Anda di halaman 1dari 16

PEMBAHASAN 1.

1 PENGERTIAN KOLOID Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll. Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

1.2 JENIS-JENIS KOLOID Dipandang dari kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid disperse dan koloid asosiasi.
1. Koloid disperse, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu dalam

medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi) partikel tersebut. Yang termasuk kelompok ini adalah koloid mikromolekul (protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang), dan agregat atom (sol emas dan platina).
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel kecil yang

larut dalam medium,

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, 8 jenis yaitu: 1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat

Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam


b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair

Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat


c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas

Contoh: debu di udara, asap pembakaran


2. Emulsi (fase terdispersi cair) a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat

Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi


b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair

Contoh: susu, mayones, krim tangan


c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas

Contoh: hairspray dan obat nyamuk 3. BUIH (fase terdispersi gas)


a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat

Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam


b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair

Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun


Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispers sama- sama

berupa gas, campurannya tergolong larutan Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut : No Fase Terdispersi Medium Pendispersi Nama Koloid Contoh 1 Gas Cair Busa/Buih Buih sabun, krim kocok 2 Gas Padat Busa padat Batu apaung, karet busa

3 4 5 6 7 8

Cair Cair Cair Padat Padat Padat

Gas Cair Padat Gas Cair Padat

Aerosol Emulsi Emulsi padat Aerosol padat Sol Sol padat

Awan, kabut Susu, santan Keju, mentega, mutiara Asap, debu Cat, kanji, tinta Kaca berwarna, paduan logam

1.3 SIFAT-SIFAT KOLOID Koloid adalah suatu campuran sehingga sifatnya ada yang sama dan ada yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat partikelnya yang lebih besar dari pada partikel larutan. Sifat itu adalah sebagai berikut.

1. Efek Tyndall (Sifat Optik)

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2. Gerak Brown Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.

Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Adsorpsi

Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan Dalam proses:
1. Pemutihan Gula tebu.

2. Norit.
3. Penjernihan Air.

Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab Diare. Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan (+). Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikelpartikel koloid tidak akan saling menggerombol. Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan (-) dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka Koloid As2S3 tidak akan menggerombol. Contoh gambar adsorbsi:

4. Koagulasi koloid Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih. Faktor-faktor Yang Menyebabkan koagulasi: Perubahan suhu Pengadukan
Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas)

Pencampuran koloid positif dan koloid negatif. 5. Sifat Koligatif Koloid yang banyak dibicarakan adalah dalam medium cair. Dalam system ini, unit terkecil fasa terdispresi adalah partikel dalam bentuk molekul atau agregat. Partikel ini mempengaruhi sifat medium sehingga koloid mempunyai sifat koligatif. Sifat koligatif itu adalah kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan tekanan uap, dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel koloid, bukan pada jenisnya. Sifat koligatif berguna untuk menghitung jumlah mol atau konsentrasi partikel koloid.

6. Sifat Listrik Partikel koloid yang telah mengadsorbsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Contohnya koloid Fe2O3 bermuatan positif setelah mengadsorbsi Fe3+, dan koloid As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorbsi ion negatif. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda, yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif
7. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung : gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air. Gelatin biasa digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah pembentukkan kristal es yang kasar sehingga diperoleh esk krim yang lebih lembut.
8. Koloid Liofil Dan Koloid Liofob

Koloid ini terjadi pada sol. Sol liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka (dapat mengikat) pada cairan (fase pendispersinya). Sol liofob adalah koloid yang fase terdispersinya tidak suka paca cairan (fase pendispersinya) pada koloid liofil pengikatan medium pendispersi disebabkan oleh gaya tarik menarik (berupa gaya elektrostatik) pada setiap Ujung Gugus Molekul Terdispersi. Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil. Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob: Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh: dispersi emas, belerang dalam air

Sifat-Sifat Pembuatan

Sol Liofil Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya Tidak dengan

Sol Liofob dapat dibuat dan hanya fase medium mencampur

terdispersi pendisperinya

Muatan partikel

Mempunyai muatan yang kecil atau tidak Memiliki muatan positif atau bermuatan negative

Adsorpsi medium pendispersi

Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi Partikel-partikel sol liofob tidak medium pendispersinya. Terdapat proses mengadsorpsi solvasi/ lapisan hidrasi, medium yaitu pendispersi medium terbentuknya pendispersinya. Muatan partikel yang diperoleh dari adsorpsi partikel-

teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga partikel ion yang bermuatan menyebabkan partikel sol liofil tidak listrik Viskositas (kekentalan) saling bergabung Viskositas sol liofil > viskositas medium Viskositas sol hidrofob hampir pendispersi sama dengan viskositas medium pendispersi Penggumpalan Tidak mudah menggumpal dengan Mudah menggumpal dengan

penambahan elektrolit

penambahan elektrolit karena mempunyai muatan

Sifat reversibel

Reversibel, artinya fase terdispersi sol Irreversibel artinya sol liofob liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, yang telah menggumpal tidak kemudian dapat diubah kembali menjadi dapat diubah menjadi sol sol dengan penambahan medium pendispersinya

Efek Tyndall

Memberikan efek Tyndall yang lemah

Memberikan efek Tyndall yang jelas

Migrasi

dalam Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau Akan bergerak ke anode atau tidak bermigrasi sama sekali katode, tergantung jenis muatan partikel

medan listrik

1.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID Suatu system koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi dan kondensasi. Disperse Gumpalan materi atau suspense kasar dapat diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid. Membuat koloid dengan memecah gumpalan itu disebut disperse (penyebaran), yaitu dengan cara sebagai berikut
1. Cara mekanik, yaitu menggerus (menggiling) partikel kasar sampai berukuran koloid,

contohnya membuat koloid belerang dan urea masing-masing dari butirannya.


2. Cara elektronik, yaitu membuat koloid dengan mencelupkan dua elektroda logam (seperti

emas) ke dalam air. Kemudian diberi listrik tegangan tinggi sehingga suhunya sangat tinggi. Akibatnya atom-atom emas lepas dari elektroda dan bergabung membentuk partikel koloid emas. Demikian juga cara membuat koloid logam lain , sepertiplatina dan perak.
3. Cara peptisasi, yaitu membuat koloid dengan menambahkan suatu cairan kepada partikel

kasar (endapan) sehingga pecah menjadi koloid. Contohnya membuat koloid AgCl dengan menambahkan air suling kepada padatan AgCl, dan menambahkan HCL encer pada endapan Al(OH)3 untuk mendapatkan koloid Al(OH)3. Demikian juga, koloid Fe(OH)3 dapat dibuat dengan menambahkan larutan FeCl3 pada endapan Fe(OH)3. Kondensasi Kondensasi adalah kebalikan dari disperse, yaitu penggabungan (kondensasi) partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid. Penggabungan itu terjadi dengan berbagai cara, diantaranya sebagai berikut 1. Cara reaksi kimia, yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke dalam larutan sehingga hasil reaksinya berupa koloid.

Cara reduksi, yaitu mereduksi logam dari senyawa sehingga terbentuk agregat atom logam. Cara oksidasi, yaitu mengoksidasi unsure dalam senyawa sehingga terbentuk unsur bebas. Cara hidrolisis, yaitu menghidrolisis senyawa ion sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut (koloid). Reaksi metatesis, yaitu penukaran ion sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut (koloid).

2. Cara pertukaran pelarut; koloid dapat dibuat dengan menukar pelarut atau menambahkan pelarut lain, jika senyawa lebih sukar larut dalam pelarut kedua. Contohnya dalam membuat koloid belerang, dengan menambahkan air kedalam larutan belerang dalam alcohol.
3. Pendingin berlebih; koloid dapat terjadi bila campuran didinginkan sehingga salah

satu senyawa membeku (koloid). Contohnya membuat koloid es dengan mendinginkan campuran eter atau kloroform dengan air.

1.5

PEMURNIAN KOLOID

Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu :
1. Dialisis

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ionion dan molekul molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid

akan

tertinggal.

Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikelpartikel kolid seperti sel-sel darah merah.

2. Elektrodialisis

Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan.

Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.

3. Penyaring Ultra

Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra. Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.

1.6 KEGUNAAN KOLOID Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. 1. Mengurangi Polusi Udara Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrell. Asap buangan itu dimasukkan ke dalam ruangan bertegangan listrik tinggisehingga electron mengionkan molekul udara. Partikel asap akan menyerap ion positif dan tertarik ke elektroda negatif sehingga menggumpal. Akhirnya gas yang keluar bebas asap dan padatan.

2. Membantu pasien gagal ginjal Darah mengandung banyak partikel koloid, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan antibody. Orang yang ginjalnya tidak mampu mengeluarkan senyawa beracun dari darah; seperti urea dan kreatinin, disebut gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialysis, yaitu mengisap darahnya dan dialirkan ke dalam alat (disebut alat cuci darah) sehingga urea dan keratin serta ion-ion lain ditarik keluar. Darah yang telah bersih dimasukkan kembali ke dalam tubuh penderita

3. Penjernihan air Air yang jernih harus bebas koloid, oleh karena itu air diberi aluminium sulfat atau tawas. Tawas akan terurai menjadi Al3+ dan SO42- yang mengkoagulasi (menggumpalkan) partikel koloid sehingga mengendap di dasar wadah dan air menjadi jernih.

4. Sebagai deodoran Keringat biasanya mengandung protein yang dapat menimbulkan bau bila diuraikan oleh bakteri yang banyak terdapat di tempat basah, seperti ketiak. Bila ditempat itu diberi deodorant, bau itu dapat berkurang atau hilang, karena deodoran mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasi (mengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.

5. Sebagai bahan makanan dan obat Ada bahan makanan atau obat berwujud padat sehingga tidak enak dan sulit ditelan. Tambahan lagi, zat ini tidak larut dalam cairan (air) untuk mengatasinya, zat itu dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum, contohnya susu encer

6. Sebagai bahan kosmetik Ada berbagai bahan kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik bila dipakai dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dalam pelarut tertentu.

7. Bahan pencuci Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam air. Sabun dalam air terion menjadi Na+ dan ion asam lemak. Kepala asam lemak yang bermuatan negatif larut dalam air, sedangkan ekornya larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan tetesan minyak larut dalam air.

PENUTUP

KESIMPULAN Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan

gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid. Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi). Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Campuran koloid dapat dipisahkan dari ion-ion atau partikel terlarut lainnya melalui dialisis. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah. Banyak sekali produk industri dalam bentuk koloid, terutama karena dengan bentuk koloid, maka zat-zat yang tidak saling melarutkan dapat disajikan homogen secara makroskopis.
Pengolahan air bersih memanfaatkan sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi. Pada

pengolahan air bersih digunakan tawas (alumunium sulfat), kaporit (klorin) dan kapur. Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi,

koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air. Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.

Tugas makalah kimia Koloid

Anda mungkin juga menyukai