Anda di halaman 1dari 28

1.

SEJARAH SINGKAT Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia (Ovis yang musimon) sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia. 2. SENTRA PERIKANAN Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang berdasarkan hektar luas data mulai lahan diternakan. Puslit dari yang Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara digunakan sekitar 7 juta hektar. 3. JENIS Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam tersebar dunia, seperti: 1) Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia famili diseluruh Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor

2)

Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak

terdapat di daerah Jawa Barat. 3) Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok. 4) Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan. Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, Tengah Barat dan yakni Jawa domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa bagian

4. MANFAAT. Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil. 5. PERSYARATAN LOKASI Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang dengan pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari cukup luas, sumber daerah udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat

pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Perkandangan Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang matahari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari misalnya rumbia. Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu: a) Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor membutuhkan luas kandang 1 x 1 m. b) Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m. c) Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba sebagai domba bahan dari yang atap ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, lama, ukuran pagi, sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari

saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos. Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu: a. Tipe kandang Panggung Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi dari makanan panggung Palung tercecer keluar. b. Tipe kandang Lemprak Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak kayu, ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan Kandang yang diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar sekitar bulan. dapat 1-6 hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah domba tetapi pakan. tidak kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas

tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak

dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput

6.2. Penyiapan Bibit Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang penyakit, kelahiran baik. demikian dipisahkan 1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk a) Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal. b) Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang yang sama lincah, besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat. badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan keberhasilan usaha ternak domba berasal dari oleh bangsa dan domba yang hama persentase kesuburan Dengan tidak bisa dengan

tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang

pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.

2) Reproduksi dan Perkawinan Hal yang harus pengelolaan waktu. di ketahui oleh para peternak dalam reproduksi

adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat

a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi ini maupun betina. b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina betina keadaan birahi. 3) Proses Kelahiran Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. bekas tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan dan perilakunya sebagai berikut: a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur. b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh. c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab. d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang. fisik kering. Obat potongan Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada dan 12 dalam bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba yang dicapai yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan

e. Sering kencing. Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah domba dapat dan 6.3. Pemeliharaan 1) Sanitasi dan Tindakan Preventif Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang tempat dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali. 2) Pengontrolan Penyakit Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan yang sehat. Lakukan pencegahan dengan vaksinasi domba-domba yang sehat. 3) Perawatan Ternak Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru dari menyuntikan pada dan pakan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu ketuban yang bernafas. bersih. pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering

dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. makanan yang Perawatan ternak dewasa meliputi: a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan dibawah matahari pagi. b. Mencukur Bulu Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira dihasilkan lari dan dengan punggung domba. c. Merawat dan Memotong Kuku Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting. 4) Pemberian Pakan Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan pahat 0,5 dapat pada searah cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan cara sinar disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur Anak yang berkualitas domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.

mutlak protein,

harus

tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam. b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal gliricidia siratro. c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun pohon, daun ketela rambat dan daun beringin. d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung ampas ampas kecap dan biji kapas. Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di campuran adalah: a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25% b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas atas yang tersebut disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari karing, tahu, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela daun dan kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra,

c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50% e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,51 domba sebagai berikut: a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, bobot=50 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan gram/hari b. Bobot badan pertambahan gram/hari c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan gram/hari d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, bobot=50 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan gram/hari e. Bobot badan pertambahan gram/hari f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan gram/hari g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, bobot=50 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, bobot=100 pertambahan gram/hari h. Bobot badan pertambahan gram/hari bobot=150 bobot=100 bobot=150 bobot=100 gelas adalah Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan

i.

Bobot

badan

4,3

kg:

konsentrat=470

gram/hari, bobot=150

pertambahan gram/hari j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100

gram/hari, bobot=50

pertambahan gram/hari k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260

gram/hari, bobot=100

pertambahan gram/hari l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410

gram/hari, bobot=150

pertambahan gram/hari m.Bobot gram/hari n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 badan 7,2 kg: konsentrat=60

gram/hari, bobot=50 gram/hari, bobot=100

pertambahan

pertambahan gram/hari o. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340

gram/hari, bobot=150

pertambahan gram/hari p. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50

gram/hari, bobot=50

pertambahan gram/hari q. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110

gram/hari, bobot=100

pertambahan gram/hari r. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260

gram/hari, bobot=150

pertambahan gram/hari s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40

gram/hari, bobot=50

pertambahan

gram/hari t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, bobot=100 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, bobot=150 pertambahan gram/hari u. Bobot badan pertambahan gram/hari 5) Pemberian Vaksinasi dan Obat Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. 1 diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin 6) Pemeliharaan Kandang Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal limbah, membersihkan pengapuran untuk disinfektan. 7. HAMA DAN PENYAKIT 1) Penyakit Mencret Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat lantai atau alas, penyemprotan dan kandang satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica). Vaksinasi bulan, mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa

mulut. 2) Penyakit Radang Pusar Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia disentuh pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan). 3) Penyakit Cacar Mulut Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe terserang terasa dengan pinicillin. 4) Penyakit Titani Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). selalu timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan keseluruh Genconos dan Magnesium. Domba gelisah, sampai badan. calcicus yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba tidak dapat mengisap dapat susu induknya tenggorokannya sakit sulfa sehingga seperti mengakibatkan kematian. atau Pengendalian: Sulfapyridine, Sulfamerozine, yang karena 2-7 hari. domba Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan

Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan

5) Penyakit Radang Limoah Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya Penyebab: hidung berjalan dengan untuk tubuh domba tertular. 6) Penyakit Mulut dan kuku Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak virus diselaputi mulut kuku karbonat 4%. 7) Penyakit Ngorok Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. domba, dan dan lendir. dengan dilakukan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium /kg cepat dan dapat menular ke manusia. bakteri dan cepat, menyuntikan berat

Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000

Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat berbuih minum 8) Penyakit perut Kembung Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan dan makan pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar. 9) Penyakit Parasit Cacing Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing gelang), rhodesii diberikan dengan mg/kg berat tubuh domba dosis Fasciola cacing (Cacing lewat 220 gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin rumput yang dapat yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu lidahnya dan bengkak tidur. dan menjulur keluar, mulut lendir menggunakan air suntikan. menganga, sulit antibiotika atau keluar Pengendalian: lewat

10) Penyakit Kudis Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada menjadi kutu bovis. senang punggung, bensilikus 0,1%. 11) Penyakit Dermatitis Adalah penyakit kulit menular kulit dari sub-group pada ternak domba, bibit Pox virus dan semua mata, susu. menyerang domba. Penyebab: virus menyerang kelopak kelenjar luka. 12) Penyakit Kelenjar Susu Penyakit menyusui, ini sering terjadi pada domba dewasa yang air sehingga kaki semua jelek usia. dan yang Gejala: menggaruk dan 10% Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-

usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada

susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk bengkak, nafsu yang bila makan menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obatobatan antibiotika melalui air minum. Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan: a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang. b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin. c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya. d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan diberikan. e) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu. f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan bulu. mencukur g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik. h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit. 8. PANEN 8.1. Hasil Utama Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging) 8.2. Hasil Tambahan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum

Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang jadikan sebagai bahan tekstil. 8.3. Pembersihan Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki dihasilkan tercemar oleh bakteri dan kotoran. 9. PASCAPANEN 9.1. Stoving Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu: 1) Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan 2) Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain mencemari daging. 3) Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa keluar tuntas. 4) Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi 9.2. Pengulitan Pengulitan dilakukan Kulit pada domba yang telah disembelih dapat dengan domba jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin. sakit yang secara diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus yang dapat domba dan tidak menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dapat di

menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang

menempel.

Jika

sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat. 9.3. Pengeluaran Jeroan Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut pada domba. 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA 10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1) Biaya produksi a. Lahan - Sewa tanah 700 m2 (5 bulan) Rp. 100.000,b. Bibit - Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,c. Bangunan dan peralatan - Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) : - Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,- Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,- Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,- Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,- Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,- Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,- Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m : - Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,bagian dengan perut jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging)

- Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,- Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,- Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,- Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,- Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,- Peralatan - Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,- Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,- Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,- Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,- Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,d. Pakan - Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,- Konsentrat Rp. 2.450.000,- Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,- Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,- Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,- Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,- Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,- Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,- Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,e. Tenaga kerja - Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,- Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,- Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,f. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,2) Pendapatan a. Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-

b. Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,c) Keuntungan usaha : (II - I) Rp. 2.898.290,4) Parameter kelayakn usaha Total Pendapatan a. B/C Ratio = = 1,08 b. Total biaya produksi

Perencanaan Beternak Dalam beberapa jenis usaha tentu harus memiliki acuan serta obsesi pada faktor keuntungan, tentu kita harus benar benar mnganalisa serta mempertimbangkan banyak faktor serta kemungkinan yang mungkin akan kita temui sebagai tahapan maupun kendala dalam setiap usaha. Dalam melakukan usaha peternakan pun kita harus memiliki perencanaan yang cukup matang untuk memulai usaha di bidang ini , banyak sekali faktor yang menjadi pertimbangan dalam memiliki usaha peternakan kambing etawa namun setidaknya kita mulai dengan beberapa tahapan dari persiapan, pelaksanaan, produksi, hingga evaluasi Dalam setiap pelaksanaan semua usaha atau anggaplah sebuah project tentu kita harus mempersiapkan banyak hal ,untuk memulai kegiatan beternak kambing etawa kita haruslah mempersiapkan

lokasi yang akan kita gunakan sebagai tempat untuk beternak kambing etawa Dalam menentukan lokasi kitapun tidak boleh gegabah mengingat kondisi keamanan, cuaca, suhu udara serta faktor kelembapan juga di butuhkan pengamatan yang cukup serius dalam hal ini Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah keberadaan lokasi beternak yang berlokasi di pemukiman sebaiknya di hindari sebab dalam jumlah ternak yang banyak tentu akan menimbulkan polusi maupun beberapa penyakit . Selain Faktor Lokasi beternak kita juga harus membekali persiapan pengetahuan yang cukup mengenai seluk beluk beternak kambing etawa . Pada tahap berikutnya adalah pembangunan kandang sedangakan untuk pembangunan kandang yang terpenting adalah melilihat secara utuh fungsi kandang sebagaimana saya tulisakan dalam kandang kambing etawa ,sedangkan untuk ukuran pembangunan kandang tentu harus mempertimbangkan berapa jumlah kambing yang akan kita pelihara Setelah pembuatan kandang tentu kita juga harus mempersiapkan ketersediaan pakan ternak ,lahan pakan ternak juga harus kita persiapkan dengan menanam beberapa hijauan makanan ternak ,sedangkan jenis makanan ternak anda boleh melihat pada tulisan saya tentang hijauan makan ternak Setelah tahapan kita memiliki lokasi untuk kandang dan memiliki lahan pakan ternak yang sudah di perhitungkan untuk jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan kambing etawa barulah kita memulai pembelian bibit kambing etawa, yang kemudian kita lanjutkan dengan memelihara kambing etawa serta merawat lahan pakan ternak. Setelah tahapan tahapan itu kita lalui kemudian mulailah mempelajari serta membuat analisa laba rugi yang bisa kita buat dalam beberapa hitungan dengan jumlah kecil dengan waktu yang

pendek

,atau

jumlah

menengah

dengan

waktu

yang

agak

panjang,kemudian kita akan dapat memperhitungkan dengan baik kelayakan usaha yang kita buat tersebut

Penyerentakan Birahi Pada Domba Untuk Meningkatkan Efisiensi Manajemen Perkawinan

Pendahuluan Penyerentakan birahi diperlukan agar perkawinaan dapat dilakukan serentak sehingga pemanfaatan pejantan dapat dilakukan secara optimal, saat kebuntingan dapat terjadi dengan serentak sehingga manajemen pakan jadi seragam, dan yang paling penting saat beranak menjadi serentak sehingga panen pun dapat dilakukan secara serentak. Dengan demikian terjadi suatu efisien tenaga kerja dan keperluan kandang beranak dan kandang pembesaran. Di Indonesia birahi pada domba terjadi setiap 16-17 hari sekali sepanjang tahun. Tidak seperti halnya di negara empat musim birahi pada domba hanya terjadi setahun sekali pada saat musim bunga. Penyerentakan birahi dapat dilakukan secara hormonal memanfaatkan preparat hormon progestagen dapat dalam bentuk spons ataupun intravaginal device yang disebut CIDR. Namun kedua preparat hormon tadi tidak tersedia di pasar Indonesia perlu diimpor dari Australia, New Zealand, Amerika atau dari Eropa, dengan demikian harganya menjadi sangat mahal untuk peternakan Indonesia. Untuk kondisi iklim Indonesia penyerentakan birahi pada domba dapat juga dilakukan secara alami. Teknologi yang dilakukan sangat mudah dan murah dapat dilakukan oleh siapapun juga yang mencintai ternak. Penyiapan Betina Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan pemilihan betina-betina yang subur dan sehat. Domba yang subur ditandai dengan bentuk yang normal dari tubuhnya maupun alat kelamin serta ambingnya. Kalau domba betina itu seekor betina muda maka berat hidupnya haruslah tidak kurang dari 19 kg. hal ini diperlukan agar pada saat kawin tubuh domba telah dewasa dan semua organ reproduksinya telah siap untuk menerima kebuntingan. Domba yang baru saja menyapih anaknya, juga dapat dimasukan dalam

kelompok ini. Walaupun ada kecendrungan pejantan untuk memilih betina yang lebih dewasa. Kalau jumlah domba cukup banyak sebaiknya memang dipisahkan antara domba betina muda dengan domba betina dewasa. Kumpulkan dalam satu kelompok sekitar 20 ekor ternak betina dalam kandang tanpa penyekat dengan ukuran luas sekitar 20 m2 ( 4x5 m2 atau 3x6 m2 ). Biarkan domba ini dalam kandang tanpa pejantan sekitar satu bulan, dan beri makan secara cukup dan baik. Kira-kira empat bagian rumput dua bagian dedaunan. Bila hal ini terlihat domba menjadi lebih gemuk dan bulunya tampak lebih bersih dan berkilau. Penyiapan Pejantan Untuk perkawinan ini diperlukan pejantan yang sehat dan subur serta agresif. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap organ reproduksi pejantan meliputi testis yang besar dan bentuknya sama antara buah pelir kiri dan kanan serta mempunyai penis yang kokoh dan normal. Kaki kokoh dan tidak cacat. Pejantan ini bila didekatkan dengan betina dia tidak terlihat sangat agresif. Pejantan ini harus diberi makan yang cukup baik agar dapat melaksanakan tugasnya mengawini banyak betina (kurang lebih 20 ekor betina). Letakan pejantan ini dikandang yang jauh dari kandang betina yang akan dikawinkan. Kurang lebih 30 m jauhnya, sehingga memungkinkan dititipkan di kandang tetangga. Masa Perkawinan Betina yang normal masa birahinya bersiklus setiap 15-17 hari. Satukan pejantan yang telah disiapkan dengan betina yang juga telah disiapkan selama 2 siklus birahi. Pada hari pertama penyatuan antara betina dan pejantan ini, biasanya pejantan sangat agresif mengejar betina. Sementara biasanya betina belum ada yang birahi. Biarkan saja hal tersebut terjadi. Biasanya pada hari ketiga betina mulai tampak ada yang birahi dan mengejar-ngejar pejantan. Makanan pada saat ini harus cukup dan baik agar tidak ada ternak yang kelaparan dan kekurangan makan karena konsentrasi ternak

terhadap makanan biasa kurang pada saat ini. Dengan demikian perlu upaya khusus agar makanan tetap ada dalam tempat makanannya. Setelah hari ke 34, ternak jantan dapat dikeluarkan, ditukarkan dengan pejantan tetangga yang sama baiknya. Kalau saat itu harga ternak baik dapat juga ternak ini dijual. Namun berarti untuk keperluan perkawinan yang akan datang kita perlu mencari lagi pejantan lain yang lebih baik. Perawatan Selama Kebuntingan Dengan sistem penyerentakan birahi ini, umur kebuntingan kelompok ternak ini akan relatif sama, sehingga fase fisiologisnya juga sama. Dengan demikian perawatan selama kebuntingan menjadi lebih mudah karena kebutuhan pakan baik kualitas maupun kuantitas antara individu ternak yang satu dengan yang lainnya relatif sama. Pada saat kebuntingan induk memerlukan tingkat protein yang lebih tinggi. Untuk itu saat ini perlu diberikan 3 bagian rumput dan tiga bagian dedaunan. Berat tubuh induk harus terus bertambah pada saat kebuntingan ini. Masa kebuntingan seekor ternak domba adalah sekitar 150 hari. Sekitar 6 minggu sebelum beranak kualitas pakan harus lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu ditambah dengan biji-bijian atau dedak padi sebanyak 2-3 gelas per ekor per hari. Pada saat ini ternak yang tidak bunting sudah dapat terlihat jelas. Dengan demikian ternak-ternak yang tidak bunting ini dikeluarkan dari kelompok ini. Beri pakan yang lebih rendah kualitasnya agar tidak terjadi pemborosan atau dapat juga dijual. Perawatan Selama Kelahiran Sekitar 150 hari setelah ternak dikawinkan maka kelompok ternak ini akan mulai menunjukan tanda-tanda kelahiran yaitu vulva membengkak mengeluarkan cairan bening yang kental, ternak mulai gelisah dan menggaruk-garuk lantai. Pada saat ini perlu perhatian khusus, untuk membantu apabila ada

ternak yang mengalami kesulitan kelahiran, atau induk yang tidak mau menyusui anaknya. Ternak yang sudah beranak segera masukan ke dalam sekat dengan luas 1 x 1 m2, agar induk dan anak mempunyai hubungan khusus, tidak terganggu oleh induk lainnya. Biarkan dalam kandang bersekat ini selama tiga hari. Beri pakan secukupnya. Setelah tiga hari dapat digabungkan kembali dengan ternak lainnya. Penjualan Ternak Lepas Sapih Produksi susu induk pada saat anak berumur 3 bulan sudah sangat menurun. Dengan demikian anak domba dapat disapih dari induknya pada umur 3-4 bulan. Setelah penyapihan ini anak domba dapat dijual kepada peternak lain yang ingin melakukan pembesaran/ penggemukan untuk selanjutnya dijadikan ternak yang siap dipotong. Apabila kita fasilitas modal yang cukup maka periode pembesaran ini dapat juga dilakukan oleh kita sendiri. Namun berarti kita sudah memperpanjang masa perputaran modal kita. Perkawinan Kembali Setelah Beranak Setelah anak disapih dari induknya, ternak betina ini perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas pakannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan induk-induk ini untuk dikawinkan kembali. Seperti pada musim perkawinan yang lalu betina-betina ini kembali dikelompokan dalam satu kelompok termasuk betina-betina yang gagal bunting pada musim perkawinan yang lalu. Setelah dua minggu dalam kondisi pakan istimewa ini masukan pejantan biarkan selama 2 siklus birahi (34 hari). Demikian kegiatan ini dilakukan berulang seperti yang telah dilakukan pada musim perkawinan yang lalu. Keuntungan Perkawinan Dengan Penyerentakan Birahi Seperti telah kita perhatikan dengan seksama, untuk suksesnya

suatu kegiatan pengembangan ternak domba diperlukan tahaptahap yang runut. Sederhana, tetapi kalau tidak terencana dengan baik, tidak ada penyerentakan birahi, ternak kita dapat kawin kapan saja dan beranak kapan saja. Hal ini akan menyulitkan manajemen, perkawinan,manajemen pakan, manajemen kebuntingan, manajemen kelahiran sapih dan penjualan ternak yang tidak terprediksi jumlah maupun waktunya. Dengan sistem penyerentakan birahi ini kita dapat merencanakan kapan dan berapa jumlah ternak yang akan kita jual. Kapan dibutuhkan pakan dan berapa jumlahnya dan bagaimana kualitasnya. Apabila hal ini dilakukan dengan cara berkelompok dalam satu desa, akan lebih baik lagi. Dalam penjualan ternak kita akan dapat lebih hemat dalam biaya produksi karena dilakukan secara massal. Jumlah produksi ternak pun dapat direncanakan dengan baik, sehingga tidak ada kelebihan produksi di suatu saat dan kekurangan produksi di saat yang lain.

Anda mungkin juga menyukai