Anda di halaman 1dari 9

KU2071 PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN BELAJAR DARI PARA PENDIRI/PEMBANGUN NEGARA

NAMA NIM DOSEN

: Takdir Noor Fitriadi : 12009041 : Ronny Hendrawan

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010

BELAJAR DARI PARA PENDIRI/PEMBANGUN NEGARA


Sebenarnya sudah seharusnya kita sebagai warga negara dapat mengambil pelajaran dari para pendiri negara terutama dari pendiri negara kita sendiri. Dalam hal ini pelajaran yang dapat kita ambil dari sosok pemimpin dari pendiri negara adalah tentang politik dan strategi nasional atau disingkat Polstranas. Polstranas mencakup semua bagian pembangunan sebuah negara, bagaimana seorang pemimpin mengambil langkah dalam merebut bangsanya, menyelamatkan bangsanya, dan membangun bangsanya.

1.

Soekarno Soekarno dikenal sebagai putra sang fajar, mengapa disebut demikian karena Soekarno yang dapat menguak fajar kemerdekaan Indonesia setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah-penjajah asing. Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat, indekos di Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Jiwa nasionalismenya membara lantaran sering menguping diskusi-diskusi politik di rumah induk semangnya yang kemudian menjadi ayah mertuanya dengan menikahi Siti Oetari (1921). Soekarno pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische HoogeSchool), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi ITB, meraih gelar insinyur, 25 Mei 1926. Setelah lulus dari THS, pada 4 juli 1927 ia mendirikan sebuah partai Marhaenisme yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia) yang bertujuan untuk memerdekakan indonesia dengan jalan politik. Namun akibatnya Soekarno dijebloskan ke penjara Sukamiskin Bandung, delapan bulan kemudian kasus Soekarno disidangkan dan dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat Soekarno menggembar-gemborkan kebobrokan Belanda yang mengaku negara yang lebih maju daripada Indonesia. Dikarenakan pembelaannya tersebut akhirnya PNI dibubarkan, dan pada tahun 1931 Soekarno masuk ke Partindo dan menjadi pemimpinnya Akibatnya, ia kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Akhirnya dengan perjalanan yang panjang Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Masa kepemimpinan Soekarno sebagai Presiden Indonesia berawal dari sini, Fase pertama pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1959) diwarnai semangat revolusioner, serta dipenuhi kemelut politik dan keamanan. Belum genap setahun menganut sistem presidensial sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945, pemerintahan Soekarno tergelincir ke sistem semi parlementer. Pemerintahan parlementer pertama dan kedua dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Pemerintahan Sjahrir dilanjutkan oleh PM Muhammad Hatta yang merangkap Wakil Presiden. Kepemimpinan Bung Karno terus menerus berada di bawah tekanan militer Belanda yang ingin mengembalikan penjajahannya, pemberontakan-pemberontakan bersenjata, dan persaingan di antara partai-partai politik. Sementara pemerintahan parlementer jatuh-bangun. Perekonomian terbengkalai lantaran berlarut-larutnya kemelut politik. Ironisnya, meskipun menerima sistem parlementer, Bung Karno membiarkan pemerintahan berjalan tanpa parlemen yang dihasilkan oleh pemilihan umum. Semua anggota DPR (DPRGR) dan MPR (MPRS) diangkat oleh presiden dari partai-partai politik yang dibentuk berdasarkan Maklumat Wakil Presiden, tahun 1945. Demi kebutuhan membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru menggantikan UUD 1945, Bung Karno menyetujui penyelenggaraan Pemilu tahun 1955, pemilu pertama dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan Bung Karno. Pemilu tersebut menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI, Masjumi, NU dan PKI. Usai Pemilu, Badan Konstituante yang disusun berdasarkan hasil Pemilu, mulai bersidang untuk menyusun UUD baru. Namun sidang-sidang secara marathon selama lima tahun gagal mencapai kesepakatan untuk menetapkan sebuah UUD yang baru. Menyadari bahwa negara berada di ambang perpecahan, Bung Karno dengan dukungan Angkatan Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno memerintah dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. Pemerintahan parlementer yang berpegang pada UUD Sementara, juga jatuh dan bangun oleh mosi tidak percaya. Akibatnya, kondisi ekonomi morat-marit. Sementara itu, para pemimpin Masjumi dan PSI terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta. Kemudian, Bung Karno membubarkan kedua partai tersebut. Pada fase kedua kepemimpinannya, 1959-1967, Bung Karno menerapkan demokrasi terpimpin. Semua anggota DPRGR dan MPRS diangkat untuk mendukung program pemerintahannya yang lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras menggiring partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM

Nasional, Agama dan Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM adalah PNI, NU dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK. Dia menggalang dukungan dari semua kekuatan NASAKOM. Tahun 19641965, Bung Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsanya ke dalam peperangan (konfrontasi) melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris. Sementara, dalam kondisi itu, tersiar kabar tentang sakitnya Bung Karno. Situasi semakin runyam tatkala PKI melancarkan Gerakan 30 September 1965. Tragedi pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat tersebut menimbulkan situasi chaos di seluruh negeri. Kondisi politik dan keamanan hampir tak terkendali. Menyadari kondisi tersebut, Bung Karno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal Soeharto. Ia mengangkat Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban. Langkah penertiban pertama yang dilakukan Pak Harto, sejalan dengan tuntutan rakyat ketika itu adalah membubarkan PKI. Dalam sistem pembangunan Soekarno menganut ideologi pembangunan berdiri di atas kaki sendiri. Maksudnya membangun negara tanpa bantuan negara-negara barat yang maju yang malah akan menambah kemiskinan bagi negara-negara miskin. Ia mengajak negara-negara sedang berkembang (baru merdeka) bersatu. Pemimpin Besar Revolusi ini juga berhasil menggelorakan semangat revolusi bagi bangsanya, serta menjaga keutuhan NKRI. Soekarno memiliki slogan yang kuat menggantungkan cita-cita setinggi bintang untuk membawa rakyatnya menuju kehidupan sejahtera, adil makmur. Bagi Bung Karno tampaknya tak ada kisah manis bagi negara-negara miskin yang membangun dengan modal dan bantuan asing. Semua tetek bengek manajemen pembangunan yang diperbantukan dan arus teknologi modern yang dialihkan agar si miskin jadi kaya dan mengejar Barat hanyalah alat pengisap kekayaan si miskin yang membuatnya makin terbelakang. Konsep berdiri di atas kaki sendiri memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa. Daripada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (noekolonialisme). Dengan ideiologinya Ia berupaya

mempersatukan nusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Awal kejatuhan kepresidenan Soekarno adalah pada saat terjadinya pemberontakan 30 September atau

lebih dikenal sebagai G30S/PKI yang melahirkan krisis politik yang hebat sehingga dengan terpaksa Soekarno mengeluarkan Supersemar kepada Soeharto yang kemudian diangkat menjadi Presiden kedua Indonesia. Soekarno juga dikenal sebagai guru bangsa yaitu seorang pencetus maupun komunikator, banyak pemikiran penting telah menjadi sumbangan pendidikan tak terhingga bagi negara-bangsa ini. Ia mampu menyampaikan gagasan-gagasan penting dengan lancar, penuh imajinasi, dan komunikatif. Di tangannya, topik-topik bahasan yang sebenarnya berat menjadi gampang dicerna, mudah dipahami masyarakat luas. Soekarno juga kerap kali memberikan kuliah kepada masyarakat tentang Pancasila sebagai dasar negara, dari teori-teori filsafat dan politik serta acuan-acuan historis yang digunakan dalam mengurai sila-sila Pancasila, tampak pengetahuan Soekarno amat luas dan dalam. Dalam uraian-uraiannya, tidak jarang ia menyitir pikiran Renan, Confusius, Gandhi, atau Marx. Dengan begitu, ia seolah ingin menunjukkan dan memberi contoh, tiap warga negara perlu terus memperluas pengetahuannya. Meski ia sendiri sebenarnya dididik sebagai orang teknik, namun amat akrab dengan ilmu-ilmu sosial, terutama filsafat, sejarah, politik, dan agama. Ia tak suka hanya berkutat di dunia teori, tetapi juga menceburkan diri ke realitas kehidupan sehari-hari bangsanya. Bung Karno selalu berupaya keras mempertemukan "buku" dengan "bumi," menatapkan teori-teori sosial-politik dengan realitas keseharian manusia Indonesia yang sedang ia perjuangkan. Perjuangan Soekarno adalah perjuangan tulus, yang disegani bahkan oleh orang-orang yang tak sepaham dengannya. Karena itu, tak mengherankan betapapun ruwetnya ekonomi Indonesia di bawah pemerintahaannya, tak terlihat kecenderungan pejabat-pejabat pemerintah di zaman itu yang tanpa malu korupsi atau berkongkalikong menjual sumber-sumber alam milik rakyat.

2.

Soeharto Setelah turunnya Supersemar dan dilihat Soekarno tidak mampu lagi untuk memegang jabatan presiden diangkatlah Soeharto sebagai Presiden kedua Republik Indonesia. Berbeda dengan Soekarno, Pak Harto memulai perjalanan kariernya dari sisi militer. Beliau resmi menjadi TNI pada tanggal 5 Oktober 1945, di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel. Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut

kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat). Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Haji Muhammad Soeharto adalah sosok nama besar yang memimpin Republik Indonesia, selama 32 tahun. Suatu kemampuan kepemimpinan luar biasa yang harus diakui oleh teman dan lawan politiknya (senang atau tidak). Ia menggerakkan pembangunan dengan strategi Trilogi Pembangunan (stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan). Bahkan sempat mendapat penghargaan dari FAO atas keberhasilan menggapai swasembada pangan (1985). Maka, saat itu pantas saja ia pun dianugerahi penghargaan sebagai Bapak Pembangunan Nasional. Sepanjang kepemimpinannya sebagai presiden RI kedua ,setelah Soekarno, Pak Harto lebih menitik beratkan kepada konsep pembangunan yang sebelumnya telah dicetuskan oleh Soekarno yaitu REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang juga akhirnya dijadikan nama kabinet Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan IVII selama menjabat Presiden RI. Sistem Politik yang dilakukan oleh Pak Harto berbeda dengan Soekarno, yang mana Soekarno melakukan pembangunan tanpa adanya bantuan dana dari asing dengan konsep berdiri di atas kaki sendiri namun Pak Harto mengembangkan sistem pembangunannya dengan meminjam dana agar terbentuk kemakmuran rakyat yang adil dan sejahtera. Dana pinjaman untuk Pembangunan struktur dan infrastruktur Indonesia berasal dari Bank Dunia dan IMF atas dukungan dari IGGI yang menjadi anggaran REPELITA selama 32 tahun jabatan Pak Harto. Saat pertama diangkat menjadi presiden RI, terjadi perubahan dalam tubuh RI yaitu dengan adanya fraksi baru dari ABRI untuk menjadi anggota dewan DPR/MPR. Dan akhirnya ABRI lah yang menjadi kekuatan utama pemerintahan RI, seperti dipilihnya anggota ABRI sebagai Camat atau Bupati. Pada era Soeharto sepertinya rakyat diberi kesenangan atas pembangunan yang dilakukan Soeharto, jarang terlihat adanya demonstrasi dan kebanyakan

pembangunan dilakukan untuk kesejahteraan rakyat kecil seperti pembangunan pada sektor pertanian yang membuat para petani mengembangkan jumlah pertaniannya. Sepertinya cara ini melanjutkan revolusi hijau yang diusungkan Belanda, namun hanya saja tujuannnya untuk kemakmuran rakyat akan pangan. Banyak hal yang dilakukan Soeharto dalam bidang keamanan seperti penambahan jumlah alutsista TNI, dan menjadikan ABRI sebagai orang terhebat dalam negeri ini, yang mungkin membuat rakyat takut untuk bertindak melakukan sebuah perubahan, sehingga Soeharto dapat menjabat selama 32 tahun kepemimpinan. Hanya saja pada era Pak Harto tidak ada kebebasan pers, sehingga kesalahan-kesalahan pada pemerintahan tidak terkuak, bilamana ada yang menggembar-gemborkan tentang kebobrokan negara maka akan diadili sesuai hukum yang belaku, ini memperlihatkan keotoriteran kepemimpinan pada zaman Soeharto, namun dari sisi lain cara yang dilakukan Pak Harto untuk membatasi pers adalah lebih baik karena belum stabilnya kondisi negara, yang mungkin dengan tidak adanya pembatasan pers rakyat akan terombang-ambing dan bingung untuk mengambil sebuah keputusan yang benar. Kebangkitan Indonesia sebenarnya diawali dari zaman Pak Harto, dimana pada zaman ini Indonesia sepertinya bangsa yang sangat kuat, yang sangat sulit dilawan oleh bangsa lain terutama di daerah Asia, mengapa timbul demikian karena Presiden Soeharto memiliki hubungan baik dengan negara-negara maju yang memiliki kekuatan militer besar, namun dampaknya Indonesia seperti dikekang oleh negaranegara maju tersebut, misalnya untuk memutuskan suatu kebijakan selalu harus ada dukungan dari pihak luar. Strategi politik Soeharto agar dapat tetap dalam pucuk pimpinan yaitu dengan memaksa agar setiap pegawai negeri memilih Golkar dalam setiap Pemilu dengan cara demikian maka Soeharto dapat terus diusungkan sebagai calon Presiden dalam setiap Periode. Kemudian strategi politik selanjutnya yaitu dengan diadakannya pembangunan nasional berjangka, sehingga kepercayan masyarakat muncul kepada Soeharto. Namun sebuah strategi hebat menimbulkan masalah yang hebat pula, seusai kepemimpinan Soeharto Indonesia terlilit hutang kepada Bank Dunia dan IMF yang digunakan untuk pembangunan nasional. Namun strategi yang diusungkan Soeharto sangatlah hebat sehingga ia dapat dipercaya oleh masyarakat hingga 32 tahun kepemimpinan.

3.

VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie)

Vereenigde Oostindische Compagnie atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham. Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan. Sebenarnya latar belakang bangsa Eropa datang ke daerah Timur termasuk ke Nusantara yaitu untuk berdagang. Namun misi dagang ini kemudian meluas menjadi politik pemukiman -kolonisasi- yang dilakukan oleh Belanda dengan kerajaankerajaan di Jawa, Sumatera dan Maluku. Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal. Strategi yang dilakukan VOC untuk dapat masuk ke Nusantara yaitu dari pelayaran yang diawali oleh vasco da gamma melalui tanjung harapan (Afrika Selatan sekarang), dikarenakan jalur darat yang melewati asia timur sangat berbahaya karena banyaknya persaingan dagang dengan pedagang dari Timur Tengah. Tujuan utama Belanda masuk ke Indonesia yaitu karena banyaknya rempah-rempah terutama lada ada di Nusantara yang pertama kali ditemukan oleh pasukan Portugis. Belanda mendirikan VOC untuk mengatur perdagangan Belanda di Asia sebelumnya pendirian VOC dikarenakan adanya persaingan antarnegara yang mengatur perdagangan Asia yang pertama kali dicetuskan Inggris. Dikarenakan banyaknya konflik yang terjadi antarnegara sehingga Kerajaan Belanda memberikan wewenang lebih bagi VOC. Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602 meliputi:
y

Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri;

Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6. memelihara angkatan perang, memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian, merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda, memerintah daerah-daerah tersebut, menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan memungut pajak.

Strategi VOC inilah yang kemudian menjadikan VOC dapat berkuasa di Indonesia. Dengan memiliki pimpinan sendiri dan memiliki tentara. Dan pada tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku (1621 - 1623).

Strategi-strategi tersebut adalah sangat baik jika kita dapat melakukannya secara bijaksana dan dilakukan bukan hanya untuk kepentingan pribadi. Di masa reformasi seperti ini mungkin sangat sulit untuk merubah moral bangsa menjadi teratur dan disiplin, dan sekarang ketergantungan negara kita kepada bangsa barat sangatlah tinggi, untuk mengembalikan itu semua dibutuhkan strategi yang cocok yang dapat membuat negara kita lebih kuat seperti pada zaman Soeharto dengan diawali dengan semangat revolusioner seperti pada zaman Soekarno. Mungkin Reformasi masih belum cocok dengan sistem pemerintahan kita yang membuat semua orang terlalu bebas untuk menyatakan dan memutuskan sesuatu, dibutuhkan sebuah agen perubahan yang dapat membawa kembali norma-norma ke dalam tempatnya sehingga terlihat batasan-batasan yang tidak boleh dilewati oleh setiap orang.

Anda mungkin juga menyukai