Anda di halaman 1dari 14

Konsep Anak Usia Sekolah 1.

Pengertian Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak denga usia 7 sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib belajar pendidikan 9 tahun.(www.gn-ota,or.id). 2. Tahap perkembangan anak usia sekolah a. Aspek fisik Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin logis dan kritis fantasis semakin kuat sehingga sering kali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita cita . b. Aspek sosial Mengejar tugas tugas sekolah bermotivasi untuk belajar, namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati hati dan berhati hati. c. Aspek kognitif Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak termotivasi dan mengerti hal hal sistematik 3. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) : 1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat . 2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga B. Konsep Kebersihan diri Kebersihan diri adalah upaya yang di lakukan untuk menjaga tubuh atau badan agar ada selalu dalam keadaan bersih dan sehat diantaranya : kebersihan gigi dan mulut serta tangan dan kuku . http://soplestunyphity.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-khusus-kelompok-anak.html

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi: 1. Pertumbuhan tidak secepat bayi. 2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).

3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai. 4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. 5. Pertumbuhan lambat. 6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji, 2003)

. Konsep Anak Usia Sekolah 1.Pengertian Anak usia sekola adalah sekolah dasar (Disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (Atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (Atau sederajat) 3 tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. (http://www.DEPDIKNAS , 2005) 2. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan pada umur 1012 tahun, dimana penambahan berat badan 2,5 kg dan ukuran tinggi berat badan sampai 5cm per tahunnya. Pada usia sekolah ini secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat kemampuan motoriknya. Pertumbuhan jaringan limpatik pada usia ini akan semakin besar bahkan melebihi jumlahnya orang dewasa. Kemampuan kemandiriaan anak akan semakin dirasakan dimana lingkungan di luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan anak sudah mampu menunjukan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali dijumpai reaksi kemarahan atau kegelisahaan, perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukan kematangan pada masa ini. Secara khusus perkembangan pada masa ini anak banyak

mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai normal dan budaya dan lingkungan keluarganya dari mulai mencoba mengambil bagian dari kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan seacara lebih khusus lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis serta berhitung, belajar mengahargai di sekolah. (Aziz Alimun, Jakarta : 2001) 3. Masalah kesehatan jiwa pada anak usia sekolah Masalah yang sering ditemukan pada anak kelompok usia (6-12 tahun) adalah sebagai berikut : a.Prestasi belajar rendah Seorang anak akan mengalami prestasi belajar rendah, apabila prestasinya dibawah sebaya karena mengalami kesulitan belajar yang membutuhkan perhatian khusus. b. Gangguan hiperkinetik Sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari aktivitas fisik yang berlebihan, kurang mampu memusatkan perhatian dan impulsive. c.Gangguan tingkah laku Suatu pola tingkah laku anti sosial, agresif atau menentang dan menantang berulang dan menetap dalam bentuk ekstrim. d. Menolak pergi sekolah/ fobia sekolah Suatu keadaan dimana anak merasa takut yang tidak masuk akal (irasional) untuk pergi ke sekolah. e. Gangguan cemas Gangguan emosional yang paling ditemukan yang bermanifestasi dalam bentuk gejala fisik dan psikologis. f. Gangguan bicara (gagap) Bicara tidak lancar, terpatah-patah yang sering terdapat anak dalam keadaan cemas. g. Gangguan depresaif Sekumpulan gejala yang menyebabkan penderita tidak mampu menikmati kehidupan sehari-hari. h. Anak dengan penyakit fisik kronis, keterbatasan fisik atau cacat Kelumpuhan tungkai/lengan atau serangan asma berulang kali. i. Epilepsi Serangan mendadak hilangnya kesadaran yang dapat disertai kejang. j. Gangguan psikotik Gangguan jiwa dengan gejala ketidak mampuan menilai realitas yang dapat di liat dari penampilan, perilaku, proses pikir atau perasaan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah. a. Pengaruh guru Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Kebersihan guru dalam mengajar dan mendidik, khusunya dalam membantu perkembangan kepribadian anak. b. Pengaruh teman sebaya Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah. Orang tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di rumah anak berada dalam dunia dewasa , yang penuh dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di luar rumah anak dalam dunia usia sebaya , yang penuh dengan kebebasan. c. Pengaruh kondisi fisik sekolah

Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar, perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. d. Pengaruh kurikulum Kurikulum sekolah merupakan pedoman proses pembelajaran yang sangat penting. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 sudah menggariskan jenis dan muatan kurikulum, khususnya kurikulum nasional yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus setempat dalam bentuk muatan lokal e. Pengaruh proses pembelajaran Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan menentukan iklim sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar, serta tata tertib yang berlaku disekolah. Sekolah terasa nyaman dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam mengajar. f. Pengaruh keluarga Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang pertama dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah marah, selalu mengatakan tidak , selalu melarang, sering memukul, akan sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak. (Depkes RI, Jakarta 2001) 5. Anak sekolah kelas 1 Anak yang berumur (6-7 tahun) yang baru bersekolah di tingkat dasar. Merupakan masa peralihan dari tingkat prasekolah ke usia sekolah, yang butuh adaptasi yang lebih baik lagi.

KONSEP IBU MENYUSUI Konsep Ibu Pengertian Ibu

Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita, wanita yang telah bersuami, panggilan yang lazim pada wanita (Poerwodarminto, 2003). Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita baik yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).

Peran Ibu

Peran ibu menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan ini didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok, dan masyarakat. Adanya peran ibu sebagai berikut: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya Mengurus rumah tangga Sebagai pengaruh dan pendidik anak-anaknya

Sebagai pelindung anak-anaknya Pencari nafkah tambahan dalam keluarga (Zulfajri EM, 2001).

Konsep Menyusui Pengetian Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (http://id.wikipedia.org). Menyusui adalah memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2001).

Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Bayi diletakkan menghadap perut ibu /payudara, Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk leboih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara: Menyentuh pipi dengan putting susu atau, Menyentuh sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Suradi,2003).

Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (30-60 menit setelah lahir). Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara). Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman tambahan lain sejak lahir. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi. Tidak memberikan dot atau kempeng. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan (IDAI, 2008)

Perilaku Seputar Menyusui

Pemberian ASI tak lepas dari tatanan budaya. Didalam buku Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi, Dalam Konteks Budaya (Meutia F, Sarwono, editor.1997) dituturkan berbagai gambaran perilaku menyusui pada masyarakat yang diteliti. Penuturan para antropolog yang melakukan penelitian dan menuliskan hasilnya dalam buku ini mengungkapkan adanya perhatian dan perlakuan khususnya terhadap ibu dalam masa kehamilannya,saat persalinan dan pasca persalinan.

Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang bisa diwarnai oleh adat (budaya), tatanan norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan kepercayaan (agama). Perilaku umumnya tidak secara tiba-tiba. Perilaku adalah hasil dari proses yang berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tak langsung. Pemahaman terhadap latar belakang sosial, budaya, agama, dan pendidikan seseorang akan lebih memudahkan upaya mengenal perilaku dan alasan yang mendasarinya.

Membantu ibu agar bisa menyusui bayinya dengan benar memerlukan pemahaman tentang perilaku ibu, keluarga, dan lingkungan sosial budayanya dalam hal menyusui. Pemahaman ini perlu agar bisa lebih mengetahui alasan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui

Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan dan kesediaan ibu untuk menyusui bayinya. Tatanan budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui. Pengalaman dalam keluarga ibu tentang menyusui, pengalaman ibu, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, dan sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak), sikap suami dan keluarga lainnya terhadap pengambilan keputusan untuk menyusui atau tidak. Persepsi ibu tentang dirinya, pandangan ibu tentang payudaranya, penghayatan ibu terhadap ke-ibuan-nya merupakan unsur utama yang menentukan keberhasilan pemberian ASI. Kemampuan ibu untuk segera mandiri dalam pengambilan keputusan juga penting. Apakah hal ini dimungkinkan oleh latar belakang sosial-budaya dan agamanya? Siapa yang lebih menentukan dalam pengambilan keputusan? Apakah dia pro-ASI atau sebaliknya? Latar belakang inilah yang harus dipelajari sebelum memberikan dorongan kepada ibu agar menyusui bayinya (Suradi,2003).

DAFTAR PUSTAKA Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta Moody, Jane, dkk. 2006. Menyusui Cara Mudah, Praktis, & Nyaman. Jakarta: Arcan Nadhiroh, Siti R. 2008. Menanti Perda ASI Eksklusif. Surabaya: FKM-UNAIR Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press Poerwodarminto. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Alfabeta Purwanti, Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Perawatan. Jakarta: EGC Sulistyawati, Ari. 2009. Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi Suradi R, dkk. 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatalogi Indonesia Zulfajri, EM. 2001. Kamus Bahasa Indonesia Difa Publizer. Jakarta Wikipedia bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org. diakses tanggal 13-04-2010, written by Henny Zainal, dr . http://www.petitiononline.com. created by Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). diakses tanggal 03-05-2010 . 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka . 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandangan Ilmiah. Jakarta: IDAI Diposkan oleh dr. Suparyanto, M.Kes di 06:03

KONSEP IBU Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP IBU

PENGERTIAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2003), Ibu berarti wanita yang telah melahirkan seorang anak. Wanita atau ibu adalah : pengurus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Wanita atau ibu adalah makhluk bio-psiko-sosial-cultural dan spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya (Sofyan, 2006)

PERAN IBU Menurut Effendy (2004) peran ibu meliputi : Mengurus rumah tangga.Dalam hal ini di dalam keluarga ibu sebagai pengurus rumah tangga. Kegiatan yang biasa ibu lakukan seperti memasak, menyapu, mencuci, dll Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial. Karena secara khusus kebutuhan efektif dan sosial tidak dipenuhi oleh ayah. Maka berkembang suatu hubungan persahabatan antara ibu dan anak-anak. Ibu jauh lebih bersifat tradisional terhadap pengasuh anak (misalnya dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin). Sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Di dalam masyarakat ibu bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis melalui acara kegitankegiatan seperti arisan, PKK dan pengajian.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyiah. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Indonesia. Depdiknas. 2008. Data PAUD di Indonesia. http://www.paud.depdiknas.go.id. Diakses 13/02/2011. Dinas Pendidikan Jatim. 2009. http://disdikdki.net/news.php?tgl=2009-11-25&cat=1&id=209. Diakses 13/02/2011. Effendy. 2004. Dasar-dasar Kepewatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC. Fuad Ihsan. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hibana. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. PGTWI Press. Mudyahardjo. 2008. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Nugraha. 2008. Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat. Jakarta: Universitas Terbuka. Sobur. 2009. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Ibu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Untuk kegunaan lain dari Ibu, lihat Ibu (disambiguasi).

Foto seorang ibu yang sedang hamil

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak).

[sunting]Di

Indonesia

Bunda, Mama adalah sebutan lain untuk ibu. Pemanggilan ibu dengan sebutan "mama" sudah menjadi hal yang umum di masyarakat Indonesia.

[sunting]Panggilan

umum

Selain itu, dalam bahasa Indonesia panggilan "ibu" juga dapat ditujukan kepada perempuan asing yang relatif lebih tua daripada si pemanggil atau panggilan hormat kepada seorang wanita, tanpa memedulikan perbedaan usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori Konsep Ibu Pengertian Ibu Ibu adalah orang tua perempuan dari seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam mengasuh dan membesarkan anak dan panggilan Ibu dapat diberikan untuk orang tua yang bukan orang tuanya kandungnya (biologis) dari seseorang yang mengisi peranaan ini . contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) yang membesrkan anak. Ibu juga yang selalu menjaga anak-anaknya yang memberi rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama. dan merupakan sarana terpenting untuk sosialisasi atau penanaman nilai-nilai bagi seorang individu. Antara Ibu dan anak padaumumnya memiliki ikatan emosional yang kuat antara satu individu dengan individuyang lain. Peran kedua orang tua dapat terlihat jelas. Hal ini dapat dilihat dari pola asuh yang diterapkan oleh Ibu itu sendiri. Secara universal diketahui bahwa pengalaman orang tua berkembang dari tahun ke tahun, di mana seorang anak bertumbuh dewasa dan orang tua menjadi semakin tua, akan tetapi teori dan metodologi yang cukup memadai dalam perkembangan perspektif tugas orang tua masih harus dibuktikan dan dapat diterima. Perspektif pada saat ini memfokuskan pada kedudukan dan peran dinamis mereka. Hal ini perlu untuk dijelaskan bagaimana tipe kepribadian dan tingkat kompetensi dari anggota keluarga berinteraksi dengan proses perkembangan. Secara sekilas, kehidupan sehari-hari menampakkan hal yang biasa saja. Bila dikaji lebih mendalam, ternyata menghadirkan disparitas fenomena yang menyiratkan banyak persoalan dan memiliki lingkup yang biasa dikatakan sangat kompleks. Dalam era globalisasi dewasa ini, kompleksitas masalah kehidupan mengalami perubahan yang cepat sekali. Hal ini memberikan kesan bahwa kehidupan sehari-hari semakin beraneka. Berkaitan dengan itu, perubahan yang cepat mengharuskan adanya berbagai upaya terhadap anak agar mereka memiliki kemampuan untuk menganti sipasi dan mengakomodasinya. ( http://fadli06.ngeblogs.com/2009/09/18/pengertiankeluarga) Tanggung Jawab Ibu Bagi Anak Seiring dengan tuntutan perkembangan jaman, semakin banyak pasangan suami-istri yang bekerja di luar rumah. Sebagai konsekuensinya waktu yang dimiliki Ibu untuk anak semakin sedikit. Ibu yang dahulu merupakan satusatunya institusi pendidikan kini fungsinya mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan Ibu dan keluarga masih penting, telah diambil alih oleh sekolah para guru adalah pembantu orang tua pada bidang yang tidak dapat ditangani oleh orang tua sendiri, yakni pengajaran. Tugas sekolah adalah berfungsi sebagai lembaga pengajaran. Segala kegiatan di sekolah harus menunjang pelaksanaan tugas pokok mengajar. Kegiatan

ekstrakurikuler, olahraga, kebudayaan, rohani dan lainnya harus sebagai penunjang proses belajar mengajar, yang sifatnya membantu orang tua dalam mendidik anak. Disisi lain pembentukan watak anak adalah justru bagian pendidikan orang tua yang tidak boleh diserahkan kepada orang tua khususnya Ibu. Orang tua atau Ibu memiliki tiga tugas dan tanggung jawab berikut ini : Mengurus keperluan materiil anak-anak. Mengurus keperluan materiil anak-anak adalah tugas pertama orang tua yaitu Ibu. Dalam hal ini orang tua harus memberi makan, tempat perlindungan, dan pakaian kepada anak-anak. Anak sepenuhnya masih tergantung kepada orang tuanya, karena anak belum mampu mencukupi kebutuhan sendiri. Menciptakan suatu home bagi anak-anak. Home di sini berarti bahwa di dalam keluarganya anak dapat berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah tamahan, aman, dan rasa terlindungi. Dirumahlah anak merasa tentram, tidak pernah kesepian, selalu gembira. Tugas Pendidikan Tugas pendidikan ialah mengajar, melatih anak dan merupakan orang terutama Ibu yang pertama yang mengajarkan cara berbicara, cara menghitung jari di tangan, dan cara mengekspresikan rasa kasih sayang dan simpati pada orang lain. Dengan demikian ia merupakan guru pertama dan utama dalam mengendalikan anaknya untuk menjadi orang yang baik dan berguna bagi orang. Kemudian ayah juga harus menjadi orang yang pertama atau orang nomor dua dalam kehidupan anak sebagai pendidik anak dan membimbingnya tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Pengertian Peran Ibu Peranan Ibu yaitu seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran Ibu sangatlah penting bagi anak usia sekolah, terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Anak-anak sekolah pada umumnya berperilakumakan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang tua kurang memperhatikan status gizi anak, khususnya pada orang tua yang sibuk bekerja di luar mereka hanya memberikan uang saku tanpa membekali makanan yang bergizi dari rumah (Promise gold, 2006). Mereka terpengaruh iklan makanan dan makanan ringan yangkelihatan menarik tetapi miskin gizi. Mereka makin sering makan di luar, karena itu orang tua harus lebih memperhatikan gizi anak dan memberikan gizi yang seimbang dan tidak membiasakan anak jajanan di luar. (Promise gold, 2006). Pemberian gizi yang paling tepat bagi anak-anak adalah tetap berpedoman pada slogan Empat sehat lima sempurna. Menurut para pakar, pemenuhan nutrisi pada anak dipengaruhi beberapa faktor seperti pengetahuan

seperti pengetahuan gizi keluarga (terutama ibu), daya beli keluarga, kondisi fisik anak, dan lain-lain. Selain peran status gizi dipengaruhi oleh keluarga dan daya beli keluarga. Pengembangan anak sangat dipengaruhi oleh ibu baik secara positifmaupun negatif. Interaksi ibu berpengaruh secara langsung terhadap anak. Peran ibu sebagai pemberi makan kepada anak cukup menentukan kesukaanatau kebiasaan makan anak ( Madrie, 1981). Sedangkan Sanjur (1982) mengemukakan bahwa sikap orang tua yang paling berpengaruh adalah sikap ibunya. Makanan yang tidak disukai ibu umumnya juga tidak disukai anaknya. keputusan konsumsi keluarga melibatkan lima peranan yang dipegang oleh ibu yaitu: Peran ibu sebagai penjaga pintu yang artinya Ibu sebagai pemberi inisiatif dalam membeli suatu produk dan mencari informasi tentang produk tersebut untuk mengambil suatu keputusan. Ibu berperan dalam mempengaruhi pembelian suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan Ibu berperan dalam menentukan produk apa yang akan dibeli Umumnya ibu memberikan pendidikan kepada anak anaknya sejak anak tersebut dilahirkan (Purwanto, 1989). Ibu merupakan guru pertama dan terpenting bagi anak. (http://askep45kesehatan.blogspot.com/2011/11/hubungan-antara-peran-ibu-dalam.html)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Heru dan Yasril. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Notoatmodjo,Soekidjo.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip PrinsipDasar.Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai