Sedimentasi sungai selain ditentukan oleh jumlah sedimentasi yang masuk ke sungai, juga ditentukan oleh faktor-faktor hidrologi sungai, seperti kecepatan arus, pola arus sungai, kelandaian dasar sungai dan morfoligi dasar sungai. 6. Gangguan Estetika Lahan Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan dengan penambangan terbuka. Lokasi kegiatannya berderet-deret di daerah perbukitan yang memberikan pemandangan deretan lahan terbuka berwarna cokelat, kontras dengan daerah bervegetasi yang nampak hijau. Perubahan bentuk lahan dan kerusakan lainnya nampak jelas dari kejauhan yang terlihat jelas karena letaknya yang cukup tinggi. Hal ini akan menimbulkan gangguan terhadap estetika lahan yang harmonis. 7. Pencemaran Air Pencemaran air baik terhadap air permukaan maupun air tanah dapat terjadi karena adanya air lindian (leachate) dari timbunan limbah, serta air genangan di lubang tambang. Pencemaran pada badan sungai akan mempengaruhi kualitas air. Parameter kualitas air yang mungkin akan terganggu akibat aktifitas penambangan rakyat adalah Oksigen terlarut (Disolve Oxygen/DO), derajat keasaman (pH), kekeruhan, padatan tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS), dan besi (Fe).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Hasil pembahasan makalah ini menyimpulkan bahwa eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran jelas lebih banyak merugikan segi negatifnya daripada segi positif, itu dibuktikan oleh banyaknya bencana-bencana serta musibah yang terjadi setelah eksploitasi berlanjut. B. Saran Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis menyarankan kepada perusahaan swasta yang akan mengeksploitasi sumber daya alam agar berhati-hati dan memperhatikan tindak lanjutnya apabila telah mengeksploitasi karena pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan sebaiknya tidak boleh hanya untuk kesejahteraan generasi sekarang, melainkan juga untuk kesejahteraan generasi mendatang. Oleh karena itu, kelestarian sumber daya alam dan lingkungan harus tetap diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Asad. 2005. Pengelolaan Lingkungan Pada Penambangan Rakyat. Banjarbaru.

http://fajrinmiladyligor.blogspot.com/2011/06/dampak-eksploitasi-yangberlebihan.html

10

Anda mungkin juga menyukai