Anda di halaman 1dari 3

A.D.

PIROUS
Sejarah Poster Sebagai Alat Propaganda
Perjuangan di Indonesia. (Hal. 139 - 158).

Ringkasan

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan


sejarah, dengan mengulas peran poster
sebagai media propaganda di masa
perjuangan revolusi Indonesia 1945-1948.
Data-data yang diperoleh di artikel ini
merupakan data primer melalui wawancara
langsung dengan tokoh-tokoh sejarah seni
rupa Indonesia waktu itu, yaitu: Affandi, S.
Sudjojono, Surono, dan Srihadi Soedarsono.
Dari analisis yang dilakukan, bisa disimpulkan bahwa desain poster perjuangan memiliki dua
fungsi penting: (1) Sebagai penyampai pesan bagi masyarakat internasional tentang realitas
perjuangan; (2) Sebagai penyampai aspirasi politik masyarakat di dalam negeri. Melalui artikel ini
ditunjukkan bahwa bidang seni rupa dan desain memberi peran penting dalam revolusi
kemerdekaan Indonesia. Sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan di
Indonesia tidak lepas dari peran poster perjuangan oleh para tokoh-tokoh seniman besar yang
peduli terhadap nasib bangsanya.

PRIYANTO SUNARTO

Metafora Visual Kartun Editorial Pada Surat Kabar Jakarta 1950-1957. (Hal. 159 - 176).

Ringkasan
Kartun editorial adalah
kolom kartun yang
muncul secara berkala di
halaman yang tetap di
suatu surat kabar. Tujuan
penelitian ini adalah untuk
memahami latar belakang
sosial politik dan budaya
masyarakat terhadap
penampilan visual kartun
editorial di masa
demokrasi parlementer di
Indonesia (1950-1957).
Tujuannya untuk memahami bagaimana metafora kartun editorial berelasi dengan situasi politik
multi partai dan tingginya kebebasan menyatakan pendapat. Pendekatan yang ditempuh dalam
riset ini adalah pendekatan tipologi visual. Melalui penguraian konsep kartun editorial pada masa
itu, penelitian juga menganalisis aspek metafora visual dari 344 artifak kartun oleh 7 surat kabar
di Jakarta. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa metafora visual kartun editorial masa itu
disampaikan dengan sikap emotif sangat terbuka dan tajam.

DWINITA LARASATI

Uncovering The Bamboo of Indonesia. (Hal. 177 - 190).

RINGKASAN
Dalam penelitian ini diulas tiga faktor utama yang dapat meningkatkan pendayagunaan bambu,
sebagai berikut: kontribusi teknologi maju bagi peningkatan kualitas material bambu; pendaya-
gunaan sumber daya manusia (SDM) melalui penerapan teknologi tepat guna; dan inovasi
desain bagi produk bambu fungsional yang dapat menjangkau pangsa pasar potensial yang lebih
luas. Tinjauan terhadap situasi masa kini mengarah ke analisa faktor perlunya beberapa
perubahan dalam metoda penyediaan bahan baku, produksi dan distribusi, dan penggunaan
material dan desain produk bambu. Artikel ini adalah bagian pertama dari dua seri artikel. Bagian
pertama ini membahas industri bambu di masa lalu dan masa kini; sedangkan bagian keduanya
lebih terfokus kepada sebuah kasus desain dan memberikan rekomendasi pemakaian bambu di
masa mendatang sebagai salah satu bahan baku produk industri.

ELLYA ZULAIKHA
Diversifikasi Desain untuk Pengembangan Industri Kerajinan Manik-manik Kayu. (Hal. 191 -
202).

Ringkasan
Industri tasbih dari bahan manik-manik kayu di Kediri adalah
industri yang sangat potensial untuk dikembangkan,
mengingat jenis kayu yang digunakan seperti Garu, Stigi,
Sono, Cendana dan Secang adalah kayu kualitas unggul
khas Asia yang telah terbukti keawetan, keunikan tekstur dan
kekuatannya. Namun demikian, desain produk yang
dihasilkan industri ini cenderung itu-itu saja, hanya menjadi
tasbih saja, sehingga tidak ada peningkatan produktivitas dan
peningkatan nilai jual produk. Penulis mencoba
mendiversifikasi dan mengembangkannya menjadi desain
benda pakai sederhana lainnya, misalnya: tas, wadah kayu,
dan lain-lain. Awal pengembangan industri ini adalah dengan
menggunakan analisis SWOT.Selanjutnya adalah dengan
melakukan eksperimentasi karakteristik tiap jenis manik-
manik. Berikutnya, dilakukan eksperimen kombinasi manik-
manik dengan teknik anyam tertentu, hingga sampai pada
pembuatan prototype sebagai acuan pelatihan bagi para
pengrajin lokal. Hasil dari pengembangan desain ini bisa
meningkatkan daya jual sebesar 150-200% dibanding nilai
sebelumnya.

DENY WILLY & G. PRASETYO ADHITAMA

Pemanfaatan Dahan Salak untuk Produk Pelengkap Interior. (Hal. 203 - 212).

Ringkasan

Jatuhnya harga buah salak Manonjaya


empat tahun terakhir mendorong
masyarakat menebangi 7000 hektar
perkebunan rakyat dan menggantinya
dengan tanaman lain yang dianggap lebih
memiliki nilai ekonomi, seperti: pisang,
singkong, talas dan sebagainya. Untuk
menghindari ancaman erosi serius dan
menjaga pelestarian, maka tim peneliti ini,
bekerjasama dengan masyarakat setempat,
organisasi kemasyarakatan serta pihak pemerintah terkait melaksanakan suatu penelitian berupa
upaya pemanfaatan alternatif dahan salak. Dahan salak merupakan potensi perkebunan salak
yang berlimpah dan belum termanfaatkan secara optimal. Kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk
merintis pembentukan wirausaha baru di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kini telah telah terbentuk satu
usaha inti yang menyerap lebih dari 50 orang penduduk sebagai pemasok bahan baku bilah
dahan salak. Kegiatan penelitian ini juga sekaligus menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
menjaga kelestarian perkebunan. Saat ini, produk kerajinan bilah dahan salak mulai berdampak
terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai