Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN POLA PENGHIJAUAN DI KOTA BANDUNG ( Kerjasama Kantor Litbang dan PPSDAL-UNPAD) Tahun 2003 A.

Latar belakang Luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bandung setiap tahun semakin berkurang, hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka menjadi terbangun untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, pertokoan, kantor, dan lain-lain. Semakin sempitnya RTH, khususnya taman dapat menimbulkan munculnya kerawanan dan penyakit sosial sifat individualistik dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang sering ditemukan di masyarakat perkotaan. Disamping ini semakin terbatasnya RTH juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim mikro, pencemaran udara, banjir dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya. Kajian mengenai RTH dan fungsi-fungsinya, khususnya taman kota telah cukup banyak dilakukan, hasil yang diperoleh adalah taman memiliki peran sebagai sarana pembangunan sosial budaya seperti pendidikan masyarakat, katup pengaman dan pengkayaan budaya kota, tempat tumbuh tanaman yang memberikan kenyamanan bagi pemakai jalan, area pengamanan bagi pejalan kaki, tempat utilitas dan fasilitas pendukung kegiatan masyarakat. Selain dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan dan sosial, vegetasi taman dan hutan kota juga memberikan fungsi estetika, filter gas dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro dan konservasi sumber daya genetis secara eksitu yang memiliki nilai intangible bagi masyarakat kota itu sendiri. Dalam studi pola penghijauan di Kota Bandung, penelitian difokuskan pada RTH dalam bentuk taman. Hal ini karena : 1. Status taman kota lebih jelas dari RTH lainnya; 2. Taman kota memiliki banyak fungsi; 3. Taman Kota memiliki peranan strategis sebagai citra kota serta memiliki penampakan yang jelas dibandingkan dengan RTH lainnya; 4. Banyak terjadi perubahan taman kota yang tidak sesuai dengan fungsi utamanya. diharapkan studi ini dapat memberikan informasi penting tentang kondisi dan permasalahan RTH taman kota bagi para pengambil keputusan khususnya dinas dan instansi terkait untuk menjadi bahan bagi pengelolaannya. B. Maksud dan Tujuan - Menganalisis secara pasti luas lahan ruang terbuka hijau saat ini, yang dirinci menurut peruntukannya (seperti taman, jalur hijau, lapangan bola dan sebagainya); - Untuk dapat menganalisis permasalahan ruang terbuka hijau di Kota Bandung dan upaya-upaya yang telah dilakukan; - Untuk dapat menganalisis bagaimana strategi pola penghijauan di Kota Bandung. Ruang lingkup 1. Materi Lingkup Studi Pola penyebaran taman-taman di Kota Bandung yang tidak terpusat, konversi taman menjadi tata guna lain, luas taman yang tidak seragam dan ketidakjelasan jumlah taman di Kota Bandung serta ketidakjelasan jenis vegetasi yang ada dalam taman merupakan hal-hal pokok yang perlu dikaji lebih mendalam. Untuk itu permasalahan yang perlu dikaji dalam studi ini dibatasi kepada : a. Kajian terhadap pola dan penyebaran taman kota. b. Kajian terhadap kondisi fisik taman kota yang meliputi :

C.

Bentuk dan ukuran, klasifikasi dan fungsi taman kota Jenis dan kondisi pohon yang ada dilihat dari fungsi taman kota Kondisi dan penggunaan taman kota Penataan dan pemilihan vegetasi (pohon) pada masing-masing tipologi taman kota. c. Kajian terhadap kebutuhan taman kota 2. Lokasi Studi Lokasi taman kota yang akan dikaji pada studi ini adalah taman-taman kota yang tersebar di seluruh Kota Bandung berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung serta informasi lain mengenai keberadaan taman kota yang belum teridentifikasi. D. Metodologi Penyusunan kajian pola penghijauan taman kota Bandung didasarkan kepada alur pikir yang secara sistematik digambarkan serbagai berikut :
Strategi / Kebijakan - Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) - Arahan Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) - Kebijakan lokal Latar Belakang Penugasan Tujuan yang hendak dicapai Lingkup dan Metodologi pendekatan Kajian dan Penataan Jalur Hijau Jalan - Pengkajian data primer/sekunder - Pengkajian Pola penyebaran RTH - Pengkajian Vegetasi Pelindung meliputi aspek morfologis, ekologis, estesis, dan historis - Menganalisis dan merumuskan kebutuhan dan konsep penataan RTH - Strategi pengembangan dan rekomendasi

Data / informasi / survei lapangan - Data Primer - Data Sekunder

Kajian Pola Penghijauan yang akan dituju

Produk Pekerjaan

- Laporan Pendahuluan - Laporan Interim - Laporan Final

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei/sigi. Sigi lapangan yang akan dilaksanakan meliputi sensus terhadap seluruh taman yang tersebar di Kota Bandung. Penentuan jumlah dan populasi sampel taman dilakukan dengan cara sensus, artinya seluruh taman kota yang tersebar di Kota Bandung akan diukur (sensus) secara satu persatu, lamanya waktu pengukuran diperkirakan 20 hari yang dilakukan secara pararel (dalam satu hari dilakukan pengukuran taman dilima bagian Kota Bandung yang meliputi Bandung Selatan, Bandung Barat, Bandung Timur,

Bandung Utara dan Bandung Tengah. Pada setiap pengukuran didasarkan kepada lembar kerja yang meliputi catatan tentang : kondisi taman, jenis vegetasi dalam taman, proporsi antara ruang terbuka hijau dengan ruang terbuka pada setiap taman, dan fungsi taman. Selain pengukuran langsung (observasi) selama sigi dilakukan juga wawancara dengan pihak pengelola taman dan pengumpulan data sekunder yang berkaitan erat dengan kegiatan penelitian. E. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa : 1. Walaupun pada penelitian ini tercatat sebanyak 123 taman baru yang tidak tercatat pada data 2002, namun jumlah total taman kota (berdasarkan pengertian taman sesuai kriteria yang disusun) di Kota Bandung saat ini berkurang sebesar 2,44% yaitu dari 450 taman pada tahun 2002 menjadi 439 taman pada tahun 2003.Penurunan jumlah taman tersebut disebabkan karena tidak dimasukannya sejumlah taman yang tercatat pada tahun 2002 karena sebenarnya tidak masuk dalam kategori taman yang bukan berfungsi sebagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, serta adanya taman yang hilang/beribah fungsi. Dengan demikian jumlah total luas taman di Kota Bandung juga menurun dari 1,118,855 ha pada tahun 2002 menjadi 803,965 ha pada tahun 2003. Bila dibandingkan dengan totalluas kota (167.290.000 m2 atau 16,729 ha), proporsi taman saat ini baru mencapai 4,8%.

2.

Dari 439 taman dengan total luas 80,4 ha, ternyata tidak seluruhnya potensial sebagailahan yang dapat menyerapair, karena seluas 28,09 ha (34,9%) berupalahan yang diperkeras (open space), sedangkan luas lahan terbukanya (green space) adalah 50,6 ha.

3.

Bila mengacu pada ratio styandar ideal menurut Lancashire Country Council yaitu 7 11,5 m2 /orang, maka pemenuhan taman bagi warga kota Bandung baru mencapai sekitar 0,43 m2 /orang atau 3,86% - 6,07% dari kebutuhan luas taman ideal.

4.

Pola sebaran jumlah dan luas taman disetiap wilayah tidak merata. Ratio jumlah taman per 100 ha area di Cibeunying adalah 3,54 dan di Karees 2,13 sedangkan

4 wilayah lain dibawah 1,07. Proporsi luastaman terhadap luas wilayahnya juga menunjukkan perbedaan yang sangat tinggi, di wilayah Cibeunying dan Gedebage proporsinya antara 22,2% - 25,8% sedangkan di 4 wilayah lain antara 7,2% - 16,5%.

5.

Jumlah total jenis tanaman di taman tercatat 193 jenis yang terdiri dari 98 jenis pohon dan 95 jenis tanaman hias. Secara umum pola penanaman tanaman di taman jalan dan taman kota telah menunjukan kesesuaian antara jenis tanaman yang ditaman dengan peruntukan tamannya. Sedangkan untuk taman lingkungan (RT, RW, Kelurahan) masih terdapat jenis tanaman yang kurang sesuai karena dapat membahayakan pengguna taman atau terdapat jenis yang mudah rusak karena kegiatan masyarakat didalam taman. Dari 98 jenis pohon, sekurangkurangnya terdapat 8 jenis tanaman yang diindikasikan masuk ke dalamkelompok jenis pohon yang mampu menyerap zat pencemar di udara, dan sekurangkurangnya terdapat 18 jenis tanaman yang termasuk kategori tanaman langka.

6.

Fungsi ekologis tanaman dan RTH/taman dari setiap taman tidak dapat disamaratakan, melainkan berbeda sesuai dengan karakteristik pola penanaman dan jenis tanamannya serta jenis RTH/tamannya masing-masing.

7.

Kebijakan, Rencana dan Program Pembangunan RTHK, khususnya Taman di Kota Bandung masih belum jelas, sehingga telah mengakibatkan pembangunan dan pengelolaan taman tidak berjalan dengan baik. Hal ini diindikasikan dari menurunnya jumlah dan luas taman, masih banyaknya tanaman yang kurang terawat, serta adanya keluhan masyarakat tentang akses terhadap RTH/taman serta terbatas/menyusutnya RTH/taman seperti yang tertuang pada Agenda 21 Kota Bandung.

F.

Rekomendasi : 1. Untuk menghindari terjadinya penurunan jumlah dan luas taman, serta kesalahan dalam menentukan kriteria RTH, khususnya taman diperlukan adanya kebijakan, Rencana Program yang jelas untuk setiap jenis RTH. Dalam kaitannya dengan RTH dalam bentuk taman, perlu adanya keputusan dan petunjuk teknis yang dapat memberikan kejelasan tentang jenis/klasifikasi taman, fungsi atau peruntukannya, pengaturan pengelolaan serta sanksinya.

2. Untuk meningkatkan pemeliharaan taman, perlu dijalin kerjasama dengan masyarakat dan berbagai stakeholder, khususnya dengan para pengusaha. 3. Untuk meningkatkan jumlah dan luas taman serta pelibatan tanggungjawab masayarakat dan stakeholder, perlu dikaji penerapan adanya insentif dan disinsentif yang berupa Green Tax dalam hal penggunaan lahan terbuka untuk berbagai peruntukannya. 4. Untuk meningkatkan daya tarik taman dari segi estetika, baik taman aktif maupun taman pasif, jenis tanaman hias yang ditaman disetiap taman diusahakan berbeda atau lebih beraneka. 5. Potensi cukup besar dari jumlah dan luas serta pola penyebaran taman-taman baru yang berasal dari fasilitas umum dan fasilitas sosial pada pemukiman-pemukiman baru perlu ditindaklanjuti secara lebih serius oleh Pemerintah Kota, mengingat kemampuan untuk mengembangkan taman baru tidak mudah. Penanganan serius tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan presentase ruang terbuka hijau yang harus disediakan oleh pengembang dalam bentuk fasos dan fasum. 6. Walaupun belum ada data pasti tentang jenis-jenis tumbuhan potensial (jenis tumbuhan di Indonesia) yang dapat mereduksi berbagai gas pencemaran udara, serta sensitif tidaknyaterhadap berbagai zat pencemaran udara, namun dapat mempertimbangkan bahwa : a. Pada dasarnya hampir semua tanaman dapat menyerap berbagai gas pencemar. b. Tanaman, khususnya pohon yang akan ditanam di RTH/taman tidak ditujukan untuk kepentingan produksi, maka pada dasarnya jenis tanaman pohon apapun dapat ditanam dan dapat berfungsi sebagai pereduksi gas pencemar. Namun demikian jenis-jenis tanaman pohon yang ditanam, diprioritaskan jenis tanaman yang relatif hijau sepanjang tahun, dan tidak banyak menggugurkan daun.

7. Untuk meningkatkan fungsi tanaman sebagai pemasok oksigen, dapat dilakukan pemangkasan tajuk yang selain dapat merangsang pertumbuhan daun muda juga sekaligus dapat memperbaiki keindahan arsitektur tajuk.

8. Untuk memperkecil terjadinya pelepasan karbon yang potensial menimbulkan pencemaran gas CO, seresah serta potongan tajuk dan ranting tanaman tidak dibakar, melainkan dikomposkan untuk dijadikan kembali sebagai pupuk ditaman.

9. Untuk

mengimbangi

kekurangan

kebutuhan

masyarakat

terhadap

taman,

khususnya pada daerah/wilayah yang jumlah dan luas tamannya terbatas, maka perlu dikaji penggunaan halaman atau industri untuk dapat di akses oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai